Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri atas zona
glomerulosa, fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa mensekresikan aldosteron dan
dikendalikan oleh mekanisme renin-angiotensin dan tidak bergantung pada hipofisis. Zona
fasikulata dan retikularis mensekresikan kortisol dan hormon androgenik dan dikendalikan
oleh hipofisis melalui ACTH.
Sekresi ACTH oleh hipofisis dikendalikan oleh (1) faktor pelepas kortikotropin
hipotalamus, dan (2) efek umpan balik kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada
pembentukan hormon-hormon tersebut baik berlebih maupun kekurangan, akan
mempengaruhi tubuh dan menimbulkan keabnormalan. Sindrom cushing adalah terjadi akibat
kortisol berlebih.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang di angkat pada makalah ini adalah Bagaimana asuhan
keperawatan pada kasus chusing sindrom?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menganalisa serta mengaplikasikan materi-materi yang
1.3.2

berhubungan dengan penyakit chusing sindrom.


Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui anatomi fisiologi sistem yang mendasari kasus chusing
sindrom.
b. Mampu melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus chusing sindrom.
c. Mampu melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus chusing sindrom.
d. Mampu mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan
penyakit chusing sindrom dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam
mengatasi masalah system endokrin.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan ini menggunakan metode kepustakaan dengan cara membaca bukubuku tentang penyakit dan mengambil referensi dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari:
1. Bab I

Pendahuluan
2. Bab II
Tinjauan Teori
3. Bab III
Pembahasan Kasus
4. Bab IV
Penutupan

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Syndrome cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic
gabungan dari peninggian kadar glikokortikoid dalam darah yang menetap.(Patofisiologi, hal
1089).
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi
ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis farmakologik senyawasenyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088).
2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
Kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Kelenjar
adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah
dari arteri adrenalis. Kelenjar suprarenalis atau adrenal jumlahnya ada 2, terdapat pada
bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram.

Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari :


1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam.
2. Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein.
3. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid.
Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian, yaitu medulla adrenal dan korteks adrenal
Korteks adrenal adalah bagian dari kelenjar adrenal yang dapat menyintesis kolesterol dan
mengambilnya dari sirkulasi yang dibagi dalam 3 lapisan zona, yaitu:
1. Zona glomerulosa menghasilkan meneralokartikoid.
2. Zona fasikulata menghasilkan glukokortikoid.
3. Zona retikularis dan hormon kelamin gonadokartikoid.
Kelenjar adrenal terdiri dari sepasang, berbentuk piramid, terletak di bagian atas ginjal,
bagian luar atau korteks padat dan merupakan kira-kira 80% berat adrenal normal dan
menghasilkan steroid.
Ada 3 lapisan penting steroid yang telah diisolasi dari korteks adrenal, yaitu:
1.

Kortisol (hidrokortison) disekresi setiap hari umumnya berasal dari zona fasikulata
(lapisan tengah) dan zona retukularis(lapisan dalam)

2.

Dehidroepiandrosteron (DHEA) disekresi oleh lapisan yang sama dan kira-kira dalam
jumlah yang sama dengan kortisol.

3.

Aldosteron disekresi oleh zona glomerulosa (lapisan luar) yang juga memproduksi
beberapa jenis kortikosteroid lain dan sedikit plasma dan estrogen..
2.3 Etiologi
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti berikut :
Glukokortikoid yang berlebih
Aktifitas korteks adrenal yang berlebih
Hiperplasia korteks adrenal
Pemberian kortikosteroid yang berlebih
Sekresi steroid adrenokortikal yang berlebih terutama kortisol
Tumor-tumor non hipofisis
Adenoma hipofisis
Tumor adrenal
2.4 Patofisiologi
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang mencakup umur
kelenjar hipofisis yang mneghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk
meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduski dengan jumlah
yang adekuat. Hoperflasia kelenjar adrenal dan pemberian kortikosteroid atau ACTH dapat
pula menimbulkan sindrom cushing, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan

fungsi kortek adrenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan
menghilang. Tanda dan gejala sindrum cushing terutama terjadi sebagai akibat dari sekresi
glukokortikoid dan androgen yang berlebihan, mekipun sekresi meneralorkortikoid juga dapat
terpengaruh.
Kelebihan glukokortikoid dapat menghambat proses metabolisme protein dan
karbohidrat. Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein,
menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein,
sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah,
dan tulang.

2.5 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis yang terdapat pada pennderita sindrom cushing adalah sebagai berikut :
1. Amenorea
2. Jerawat
3. Nyeri punggung
4. Penurunan konsentrasi
5. Kelemahan otot
6. Moonface
7. Nyeri kepala
8. Hiperpigmentasi
9. Luka sukar sembuh
10. Edema pada ekstremitas
11. Penipisan kulit
12. Hipertensi
13. Osteoporosis
14. Striae pada abdomen
15. Pembesaran klitoris
16. Obesitas
17. Punuk kerbau pada posterior leher
18. Hipokalemia
19. Psikosis
20. Retensi natrium
21. Depresi
22. Perubahan emosi
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes supresi dexamethason
a. Untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing tersebut, apakah
hipofisis atau adrenal.
b. Untuk menentukan kadar kortisol.
c. Pada pagi hari lonjakan kortisol akan ditekan : Steroid <5 uL/dl => Normal
Pada pagi hari sekresi kortisol tidak ditekan : Steroid >10 uL /dl =>Sindrom Cushing

2. Kadar kortisol bebas dalam urin 24 jam:


Untuk memeriksa kadar 17- hidroksikortikosteroid serta 17- kortikosteroid, yang
merupakan

metabolic

kortisol

dan

androgen

dalam

urin.

Kadar metabolic dan kortisol plasma meningkat Sindrom Cushing


3. Stimulasi CRF (Corticotrophin-Releasing Faktor)
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat-tempat ektopik produksi ACTH
sebagai penyebab.
4. Pemeriksaan Radioimmunoassay ACTH Plasma Untuk mengenali penyebab Sindrom
Cushing
5. CT, USG, dan MRI dapat dilakukan untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan
mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal.
2.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Pengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung apakah sumber
ACTH adalah hipofisis / ektopik.
a. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor tranfenoida.
b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai
gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti
pemberian kortisol dosis fisiologik.
d. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul kemoterapi pada penderita
dengan karsinoma/ terapi pembedahan
e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa mensekresikan
kortisol Sesuai pada penyebabnya. Penyakit Cusing dapat dilakukan iradiasi dari hipofise,
kombinasi iradiasi dengan unilateral adrenalektomi. Pada adenoma basofil yang
menimbulkan gejala penionggian tekanan intra kranial dan tidak berhasil dengan
radiotherafi, dilakukan ekstirpasi. Pada kasus berat dimana iradiasi hipofise tidak memberi
hasil, dilakukan adrenalektomi bilateral, kemudian substitusi dengan hidrokortison,
kortison atau fludrokortison. Bila disebabkan oleh adenoma atau karsinoma adrenal,
dilakukan operasi kemudian terapi substitusi.
1) Terapi Operatif
Hipofisektomi Transfenoidalis, Operasi pengangkatan tumor pada kelenjar
hipofisis
Adrenalektomi, terapi pilihan bagi pasien dengan hipertrofi adrenal primer
2) Terapi Medis
Preparat penyekot enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotane,
ketokonazol) digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut
disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan
secara tuntas.

2.8
a.
b.
c.
d.
e.

Komplikasi
Diabetes Militus
Hipertensi
Krisis Addisonnia
Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
Patah tulang akibat osteoporosis.

2.9 Pencegahan
Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya Glaukoma sudut terbuka. Jika
penyakit ini ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi penglihatan dan kebutaan bisa
dicegah dengan pengobatan.
Orang-orang yang memiliki resiko menderita Glaukoma sudut tertutup sebaiknya
menjalani pemeriksaan mata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalani
iridotomi untuk mencegah serangan akut
2.10Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teoritis
2.10.1 Pengkajian
1. Identitas
Lebih lazim sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dan mempunyai insiden
puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
2. Keluhan Utama
Adanya memar pada kulit, pasien. Mengeluh lemah, terjadi kenaikan berat
badan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada memar pada kulit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kartekosteroid dalam
jangka waktu yang lama.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit sindrom cushing
6. Pemeriksaan fisik berupa :
Keadaan umum lemah
Tanda vital : suhu meningkat, tensi meningkat, nadi cepat dan lemah
a. Sistem Integumen
Kaji kulit klien terhadap trauma, infeksi, lecet-lecet, memar dan edema.
b. Sistem Pernapasan
Kaji apakah terdapat pernapasan tachipneu dan pernapasan cuping hidung
c. Sistem Kardiovaskuler

Kaji pasien terhadap hipertesi dan hipertensi cairan dengan pitting edema
d. Sistem Pencernaan
Kaji mukosa bibir klien apakah nampak kering atau pucat, kaji tenggorokan
terhadap pembesaran kelenjar tiroid.
e. Sistem Gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan garis-garis penegangan atau strie pada
f.

abdomen.
Sistem Neurologis
Fungsi mental pasien dikaji yang mencakup keadaan emosi, respon terhadap

pertanyaan, kesadaran akan lingkungan & tingkat depresi.


g. Sistem Musculoskeletal
Kaji terhadap, Bufallo hamp, Obesitas badan dengan ekstremitas kecil,
Penumpukan lemak supra klapikular, Sakit pinggang, Kehilangan otot atau
kehilangan massa otot, atrofi otot dan Osteoporosis.
2.10.2 Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan protein kulit
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
4. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan suasana hati, mudah
tersinggung dan depresi.
2.10.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No
1

Diagnosa

NOC

NIC

Keperawatan
Nyeri kronis b/d

Setelah dilakukan asuhan

agen injuri fisika

keperawatan

Pain management

selama Lakukan pengkajian nyeri

24jam, klien dapat :

secara

Definisi :

Mengontrol nyeri , dengan

termasuk

lokasi,

Sensori yang tidak

indicator

karakteristik,

durasi,

kompehensif

menyenangkan dan -

Mengenal factor factor

pengalaman

kerusakan jaringan -

penyebab
factor presifitasi
mengenal onset nyeri Gunakan teknik komunikasi
tindakan pertolongan
terapeutik
untuk
non-analgetik
mengetahui pengalaman
menggunakan
nyeri pasien
analgetik

Kaji
kultur
yang
melaporkan gelaja -

atau

gelaja

menggambarkan

kesehatan
nyeri terkontrol

emosional
muncul
actual

yang
secara

atau -

potensial kerusakan

adanya kerusakan
(asosiasi studi nyeri

Keterangan :

kepada

tim

frekuensi, kualitas dan

mempengaruhi

respon

nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama pasien

internasional

serangan

: 1. tidak pernah dilakukan


2. kadang kadang

dilakukan
mendadak
atau
3. sering dilakukan
pelan intersitasnya 4. selalu dilakukan
dari ringan sampai
berat yang dapat
diantisipasi dengan

nyeri

tubuh
kegelisahan
berat
agak berat
sedang
sedikit tidak ada

untuk
menghindari

yang

mempengaruhi
seperti

suhu

parmakologi,

non

parmakologi

dan

interpersonal )
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk

menuntukan

intervensi
Ajarkan
teknik

non

parmakologi
Berikan analgetik

untuk

mengurangai nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter

nyeri
yang

berhubungan :

jika ada keluhan dan

Agen injuri (biologi


kimia

masa

melaporkan nyeri
ruangan , pencahayaan ,
frekuensi nyeri
dan kebisingan
lamanya episode nyeri
Pilih
dan
lakukan
ekspresi nyeri : wajah
posisi
melindungi
penanganan
nyeri

Keterangan :

1.
- Fakta
dari 2.
3.
observasi
4.
- Dosis
analgetik

nyeri

lampau
Control lingkungan

dengan indicator :

Factor

control

dapat

prediksi
dan dengan
durasi kurang dari 6 bulan.

karakteristik :

tentang ketidak efktifan

Menunjukan tingkat nyeri,

akhir yang dapat di

Batasan

dan tim kesehatan lain

tindakan

fisika,

nyeri

tidak

berhasil
Monitor penerimaan pasien

fsikologis)

tentang

managemen

nyeri
Analgesic Administration
Tentukan
karakteristik,

lokasi,
kualitas,

dan derajat nyeri dan


sebelum pemberian obat,
Cek intruksi dokter tentang

jenis obat , dosis, dan


frekuensi
Tentukan analgesic pilihan,
rute pemberian dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV ,IM untuk pengobatan
nyeri

secara

teratur

monitor sign dan sesudah


pemberian

analgesic

pertama kali
Berikan analgesic

tepat

waktu terutama saat nyeri


hebat
Evaluasi aktifitas analgesic,
tanda dan gejala ( efek
2

Gangguan persepsi

samping )
NIC

NOC :

sensori: penglihatan

Vision

berhubungan

behavior

dengan gangguan

compensation

penerima,

lensa

dengan

benar
Memakai huruf braile
Memakai penyinaran/

Kaji

reaksi

terhadap

Memakai kaca mata


atau

Komunikasi:

Defisit Penglihatan

Kriteria hasil:

penerimaan sensori
dari
organ

Pencapaian

penurunan

penglihatan
Ajak pasien
menentukan
dan

cahaya yang sesuai

belajar

ntuk
tujuan
melihat

dengan cara yang lain


Deskripsikan
lingkungan

pasien

disekitar

pasien
Jangan memindahkan
sesuatu di ruangan
pasien tanpa memberi

informasi pada pasien


Bacakan surat atau
koran atau info lainnya

Sediakan huruf braile


Informasikan
letak
benda-benda
sering

yang

diperlukan

pasien
Manajemen Lingkungan

Ciptakan

lingkungan

yang aman bagi pasien


Pindahkan
bendabenda berbahaya dari

lingkungan pasien
Pasang side rail
Sediakan tempat tidur

yang rendah
Tempatkan

benda

+benda pada tempat


yang dapat dijangkau
pasien

2.10.4 Implementasi
Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin
Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya

nyeri
Menganjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
Mendemonstrasikan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien
Berkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Mengukur derajat / tipe kehilangan penglihatan
Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal,
tidak salah dosisi.

2.10.5 Evaluasi

10

PEMBAHASAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Tn. LA
Dengan Gangguan Pada Sistem Endokrin : Chusing Syndrom

Pengkajian

Biodata
a. Identitas Klien
Nama

: Tn. LA

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 34 tahun

Agama

:-

Pekerjaan

:-

Pend. Terakhir: Suku/Bangsa

:-

gol. Darah

:-

Alamat

:-

Diagnose mendis

: glukoma

Tanggal masuk RS

:-

Tgl. pengkajian

:-

b. Identitas penanggung jawab


Nama
: Ibu
Umur
:Alamat
:Pekerjaan
: Keluhan Utama / Alasan Kunjungan
Mata kiri seperti berkabut
Riwayat Kesehatan Saat Ini
LA laki-laki umur 34 tahun dengan riwayat open angle glaucoma berobat ke optamologist
dengan keluhan pandangan berkabut dan buram pada mata kiri. Dia
mengalami sensitivitas yang tinggi terhadap cahaya dan mengalami sakit kepala.

11

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Dia juga mengeluh mengalami periode distorsi pada mata kiri sejak 3 bulan yang lalu,
sering kondisi ini berhubungan dengan buramnya pandangan di daerah sentral visual. LA
pernah mengalami kecelakaan mobil dan mengalami patah tulang belakang sekitar 9
tahun yang lalu. LA adalah lulusan PhD dibidang farmasi klinik dari universitas terkemuka
di Inggris. Tidak ada riwayat merokok. Pernah mempunyai kebiasaan minum minuman

keras 4 gelas per hari selama tiga tahun saat menempuh program PhD nya dahulu.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah, ibu dan kakak perempuannya mempunyai gangguan glukoma. Ayahnya menderita

hipertensi.
Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum:b. Tanda-Tanda Vital:
1) Tekanan Darah
: 120/82 mmhg
2) Nadi
: 70 x / menit
3) Suhu
:4) RR
: 18 x / menit
Riwayat Psikososial
a. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
b. Konsep diri
c. Sumber stress
d. Mekanisme koping
e. Kebiasaan dan pengaruh budaya
LA adalah lulusan PhD dibidang farmasi klinik dari universitas terkemuka di Inggris.

Tidak ada riwayat merokok. Pernah mempunyai kebiasaan minum minuman keras 4
gelas per hari selama tiga tahun saat menempuh program PhD nya dahulu.
Dukungan emosional
a. Emosional
b. Finansial

Pola aktifitas
No

Jenis Aktivitas

1.

Nutrisi :
a. Frekuensi

dan

porsi
b. Jenis makanan
c. Pola makan
d. Nafsu makan

Saat di Rumah

Di RS

12

e. Pantangan
f. Alergi
g. Kesulitan/hambat
2.

3.

4.

an
Minum :
a. Jenis air minum
b. Frekuensi
dan
porsi
c. Kesulitan
Personal hygine :
a. frekuensi mandi
b. frekuensi
keramas
c. oral hygine
Eliminasi :
a. Eliminasi fecal
1) Frekuensi
BAB
2) Warna feces
3) Konsistensi
b. Eliminasi Urin :
1) Frekuensi

5.

6.

BAK
2) Warna urin
3) Konsistensi
Istirahat/tidur :
a. Kualitas
b. Kuantitas
c. Konsistensi
Latihan/olah raga
a. Jenis kegiatan
b. Sikap

Pemeriksaan Head to toe (berfokus pada salah satu organ yang terdapat gangguan)
No
1
2
3
4
5
6

Jenis
Kepala
Wajah
Mata
Leher
Dada
Abdomen
Eksremitas
a. Atas
b. Bawah

Inspeksi
-

Palpasi
distorsi
-

Auskultasi
-

Perkusi
-

13

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
N

Jenis Pemeriksaan

Nilai Hasil

Nilai Normal

Interpretasi

o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Hb
LED
BUN
Creatinin
Kolesterol
Albumin serum
Protein
Na
K
Cl
CO2
SCr
Gula darah puasa

10 mg/dL
138mEq/L
3,3 mEq/L
99 mEq/L
25 mEq/L
0,9 mg/dl
126 mg/dl

12,0-16,0 g/dL
6-24 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
150-270 mg/dL
3.5-5,0 mg/dL
135-155 mEq/L
3,6-5,5 mEq/L
98-108 mEq/L
22-23 mEq/L
0,5-1,2 mg/dl
72-126 mg/dl

Normal
Normal
Turun
Normal
Naik
Normal
Normal

b. Radiologi
Tidak ada gangguan jantung, paru dan problem kardiovaskuler serta tidak mempunyai
gangguan stroke atau anemia.
c. Terapi Obat - obatan
d. Pemeriksaan mata
Aktivitas visual : OD- hand motion pada jarak 3 cm dengan koreksi spektakles, OS

20/30.
Tekanan intraokuler : OD- 14 mmHg, OS : 20 mmHg.
Pemeriksaan vitreous : bersih
Disks : C/D ratio = 1.0 ratio, C/D ratio = 0,99 dengan sedikit lingkaran (normal C/D
ratio = <0.33)

Data Fokus

Data Subjektif
Tn.LA mengeluh pandangan berkabut

Data Objektif
Buramnya pandangan di daerah

dan buram pada mata kiri.


Tn.LA
mengeluh
mengalami

sentral visual.
Hasil pemeriksaan lab/ radiologi :

sensitivitas tinggi terhadap cahaya.


Mengeluh sakit kepala.
Mata kiri mengalami periode distorsi
Riwayat patah tulang belakang
Ayah, ibu dan kakaknya mempunyai

Tidak ada gangguan jantung, paru

14

dan problem kardiovaskuler serta


tidak mempunyai gangguan stroke
atau anemia.

gangguan glukoma.
Ayahnya menderita hipertensi

Pemeriksaan fisik didapatkan data


Vital sign :
TD : 120/82 mmHg, Nadi : 70
x/menit, dan RR : 18 x/menit.

Pemeriksaan mata :
a. Aktivitas visual : OD- hand
motion pada jarak 3 cm dengan
koreksi spektakles, OS- 20/30.
b. Tekanan intraokuler : OD- 14
mmHg, OS : 20 mmHg.
c. Pemeriksaan vitreous : bersih
d. Disks : C/D ratio = 1.0 ratio, C/D
ratio = 0,99 dengan sedikit
lingkaran (normal C/D ratio =

<0.33)
Pemeriksaan laboratorik :
Na 138 mEq/L
K 3.3 mEq/L
Cl 99 mEq/L
CO2 25 mEq/L
BUN 10 mg/dL
SCr 0,9 mg/dL
Gula darah puas 126 mg/dL.

Diagnosa Keperawatan

Analisa Data

15

No
1.

Masalah
Nyeri kronis

Etiologi
Faktor predisposisi

Data
Ds:

Mengeluh

kepala.
Riwayat

Trauma pada mata

sakit
patah

tulang belakang

Obstruksi jaringan trabekuler


Do :
Hambatan pengaliran humor

Pemeriksaan
fisik didapatkan

aqueos

data Vital sign :


TD

Peningkatan TIO

120/82

mmHg, Nadi : 70
x/menit, dan RR :

nyeri kronis

18 x/menit.

Gangguan persepsi

Faktor predisposisi

Ds:

sensori

Tn. LA mengeluh

Trauma pada mata

pandangan
berkabut

Peningkatan tekanan viterus


pergerakan iris ke depan cairan

dan

buram

pada

mata kiri.
Tn. LA mengeluh

mengalami

humor aqueos

sensitivitas tinggi
Peningkatan TIO

terhadap cahaya.
Mata
kiri

mengalami

Gangguan saraf optik


Gangguan persepsi sensori

periode distorsi
Do :
Buramnya pandangan
di daerah sentral
visual.
Pemeriksaan mata :
a. Aktivitas visual :
OD-

hand

motion

pada

jarak

cm

dengan koreksi
b. spektakles, OS20/30.
c. Tekanan
intraokuler : OD14 mmHg, OS :

16

20 mmHg.
d. Pemeriksaan
vitreous : bersih
e. Disks : C/D ratio
= 1.0 ratio, C/D

Diagnosa Prioritas
No
1

Diagnosa

NOC

NIC

Keperawatan
Nyeri kronis b/d

Setelah dilakukan asuhan

agen injuri fisika

keperawatan

Pain management

selama Lakukan pengkajian nyeri

24jam, klien dapat :

secara

Definisi :

Mengontrol nyeri , dengan

termasuk

lokasi,

Sensori yang tidak

indicator

karakteristik,

durasi,

kompehensif

menyenangkan dan -

Mengenal factor factor

pengalaman

kerusakan jaringan -

penyebab
factor presifitasi
mengenal onset nyeri Gunakan teknik komunikasi
tindakan pertolongan
terapeutik
untuk
non-analgetik
mengetahui pengalaman
menggunakan
nyeri pasien
analgetik

Kaji
kultur
yang
melaporkan gelaja -

atau

gelaja

menggambarkan

kesehatan
nyeri terkontrol

emosional
muncul
actual

yang
secara
atau -

potensial kerusakan

adanya kerusakan
(asosiasi studi nyeri
internasional

kepada

tim

Keterangan :

5. tidak pernah dilakukan


: 6. kadang kadang

serangan

dilakukan
7.
sering dilakukan
mendadak
atau
8. selalu dilakukan
pelan intersitasnya
dari ringan sampai

Menunjukan tingkat nyeri,

berat yang dapat

dengan indicator :

diantisipasi dengan akhir yang dapat di prediksi


dan dengan
durasi kurang dari 6 bulan.
Batasan
karakteristik :
- Fakta

mempengaruhi

respon

nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidak efktifan
control

nyeri

lampau
Control lingkungan
dapat

masa
yang

mempengaruhi

nyeri
seperti
suhu
melaporkan nyeri
ruangan , pencahayaan ,
frekuensi nyeri
lamanya episode nyeri
dan kebisingan
ekspresi nyeri : wajah Pilih
dan
lakukan
posisi
melindungi
penanganan
nyeri
tubuh
(
parmakologi,
non
kegelisahan

Keterangan :
5.
6.
dari 7.
8.

frekuensi, kualitas dan

berat
agak berat
sedang
sedikit tidak ada

17

parmakologi

dan

interpersonal )
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk

menuntukan

observasi
- Dosis
analgetik
untuk
menghindari

non

parmakologi
Berikan analgetik

untuk

mengurangai nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter

nyeri
Factor

intervensi
Ajarkan
teknik

yang

berhubungan :

jika ada keluhan dan

Agen injuri (biologi

tindakan

kimia

fisika,

nyeri

tidak

berhasil
Monitor penerimaan pasien

fsikologis)

tentang

managemen

nyeri
Analgesic Administration
Tentukan

lokasi,

karakteristik,

kualitas,

dan derajat nyeri dan


sebelum pemberian obat,
Cek intruksi dokter tentang
jenis obat , dosis, dan
frekuensi
Tentukan analgesic pilihan,
rute pemberian dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV ,IM untuk pengobatan
nyeri

secara

teratur

monitor sign dan sesudah


pemberian

analgesic

pertama kali
Berikan analgesic

tepat

waktu terutama saat nyeri


hebat
Evaluasi aktifitas analgesic,
tanda dan gejala ( efek
samping )

18

Gangguan persepsi

NOC :

NIC

sensori: penglihatan

Vision

berhubungan

behavior

dengan gangguan

compensation

Pencapaian

Komunikasi:

Defisit Penglihatan

Kriteria hasil:

Kaji

reaksi

pasien

penerimaan sensori
dari
organ

Memakai kaca mata

terhadap

atau

penerima,

benar
Memakai huruf braile
Memakai penyinaran/

penglihatan
Ajak pasien

lensa

dengan

penurunan

menentukan
dan

cahaya yang sesuai

tujuan

belajar

melihat

dengan cara yang lain


Deskripsikan
lingkungan

ntuk

disekitar

pasien
Jangan memindahkan
sesuatu di ruangan
pasien tanpa memberi

informasi pada pasien


Bacakan surat atau

koran atau info lainnya


Sediakan huruf braile
Informasikan
letak
benda-benda
sering

yang

diperlukan

pasien
Manajemen Lingkungan

Ciptakan

lingkungan

yang aman bagi pasien


Pindahkan
bendabenda berbahaya dari

lingkungan pasien
Pasang side rail
Sediakan tempat tidur

yang rendah
Tempatkan

benda

+benda pada tempat


yang dapat dijangkau

19

pasien

B. Implementasi
Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin
Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
Menganjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
Mendemonstrasikan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien
Berkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Mengukur derajat / tipe kehilangan penglihatan
Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak
salah dosisi.
C. Evaluasi
Pasien sudah tidak mengeluh sakit kepala.
Pasien sudah tidak mengeluh pandangan berkabut dan buram pada mata kiri.
Pasien tidak lagi mengeluh sensitivitas tinggi terhadap cahaya.
Mata kiri sudah tidak mengalami periode distorsi

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Istilah Glaukoma merujuk pada kelompok penyakit berbeda dalam hal patofisiologi klinis
dan penanganannya. Biasanya ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat
kerusakan saraf optikus. Kerusakan ini berhubungan dengan derajat TIO, yang terlalu tinggi
untuk berfungsinya saraf optikus secara normal. Semakin tinggi tekanannnya, semakin cepat
kerusakan saraf optikus berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis
yang menghambat peredaran normal dan humor aqueous.
Dianjurkan bagi semua yang mempunyai faktor resiko penderita glaukoma, yang berusia
diatas 35 tahun menjalani pemeriksaan berkala pada oftalmologis untuk mengkaji TIO, lapang
pandang, dan kaput neuri optisi.
Meskipun tidak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan obat,
kadang diperlukan laser atau konvensional (insisional). Tujuan penanganan adalah untuk
menghentikan atau memperlambat perkembangan agar dapat mempertahankan penglihatan
yang baik sepanjang hidup.

20

4.2 Saran
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa hambatan dalam
penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada :
a) Perawat.
Sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat
perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu merawat pasien

secara komprehensif dan optimal.


Mampu memberikan informasi untuk kesejahteraan pasien. Terkait dengan masalah

kesehatan yang dialami.


b) Rumah sakit (bidang pelayanan)
Penulis mengharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien.
Khususnya dalam bidang keperawatan, guna meningkatkan pelayanan atau asuhan
keperawatan yang lebih optimal.
c) Institusi pendidikan.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagain bahan acuan bacaan untuk
menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa Stikes Kuningan dan
karya tulis ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur yang membahahas masalah
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan galukoma.

21

Daftar Pustaka

Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI,


1982.

Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed
3, EGC, Jakarta, 2000.

Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses


Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PADA PERSEPSI SENSORI : GLAUKOMA
Disarankan untuk memenuhi salah satu tugas tutorial Blok Sistem Persepsi Sensori

22

Disusun Oleh Kelompok 6:


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
(STIKKU)
Tahun Ajaran 20152016

10 KATA PENGANTAR

23

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan pada Sistem Persepsi Sensori

Glaukoma.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing Ns.Nanang Saprudin S.Kep.,M.Kep.Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak
akan terselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing dan teman-teman.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik guna kesempurnaan penulisan makalah
selanjutnya. Akhirnya, semoga makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
pada Sistem Persepsi Sensori : Glaukoma ini dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga dapat
dijadikan acuan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Kuningan, Maret 2016

Penulis

24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Metode Penulisan

1.5 Manfaat Penulisan

1.6 Sistematika Penulisan 3


BAB II Tinjauan Teoritis
2.1 Definisi

2.2 Anatomi dan fisiologi sistem hematologi 4


2.3 Etilogi

2.4 Patofisiologi 6
2.5 Manifestasi klinis
2.6 Komplikasi

2.7 Pemeriksaan penunjang


2.8 Penatalaksanaan

2.9 Konsep asuhan keperawatan secara teoritis


BAB III Kasus dan Pembahasan

17

BAB IV Simpulan dan Saran

25

4.1 Kesimpulan 25
4.2 Saran

25

Daftar Pustaka

27

25

Anda mungkin juga menyukai