PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri atas zona
glomerulosa, fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa mensekresikan aldosteron dan
dikendalikan oleh mekanisme renin-angiotensin dan tidak bergantung pada hipofisis. Zona
fasikulata dan retikularis mensekresikan kortisol dan hormon androgenik dan dikendalikan
oleh hipofisis melalui ACTH.
Sekresi ACTH oleh hipofisis dikendalikan oleh (1) faktor pelepas kortikotropin
hipotalamus, dan (2) efek umpan balik kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada
pembentukan hormon-hormon tersebut baik berlebih maupun kekurangan, akan
mempengaruhi tubuh dan menimbulkan keabnormalan. Sindrom cushing adalah terjadi akibat
kortisol berlebih.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang di angkat pada makalah ini adalah Bagaimana asuhan
keperawatan pada kasus chusing sindrom?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menganalisa serta mengaplikasikan materi-materi yang
1.3.2
Pendahuluan
2. Bab II
Tinjauan Teori
3. Bab III
Pembahasan Kasus
4. Bab IV
Penutupan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Syndrome cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic
gabungan dari peninggian kadar glikokortikoid dalam darah yang menetap.(Patofisiologi, hal
1089).
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi
ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis farmakologik senyawasenyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088).
2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
Kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Kelenjar
adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah
dari arteri adrenalis. Kelenjar suprarenalis atau adrenal jumlahnya ada 2, terdapat pada
bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram.
Kortisol (hidrokortison) disekresi setiap hari umumnya berasal dari zona fasikulata
(lapisan tengah) dan zona retukularis(lapisan dalam)
2.
Dehidroepiandrosteron (DHEA) disekresi oleh lapisan yang sama dan kira-kira dalam
jumlah yang sama dengan kortisol.
3.
Aldosteron disekresi oleh zona glomerulosa (lapisan luar) yang juga memproduksi
beberapa jenis kortikosteroid lain dan sedikit plasma dan estrogen..
2.3 Etiologi
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti berikut :
Glukokortikoid yang berlebih
Aktifitas korteks adrenal yang berlebih
Hiperplasia korteks adrenal
Pemberian kortikosteroid yang berlebih
Sekresi steroid adrenokortikal yang berlebih terutama kortisol
Tumor-tumor non hipofisis
Adenoma hipofisis
Tumor adrenal
2.4 Patofisiologi
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang mencakup umur
kelenjar hipofisis yang mneghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk
meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduski dengan jumlah
yang adekuat. Hoperflasia kelenjar adrenal dan pemberian kortikosteroid atau ACTH dapat
pula menimbulkan sindrom cushing, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan
fungsi kortek adrenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan
menghilang. Tanda dan gejala sindrum cushing terutama terjadi sebagai akibat dari sekresi
glukokortikoid dan androgen yang berlebihan, mekipun sekresi meneralorkortikoid juga dapat
terpengaruh.
Kelebihan glukokortikoid dapat menghambat proses metabolisme protein dan
karbohidrat. Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein,
menyebabkan menurunnya kemampuan sel-sel pembentuk protein untuk mensistesis protein,
sebagai akibatnya terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah,
dan tulang.
metabolic
kortisol
dan
androgen
dalam
urin.
2.8
a.
b.
c.
d.
e.
Komplikasi
Diabetes Militus
Hipertensi
Krisis Addisonnia
Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
Patah tulang akibat osteoporosis.
2.9 Pencegahan
Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya Glaukoma sudut terbuka. Jika
penyakit ini ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi penglihatan dan kebutaan bisa
dicegah dengan pengobatan.
Orang-orang yang memiliki resiko menderita Glaukoma sudut tertutup sebaiknya
menjalani pemeriksaan mata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalani
iridotomi untuk mencegah serangan akut
2.10Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teoritis
2.10.1 Pengkajian
1. Identitas
Lebih lazim sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dan mempunyai insiden
puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
2. Keluhan Utama
Adanya memar pada kulit, pasien. Mengeluh lemah, terjadi kenaikan berat
badan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada memar pada kulit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kartekosteroid dalam
jangka waktu yang lama.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit sindrom cushing
6. Pemeriksaan fisik berupa :
Keadaan umum lemah
Tanda vital : suhu meningkat, tensi meningkat, nadi cepat dan lemah
a. Sistem Integumen
Kaji kulit klien terhadap trauma, infeksi, lecet-lecet, memar dan edema.
b. Sistem Pernapasan
Kaji apakah terdapat pernapasan tachipneu dan pernapasan cuping hidung
c. Sistem Kardiovaskuler
Kaji pasien terhadap hipertesi dan hipertensi cairan dengan pitting edema
d. Sistem Pencernaan
Kaji mukosa bibir klien apakah nampak kering atau pucat, kaji tenggorokan
terhadap pembesaran kelenjar tiroid.
e. Sistem Gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan garis-garis penegangan atau strie pada
f.
abdomen.
Sistem Neurologis
Fungsi mental pasien dikaji yang mencakup keadaan emosi, respon terhadap
Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan
Nyeri kronis b/d
keperawatan
Pain management
secara
Definisi :
termasuk
lokasi,
indicator
karakteristik,
durasi,
kompehensif
menyenangkan dan -
pengalaman
kerusakan jaringan -
penyebab
factor presifitasi
mengenal onset nyeri Gunakan teknik komunikasi
tindakan pertolongan
terapeutik
untuk
non-analgetik
mengetahui pengalaman
menggunakan
nyeri pasien
analgetik
Kaji
kultur
yang
melaporkan gelaja -
atau
gelaja
menggambarkan
kesehatan
nyeri terkontrol
emosional
muncul
actual
yang
secara
atau -
potensial kerusakan
adanya kerusakan
(asosiasi studi nyeri
Keterangan :
kepada
tim
mempengaruhi
respon
nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama pasien
internasional
serangan
dilakukan
mendadak
atau
3. sering dilakukan
pelan intersitasnya 4. selalu dilakukan
dari ringan sampai
berat yang dapat
diantisipasi dengan
nyeri
tubuh
kegelisahan
berat
agak berat
sedang
sedikit tidak ada
untuk
menghindari
yang
mempengaruhi
seperti
suhu
parmakologi,
non
parmakologi
dan
interpersonal )
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menuntukan
intervensi
Ajarkan
teknik
non
parmakologi
Berikan analgetik
untuk
mengurangai nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter
nyeri
yang
berhubungan :
masa
melaporkan nyeri
ruangan , pencahayaan ,
frekuensi nyeri
dan kebisingan
lamanya episode nyeri
Pilih
dan
lakukan
ekspresi nyeri : wajah
posisi
melindungi
penanganan
nyeri
Keterangan :
1.
- Fakta
dari 2.
3.
observasi
4.
- Dosis
analgetik
nyeri
lampau
Control lingkungan
dengan indicator :
Factor
control
dapat
prediksi
dan dengan
durasi kurang dari 6 bulan.
karakteristik :
Batasan
tindakan
fisika,
nyeri
tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien
fsikologis)
tentang
managemen
nyeri
Analgesic Administration
Tentukan
karakteristik,
lokasi,
kualitas,
secara
teratur
analgesic
pertama kali
Berikan analgesic
tepat
Gangguan persepsi
samping )
NIC
NOC :
sensori: penglihatan
Vision
berhubungan
behavior
dengan gangguan
compensation
penerima,
lensa
dengan
benar
Memakai huruf braile
Memakai penyinaran/
Kaji
reaksi
terhadap
Komunikasi:
Defisit Penglihatan
Kriteria hasil:
penerimaan sensori
dari
organ
Pencapaian
penurunan
penglihatan
Ajak pasien
menentukan
dan
belajar
ntuk
tujuan
melihat
pasien
disekitar
pasien
Jangan memindahkan
sesuatu di ruangan
pasien tanpa memberi
yang
diperlukan
pasien
Manajemen Lingkungan
Ciptakan
lingkungan
lingkungan pasien
Pasang side rail
Sediakan tempat tidur
yang rendah
Tempatkan
benda
2.10.4 Implementasi
Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin
Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya
nyeri
Menganjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
Mendemonstrasikan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien
Berkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Mengukur derajat / tipe kehilangan penglihatan
Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal,
tidak salah dosisi.
2.10.5 Evaluasi
10
PEMBAHASAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Tn. LA
Dengan Gangguan Pada Sistem Endokrin : Chusing Syndrom
Pengkajian
Biodata
a. Identitas Klien
Nama
: Tn. LA
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 34 tahun
Agama
:-
Pekerjaan
:-
:-
gol. Darah
:-
Alamat
:-
Diagnose mendis
: glukoma
Tanggal masuk RS
:-
Tgl. pengkajian
:-
11
keras 4 gelas per hari selama tiga tahun saat menempuh program PhD nya dahulu.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah, ibu dan kakak perempuannya mempunyai gangguan glukoma. Ayahnya menderita
hipertensi.
Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum:b. Tanda-Tanda Vital:
1) Tekanan Darah
: 120/82 mmhg
2) Nadi
: 70 x / menit
3) Suhu
:4) RR
: 18 x / menit
Riwayat Psikososial
a. Kemampuan mengenal masalah kesehatan
b. Konsep diri
c. Sumber stress
d. Mekanisme koping
e. Kebiasaan dan pengaruh budaya
LA adalah lulusan PhD dibidang farmasi klinik dari universitas terkemuka di Inggris.
Tidak ada riwayat merokok. Pernah mempunyai kebiasaan minum minuman keras 4
gelas per hari selama tiga tahun saat menempuh program PhD nya dahulu.
Dukungan emosional
a. Emosional
b. Finansial
Pola aktifitas
No
Jenis Aktivitas
1.
Nutrisi :
a. Frekuensi
dan
porsi
b. Jenis makanan
c. Pola makan
d. Nafsu makan
Saat di Rumah
Di RS
12
e. Pantangan
f. Alergi
g. Kesulitan/hambat
2.
3.
4.
an
Minum :
a. Jenis air minum
b. Frekuensi
dan
porsi
c. Kesulitan
Personal hygine :
a. frekuensi mandi
b. frekuensi
keramas
c. oral hygine
Eliminasi :
a. Eliminasi fecal
1) Frekuensi
BAB
2) Warna feces
3) Konsistensi
b. Eliminasi Urin :
1) Frekuensi
5.
6.
BAK
2) Warna urin
3) Konsistensi
Istirahat/tidur :
a. Kualitas
b. Kuantitas
c. Konsistensi
Latihan/olah raga
a. Jenis kegiatan
b. Sikap
Pemeriksaan Head to toe (berfokus pada salah satu organ yang terdapat gangguan)
No
1
2
3
4
5
6
Jenis
Kepala
Wajah
Mata
Leher
Dada
Abdomen
Eksremitas
a. Atas
b. Bawah
Inspeksi
-
Palpasi
distorsi
-
Auskultasi
-
Perkusi
-
13
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
N
Jenis Pemeriksaan
Nilai Hasil
Nilai Normal
Interpretasi
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Hb
LED
BUN
Creatinin
Kolesterol
Albumin serum
Protein
Na
K
Cl
CO2
SCr
Gula darah puasa
10 mg/dL
138mEq/L
3,3 mEq/L
99 mEq/L
25 mEq/L
0,9 mg/dl
126 mg/dl
12,0-16,0 g/dL
6-24 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
150-270 mg/dL
3.5-5,0 mg/dL
135-155 mEq/L
3,6-5,5 mEq/L
98-108 mEq/L
22-23 mEq/L
0,5-1,2 mg/dl
72-126 mg/dl
Normal
Normal
Turun
Normal
Naik
Normal
Normal
b. Radiologi
Tidak ada gangguan jantung, paru dan problem kardiovaskuler serta tidak mempunyai
gangguan stroke atau anemia.
c. Terapi Obat - obatan
d. Pemeriksaan mata
Aktivitas visual : OD- hand motion pada jarak 3 cm dengan koreksi spektakles, OS
20/30.
Tekanan intraokuler : OD- 14 mmHg, OS : 20 mmHg.
Pemeriksaan vitreous : bersih
Disks : C/D ratio = 1.0 ratio, C/D ratio = 0,99 dengan sedikit lingkaran (normal C/D
ratio = <0.33)
Data Fokus
Data Subjektif
Tn.LA mengeluh pandangan berkabut
Data Objektif
Buramnya pandangan di daerah
sentral visual.
Hasil pemeriksaan lab/ radiologi :
14
gangguan glukoma.
Ayahnya menderita hipertensi
Pemeriksaan mata :
a. Aktivitas visual : OD- hand
motion pada jarak 3 cm dengan
koreksi spektakles, OS- 20/30.
b. Tekanan intraokuler : OD- 14
mmHg, OS : 20 mmHg.
c. Pemeriksaan vitreous : bersih
d. Disks : C/D ratio = 1.0 ratio, C/D
ratio = 0,99 dengan sedikit
lingkaran (normal C/D ratio =
<0.33)
Pemeriksaan laboratorik :
Na 138 mEq/L
K 3.3 mEq/L
Cl 99 mEq/L
CO2 25 mEq/L
BUN 10 mg/dL
SCr 0,9 mg/dL
Gula darah puas 126 mg/dL.
Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
15
No
1.
Masalah
Nyeri kronis
Etiologi
Faktor predisposisi
Data
Ds:
Mengeluh
kepala.
Riwayat
sakit
patah
tulang belakang
Pemeriksaan
fisik didapatkan
aqueos
Peningkatan TIO
120/82
mmHg, Nadi : 70
x/menit, dan RR :
nyeri kronis
18 x/menit.
Gangguan persepsi
Faktor predisposisi
Ds:
sensori
Tn. LA mengeluh
pandangan
berkabut
dan
buram
pada
mata kiri.
Tn. LA mengeluh
mengalami
humor aqueos
sensitivitas tinggi
Peningkatan TIO
terhadap cahaya.
Mata
kiri
mengalami
periode distorsi
Do :
Buramnya pandangan
di daerah sentral
visual.
Pemeriksaan mata :
a. Aktivitas visual :
OD-
hand
motion
pada
jarak
cm
dengan koreksi
b. spektakles, OS20/30.
c. Tekanan
intraokuler : OD14 mmHg, OS :
16
20 mmHg.
d. Pemeriksaan
vitreous : bersih
e. Disks : C/D ratio
= 1.0 ratio, C/D
Diagnosa Prioritas
No
1
Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan
Nyeri kronis b/d
keperawatan
Pain management
secara
Definisi :
termasuk
lokasi,
indicator
karakteristik,
durasi,
kompehensif
menyenangkan dan -
pengalaman
kerusakan jaringan -
penyebab
factor presifitasi
mengenal onset nyeri Gunakan teknik komunikasi
tindakan pertolongan
terapeutik
untuk
non-analgetik
mengetahui pengalaman
menggunakan
nyeri pasien
analgetik
Kaji
kultur
yang
melaporkan gelaja -
atau
gelaja
menggambarkan
kesehatan
nyeri terkontrol
emosional
muncul
actual
yang
secara
atau -
potensial kerusakan
adanya kerusakan
(asosiasi studi nyeri
internasional
kepada
tim
Keterangan :
serangan
dilakukan
7.
sering dilakukan
mendadak
atau
8. selalu dilakukan
pelan intersitasnya
dari ringan sampai
dengan indicator :
mempengaruhi
respon
nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidak efktifan
control
nyeri
lampau
Control lingkungan
dapat
masa
yang
mempengaruhi
nyeri
seperti
suhu
melaporkan nyeri
ruangan , pencahayaan ,
frekuensi nyeri
lamanya episode nyeri
dan kebisingan
ekspresi nyeri : wajah Pilih
dan
lakukan
posisi
melindungi
penanganan
nyeri
tubuh
(
parmakologi,
non
kegelisahan
Keterangan :
5.
6.
dari 7.
8.
berat
agak berat
sedang
sedikit tidak ada
17
parmakologi
dan
interpersonal )
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menuntukan
observasi
- Dosis
analgetik
untuk
menghindari
non
parmakologi
Berikan analgetik
untuk
mengurangai nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter
nyeri
Factor
intervensi
Ajarkan
teknik
yang
berhubungan :
tindakan
kimia
fisika,
nyeri
tidak
berhasil
Monitor penerimaan pasien
fsikologis)
tentang
managemen
nyeri
Analgesic Administration
Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas,
secara
teratur
analgesic
pertama kali
Berikan analgesic
tepat
18
Gangguan persepsi
NOC :
NIC
sensori: penglihatan
Vision
berhubungan
behavior
dengan gangguan
compensation
Pencapaian
Komunikasi:
Defisit Penglihatan
Kriteria hasil:
Kaji
reaksi
pasien
penerimaan sensori
dari
organ
terhadap
atau
penerima,
benar
Memakai huruf braile
Memakai penyinaran/
penglihatan
Ajak pasien
lensa
dengan
penurunan
menentukan
dan
tujuan
belajar
melihat
ntuk
disekitar
pasien
Jangan memindahkan
sesuatu di ruangan
pasien tanpa memberi
yang
diperlukan
pasien
Manajemen Lingkungan
Ciptakan
lingkungan
lingkungan pasien
Pasang side rail
Sediakan tempat tidur
yang rendah
Tempatkan
benda
19
pasien
B. Implementasi
Mengkaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin
Menjelaskan penyebab nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
Menganjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
Mendemonstrasikan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien
Berkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Mengukur derajat / tipe kehilangan penglihatan
Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak
salah dosisi.
C. Evaluasi
Pasien sudah tidak mengeluh sakit kepala.
Pasien sudah tidak mengeluh pandangan berkabut dan buram pada mata kiri.
Pasien tidak lagi mengeluh sensitivitas tinggi terhadap cahaya.
Mata kiri sudah tidak mengalami periode distorsi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Istilah Glaukoma merujuk pada kelompok penyakit berbeda dalam hal patofisiologi klinis
dan penanganannya. Biasanya ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat
kerusakan saraf optikus. Kerusakan ini berhubungan dengan derajat TIO, yang terlalu tinggi
untuk berfungsinya saraf optikus secara normal. Semakin tinggi tekanannnya, semakin cepat
kerusakan saraf optikus berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis
yang menghambat peredaran normal dan humor aqueous.
Dianjurkan bagi semua yang mempunyai faktor resiko penderita glaukoma, yang berusia
diatas 35 tahun menjalani pemeriksaan berkala pada oftalmologis untuk mengkaji TIO, lapang
pandang, dan kaput neuri optisi.
Meskipun tidak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan obat,
kadang diperlukan laser atau konvensional (insisional). Tujuan penanganan adalah untuk
menghentikan atau memperlambat perkembangan agar dapat mempertahankan penglihatan
yang baik sepanjang hidup.
20
4.2 Saran
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa hambatan dalam
penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada :
a) Perawat.
Sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat
perlu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu merawat pasien
21
Daftar Pustaka
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PADA PERSEPSI SENSORI : GLAUKOMA
Disarankan untuk memenuhi salah satu tugas tutorial Blok Sistem Persepsi Sensori
22
10 KATA PENGANTAR
23
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan pada Sistem Persepsi Sensori
Glaukoma.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing Ns.Nanang Saprudin S.Kep.,M.Kep.Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak
akan terselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing dan teman-teman.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik guna kesempurnaan penulisan makalah
selanjutnya. Akhirnya, semoga makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
pada Sistem Persepsi Sensori : Glaukoma ini dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga dapat
dijadikan acuan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Penulis
24
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I Pendahuluan
1.3 Tujuan
2.4 Patofisiologi 6
2.5 Manifestasi klinis
2.6 Komplikasi
17
25
4.1 Kesimpulan 25
4.2 Saran
25
Daftar Pustaka
27
25