1. Definisi
2. Etiologi
a) Iatrogenik: pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis
farmakologi.
b) Spontan: sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis
hipotalamus- hipofisis- adrenal.
c) Tumor kelenjar: kelenjar yang menghasilkan ACTH dan menstimulus
korteks adrenal untuk peningkatan sekresi hormonnya.
d) Pemberian obat kortikosteroid atau ACTH.
e) Hyperplasia atau neoplasma adrenal.(Brunner & Suddarth, 2002)
3. Faktor resiko
Faktor resiko
4. Klasifikasi
Menurut Price and Wilson 2005 Sindrom cushing dapat dibagi menjadi 2
yaitu:
5. Epidemiologi
Penyakit ini disebabkan ketika kelenjar adrenal pada tubuh tarlalu banyak
memproduksi hormon kortisol, komplikasi yang menyebabkan kecacatan pada
penderita, yang akan mengakibatkan keterbatasan aktivitas, citra diri yang kurang
bahkan kematian. Maraknya penyakit ini semakin menambah tantangan bagi tenaga
kesehatan dan semakin meresahkan masyarakat. Masyarakat merupakan sasaran
utama bagi tim kesehatan, keresahan masyarakat adalah keresahan tim kesehatan.
Berdasarkan penelitian dan survey terhadap rumah sakit di Indonesia tentang
penyakit Cushings Sindrom pada tahun 2000-2001, hasil menyebutkan bahwa
kejadian Cushings Sindrom terjadi pada 200 orang dewasa berusia antara 20-30
tahun. Pada kelompok usia 20-30 tahun, risiko terkena Cushings Sindrom mencapai
10 persen.
Dalam penelitian secara global didapat hasil sedikitnya 1 dari tiap 5 orang
populasi dunia berkemungkinan terkena kelainan ini tanpa membedakan jenis
kelamin. Namun sumber lain mengatakan rasio kejadian antara wanita dan pria
untuk sindrom cushing adalah sekitar 5:1 berhubungan dengan tumor adrenal atau
pituitary.
6. Manifestasi klinis
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic Cushing Syndrom
a Uji Supresi Dekamentason
Untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing, apakah
hipofisit atau adrenal
b Pengambilan sampel darah
Membantu adanya variasi diurnal yang normal pada kadar konaid, plasma
c Pengumpulan Urine 24 jam
Untuk memeriksa kadar 17-hitroksikotikorsteroid serta 17-ketosteroid yang
merupakan metabolic kortisol dan andiogen didalam urin
d Stimulasi CRF
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat tempat trofi
e Pemeriksaan Radioimmunoassay
Mengendalkan penyebab sindrom cushing
f Pemindai CT, USG, MRI
Menentukan lokasi jaringanadrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar
adrenal
8. Patofisiologi
9. Penatalaksanaan
a) Hipofisektomi
Hipofisektomi adalah pengobatan terpilih bagi sindrom Cushing yang
tergantung pada hipofisis. Operasi pengangkatan tumor melalui hipofisektomi
transfenoidalis, biasanya penyebabnya adalah tumor hipofisis
b) Adrenalektomi
Jika penyakit ini adrenal primer dilakukan adrenalektomi. Jika lesi berupa
adenoma korteks benigna, adrenalektomi unilateral terindikasi. Namun, juga
bisa dilakukan adrenalektomi bilateral, bila dilakukan bilateral diikuti dengan
terapi penggantian menggunakan kortisol 20-40 mg/hari dan fludrokortison
0,1 mg/hari atau dengan hormon hormon kortex adrenal seumur hidup.
Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenalektomi total dan
diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik atau dengan kimia yang mampu
mrnghambat atau merusak sel-sel korteks adrenal yang mensekresi kortisol.
c) Metirapon
Metirapon adalah inhibitor kompetitif untuk beta-hidrolaksilasi II pada
korteks adrenal dan bisa digunakan untuk membantu mengendalikan
gejala sindrom Cushing, atau menyiapkan pasien untuk menjalani
pembedahan. Obat ini menghambat produksi kortisol dan bisa digunakan
sebagai tes untuk fungsi hipofisis anterior.
d) Siproheptadin
Siproheptadin merupakan antagonis serotonin yang bekerja secara sentral
yang memblokade pelepasan ACTH. Penyembuhan biasanya tidak bertahan
setelah terapi dihentikan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera
2. Kerusakan integritas kulit
3. Gangguan citra tubuh
4. Nyeri
4. Nyeri
Data : melaporkan nyeri baik secara verbal maupun non verbal,
gelisah, meringis
Etiologi : terdapat ulkus pada lambung karena penggunaan obat
glukokotikoid dalam jangka waktu panjang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam ,
nyeri klie berkurang
Kriteria hasil: sesuai indikator NOC
NOC : Pain level, pain control
NIC : Pain management
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan suddarth. 2014. Keperawatan medikal bedah alih bahasa Devi Yulianti,
Ameia Kimin. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8, vol.2.
Jakarta: EGC.
Arthur C, Hall & John E. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi 2. Jakarta : EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Jakarta : EGC
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. Tanpa Tahun. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Terjemahan Pendit, Brahm U. 2005. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit Edisi 6
Vol. 2. Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price; Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit ; 2006 EGC;
Jakarta