Anda di halaman 1dari 19

ASKEP CUSHING SINDROM

PENGERTIAN
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang
tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis farmakologik
senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088)

ETIOLOGI
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron? yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal
berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan
sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang
mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut
penyakit cusing. (buku ajar ilmu bedah, R. Syamsuhidayat, hal 945)
Sindrom cusing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka? panjang
dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada
gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan,
hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab
patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal. (Sylvia A. Price;
Patofisiologi, hal 1091)

PATOFISIOLOGI
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cishing adalah peninggian kadar
glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik
sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan
glikokorikoid. Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:

• Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal


manusia adalah kortisol
• Mineralokortikoid. Mineralokortikoid yang fisiologis yang diproduksi
adalah aldosteron,
• Androgen
• Estrogen
Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
1.Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein,
menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentk protein untuk mensistesis
protein, sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot,
pembuluh darah, dan tulang.
Secara klinis dapat ditemukan: Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-
luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan
tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami atropi dan menjadi
lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong
vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein tulang menjadi rapuh
dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur patologis.
Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis
dan menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat
mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin
yang normal, maka efek dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi
insulin untuk meningkatkan toleransi glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan
sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut,
dan menimbulkan manifestasi klinik DM.
2.Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh Obesitas
Wajah bulan (moon face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan
servikodorsal (punguk bison), Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawag yang
kurus akibat atropi otot memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
3.Elektrolit
efek minimal pada elektrolit serum. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu
besar dapat menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan
edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.

4.Sistem kekebalan
ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan
antibody humoral oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang
lainnya tergantung pada reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang
tersensitasi.
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghabat pusat-
pusat germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.
Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:
Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag.
Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten
Produksi anti bodi
Reaksi peradangan
Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
5.Sekresi lambung
sekeresi asam lambubung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan
pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan
faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
6.Fungsi otak
perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan
oleh ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
7.Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.
Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah
kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid
dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler,
menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menekan fagositosis.
Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik
akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi.
Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang
merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri
sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik. (Sylvia A. Price;
Patofisiologi, hal 1090-1091)
JENIS-JENIS SINDROM CUSHING
Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:
1.Tergantung ACTH
heperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi ACTH
kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oleh oleh
Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai penyakit
cushing.
2.Tak tergantung ACTH
adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu terdapat bukti-
bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak jelas apakah kikroadenoma
maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan pelepasan CRH (Cortikotropin
Realising hormone) oleh neurohipotalamus. (Sylvia A. Price; Patofisiologi. hal 1091)

MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang sering ditemukan pada penyakit sydrom cushing antara
lain obes itas sentral, gundukan lemak pada punggung, muka bulat (moon face), striae,
berkurangnya massa otot dan kelemahan umum.
Tanda dan gejala lain yang dapat ditemukan pada sindrom cushing seperti
atripi/kelemahan otot ekstremitas, hirsutisme (kelebihan bulu pada wanita),
ammenorrhoe, impotensi, osteoporosis, atropi kulit, akne, udema., nyeri kepala, mudah
memar dan gangguan penyembuhan luka. (Buku Ajar Ilmu Bedah, R. Syamsuhidayat,
hal. 946)

DIAGNOSIS
Adanya sindrom cushing dapat ditentukan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan jasmani yang telah dijelaskan. Diagnosis umunya ditegakkan berdasarkan
kadar kortisol yang tinggi dalam plasma dan kemih. Ada juga tes-tes spesifik yang
dipakai untuk menentukan adanya tidaknya irama sirkandian normal pelepasan kortisol
dan mekanisme pengaturan umpan balik yang sensitif. Tidak adanya irama sirkandian
dan berkurangnya atau berkurangnya kepekaan sistim pengaturan umpan balik
merupakan ciri sindrom cushing.
Pemeriksaan fisiologi dapat membantu membedakan chusing hipofisis dari
cusing ektopik atau cushing kortek sdrenal primer. Pada sindrom cushing ektipik dan
korteks adrenal, sekresi abnormal ACTH atau kortisol biasanya tidak berubah pada
peransangan ataupun penekanan untuk menguji mekanisme kontrol umpan balik negatif
yang normal.
CT scan resolusi tinggi pada kelenjar hipofisis dapat menunjukkan daerah-daerah
penurunan atau penigkatan densitas yang kosisten dengan mikrodema pada sekitar 30%
dari penderita-penderita ini. MRI dengan koontras memberikan temuan positif pada ma
yoritas penderita. CT scan kelenjar adrenal biasanya menujukkan pembesaran adrenal
pada kasus sindrom cushing tergantung ACTH dan massa adrenal pada pasien dengan
adenoma atai karsinoma adrenal. (Sylvia, A. Price; Patofisiologi; Hal 1092-1093)

PENGOBATAN/ TERAPI
Oengibatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung pada
apakah sumber ACTH adalah hiposis atau ektopik. Beberapa pendekatan terapi
dugunakan pada kasus dengan hipersekresi ACTH hipofisis. Jika dijumpai tumor
hipofisis sebaiknya sdiusahakan reseksi tumor transfenoidal. Tetapi jika terdapat bukti
hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat
dilakukan radiasi kobalt pada kelenjar hipofise.
Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenalektomi total dan
diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik atau dengan kimia yang mampu mrnghambat
atau merusal sel-sel korteks adrenal yang mensekresi kortisol.
Pengobatan sindrom ACTH ektopik adalah dengan reseksi neoplasma yang
mensekresi ACTH atau adrenalektomi atau supresi kimia fungsi adrenal seperti
dianjurkan pada penderita sindrom cushing jenis tergantung ACTH hipofisis. (Silvia A.
Price; Patofisiologi, Hal. 1093)
PENGKAJIAN
NEUROLOGIS
Kelabilan alam perasaan depresi sampai mania.
MUSKULSKELETAL
Bufallo hamp
Obesitas badan dengan ekstremitas kecil
Penumpukan lemak supra klapikular
Sakit pinggang
Kehilangan otot atau kehilangan massa otot
Osteoporosis
KARDIOVASKULER
Hipertensi
Hiper tensi cairan dengan pitting udema
GASTROINTESTINAL
Polidipsia
Peningkatan berat badan
GINJAL
Poliuri
METABOLISME
Gangguan penyembuhan luka
Peningkatan kemudahan untuk terserang infeksi
Intoleransi karbohidrat
INTRGUMEN
Moon face
Kulit tipis transparan
Peningkatan pigmentasi
Mudah memar
SEKSUAL DAN REPRODUKSI
Maskulinitas wanita
Gangguan menstruasi
Feminisasi
Impotensi
Penurunan libido

PEMERIKSAAN DIAGNISTIK LABORATORIUM


Hiperglikemi
Alkalosis metabolik
Hipokalemia
Peningkatan ACTH plasma bila di test sepanjang hari
Peningkatan natrium serum dan plasma kortisol
Plasma kortisol tidak dapat sitekan dengan deksa metason
Hitung sel darah putih meningkat
Respon hiperaktif terhadap tes ransangan ACTH 8jam
Peningkatan kortisol urine24 jam dan 17-hidroksil kortokosteroid
Peningkatan respon terhadap metapiron
(Standar Perawatan Pasien; Susan Martin Tucker, hal, 342)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan semua darta pengkajian, diagnosa keperawatan utama syndrom cushing
mencakup yang berikut ini:
 Risiko cedera dan infeksi berhubungan dengan kelemahan dan perubahan
metabolisme protein serta respon inflamasi.
 Kurang perawatan diri; kelemahan perasaan mudah lelah, atropi otot dan
perubahan pola tidur.
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema, gangguan kesembuhan
dan kulit ya ng tipis serta rapuh.
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik,
gangguan fungsi seksual dan penurunan tingkat aktivitas
 Gangguan proses berpikir berhubungan dengan fluktuasi emosi, irritabilitas dan
depresi.
(Susanne C. Smeltzer; Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, hal.
1330)
MASALAH KOLABORATIF
KOMPLIKASI POTENSIAL
Berdasarkan pada data, komplikasi potensial dapat mencakup:
Krisis Addison
Efek yang merugiakan pada aktivitas korteks adrenal

PERENCANAN DAN IMLEMENTASI


TUJUAN:
Tujuan utama mencakup penurunan resiko cedera dan infeksi, peningkatan kemampuan
untuk melaksanakan kemampuan perawatan mandiri , perbaikan fungsi mental dan tidak
adanya komplikasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN:
Pemantauan dan penata laksanaan komplikasi potensial.
Krisiss addison. Pasien sindrom cushing yang gejalanya ditangani dengan cara
menghentikan pemberian pemeberian kortikoisteroid atau dengan adrenelektomi atau
pengangkatan tumor hipofisis akan beresiko mengalami hipofungasi adrenal dan krisis
addisonian. Jika fungsi hormon adrenal telah tersupressi oleh kadara drenal yang tinggi
dalam darah, maka atropi korteks adrenal kemungkinan akan terjadi. Apabila kadar
hormon tersebut menurun dengan cepat akibat pembedahan atau penghentian terapi
kortikosdteroid yang tiba-tiba, manifestasi hipofungsi adrenal dan krisis addison dapat
terjadi.
Disamping itu, penderita cushin sindrom yang mengalami kejadian yang sangat
menimbulkan strees seperti trauma atar operasi darurat beresiko mengalami krisis
addisonian karena terdapatnya supressi jangka panjang korteks adrenal. Karena itu
kondisi penderita harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi hipotensi , denyut nadi
yang lemah dan cepat, ppucat kelemahan yang ekstrim. Pasien tersebut meungkin
memerlukan pemberian infus cairan dan elektrolit serta terapi kortikosteroid.
Pasien yang mengalami trauma atau memerlukan operasi darurat memerlukan kadar
kortikosteroid tambahan sebelum, selama dan setelah terapi atau operasi. Jika terjadi
krisis addisonian pasien harus mendapat pengobatan untuk mengatasi kolaps sirkulasi
dan syok. Identifikasi faktor-faltor yang dapat menybebkan krisis tersebut harus
diupayakan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Status cairan dan eletrolit dipantau dengan mengukut berat badan pasien setip hari.
Karena meningkatnya resikountuk mengalami intoleransi glukosa dan hiperglikemia,
maka pemantauan glukosa darah harus dinilai setiap kenaikan kadar glukosa darah
harus dimulai detiap kenaikan dilaporkan kepada dokter sehingga terapi dapat diberikan
jika diperlukan.
Menurunkan risiko cedera dan infeksi
Lingkungan yang amanharus diciptakan untuk mencegah kecelakaan seperti terjatuh,
fraktur dan berbagai cedera lain pada tulang serta jaringan lunak. Pasien yang sangat
lemah mengkin memerlukan bantuan dan mobilisasi untuk mencegah jatuh dan
membentur pada tepi perabot yang tajam.
Pertemuan dengan pengunjung, staff atau pasie yang menderita infeksi haarus dihindari.
Penilaina kondisi pasien harus sering dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi
yang tidak jelas, mengingat efek anti inflamasi dari kort ikosteroid dapat menyamarkan
tanda-tanda umum infeksi dan inflamasi. Makanan yang tinggi protein, kalsium dan
vitamin D harus dianjurkan untuk memperkecil kemungkinan pelisutan otot dan
osteoporosis.
Rjukan kepada ahli diet dapat membantu pasien untuk memilih jenis-jenis makanan dan
lalori.
Persiapan mengahadapi praoperatif
Pasien dipersiapkan untuk menjalani adrenalektomi, jika diperlukan, dan untuk
perawatan pasca operasi, jika sindrom cushing merupakan kosekuensi dari tumor
hipofisis, tindakan hipofisektomi transfenoidalis dapat dilakukan. Siabetes mellitus dan
ulkus peptikum umumnya terjadi pada pasien sindrom cushing, dengan demikian
pelaksanaannya harus mencakup pemantauan kadar glukosa darah serta pemeriksaan
darah dalam feses, serta intervensi yang tepat.
Menganjurkan istirahat dan aktivitas
Kelemahan, perasaan mudah lelah dan pelisutan otot akan menyulitkan penderita
sindrom cushing dalam melaksanakan aktivitas yang normal, aktivitas yang ringan
harus dianjurkan untuk mencegah komplikasi akibat imobilisasi dan meningkatkan rasa
percaya diri. Insomnia sering turut menimbulkan rasa cepat lelah yang dikeluhkan
pasien. Waltu istirahat perlu direncanakan dan diatur intervalnya sepanjang hari.
Lingkungan yang tenang dan rileks untuk istirahat tidur harus diupayakan.
Meningkatkan perawatan kulit
Penigkatan perawatan kulit yang cermat untuk menghindari trauma pada kulit pasien
yang rapuh. Penggunaan plester perlu dihindari karena dapat menimbulkan irirtasi kulit
dan luka pad kulit yang rapuh ketika plaster itu dilepas. Daerah tonjolan tulang dan
kulitnya harus sering diperiksa dan pasien danjurkan serta dibantu untuk mengubah
posisi dehingga kerusakan kulit dapat dicegah.
Memperbaiki citra tubuh
Jika penyebab sindrom cushing dapat ditangani dengan baik, perubahan fisik lain yang
penting juga akan menghilang pada saatnya. Meskipun demikian, akan sangat
memmbagtu apabila pasien diberi penjelasan tentang dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan tersebut terhadap konsep diri dan hubungannya dengan orang lain. Kenaikan
berat badan dan edema yang terlihat pada sindrom cushing dapat dimodifikasi dengan
diet rendah karbohidrat rendah natrium. Asupan protein yang tinggi dapat mengurangi
sebagian gejala lain yang mengganggu.
Memperbaiki proses pikir
Penjelasan kepada pasien dan anggota keluarga mengenai penyabab ketidak stabilan
emosi amat penting dalam membantu mereka untuk mengatasi fluktuasi emosi,
irritabilitas serta depresi yang terjadi. Perilaku psikotik dapat dapat dijumpai pada
beberapa pasien dan harus dileporkan. Pasien dan anggota keluarga perlu didorong utuk
mengungkapkan perasaannya. (Susanne c. smeltzer, buku ajar keperawatan medikal
bedah Brunner Suddart, Hal1331)

EVALUASI
Hasil yang diharapkan:
1.menurunkan resiko cedera dan infeksi
a.Bebas fraktur atau cedera jaringan lunak.
b.Bebas daerah ekimosis.
c.Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahan, rasa nyeri ataupun tanda-tanda lain
infeksi serta inflamasi.
2.meningkatkan partisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
a.Merencanakan aktivitas perawatan dan latihan untuk memungkinkan periode istirahat.
b. Melaporkan perbaikan perasaan sehat.
c.Bebas komplikasi mobilitas.
3.mencapai/mempertahankan integritas kulit.
a.Memiliki kulit yang utuh tanpa ada bukti adanya luka atau infeksi.
b.Menunjukkan bukti berkurangnya edema pada ekstremitas dan badan.
c.Mengubah posisi dengan sering dan memeriksa bagian kukit yang menonjol setiap
hari.
4.mencapai perbaikan citra tubuh.
a.Mengutarakan perasaan tentang perubahan penampilan, fungsi seksual dan tingkat
aktivitas.
b.Mengungkapkan kesadaran bahwa perubahan fisil merupakan akibat dari pemberian
kortikosteroid yang berlebihan.
5.memperlihatkan perbaikan fungsi mental.
6.tidak adanya komplikasi.
a.Memperlihatkan tanda-tanda vital serta berat badan yang normal serta bebas dari
gejala krisis sddisonian.
b.Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala hipofungsi korteks adrenal yang harus
dilaporkan dan menyatakan tindakan yang akan diambil pada keadaan salit serta stress
berat
c.Mengidentifikasi strategi untuk memperkecil komlikasi sindrom cusing.
d.Mematuhi anjuran untuk pemeriksaan tindakan lanjut.
(Susanne c. smeltzer, buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner Suddart, Hal1331)

BERDASARKAN PENYIMPANGAN KDM DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN


INTERVENSI YANG DIRENCANAKAN
1.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan muskuloskeletal, integumen,
dan seksual reproduksi
intervensi:
 Pertahankan lingkungan kondusif untuk membicarakan proses perubahan citra
tubuh
 Diskusikan perasaan yang berhubungan dengan perubahan yang dialami oleh
pasien
 Kaji pasien dengan mengidentifikasi dan mengembangkan kekuatan personal
serta mekanisme koping untuk mengatasi masalah perubahan fisik
 Berikan informasi tentang kemungkinan dapat pulihnya gejala pada perubahan
fisik.
 Kaji cara berpakaian untuk meningkatkan higiene personal, tindakan
pemotongan bulu, rambut, pakaian yang menarik
 Hargai keinginan pasien untuk privacy
 Bersikap sensitif terhadap kebutuhan.
 Buat waktu luang untuk setiap shift untuk mendengarkan secara aktif dan
dukungan emosi. Konsulkan kepada ahli keperawatan jiwa.
Hasil yang diharapkan/evaluasi
 Membicarakan perasaan tentang perubahan dalam penampilan
 Mengungkapkan pengetahuan bahwa gejala kekambuhan akan terjadi
dengan pengobatan
 Melakukan higiene harian
 Meningkatkan penampilan melalui penggunaan kosmetik yang bijaksana
dan pakaian yang sesuai.

2.Potensial terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan respon imun


intervensi:
 Pantau suhu tubuh dan tanda dan atau gejala infeksi lainnya setiap 4 jam
 Intruksikan pasien berbalik, batuk dan nafas dalamsetiap 2 jam sementara tirah
baring
 Hindari proses invsif yang tidak diperlukan (pemasangan kateter urine)
 Gunakan tekhinik sterilketika menangani semua lesi kulit, slang drain, atau sisi
pungsi intara vena
 Lakukan pemeriksaan kultur pada luka atau sekresiyang mencurigakan
 Pertahankan status nutrisi yang adekuat
 Hindari penempatan pasien dalam ruangan dengan orang lain yang secara
potensial dapat menulari pasien.
 Hindari personil dengan ispa atau infeksi lain untuk memberikan perawartan
pada klien, pantau pengunjung terhadap tanda infeksi dan batasi sesuai
kebutuhan , atau ajarkan cara mencucitangan dan menggunakan masker sebelum
berkunjung
Hasil yang diharapkan
Suhu tubuh dalam batas normal; tidak terdapat infeksi pada integumen,
pernafasan, dan sistem ginjal.
3.Potensial untuk terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan mudah
rusaksnya kapiler atau penipisan kulit
intervensi:
 Kaji terhada kemerahan atau kerusakanan kulit setiap 8 jam, bila pasien
menjalanai tirah baring kaji setiap 4 jam
 Berikatan perawatan kulit perawatan kulit pada titik tekanan setiap 4 jam
sesuai kebutuhan
 Gunakakan minyak atau solluision untuk air mandi, bilas dan keringkan
dengan baik
 Hindari penggunaan sabun yang keras dan handuk yang kasar
 Baringkan pasien pada matras atau tempat anti decubitus
 Bantu dan berikan dorongan pasien untuk mengubah posisi dengan
sering, ajarkan dan bantu pasien saaat melakukan rentang gerak, ambulasi
sesering mungkin, instruksikan klien untuk hindari duduk lebih dari 1 jam.
Hasil yang diharapkan / rasional:
Kulit tetap ututh tanpa bukti-bukti kemerahan.
4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan muskuloskeletal karena
peningkatan katabolisme protein
intervensi :
 Biarkan pasien sesuai keiinginannya, gunakan pagar tempat tidur dan trapez
diatas kepala
 Selingi aktivitas dengan waktu istirahat untuk membantu peningkatan toleransi
 Kaji dan berikan bantuan untuk ambulasi (alat bantu jalan, tulang) sesuai
kebutuhan
Antisipasi kebutuhan akan bantuan dengan aktivitas sehari-hari, berpakaian,
toileting, memberikan makanan,memebrikan barang-barang, yang dibutuhkan
dalam jangkauan yang mudah untuk diraihuntuk mengurangi penggunaan energi
Batasi aktivitas sampai tingkat toleransi pasien.
 Hentikan aktivitas pada saat pertama kali terlihat tanda intoleran, Takikardi,
dyspnea, kelelahan.
 Berikan dorongan untuk meningkatkan aktivitas sesuai toleransi, tetapi
mencaribantuan bila terjadi gejala intoleran.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Meningkatkan keiikut sertaan dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari.
Melaporkan berkurangnya perasaan kelemahan/ keletihan.

5.Perubahan proses berfikir berhubungan dengan kelebihan sekresi kortisol


intervensi:
 evaluasi metode koping yang lalu dan saat ini.
 Berikan dorongan untuk membicarakan tentang perasaan kehilangan kontrol.
 Diskusikan reaksi yang melewati batas terhadap peristiwa dan metode untuk
koping selanjutnya.
 Jelaskan bahwa lonjatan alam perasaan tersebut dapat diatasi dengan
pengobatan.
 Ajarkan dan bantu dalam melakukan teknik relaksasi.
 Berikan lingkungan yang tenang, stabil dan tanpa stress.
 Konsisten dengan waktu dan saat melaukuan aktivitas dan prosedur.
 Batasi pengunjung sesuai dengan kepentingan.
 Cegah situasi yang dapat menyebabkan kemarahan emosisonal.
 Rencanakan perawatan dengan pasien antisipasi kebutuhan.
 Orientsikan pasien pada lingkungan sesuai kebutuhan.
 Jelaskan prosedur dengan lambat dan jelas, ulangi bila perlu.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Pasien sadar dan berorintasi
Membicarakan perasaan dengan mudah.
Mengenali respon yang tidak sesuai terhadap situasi dan mebicarakan rencana
untuk menagani respon tersebut.
6.Kelebihan volume cairan sehubungan dengan sekresi kortisol yang berlebihan
menyebakan retensi air dan natrium
intervensi:
 pantau terhadap nilai-nilai elektrolit setiap 4 jam sampai 8 jam dan laporkan
temuan abnormal pada dokter.
 Pantau madukan dan haluaran setiap 4 jam
 Timbang berat badan pasien setiap hari. Pada waktu yang sama, laporkan
prningkatan berat badan.
 Hindari masukan cairan yang berlebihan bila pasien mengalami hipernatremia.
 Pantau EKG terhadap abnormalitas yang berhubungan dengan ketidak
seimbangan elektrolit, biasanya hipernatremia dan hiper kalemia.
 Pantau tekanan darah , nadi dan bunyi nafas setiap 4 jam laporkan
perubahan yang signifikan dari nilai dasar pasien.
 Kaji area edema dependen.
 Berikan perawatan kulituntuk erea yang mengalami edema, balikkan dan
ubah posisi setiap 2 jam.
 Pertahankan diet tinggi protein, tinggi kalium, rendah natrium,
mengurangi kalori.
Hasil yang diharapkan/evaluasi
Tanda-tanda vital dan elektrolit dalam batas normal untuk pasien, masukan dan
haluaran seimbang, berat badan stabil dan dalam batas normal bagi pasien, tidak
ada bukti adanya edema.
7.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit,
pengobatan dan perawatan diri.
Intervensi:
 Jelaskan konsep dasar tentang penyakit.
 Diskusikan alasan terjadinya perubahan fisik dan emosional.
 Diskusikan dan berikan informasi tertulis tentang diiet rendah natrium.
 Jelaskan pentingnya mempertahankan lingkungan yang aman dan keseimbagan
aktivitas dan istirahat.
 Ajarkan nama obat-obatan , dosis, waktu dan cara pemberian, tujuan,
efek samping dan efek toksik.
 Jelaskan pelunya menghindari obat yang dijual bebas tanpa
mengkonsultadikan dengan dokter.
 Tekankan pentingnya melakukan perawatan rawat jalan berkelanjutan.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Pasien orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit,
perinsip perawatan dirumah dan perawatan tindak lanjut, dan rencanakan terapi
radiasi atau operasi.
DAFTAR PUSTAKA

R. Syamsuhidayat Buku Ajar Ilmu Bedah; EGC; Jakarta; 1997.


Sylvia A. Price; Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit ; EGC;
Jakarta; 1994
Susanne C. Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart; EGC;
Jakarta; 1999.
Susan Martin Tucker;Standar Perawatan Pasien; EGC; jakarta
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

CHUSING SINDROME

DISUSUN OLEH :
ALFI QODRI
RENI NOVIANTI
NURCHASANAH
NOVITA WULANDARI
HARIS SUSANTO
ARIP PUTRA
LEAPEN SAKTI
RUDI MARYANTO
SALMAN ALPARISI
AHMAD RIFQI
TINGKAT 2B
POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2009/2010

Anda mungkin juga menyukai