PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah
mati. Tumbuh tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia
tumbuh. Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah
lainnya di tenggorokan. Secara anatomi karsinoma di bagi atas 3 bagian yaitu supra giotik,
tumor pada puka ventrikularis, aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus. (Glatis : tumor pada
korda vokalis, subglotis : tumor dibawah koida vokalis).
Kanker adalah sebuah penyakit umum disemua Negara didunia banyak diderita
orang tua umur 40 tahun keatas. Kemungkinan terbesar orang mendapat kanker pada umur
>60 tahun, dan memberikan kemampuan hidup (survival rate) 5 tahun hanya berkisar antara
9 -32 % pada wanita dan kurang lebih 9 -42 % pada pria. Di negara-negara maju rata-rata
orang meninggal karena kanker adalah satu diantara empat kematian (1:4 ). Di Eropa dan
Amerika kanker laring merupakan penyakit kanker nomer satu dari kebidang THT. Tapi di
Indonesia nomer satu adalah kanker nasofaring, sedangkan kanker laring hanya menmpati
urutan ke dua dan ketiga dari setiap tahunnya. Bila di bandingkan kanker seluruh tubuh
kanker laring menempati urutan ke 14, sedangkan kanker nasofaring menempati urutan ke
tiga atau ke empat. Walaupun kanker laring menempati urutan ke dua atau tiga dari
keganasan THT, tapi pada umumnya mempunyai prognosa yang kurang baik.
Oleh karena itu untuk mengurangi hal tersebut peran perawat sangat diperlukan
untuk mencegah dan memperkecil dampak yang disebabkan oleh kanker laring dengan cara
memberikan asuhan keperawatan yang efesien. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik
untuk mengetahui lebih dalam dan ingin membantu memecahkan masalah kesehatan pada
klien dengan kanker laring.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang di angkat pada makalah ini adalah Bagaimana asuhan
keperawatan pada kasus Kanker Laring?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menganalisa serta mengaplikasikan materi-materi
1.3.2
1.
2.
3.
4.
Mampu mengetahui anatomi fisiologi sistem yang mendasari kasus Kanker Laring.
Mampu melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus Kanker Laring.
Mampu melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus Kanker Laring.
Mampu mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan
penyakit Kanker Laring dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah
mati. Tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh
dimana ia tumbuh.
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan laring
dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring
juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Epiglottis daun katub kartilago yang menutupi ostium kea rah laring selama menelan.
Glottis, ostium antara pita suara dalam laring.
Kartilago tiroid, kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari ini membentuk jakun.
Kartilago trikoid, satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
Kartilago aritenoid, digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid.
Pita Suara, ligament yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara,
pita suara melekat pada lumen laring.
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah
lainnya di tenggorokan.
2.2 Anatomi Fisiologi
1. Hidung
Hidung merupakan tempat pertama kali masuknya udara dari luar. Di dalam
hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir. Gunanya untuk menyaring udara,
menghangatkan udara yang masuk ke dalam paru-paru. Karena udara yang masuk ke
dalam paru-paru tidak boleh terlalu dingin.
2. Faring
Faring (tekak) nerupakan daerah pertemuan saluran respirasi. Pada faring
terdapat katup penutup rongga hidung yang disebut uvula atau anak tekak.
3. Laring
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersusun
atas tulang rawan, katup, tulang rawan. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup
pangkal tenggorok (epiglotis).
10.
11.
12.
13.
14.
15.
2.4 Patofisiologi
Kanker laring yang terbatas pada pita suara tumbuh perlahan karena suplai limfatik
yang jarang. Di tempat manapun yang kering (epiglottis, pita suara palsu, dan sinus-sinus
piriformis). Banyak mengandung pembuluh limfe, dan kanker pada jaringan ini biasanya
meluas dengan cepat dan segera bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam. Orangorang yang mengalami serak yang bertambah berat atau suara serak lebih dari 2 minggu
harus segera memeriksakan dirinya. Suara serak merupakan tanda awal kanker pita suara,
jika pengobatan dilakukan pada saat serak timbul ( yang disebabkan tumor sebelum
mengenai seluruh pita suara ) pengobatan biasanya masih memungkinkan.
Tanda-tanda metastase kanker pada bagian laring biasanya berupa pembengkakan
pada leher, nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, dispread, disfagia, pembesaran
kelenjar limfe dan batuk. Diagnosa kanker laring dibuat berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik terhadap laring dengan laringoskopi langsung dan dari biopsy dan dari pemeriksaan
mikroskopi terhadap laring ( C. Long Barbara. 1996 : 408-409 ).
2.5 Manifestasi Klinis
Nyeri tenggorok
Sulit menelan
Suara Serak
Hemoptisis dan batuk
Sesak nafas
Berat Badan turun
2.6 Komplikasi
Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:
1. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
2. Hemoragi
3. Infeksi
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X thorax, scan tulang
Untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase.
2. Darah lengkap
Dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum.
3. Laringografi
Dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe.
Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsi pada kanker. Gigi
yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat yang sama.
4. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor. Pemeriksaan laring dengan kaca laring
atau laringoskopi langsung dapat menunjukkan kanker dengan jelas. Tempat yang sering
timbul kanker dapat dilihat pada gambar
5. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru.
6. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah
pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
7. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak
adalah karsinoma sel skuamosa
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Terapi Radiasi
Hasil yang sangat memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada
pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya dapat
digerakkan ( yaitu bergerak saat fonasi ). Selain itu pasien ini masih memiliki suara
yang hampir normal. Beberapa mungkin mengalami kondriti ( inflamasi kartilagi ) atau
stenosis, sejumlah kecil dari mereka yang mengalami stenosis nantinya membutuhkan
laringotomi. Terapi radiasi juga dapt digerakkan secara pra operatif untuk mengurangi
ukuran tumor
2.8.2 Pembedahan Parsial
1. Laringektomi supraglotis ( Horizontal )
Laringektomi supraglotis digunakan dalam penatalaksanaan tumor
supraglotis. Tulang hyoid, glottis dan pita suara palsu diangkat. Pita suara kartilogi
krikoid dan trakea tetap utuh. Selama operasi dilakukan di seksi leher radikal pada
tempat yang sakit. Selang traketomi dipasang dalam trakea sampai jalan nafas
glottis pulih.
2. Laringektomi parsial ( laringotomi tirotomi )
Laringektomi parsial direkomendasikan pada kanker area glotis tahap dini
ketika hanya satu pita suara yang kena. Tindakan ini mempunyai angka
penyembuhan yang sangat tinggi . Dalam operasi ini, satu pita suara diangkat dan
semua struktur lainnya teteap utuh. Suara pasien kemungkinan menjadi parau,
jalan nafas akan tetap utuh dan pasien seharusnya tidak memiliki kesulitan
menelan.
Selang traketomi ini biasanya diangkat setelah beberapa hari dan stoma
dibiarkan menutup. Nutrisi diberikan melalui selang nasograstik sampai terdapat
penyembuhan dan tidak ada lagi resiko aspirasi.Pasca operatif, klien kemungkinan
akan mengalami kesulitan untuk menelan selama 2 minggu pertama. Keuntungan
utama dari operasi ini adalah bahwa suara akan kembali pulih seperti biasa.
3. Laringektomi Hemivertikal
Dilakukan jika tumor meluas di luar pita suara, tetapi perluasan tersebut
kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis. Dalam prosedur ini, kartilago
tiroid laring dipisahkan dalam garis tengah leher dan bagian pita suara (satu pita
suara sejati dan satu pita suara palsu) dengan pertumbuhan tumor diangkat.
Kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid diangkat. Pasien akan mempunyai
selang trakeostomi dan selang nasogastrik selama operasi. Pasien beresiko
mengalami operasi pasca operatif. Beberapa perubahan dapat terjadi pada kualitas
suara ( sakit tenggorokan ) dan proyeksi. Namun demikian fungsi nafas dan jalan
menelan tetap utuh.
4. Langektomi Total
Dilakukan ketika kanker meluas di luar pita suara. Lebih jauh ketulang
hyoid, epiglottis, kartilago krikoid dan dua atau tiga cincin trakea diangkat. Lidah,
dinding faringeal, dan trakea ditinggalkan. Laringektomi total membutuhkan stoma
trakeal permanen. Stoma ini mencegah aspirasi makanan dan cairan ke dalam
saluran pernapasan bawah, karena laring yang memberikan perlindungan spingter
tidak ada lagi. Pasien tidak akan mempunyai suara lagi tetapi fungsi menelan akan
normal. Laringektomi total merubah cara dimana aliran udara digunakan untuk
bernafas dan berbicara. ( Brunner & Suddarth, 2002 : 557-558 )
2.8.3 Kemoterapi
Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi atau agen
antineoplastik. Obat ini digunakan untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Semua sel baik normal maupun sel kanker berjalan mengikuti
siklus sel. Agen kemoterapi bekerja pada fase siklus sel berbeda disebut siklus non
spesifik, kebanyakan agen kemoterapeutik paling efektif ketika sel-sel secara aktif
sedang membelah.
Kemoterapi terutama digunakan untuk mengobati penyakit sistematik
daripada lesi setempat dan dapat diatasi dengan pembedahan atau radiasi.
Kemoterapi mungkin di kombinasi dengan pembedahan atau terapi radiasi, atau
kedua-duanya untuk menurunkan ukuran tumor sebelum operasi, untuk merusak sel-
sel tumor yang masih tertinggal pasca operasi. Tujuan dari kemoterapi ( penyembuhan
, pengontrolan, paliatif ) harus realistic, karena tujuan tersebut akan menetapkan
medikasi yang digunakan dan keagresifan dari rencana pengobatan.
Agen kemoterapi yang digunakan pada Ca laring atau anti metabolik
membunuh sel-sel kanker dengan memblok sintesis DNA dan RNA. Mereka
melakukan ini dengan meniru struktur metabolik esensial secara kimiawi, yaitu :
Nutrien esensial untuk metabolisme sel normal, Agen umum meliputi : Cytarabine
( ARA-C ), Floxuridine ( FUDR ), 5-Fluorourasial ( 5-FU ), Hydroxyurea ( Hydrea ), 6Merkaptopurine ( 6-MP ), Methotrexate ( mexate ) dan 6-Thieguanin. Efek samping
yang paling umum adalah meliputi stomatitis supresi sum-sum tulang dan diare.
2.8.4 Rute pemberian
Obat-obat kemoterapeutik mungkin diberikan melalui rute topical, oral,
interval, intramuskuler, subkutan, arteri, intrakavitasi dan intratekal. Rute pemberian
biasanya bergantung pada tipe obat, dosis yang dibutuhkan dan jenis, lokasi dan
luasnya tumor yang diobati.
2.8.5 Terapi Sistomatik
Terapi sistomatik yang diberikan meliputi :
diberikan.
Sistem muskuloskeletal
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan gerak, ada
tidaknya atropi.
g. Sistem endokrin
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
h. Sistem persyarafan
Ada tidaknya hemiplegi, paraplegi, refleks patella.
2.9.2
Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d pengangkatan sebagian atau seluruh glotis,
gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan saluran
pencernaan (disfagia)
c. Gangguan menelan
2.9.3
No
DIAGNOSA
.
1.
NOC
NIC
NOC :
Respiratory
Status
gangguan
Ventilation
Respiratory
Status
kemampuan untuk
NIC :
Airway Suction
:
Auskultasi
:
suara
nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara
nafas (stidor)
Kesulitan
berbicara
Batuk tidak efektif
(batuk darah)
Mata melebar
Produksi sputum
Airway Patency
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
sianosis
dispnea
sesudah suctioning
Informasikan
pada
tentang suctioning
Minta klien nafas
dalam
dan
(mampu
sebelum
suction dilakukan
Berikan o2 denga
mengeluarkan sputum,
menggunakan nasal
mampu
untuk
berbafas
memfasilitasi
suction nasotrakeal
Gunakan alat yang
steril
setiap
melakuakn tindakan
Anjurkan pasien untuk
nafas,
frekuensi
dalam
pernafasan
dikeluarkan
ada
nasotrakeal
Monitor status
pasien
Ajarkan
suara
nafas
abnormal).
Mampu
mengidentifikasikan dan
bagaimana
jalan
nafas.
dari
o2
keluarga
cara
melakukan suction
Hentikan suction dan
berikan
oksigen
apabila
pasien
menunjukan
bradikardi,
peningkatan saturasi
o2, dll
Airway management
Buka jalan nafas,
gunakan teknik chinlift
atau jaw thrust bila
10
perlu.
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi
pasien
perlunya pemasangan
alat
jalan
nafas
buatan
Pasang
perlu
Lakukan
mayo
bila
fisioterapi
suction
Aukultasi suara nafas,
catat adanya suara
nafas tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan
pelembab
NaCl lembab
Atur intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
2.
Setelah
injuri biologi
Definisi :
klien dapat :
secara
termasuk
lokasi,
menyenangkan
indicator
karakteristik,
durasi,
pengalaman
emosional
yang
Mengenal factor
penyebab
11
asuhan
status O2
Pain management
dan
dilakukan
keseimbangan
Monitor respirasi dan
factor
kompehensif
atau -
jaringan
menggambarkan
untuk
mengetahui
kerusakan - nyeri terkontrol
pengalaman
nyeri
(asosiasi studi nyeri Keterangan :
pasien
internasional
)
: 1. tidak pernah dilakukan
2. kadang
kadang Kaji
kultur
yang
serangan mendadak
dilakukan
mempengaruhi respon
atau
pelan 3. sering dilakukan
nyeri
intersitasnya
dari 4. selalu dilakukan
Evaluasi
pengalaman
Menunjukan
tingkat
nyeri,
ringan sampai berat
nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien
yang
dapat dengan indicator :
adanya
Bantu
pasien
dan
- perubahan respirasi rate
bulan.
- perubahan heart rate
keluarga
untuk
Batasan karakteristik : - perubahan tekanan darah
mencari menemukan
- Laporan secara verbal - perubahan ukuran pupil
- respirasi
dukungan
atau non verbal
- kehilangan napsu makan Control lingkungan yang
- Fakta dari observasi
- Posis analgetik untuk Keterangan :
dapat mempengaruhi
1. berat
menghindari nyeri
nyeri seperti suhu
2. agak berat
- Gerakan melindungi
ruangan
,
- Tingkah laku berhati- 3. sedang
4. sedikit tidak ada
pencahayaan , dan
hati
- Muka topeng
kebisingan
Kurangi factor presifitasi
- Gangguan tidur (mata
diantisipasi
sayu,
tampak
nyeri
Pilih
dan
penanganan
kacau,
menyeringai )
- Terfokus pada
lakukan
(
diri
parmakologi,
parmakologi
sendiri
- Focus
menyempit
nyeri
non
dan
interpersonal )
Kaji tipe dan sumber nyeri
12
(penurunan
untuk
persefsi kerusakan
intervensi
Ajarkan
teknik
proses berpikir ,
dengan
orang
mengurangai nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter
dan
lingkungan )
- Tingkah laku distraksi
orang
dan
aktifitas
berhasil
Monitor
atau
penerimaan
pasien
aktifitas
tentang
managemen nyeri
berulang )
- Respon
autonom
(
non
parmakologi
Berikan analgetik untuk
penurunan
interaksi
menuntukan
Analgesic
seperti
Administration
diaphoresis,
Tentukan
perubahan tekanan
lokasi,
karakteristik, kualitas,
darah, perubahan
sebelum
dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic
obat,
Cek
intruksi
pemberian
dokter
( mungkin dalam
perlukan
atau
( contoh : gelisah,
kombinasi
dari
merintih,
analgesic
ketika
menanggis
Saturday
napas
panjang
pilihan
atau
berkeluh
kesah )
- Perubahan
berat nyeri
Tentukan
dalam
tentukan
analgesic
analgesic
13
minum
Factor
yang
berhubungan :
pengobatan
nyeri
dan
sesudah
pemberian
analgesic
pertama kali
Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi
aktifitas
Ketidakseimbangan
NOC :
saluran
makan
Kolaborasi
dengan
pencernaan (disfagia)
ahli
menentukan jumlah
tidak
kalori
cukup
untuk
gizi
dan
keperluan
yang
metabolisme tubuh
pasien
Anjurkan
Batasan
Berat badan 20% atau
ideal
Dilaporkan
intake
di
nutrisi
dibutuhkan
pasien
untuk meningkatkan
Karakteristik :
lebih
untuk
bawah
intake Fe
Anjurkan
pasien
untuk meningkatkan
adanya
makanan
gula
Yakinka
dietyang
dimakan
(Recommended
mengandung
Daily Allowance)
Membrane mukosa
serat
tiggi
untuk
mencegah konstipasi
14
dan
konjungtiva
Berikan
pucat
Kelemahan otot yang
digunaakan untuk
menelan
ahli gizi)
Ajarkan
atau
mengunyah
Luka inflamasi pada
pasien
bagaimana
kenyang
Dilaporkan atau fakta
catatan
makanan harian
Monitor jumlah nutrisi
adanya makanan
Dilaporkan
adanya
tentang
perubahan sensasi
rasa
Mikonsepsi
Kehilangan BB
Keengganan
untuk
kebutuhan
nutrisi
Kaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
makan
Keram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri
abdominal
Nutition Monitoring :
BB pasien dalam
batas normal
Monitor
adanya
penurunan BB
Monitor tipe dan
jumlah
terhadap makanan
Pembuluh
darah
dilakukan
Monitor
interaksi
selama makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan
tindakan
misinformasi
berhubungan
biasa
steatorrhea
Kehilangan
rambut
yang
aktivitas
yang
Faktor-faktor
cara
membuat
rongga mulut
Mudah
merasa
patologi
Kurang
makanan
15
dan
tidak
ketidakmampuan
pemasukan
mencerna
atau
dan
atau
makanan
mengabsorpsi
zat-zat
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, da
gizi
berhubungan dengan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor
faktor biologis.
kadar
albumin,
total
kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
Monitor
pusat
kemerahan,
dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catat
adanya
edema, hiperemik,
hipertonik,
papilla
oral
Catat
jika
lidah
berwarna magenta,
4.
setelah
Komunikasi Verbal
Definisi : oenurunan,
keterlambatan,
kemampuan
atau
dilakukan
scarlet
asuhan 1. Perbaikan
Kerusakan
ketidakmampuan
untuk
berkomunikasi,
dengan indikator :
16
komunikasi
Definisi : membantu
dalam menerima dan
mempelajari
metode
gangguan
memproses,
percakapan
Menggunakan
gambara atau
dan
transmisi,
menggunakan sistem
simbol-simbol.
Batasan
Karakteristik :
Dengan
menolak
berbicara
Disorientasi
untuk
yang diterima
Pesan langsung sesuai
untuk
Bertukar pesan dengan orang
lain
waktu,
berbicara
dengan
Keterangan :
1. Extremelly Compromised
2. Substantially
bahasa 3.
4.
yang dominan
Tidak melakukan atau 5.
2.
tidak
dapat
berbicara
Kesulitan berbicara
atau mengutarakan
Tidak tepat dalam
mengungkapkan
maksud
Kesulitan membentuk
Intervensi :
lukisan
Membantu
keluarga
Menggunakan bahasa isarat
dalam
memahami
Menggunakan bahasa non
berbicara pasien
verbal
Berbicara
kepada pasien
Pengetahuan terhadap pesan
sengaja
berbicara
pasien
dengan baik
Menggunakan kata dan
kalimat yang singkat
Berdiri dihadapan pasien
Compromised
Moderately Compromised
saat berbicara
Midly Compromised
Mengguanakn papan tulis
Not Compromised
jika perlu
Komunikasi : kemampuan
Instruksi pasien dan
mengungkapkan
keluarga
untuk
Definisi : kemampuan
meggunakan bantuan
untuk mengungkapkan
menginterpretasikan
pesan verbal maupun non
verbal
berbicara
Memberikan
reinforcement (pujian)
positof kepada pasien
Anjurkan
pasienuntuk
Indikator :
Menggunakan
gambar atau
Ketidakada
kontak
mata atau kesulitan
dalam
mengikuti
pilihan
Kesulitan
dalam
lukisan
Menggunakan
bahasa
17
memahami
menggali
pola
Keterangan :
komunikasi
yang
1. Extremelly Compromised
2. Substantially
biasanya
Penurunan
penglihatan
sebagian atau total
Ketidakmampuan
atau
Compromised
3. Moderately Compromised
4. Midly Compromised
5. Not Compromised
kesulitan
dalam
menggunakan
ekspresi wajah dan
tubuh
Faktor faktor yang
berhubugan :
Penurunan
sirkulasi
ke otak
Perbedaan
kebudayaan
Hambatan psikologi
(contoh : psikosis,
kurang stimulasi)
Hambatan
fisik
(contoh
tracheostomy,
intubasi)
Kelainan
(contoh
anatomi
:
celah
paltum, perubahan
sistem
saraf
penglihatan, sistem
pendengaran,
phonatory
apparatus)
Tumor otak
Perbedaan
18
berhubungan
dengan
perkembangan
umur
Efek samping obat
Keterbatasan
lingkungan
Ketidakhadiran orang
terdekat
Perubahan persepsi
Kurang informasi
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Tn. L
Dengan Gangguan Pada Sistem Respirasi : Kanker Laring
Di Rumah Sakit
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
19
Nama
: Tn. L
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
:-
Agama
:-
Pekerjaan
:-
:-
gol. Darah
:-
Alamat
:-
Diagnose mendis
: Kanker Laring
Tanggal masuk RS
:-
Tgl. pengkajian
:-
20
c. Sumber stress
d. Mekanisme koping
e. Kebiasaan dan pengaruh budaya
8. Dukungan emosional
a. Emosional
b. Finansial
9. Pola aktifitas
No
1.
Jenis Aktivitas
Nutrisi :
a. Frekuensi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.
3.
4.
Saat di Rumah
Di RS
dan
porsi
Jenis makanan
Pola makan
Nafsu makan
Pantangan
Alergi
Kesulitan/hambat
an
Minum :
a. Jenis air minum
b. Frekuensi
dan
porsi
c. Kesulitan
Personal hygine :
a. frekuensi mandi
b. frekuensi
keramas
c. oral hygine
Eliminasi :
a. Eliminasi fecal
1) Frekuensi
BAB
2) Warna feces
3) Konsistensi
b. Eliminasi Urin :
1) Frekuensi
BAK
2) Warna urin
3) Konsistensi
21
5.
Istirahat/tidur :
a. Kualitas
b. Kuantitas
c. Konsistensi
Latihan/olah raga
a. Jenis kegiatan
b. Sikap
6.
10. Pemeriksaan Head to toe (berfokus pada salah satu organ yang terdapat gangguan)
No
1
2
Jenis
Kepala
Wajah
Mata
Leher
Dada
Inspeksi
Perubahan
konstur
Palpasi
-
Auskultasi
-
Perkusi
-
Ada benjolan
Nyeri tekan
Asimetri
Dispnea
Bunyi
nafas
stidor
5
6
Abdomen
Eksremitas
a. Atas
b. Bawah
11. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
N
o
1
2
3
4
5
6
7
Jenis Pemeriksaan
Hb
LED
BUN
Creatinin
Kolesterol
Albumin serum
Protein
Nilai Hasil
Nilai Normal
Interpretasi
12,0-16,0 g/dL
10-30 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
150-270 mg/dL
3.5-5,0 mg/dL
-
b. Radiologi
c. Terapi Obat - obatan
d. Terapi Lain
12. Data Fokus
Data Subjektif
Pasien mengeluh sesak nafas
22
Data Objektif
Suara napas stidor
darah
Pasien mengeluh BB turun
Pasien mengeluh suara serak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
23
leher
Gangguan gag reflek
Adanya benjolan di leher
Asimetri leher
Nyeri tekan pada leher
No
1.
Masalah
Bersihan jalan nafas
tidak
efektif
b/d
Etiologi
menekan atau mengiritasi
serabut saraf
Data
Ds:
Pasien mengeluh
sesak nafas
Pasien mengeluh
sulit menelan
Pasien mengeluh
pengangkatan
glotis,
gangguan
kemampuan
nyeri dipersepsikan
untuk
batuk bercampur
nyeri stidor
obstruksi jalan nafas
darah
Do:
Suara napas
stidor
Nyeri tekan
pada leher
Adanya
benjolan
akumulasi sekret
di
leher
Ds :
Nyeri tenggorok
Do :
Nyeri
tekan
pada
leher
tidak normal
Metastase
Menekan serabut saraf pita
suara
Nyeri tenggorok dan nyeri tekan
pada leher
3.
Ketidakseimbangan
Nyeri akut
Faktro predisposisi (alkohol,
rokok, radiasi)
Ds:
Pasien mengeluh
BB turun
Pasien mengeluh
sulit menelan
Pasien mengeluh
makanan.
Diferensiansi
buruk sel laring
24
Ca laring
nyeri tenggorok
Do:
Gangguan
gag reflek
b. Diagnosa Prioritas
No
DIAGNOSA
NOC
.
1.
NIC
NOC :
Respiratory
Status
gangguan
Ventilation
Respiratory
Status
kemampuan untuk
bernafas, batuk dan
NIC :
Airway Suction
:
Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
Airway Patency
Kriteria Hasil :
menelan
Definisi :
suctioning
Informasikan
klien
Mendemonstrasikan
dan
pada
keluarga
ketidakmampuan
tentang suctioning
Minta klien nafas
untuk membersihkan
sekresi atau
ada
sianosis
dan
dilakukan
Berikan o2
denga
nasal
dispnea
pernafasan untuk
mengeluarkan sputum,
menggunakan
mempertahankan
mampu
untuk
kebersihan jalan
nafas.
Batasan
karakteristik :
Kelainan
efektif
darah)
berbafas
nafas (stidor)
Kesulitan
berbicara
Batuk
(mampu
(batuk
suara
dan
nafas
dalam
dikeluarkan
nafas
abnormal).
Mampu
tindakan
Anjurkan pasien untuk
istirahat
suction nasotrakeal
Gunakan alat yang
steril setiap melakuakn
frekuensi
pernafasan
tidak
memfasilitasi
dari
nasotrakeal
Monitor status
pasien
Ajarkan
o2
keluarga
mengidentifikasikan dan
bagaimana
melakukan suction
Hentikan suction dan
menghambat
nafas.
jalan
cara
berikan
oksigen
apabila
pasien
menunjukan
bradikardi,
peningkatan
25
saturasi
o2, dll
Airway management
Buka jalan nafas,
gunakan teknik chinlift
atau jaw thrust bila
perlu.
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi
pasien
perlunya pemasangan
perlu
Lakukan
fisioterapi
dengan
batuk
atau
suction
Aukultasi suara nafas,
catat adanya suara
nafas tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan
udara
pelembab
kassa
basah
NaCl lembab
Atur intake
untuk
cairan mengoptimalkan
2.
dilakukan
status O2
Pain management
Setelah
injuri biologi
Definisi :
klien dapat :
secara
termasuk
26
asuhan
keseimbangan
Monitor respirasi dan
kompehensif
lokasi,
menyenangkan dan
indicator
pengalaman
emosional
yang
Mengenal factor
karakteristik,
factor
durasi,
factor presifitasi
penyebab
menggunakan analgetik Observasi reaksi nonmelaporkan gelaja-gelaja
verbal dan ketidak
kepada tim kesehatan
nyamanan
Keterangan :
Gunakan
teknik
atau
menggambarkan
kadang
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
dilakukan
pengalaman
nyeri
(asosiasi studi nyeri 3. sering dilakukan
4. selalu dilakukan
pasien
internasional ) :
kultur
yang
Menunjukan tingkat nyeri, Kaji
serangan mendadak
mempengaruhi respon
dengan indicator :
atau
pelan
nyeri
- melaporkan nyeri
Evaluasi
pengalaman nyeri
intersitasnya
dari - frekuensi nyeri
masa lampau
ringan sampai berat - lamanya episode nyeri
- respirasi
Evaluasi bersama pasien
yang
dapat - kehilangan napsu makan
dan tim kesehatan lain
diantisipasi dengan Keterangan :
tentang ketidak efktifan
akhir yang dapat di 1. berat
control nyeri masa
prediksi dan dengan 2. agak berat
3. sedang
lampau
durasi kurang dari 6 4. sedikit tidak ada
Bantu pasien dan keluarga
bulan.
untuk
mencari
Batasan
menemukan dukungan
karakteristik :
Control lingkungan yang
adanya
kerusakan
mempengaruhi
nyeri
seperti
suhu
ruangan
dalam
pencahayaan
,
,
dan
kebisingan
Kurangi factor presifitasi
minum
Factor
dapat
nyeri
Pilih
dan
yang
berhubungan :
lakukan
penanganan
parmakologi,
parmakologi
27
nyeri
non
dan
interpersonal )
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menuntukan
intervensi
Ajarkan
teknik
non
parmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangai nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan
berhasil
Monitor
nyeri
tidak
penerimaan
pasien
tentang
managemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan
karakteristik,
lokasi,
kualitas,
pemberian
obat,
Cek intruksi dokter tentang
jenis obat , dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic yang di
perlukan
atau
kombinasi
dari
analgesic
ketika
tentukan
analgesic
tipe
dan
berat nyeri
Tentukan analgesic pilihan,
28
rute
pemberian
dan
dosis optimal
Pilih
rute
pemberian
secara IV ,IM untuk
pengobatan
nyeri
dan
pemberian
sesudah
analgesic
pertama kali
Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi
aktifitas
Ketidakseimbangan
NOC :
nutrisi kurang dari Nutritional Status : Food
And Fluid Intake
kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan
makan
Kolaborasi
dengan
pemasukan makanan
ahli
gizi
untuk
Definisi
menentukan
jumlah
intake
untuk
dibutuhkan pasien
Anjurkan pasien untuk
keperluan
metabolisme tubuh
Batasan Karakteristik
meningkatkan intake
Fe
Anjurkan pasien untuk
Berat
badan
atau
lebih
20%
meningkatkan protein
di
bawah ideal
Kelemahan otot yang
digunaakan untuk
menelan
dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinka
dietyang
dimakan mengandung
atau
tiggi
mengunyah
Kehilangan BB
Keengganan untuk
serat
untuk
mencegah konstipasi
Berikan
makanan
yang terpilih (sudah
makan
29
Faktor-faktor
yang
berhubungan
dikonsultasikan pada
ketidakmampuan
pemasukan
cara
membuat
mengabsorpsi
zat-zat
pasien
bagaimana
atau
mencerna makanan
atau
ahli gizi)
Ajarkan
gizi
berhubungan dengan
catatan
makanan harian
Monitor jumlah nutrisi
kebutuhan nutrisi
Kaji
kemampuan
faktor biologis.
pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi
yang dibutuhkan
Nutition Monitoring :
BB
batas normal
Monitor
adanya
penurunan BB
Monitor tipe
pasien
dalam
dan
biasa dilakukan
Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
Monitor
selama makan
Jadwalkan
lingkungan
pengobatan
dan
jam makan
Monitor kulit kering
dan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut
30
perubahan
kusam,
da
mudah patah
Monitor mual
muntah
Monitor
dan
kadar
monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
Monitor
pusat
kemerahan,
kekeringan
dan
jaringan
konjungtiva
Monitor kalori
intake nutrisi
Catat adanya edema,
dan
hiperemik, hipertonik,
papilla
cavitas oral
Catat
jika
berwarna
4.
lidah
dan
lidah
magenta,
scarlet
asuhan 2. Perbaikan komunikasi
Definisi : membantu
Komunikasi Verbal
keperawatan selama .... X 24
dalam menerima dan
Definisi : oenurunan, jam, klien menunjukkan satu
mempelajari
metode
keterlambatan, atau kemampuan berkomunikasi,
alteratif untuk hidup
ketidakmampuan
dengan indikator :
dengan
gangguan
untuk
menerima, Menggunakan pesan tertulis
Menggunakan
bahasa
berbicara
memproses,
percakapan
Intervensi :
transmisi,
dan Menggunakan gambara atau
Membantu keluarga dalam
menggunakan sistem
lukisan
memahami berbicara
Menggunakan bahasa isarat
simbol-simbol.
Kerusakan
setelah
dilakukan
pasien
Batasan Karakteristik Menggunakan bahasa non
Berbicara kepada pasien
verbal
:
dengan lambat dan
Pengetahuan terhadap pesan
Dengan
sengaja
31
menolak
untuk
yang diterima
dengan suara yang
Pesan
langsung
sesuai
berbicara
jelas
Bertukar
pesan
dengan
orang
Mendengarkan
pasien
Disorientasi waktu,
lain
dengan baik
tempat dan orang
Ketidakmampuan
Keterangan :
Anjurkan
pasienuntuk
Indikator :
Kesulitan membentuk
mengulangi
Menggunakan pesan tertulis
kata atau kalimat
Menggunakan
bahasa
pembicaraannya
jika
(contoh : aphonia,
percakapan vokal
belum jelas
dysphasia,
Mengguanakan percakapan Gunakan interpretas jika
apraxia, dyslexia)
esophageal
perlu
Bicara gagap
Menggunakan
percakapan
Slurring
yang jelas
Dyspnea
Menggunakan gambar atau
Ketidakada kontak
lukisan
mata
atau Menggunakan
bahasa
kesulitan dalam
penanda atau isarat
mengikuti pilihan Menggunakan bahasa non
Kesulitan
dalam
verbal
memahami dan Pesan langsung sesuai
untuk
menggali
pola
Keterangan :
komunikasi yang 1.
2.
biasanya
Penurunan
3.
penglihatan
4.
sebagian
atau 5.
Extremelly Compromised
Substantially
Compromised
Moderately Compromised
Midly Compromised
Not Compromised
32
total
Ketidakmampuan
atau
kesulitan
dalam
menggunakan
ekspresi
wajah
dan tubuh
Faktor faktor yang
berhubugan :
Penurunan sirkulasi
ke otak
Perbedaan
kebudayaan
Hambatan psikologi
(contoh : psikosis,
kurang stimulasi)
Hambatan
fisik
(contoh
tracheostomy,
intubasi)
Kelainan
anatomi
(contoh
celah
paltum, perubahan
sistem
saraf
penglihatan,
sistem
pendengaran,
phonatory
apparatus)
Tumor otak
Perbedaan
berhubungan
dengan
perkembangan
umur
Efek samping obat
33
Keterbatasan
lingkungan
Ketidakhadiran orang
terdekat
Perubahan persepsi
Kurang informasi
c. Evaluasi
1. Pasien sudah tidak tampak dispnea
2. Batuk sudah tidak bercampur darah
3. Benjolan sudah hilang
4. Nyeri pada sudah hilang
5. Leher sudah simetris
6. Suara napas sudah normal
7. Sudah bisa menelan
8. Berat badan perlahan naik dan ideal
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah
lainnya di tenggorokan. Secara anatomi karsinoma di bagi atas 3 bagian yaitu supra giotik,
34
tumor pada puka ventrikularis, aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus. (Glatis : tumor pada
korda vokalis, subglotis : tumor dibawah koida vokalis).
Kanker laring termasuk dalam gangguan respirasi dimana laring tersebut terganggu
atau ada kelainan, adanya benjolan pada leher, nyeri tenggorok, sulit menelan perubahan
konstur leher, suara sesak dan nyeri tekan pada leher merupakan tanda gejala adanya
ganggua pada laring.
Penyakit kanker laring ini terjadi karena kebiasaan merokok, minum alkohol, terpapar
sinar radioaktif, dan juga infeksi kronis.
3.2 Saran
1. Perawat.
Sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien sangat perlu
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar mampu merawat pasien secara
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Boies Higler.1997.Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.
Barbara dkk.1998.Buku Saku Pemeriksaan dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2.Jakarta: EGC
Brunner & Suddart.1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1.Jakarta: EGC.
Brunner.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 2.Edisi 8.Jakarta: EGC
C. Long Barbara.1996.Perawatan Medikal Bedah. Bandung: IAPK Pajajaran
35
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PADA SISTEM RESPIRASI : KANKER LARING
Disarankan untuk memenuhi salah satu tugas tutorial Blok Sistem Respirasi
36
Aas Susilawati
Cindy
Devi Sri Astuti
Gabrella Novyanti
Idzni Azzyati N
Indi Audzini
37
Penulis
38
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I Pendahuluan
1.3 Tujuan
2.4 Patofisiologi 6
2.5 Manifestasi klinis
2.6 Komplikasi
17
25
4.1 Kesimpulan 25
4.2 saran
25
Daftar Pustaka
27
39