Anda di halaman 1dari 12

 Sindrom Cushing eksogen disebabkan oleh penggunaan obat

jenis kortikosteroid, seperti prednisone, dalam dosis tinggi dan jangka


panjang. Golongan obat ini digunakan untuk menangani berbagai
kondisi seperti artritis, asma, atau lupus, serta digunakan pada pasien
pasca transplantasi organ untuk mencegah penolakan tubuh pasien
terhadap organ yang diterima.
 Sedangkan sindrom Cushing endogen disebabkan oleh tingginya
hormon adrenokortikotropik (ACTH) dalam tubuh. ACTH merupakan
hormon yang mengatur pembentukan hormon kortisol dan dihasilkan
oleh kelenjar hipofisis. Tingginya ACTH mengakibatkan kelenjar
adrenal menghasilkan hormon kortisol secara berlebihan. Beberapa
keadaan yang mengakibatkan tingginya ACTH adalah:
 Tumor di kelenjar hipofisis atau pituitari. Kondisi ini membuat
kelenjar hipofisis menghasilkan ACTH dalam jumlah berlebih,
sehingga memicu tubuh memproduksi hormon kortisol dalam
jumlah besar.
 Tumor penghasil ACTH. Keadaan ini jarang terjadi, yaitu terdapat
tumor di pankreas, paru-paru, kelenjar tiroid, atau kelenjar timus
yang juga menghasilkan ACTH.
 Familial Cushing syndrome. Meski jarang terjadi, kelainan ini
diwarisi oleh orang tua, sehingga timbul tumor di kelenjar endokrin
yang memengaruhi produksi hormon kortisol dan menimbulkan
sindrom Cushing.
Pada beberapa orang, penyebab sindrom Cushing endogen tidak disebabkan
oleh berlebihnya ACTH, tetapi terdapat gangguan di kelenjar adrenal.
Kelainan kelenjar adrenal yang paling sering terjadi dan menimbulkan
sindrom Cushing adalah tumor jinak yang dinamakan adenoma adrenal.

Diagnosis Sindrom Cushing


Sebelum menjalankan pemeriksaan, dokter akan menanyakan pada pasien
terkait gejala yang dialami dan riwayat obat yang rutin dikonsumsi. Kemudian
dokter akan menjalankan pemeriksaan fisik dengan melihat tanda sindrom
Cushing pada pasien. Dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:
 Pengukuran hormon kortisol. Pengukuran kadar hormon kortisol
dapat dilakukan dengan mengambil sampel darah, urine, atau air liur.
Pada tes urine, pasien akan diminta untuk mengumpulkan urine selama
24 jam. Sedangkan, sampel air liur akan diambil pada malam hari, di
mana seharusnya kadar hormon kortisol rendah di air liur.
 Pencitraan. Dokter akan menjalankan pemeriksaan CT scan atau MRI
untuk melihat adanya kemungkinan tumor pada kelenjar adrenal atau
kelenjar hipofisis.
 Pengukuran ACTH. Dalam tes ini, dokter akan mengambil sampel
darah dari sinus petrosus, yaitu pembuluh darah di sekitar kelenjar
hipofisis. Tes ini membantu menentukan apakah sindrom Cushing
disebabkan oleh gangguan pada kelenjar hipofisis atau bukan.

Pengobatan Sindrom Cushing


Pengobatan sindrom Cushing bertujuan mengurangi kadar kortisol dalam
tubuh. Namun demikian, metode pengobatan yang dipilih tergantung pada
penyebab yang mendasarinya. Beberapa metode pengobatan untuk sindrom
Cushing adalah:

 Mengurangi penggunaan kortikosteroid.


Metode ini digunakan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid dalam
jangka panjang. Dokter bisa mengurangi dosis kortikosteroid secara bertahap
dengan menggantinya dengan obat-obatan lain. Perlu diingat, jangan lakukan
ini tanpa petunjuk dokter.

 Bedah.
Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor, dokter akan melakukan bedah
pengangkatan tumor, baik di kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal, pankreas,
atau paru-paru. Setelah bedah, pasien akan membutuhkan obat pengganti
hormon kortisol secara sementara.

 Radioterapi
Jika tumor pada kelenjar hipofisis tidak bisa diangkat sepenuhnya, dokter akan
menyarankan pasien untuk menjalani radioterapi atau terapi radiasi.
 Obat-obatan
Jika bedah dan radioterapi tidak berhasil, dokter akan menggunakan obat-
obatan untuk mengontrol kadar kortisol. Obat juga bisa digunakan sebelum
bedah dilakukan.
Untuk mengontrol kadar kortisol di kelenjar adrenal, jenis obat yang
umumnya digunakan adalah ketoconazole, mitotane, dan metyrapone.
Sedangkan untuk penderita sindrom Cushing yang memiliki diabetes,
umumnya dokter akan menggunakan mifepristone. Perlu diketahui, obat-obat
tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, sakit kepala,
nyeri otot, serta hipertensi. Kadang juga muncul efek samping yang lebih
serius seperti gangguan fungsi hati.
Obat terbaru untuk menangani sindrom Cushing adalah pasireotide, yang
berfungsi menurunkan kadar ACTH akibat tumor di kelenjar hipofisis. Obat
ini diberikan melalui suntikan dua kali sehari, dan disarankan untuk digunakan
bila bedah tidak berhasil atau tidak bisa dilakukan. Efek samping dari obat ini
adalah diare, mual, peningkatan gula darah, sakit kepala, tubuh mudah lelah,
dan sakit perut.
Dalam sejumlah kasus, tumor atau pengobatan yang dijalani juga
menyebabkan berkurangnya kadar hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar
hipofisis dan kelenjar adrenal. Bila kondisi itu terjadi, dokter akan
menyarankan pemberian obat untuk mengganti hormon tersebut.
Jika semua metode pengobatan di atas tidak efektif, dokter akan menyarankan
untuk dilakukan bedah pengangkatan kelenjar adrenal. Prosedur ini bisa
mengatasi kelebihan produksi kortisol, namun pasien akan membutuhkan obat
pengganti hormon selama seumur hidup.

Komplikasi Sindrom Cushing


Jika tidak ditangani, sindrom Cushing bisa menyebabkan berbagai
komplikasi, antara lain:
 Tekanan darah tinggi
 Peningkatan gula darah
 Rentan terserang infeksi
 Pengeroposan tulang (osteoporosis)
 Kehilangan massa otot
SINDROM CUSHING
A. Pengertian Sindrom Cushing
Sindrom cushing adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat
meningkatnya kadar glukokortikoid (kortisol) dalam darah.
(Joyce:278)
Sindrom cushing adalah keadaan meningkatnya kadar
glukokortikoid yag disebabkan oleh pemberian kortikosteroid yang
berlebihan dan malfungsi hipofisis anterior sehingga menimbulkan
kelebihan ACTH. (corwin 2009:302)
Syndrome cushing adalah penyakit yang disebabkan oleh
pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologi
atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal. (Sylvia A. Price 2006)

Jadi dapat disimpulkan bahwa sindrom Cushing adalah


meningkatnya kadar glokokortikoroid yang di sebabkan oleh
malfungsi hipofisis anterior, sekresi kortisol berlebihan dan
penggunaan obat dalam dalam jangka panjang.

B. Etiologi
1. Hipersekresi hipofisis dan tumor hipofisis yang menyebabkan
sekitar 70% sindrom cushing. Biasanya merupakan tumor jinak
baik itu adenoma basofili sel kecil atau adenoma kromofof sel
besar. Hipersekresi hipofisis ACTH yang menyebabkan kelebihan
glukokortikoid disebut sebagai cushing disease.
2. Sekresi ektopik ACTH, tumor yang menyertai ACTH berlokasi di
kelenjar hipofisis jarang mengakibatkan sindrom cushing. Tumor
yang sering menghasilkan sekresi ACTH diluar hipofisis adalah
karsinom sel paru, karsinoma sel pankreatik, usus, timus dan
ovarium.
3. Pemberian kronis kortikosteroid dosis tinggi, terutama kortisol
untuk terapi kondisi inflamasi
C. Klasifikasi
Berdasarkan pengaruh hormon adenokortikotropik terhadap terjadinya
hipersekresi glukokotikoroid, maka sindrom cushing dapat di bagi
menjadi dua kelompok yaitu tergantung ACTH (ACTH dependen) dan
tidak tergantung ACTH (ACTH independent)
1. Tergantung ACTH
Pada tipe ini hipersekresi glukokortikoid disebabkan oleh
hipersekresi kronik ATCH meneybabakan hiperplasia zona
fasikulata dan sona retikulum korteks adrenal. Hiperpalsia ini
mengakibatkan hipersekresi hormon adenokortikal yaitu
gukortikoroid dan androgen, sehingga pada tipe ini ditemukan
peningatan kadar hormon adenokortikotropin dan kadar
glukokortikoid dalam darah. Yang termasuk dalam sindrom ini
adalah adenoma hipofisi dan sindrom ACTH ektopik.
 Adenoma hipofisis (penyakit cushing)
Pada adenoma hipofisis sel-sel kortikotropik secara
spontan mensekresi hormon adenokortikotropik (ACTH)
secara berlebihan. Keadaan ini mengakibatkan hiperplasia
adrenal bilateral yang selanjutkan menyebabkan
hipersekresi gloukortikoroid . Keadaan tersebut berbeda
dengan ganggliositoma hipotalamus benigna yang
mengakibatkan hiperplasia sel-sel kortikotropik hipofisis
dan selanjutnya menyebabkan hipersekresi ACTH dan
Hipersekresi Glukokortikoid.
 Sindrom ACTH ektopik
sindrom ACTH ektopik merupakan sindrom cushing yang
menjadi penyebab primer berupa tumor jaringan
nonendokrin yang mensekresi ACTH atau zat yang
mempunyai aktivitas seperti ACTH secara berlebihan.
Hipersekresi ACTH ini mengakibatkan hiperplasia adrenal
dan selanjutnya menyebabkan hipersekresi glukokortikoid.
Kadang-kadang tumor jaringan nonendokrin ini adayang
mensekresi CRH (Corticotropin Releasing Hormon),
secara berlebihan mengakibatakan hipersekresi
glukokortikoid. Ini disebut sebagia sindrom CRH ektopik.
Tumor-tumor jaringan nonendokrin yang menskresi ACTH
ataupun CRH antara lain tumor paru, timus, pankreas,
tiroid dan ovarium.
2. Sindrom Cushing tidak tergantung ACTH
Pada tipe ini tidak ditemukan adanay pengaruh ACTH terhadap
hiperskresi glukokortikoid, atau hipersekresi glukokortikoid tidak
berada dibawah pengaruh jaras Hipotalamus-Hipofisis. Pada tipe
ini ditemukan peningkatan kadar glukokortikoid dalam darah,
sedangkan kadar ACTH menurun karena mengalami penekanan.
Yang termasuk dalam sindrom ini adalah tumor adrenokortikal,
hiperlasia adrena nodular, dan iatrogenik.
 Tumor adrenokortikal
Tumor adrenokotikal primer seperti adnoma ataupun
karsinoma yang mensekresi glukortikoroid secara
berlebihan menyebabkan kadar glukokortikoid secara
berlebihan, menyebabkan kadar glukokortikoid plasma
meningkat.
 Hiperplasia adrenal nodular
Yang dapat menyebabkan keadaan ini antara, primary
pigmeneted nodular adrenocortical disease dan sidrom
McCune Albright.
 Iatrogenik
Pemberian obat-obatan glukokortikoid dalam jangka waktu
lama dapat menyebabkan meningkatnya kadar
glukokortikoid dalam darah.
D. Patofisiologi
Keadaan hiperglukokortikoid pada sindrom cushing
menyebabkan katabolisme protein yang berlebihan sehingga tubuh
kekuranggan protein. Kulit dan jaringan subkutan menjadi tipis,
pembuluh darah menjadi rapuh sehingga tampak sebagai striae
berwarna unggu di daerah abdomen, paha, bokong, dan lengan atas.
Otot menjadi lemah dan sukar berkembang mudah memar, luka sukar
sembuh, serta rambut tipis dan kering.
Keadaaan glukokortikoid di dalam hati akan meningkatkan
enzim glukoneogenesi dan aminotransfrase. Asam amino yag di
hasilkan dari katabolisme protein menjadi gukosa dan menyebabkan
hiperglikemik serta penurunan pemakaian glukos perifer, sehinga bisa
menyebabkan diabetes yang resisten terhadap insulin.
Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap sel-sel lemak adalah
meningkatkan enzim-enzim lipolisis shingga terjadi hiperlipidemia
dan hiperkolesterol. Ada sindrom cushing ini terjadi restribusi lemak
yang khas. Gejala yang biasa di jumpai adalah obesitas dengan
redistribusi lemak sentripetal. Lemak terkumpul didalam dinding
abdomen, punggung bagian atas yang membentuk buffalo hump dan
wajah tampak bulat seperti bulan(moom face) dengan dagu ganda.
Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap tulang menyebabkan
peningkatan resorpsi matriks protein, penurunan absorbsi kalsium dari
usus, dan peningkatan ekresi kalsium dari ginjal. Akibatnya terjadi
hipokalsemi, osteomalaise, dan retardasi pertumbuhan. Peningkatan
eksresi kalsium dari ginjal bisa menyebabkan urolitiasis.
Pada keadaan hiperglukokortikoid dapat terjadi hipertensi,
namun penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Hipertensi dapat
disebabkan oleh peningkatan sekresi angiotensingen akibat
glukokortikoid pada arteriol atau akibat kerja glukokortikoid yang
mirip mineralkortikoroid sehingga menyebabkan peningkatan retensi
air dan natrium, serta eksresi kalium. Retensi air juga akan
menyebabkan wajah yang bulat menjadi tampak plektorik.
Keadaan hiperglukortikoroid juga dapat menimbulkan
gangguan emosi, insomnia, dan euforia. Pada sindrom cushing
hipersekresi glukokortikoid sering disertai peningkatan sekresi
androgen adrenal sehingga dapat ditemukan gejala dan tanda klinis
hipersekresi androgen seperti hirsutisme, pubertas prekoos dan
timbulnya jerawat.
E. Manifestasi klinis.
1. Perubahan metabolisme lemak yang menyebabkan peningkatan
lapisan lemak dipunggung atau buffalo hump, wajah bulan ( moon
face), abdomen menonjol dengan ekstremitas yang kurus, garis
renggangan (stretch mark) dipermukaan payudara, paha dan
abdomen.
2. Kelemahan otot akibat pemecahan protein.
3. Hipertensi dapat disebabkan oleh peningkatan sekresi
angiotensingen akibat glukokortikoid pada arteriol atau akibat
kerja glukokortikoid yang mirip mineralkortikoroid sehingga
menyebabkan peningkatan retensi air dan natrium, serta eksresi
kalsium.
4. Kenaikan berat badan yang terjadi akibat stimulasi nafsu makan
yang kuat. Karena efek pada glukogenesis hepatik, bentuk
refersibel diabetes melitus dapat terjadi.
5. Inhibisi reaksi imun dan inflamasi yang menyebabkan
penyembuhan luka yang buruk.
6. Perubahan emosi yang ekstrim, kadang-kadanga menyebabkan
psikosis dan kadang kala menyebabkan bunuh diri.
7. Maskulinisasi pada wanita dan anak akibat stimulasi androgen
adrenal apabila kadar ACTH tinggi.
8. Perubahan warna kulit menjadi gelap apabila kadar ACTH
meningkat.
9. Hiperglikemi atau diabetes steroid ysng resisten terhadap insulin.
10. Deplesi kalium, berlanjut pada hipokalemi, disritmia, kelemahan
otot dan penyakit ginjal.
11. Hipertensi yang menyebabkan timbulnya hipertropi ventrikel kiri,
gagal jantung dan stroke.

F. Tes diagnostik
1. Pemeriksaan kadar kortisol plasma
Dalam keadaan norma kadar kortisol plsama sesuai dengan irama
sirkardian atau periode diulnar, yaitu pada apgi hari kadar kortisol
plasma menjadi 5-25ug/dL. Dan pada malam hari terun menjadi
kurang dari 50%. Bila pada malam hari kadarnya tidak mnurun
atau tetapberartiirama sirkardian suda tidak ada, dengan deikian
sindrom Cushing dapat ditegakan. Namun pemeriksaan ini tidak
dapat digunakan pada anak yang berusia kurang dari 3 tahun
karena irama sirkardian belum dapat ditentukan pada usia kurang
dari 3 tahun.
2. Tes laboratorium menunjukan hiperglikemi, peningkatan atau
penurunan elektrolit dan cairan, dan respon imuno supresif untuk
kelebihan sekresi hormon glukokortikoid.
3. Pemeriksaan kadar kortisol bebas atau 17-hidroksikortikosteroid
urin 24 jam akan meningkat.
4. Uji tantangan deksametason biasanya digunakan untuk
mengevaluasi keadaan kelebihan glukokortikoid. Pada individu
yang sehat dosis deksametason yang rendah akan menekan sekresi
ACTH tetapi pada individu yang mengalami sindrom chusing
supresi ini tidak terjadi.
5. Pemeriksaan kadar ACTH plasma
Pemeriksaan ini menggunakan alat yang dikenal sebagai
immunoradiometris assay (IRMA). Pemeriksaan ini ditunjukan
untuk membedakan sindrom Cushing yang tergantung ACTH
dengan yang tidka tergantung ACTH. Bila kadar ACTH plasma
kurang dari 5 pg/mL, maka penyebabnya adalah tipe tergantung
ACTH. Bila kadar ACTH plasma lebih 10pg/mL, amka
penyebabnya adalah tipe tergantung. Kesimpulan pemeriksaan
langkah kedu ini dapat dilihat dibawah ini.
Tes supresi Immunoparadimetric Kemungkinan
deksametason assay penyebab

Penekan <5pg/ml Kelainan


adrenokortikal

Penekan >10pg/ml Sindrom ACTH


ektopik

Penekan >10pg/ml Kelainan hipofisis

6. CT scan resolusi tinggi dan MRI pada daerah kelenjar hipofisis


dapat menunjukan daerah-daerah dengan penurunan atau
peningkatan densitas yang konsisten dengan mikro adenoma pada
sekitar 30% dari penderita-penderita ini.
7. Pada sindrom ACTH eketopik dilakukan pemriksaan lanjutan
berupa CT scan torak dan abdomen untuk menemukan lokasi
tumor nonendokrin yang menyebabkan peningkatan kadar ACTH
plsama.
G. Penatalaksanaan
a. Tujuan dari tata lakasana penyakit cushing adalah mengendalikan
hiperseksresi hormon adenokortikotropik (ACTH) yang bisa di
tempuh dengan tindakan bedah, radiasi, dan obat-obatan.
 Bedah Mikrotransferasi (transpneoida microsurgery) dan
adrenalektomi bilateral.
 Radiasi yang baisa digunakan seperti radiasi konvensional,
gamma knigfe radiosurgery, dan implantasi radioaktif
dalam sela tursika. Kerugian pemakaian radiasi ini adalah
kerusakan sel-sel yang mensekresikan hormon
pertumbuhan.
 Obat-obatan yang diguankan untuk mengendalikan sekresi
ACTH misalnya siproheptadin obat ini biasanya diapkaa
sbelum tindkan bedah atau bersama-sama dengan radiasi.
Obat yang digunakan untuk menghambat sekresi
gluokortioroid adrenal adalah ketokonasol, metirapon, dan
aminoglutimid.
b. Sindrom ACTH ektopik
Tindakan padasindrom ACTH ektopik hanya dapat dilakukan pada
kasus-kasus tumor jinak seperti tumor timus, atau tuor bronkial.
Kesulitan dalam tata laksana sindrom ACTH ektopik disebabkan
karena tumor-tumor ganas telah bermetastasis, bersama dengan
keadaan hiperglukokortikal yang berat.
c. Tumor adrenokortiakl
Pada kasus adenoma adrenal biasanya dilakukan tindakan bedah
(unilateral adrenalectomy), selanjutnya diberikan
glukokortikoidsampai fungsi adrenal kontralateral normal. Pada
kasus karsinoma adrenal yang telah mengalami metastasis atau
telah dieksisi sebagian dapat diberikan preparat adrenolitik seperti
mitotane.
H. Prognosis
Sindrom Cushing yang tidak diobati biasnaya atal. Hal ini disebabkan
oleh tumor penyebabnya sendiri seperti pada sindrom ACTH ektopik
dan karsinoma adrena, atau oleh hipeglukoortiakl beserta penyulitya
seperti hipertensi, tromboemboli dan keadaan mudah terinfeksi.
I. Komplikasi
1) Infeksi berat
2) Hipertensi
3) Gagal jantung
4) Diabetes Melitus
5) Osteoporosis
Untuk apa obat Dexamethasone?
Dexamethasone adalah obat yang berfungsi untuk mengobati kondisi
seperti arthritis, gangguan darah/hormon/sistem kekebalan tubuh, reaksi
alergi, masalah kulit dan mata tertentu, masalah pernapasan, gangguan usus
tertentu, dan kanker tertentu. Obat ini juga digunakan sebagai tes untuk
gangguan kelenjar adrenal (sindrom Cushing).
Obat dexamethasone adalah hormon kortikosteroid (glukokortikoid).
Obat ini mengurangi respon defensif alami tubuh dan mengurangi gejala
seperti pembengkakan dan reaksi alergi.
Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah mual dan muntah yang
disebabkan oleh kemoterapi kanker.

Anda mungkin juga menyukai