Disusun oleh
Raditya Bagus Evanda
112011101037
Dokter Pembimbing
dr.Hoedoyo Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
Sindrom Cushing
A.DEFINISI
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolik gabungan
dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap (Price, 2005).
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi
secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid
(Sylvia A. Price; Patofisiolgi, hal. 1088).
B.PENYEBAB
1. Sindromcushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang berlebihan,
kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa adenoma
maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing.
Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom
cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing.
2. Sindrom cusing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam
dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada gangguan aksis
hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks
adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang
mengakibatkan produksi kortisol abnormal.
C.TANDA DAN GEJALA
1. Gejala hipersekresi kortisol (hiperkortisisme) yaitu :
a. Obesitas yang sentrifetal dan moon face.
b. Kulit tipis sehingga muka tampak merah, timbul strie dan ekimosis.
c. Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.
d. Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi dan kifosis.
e. Aterosklerosis yang menimbulkan hipertensi.
f. Diabetes melitus.
g. Alkalosis, hipokalemia dan hipokloremia
2.
f.
samping itu, defek bisa berada pada hipotalamus atau pada pusat-pusat saraf lebih tinggi,
menyebabkan pelepasan corticotrophin releasing hormone (CRH) yng tidak sesuai dengan kadar
kortisol yang beredar. Konsekuensinya akan membutuhkan kadar kortisol lebih tinggi untuk
menekan sekresi ACTH ke rentang normal. Defek primer ini menyebabkan hiperstimulasi
hipofisis, mengakibatkan hyperplasia atau pembentukan tumor. Pada waktu ini tumor hipofisis
bias menjadi independen dari pengaruh pengaturan sdahistem saraf pusat dan/atau kadar kortisol
yang beredar. Pada serangkaian pembedahan, kebanyakan individu dengan hipersekresi ACTH
hipofisis menderita adenoma (diameter < 10 mm; 50% adalah 5 mm atau kurang), tetapi bisa
dijumpai makroadenoma ( > 10 mm ) atau hyperplasia difusa sel-sel kortikotropik. Dengan
ditemukan mikroadenoma pada hiperplasia adrenal tergantung hipofisis tidak menyingkirkan
disregulasi CRH hipotalamus sebagai defek pada penyakit Cushing. Pada pengamatan jangka
lama menunjukkan kecepatan kekambuhan setelah reseksi pembedahan yang berhasil perlu
menjadi perhatian. Pada beberapa studi, angka kekambuhan adalah lebih besar dari 20%.
Mungkin sulit untuk membedakan antara kekambuhan dengan terapi yang tidak adekwat. Hanya
individu yang mempunyai tumor hipofisis yang menghasilkan ACTH dipastikan sebagai sindrom
Cushing, tetapi pada beberapa sentral tujuan ini digunakan untuk seseorang yang menderita
hipersekresi ACTH hipofisis, tanpa mempertimbangkan apakah tumor dikenali secara radiografi.
Tumor nonendokrin bisa mensekresi polipeptida yang secara biologik, kimiawi, dan
imunologik tak dapat dibedakan dari ACTH dan CRH dan menyebabkan hiperplasia adrenal
bilateral. Produksi CRH ektopik mengakibatkan, secara biokimia dan gambaran radiologis, tak
dapat dibedakan dari yang disebabkan oleh hipersekresi ACTH hipofisis. Tanda-tanda dan gejala
khas dari sindrom Cushing bisa tidak dijumpai atau minimal dengan produksi ACTH ektopik,
dan alkalosis hipokalemik merupakan manifestasi yang predominan. Kebanyakan dari kasus ini
berkaitan dengan primitive small cell (oat cell) tipe dari karsinoma bronkogenik atau tumor
timus, pancreas, atau ovarium, karsinoma medulla tiroid; atau adenoma bronkus. Timbulnya
sindrom Cushng bisa mendadak, terutama pada pasien-pasien dengan karsinoma paru, pasien
tidak memperlihatkan manifestasi klinik. Sebaliknya, pasien dengan tumor karsinoid atau
feokromasitoma mempunyai perjalanan klinis yang lebih lama dan biasanya menunjukkan
gambaran cushingoid tipikal. Sekresi ACTH oleh tumor-tumor nonendokrin juga disertai oleh
penumpukkan fragmen ACTH dalam plasma dan peningkatan kadar molekul precursor steroid
biasanya jelas meningkat, dan bisa dijumpai pigmentasi kulit. Hiperpigmentasi pada pasien
dengan sindrom Cushing hpir selalu menunjukkan tumor ekstra adrenal, di luar cranium atau
dalam cranium.
Kira-kira 20-25% pasien dengan sindrom Cushing menderita neoplasma adrenal. Tumor ini
biasanya unilateral dan kira-kira setengahnya adalah ganas (maligna). Kadang-kadang pasie
mempunyai gambaran biokimia hipersekresi ACTH hipofisis. Individu ini biasanya mempunyai
mikro atau makronodular kedua kelenjar adrenal mengakibakan hiperplasia nodular. Dua bentuk
spesifik menyebabkan hiperplasia nodular: penyakit autoimun familial pada anak-anak atau
dewasa muda (disebut displasia korteks multinodular berpigmen) dan hpersensitifitas terhadap
gastric inhibitory polypeptide, mungkin sekunder terhadap peningkatan ekspresi reseptor untuk
peptide di korteks adrenal.
Penyebab terbanyak sindrom Cushing adalah iatrogenic pemberian steroid eksogen
dengan berbagai alasan. Sementara gamban klinik mirip dengan yang dijumpai pada tumor
adrenal, pasien-pasien ini biasanya dapat dibedakan didasarkan pada riwayat dan pemeriksaan
laboratorium.
adalah
nospesifik
dan
karena
itu
kurang
membantu
dalam
mendiagnosis
hiperkortisolisme. Sebaliknya, tanda-tanda mudah berdarah, striae yang khas, miopati dan
virilisasi (meskipun kurang sering) adalah lebih sugestif sindrom Cushing.
Kecuali pada sindrom Cushing iatrogenik, kadar kostisol plasma dan urin meningkat.
Kadang-kadang hipokalemia, hiperkloremia, dan alkalosis metabolik dijumpai, terutama dengan
produksi ACTH ektopik.
Tabel 2. Frekuensi Tanda Klinik Sindrom Cushing
Tanda Klinik
Tipikal habitus
97
94
87
82
Hirsutisme
80
Amenore
77
Striae kutan
67
Perubahan personal
66
Ekimosis
65
Edema
62
Poliuria, polidipsia
23
Hipertrofi klitoris
19
G.DIAGNOSIS
Problem diagnostic utama adalah membekan pasien dengan sindrom Cushing ringan dari
hiperkortisolisme fisiologik ringan yang disebut sebagai pseudo Cushing. Termasuk didalamnya
fase depresi gangguan afekif, alkoholisme, penghentian dari intoksikasi alcohol, atau gangguan
makan seperti anoreksia dan bulimia nervosa. Keadaan ini bisa mempunyai gambaran sindrom
Cushing, termasuk peninggian kortisol bebas urin, termasuk gangguan gambaran sekresi kortisol
diurnal, dan gangguan supresi kortisol setelah tes supresi deksametason tengah malam.
Meskipun pemeriksaan fisik bisa memberikan tanda spesifik untuk diagnose yang tepat,
konfirmasi biokimia bisa jadi mengalami kesulitan dan bisa membutuhkan pemeriksaan ulang.
Studi paling definitive yng ada untuk membdakan sindrom Cushing ringan dari sindrom pseudo
Cushing adalah penggunaan tes supresi deksametason diikuti olehstimuasi corticotrophin
releasing hrmone CRH.
Diagnosis sindrom Cushing bergantung pada kadar produksi kortisol dan kegagalan
menekan sekresi kortisol secara normal bila diberikan deksametason. Sekali diagnosis
ditegakkan, selanjutnya pemeriksaan dirancang untuk menentukan etiologi
Untuk skrining awal dilakukan tes supresi deksametason tengah malam. Pada kasus sulit
(mis. Pada pasien obes), pengukuran kortisol bebas urin 24 jam juga bisa digunakan sebagai tes
skrining. Bila kadar kortisol bebas urin lebih tinggi dari 275 nmol/dl (100 g/dl) adalah sugestif
sindrom Cushing. Diagnosis definitif ditetapkan bila gagal menurunkan kortisol urin menuju <
80 nmol/dl (30 g/dl) atau kortisol plasma turun ke < 140 nmol/dl ( 5 g/dl) setelah tes supresi
deksametason dosis-rendah standar (0,5 mg setiap 6 jam selama 48 jam).
Penentuan etiologi sindrom Cushing diperumit dengan semua tes yang tersedia oleh
karena tidak spesifik dan tumor-tumor yang menyebabkan sindrom Cushng cenderug spontan
dan sering enyabkan perubahan dramatic sekresi hormone (hormogenesis periodik). Tidak ada
tes yang mempuyai spesifisitas lebih besar dari 95 %, dan mungkin perlu menggunakan
kombinasi tes untuk mencapai diagnosis yang tepat. Langkah yang digunakan untuk
membedakan pasien dengan ACTH secreting pituitary microadenoa atau hpothlamic pituitary
dysfunction dengan bentuk sindrom Cushing yang lain adalah menentukan respon pengeluaran
kortisol terhadap pemberian deksametason dosis tinggi (2 mg setiap 6 jam selama 2 hari). Bila
diagnosis sindrom Cushing tersingkirkan dengan pemeriksaan kortisol basal urin dan plasma,
bisa digunakan tes supresi deksametason dosis tinggi tanpa didahului tes supresi dosis
rendahiTes supresi dosis tinggi mendekati spesifisitas 100 % jika kriteria yang digunakan adalah
supresi kortisol bebas urin lebih besar dari 90 %. Kadang-kadang pada individu dengan
hiperplasia nodul bilateral dan/atau produksi CRH ektopik, pengeluaran steroid juga tertekan.
Pemberian deksametason dosis tinggi dan rendah untuk menekan produksi kortisol mengalami
kegagalan pada pasien dengan hiperplasia adrenal sekunder terhadap mikroadenoma hipofisis
yang mensekresi ACTH atau tumor nonendokrin yang menghasilkan ACTH dan pada pasien
dengan neoplasma adrenal.
Kadar ACTH plasma dapat digunakan untuk membedakan berbagai penyebab sindrom
Cushing, terutama untuk memisahkan penyebab tergantung ACTH dari tak tergantung ACTH.
Pada umumnya, pemeriksaan ACTH plasma digunakan pada diagnosis etioulogi sindrom
Cushing tak tergantung ACTH, sedangkan kebanyakan tumor adrenal menyebabkan kadar ACTH
rendah atau tidak terdeteksi. Makroadenoma hpofisis yang mensekresi ACTH dan tumor-tumor
nonendokrin yang menghasilkan ACTH biasanya mengakibatkan peningkatan kadar ACTH.
Pada sindrom ACTH ektopik, kadar ACTH bisa jadi meningkat diatas 110 pmol/L (500 pg/mL),
dan pada kebanyakan pasien kadar ACTH berada di atas 40 pmol/L, dan pada kebanyakan pasien
kadar ACTH berada di atas 40 pmol/L (200 pg/mL). Pada sindrom Cushing sebgai akibat
mikroadenoma atau disfungsi hypotalamik pituitary, kadar ACTH berkisar dari 6-30 pmol/L (30150 pg/mL) [normal < 14 pmol/L (< 60 pg/mL)], dengan setengah kasus nilai berada dalam
renangan normal. Problem utama dengan menggunakan kadar ACTH pada diagnosis banding
sindrom Cushing adalah kadar ACTH bisa sama dengan individu-individu dengna disfungsi
hipotalamik-hipofisis, mikroadenoma hipofisis, produksi CRH ektopik, dan produksi ACTH dari
tumor nonendokrin (terutama tumor karsinoid)
H.PENATALAKSANAAN
Karena lebih banyak Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor hipofisisdibanding tumor
korteks adrenal, maka penanganannya sering ditujukan kepada kelenjar hipofisis. Operasi
pengangkatan tumor melalui hipofisektomi transfenoidalis merupakan terapi pilihan yang utama
dan angka keberhasilannya sangat tinggi (90%). Jika operasi ini dilakukan oleh tim bedah yang
ahli. Radiasi kelenjar hipofisis juga memberikan hasil yang memuaskan meskipun di perlukan
waktu beberapa bulan untuk mengendalikan gejala. Adrenalektomi merupakan terapi pilihan bagi
pasien dengan hipertropi adrenal primer.
Setelah pembedahan, gejala infusiensi adrenal dapat mulai terjadi 12 hingga 48 jam
kemudian sebagai akibat dari penurunan kadar hormon adrenal dalam darah yang sebelumnya
tinggi. Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison mungkin diperlukan selama beberapa
bulan sampai kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal terhadap kebutuhan
tubuh. Jika kedua kelenjar diangkat (adrenalektomi bilateral), terapi penggantian dengan hormon
hormon korteks adrenal harus dilakukan seumur hidup.
Preparat penyekat enzim adrenal (yaitu, metyrapon, aminoglutethhimide, mitotane,
ketokonazol) dapat digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut
disebabkan oleh sekresi ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
Pemantauan yang ketat diperlukan karena dapat terjadi gejala insufisuensi adrenal dan efek
samping akibat obat obat tersebut.
Jika Sindrom Cushing merupakan akibat dari pemberian kortikosteroid eksternal
(eksogen), pemberian obat tersebut harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara
bertahap hingga tercapai dosis minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada
dibaliknya (misalnya, penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang
ditransplantasikan). Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari sekali akan menurunkan
gejala SindromCushing dan memungkinkan pemulihan daya responsif kelenjar adrenal terhadap
ACTH.
4. Stimulasi CRF.
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat tempat tropi.
5. Pemeriksaan radioimmunoassay
6. Mengendalikan penyebab sindrom cushing
7. PemindaiCT,USGatauMRI.
Untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada kelenjar adrenal.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta:EGC.
Susanne C. Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart; EGC; Jakarta; 1999.
Sylvia A. Price. 1994.Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta: EGC.
http://pratama-22.blogspot.com/2012/07/sindrom-cushing.html
Wiliam G.H., Dluhy R.G. 2005. Disease of the Adrenal Cortex, in Harrisons Principles of
Internal Medicine. Vol II ed 16th,.. Boston : McGraw Hill. p 2035 56.
Guignat L, Bertherat J. 2010. The diagnosis of Cushings syndrome: an Endocrine Society
Clinical Practice Guideline. European Journal of Endocrinology. 163 913
Pramono B. 2010. Bahaya Sindroma Cushing. Ethical Digest No.81 November p 23-27.
Piliang S, Bahri C. Hiperkortisolisme. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV FKUI.
2006.halm .1979-1983.
Schteingart D. Gangguan Hipersekresi Adrenal. In : Price SA, Wilson LM, editors.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Ed 6. Vol 2. Jakarta: EGC;
2003.hlm.1237-1244.
NIDDK. Cushing Syndrome. U.S Department of Health and Human Services.
2010 . http://endocrine.niddk.nih.gov/pubs/cushings/Cushings_Syndrome_FS. pdf
Adler GK. Cushing Syndrome. Harvard Medical School. USA 2009.
Available from http://emedicine.medscape.com/article/117365.
5The History of Cushings Disease: a controversial tale, J R Soc Med. 1991
June; 84(6): 363366
Stephen J, McPhess, Maxine A. Current Medical diagnosis and Treatment
2010. Chapter 26-Cushing Syndrome. McGraw-Hill : 2010
Gordon H, et al. Disorders of the Adrenal Cortex-Cushing syndrome. In: Kasper D,
et al, editors. Harrison Principle Of Internal Medicine Sixteenth Edition.Mc. GrawHill. New York. USA 2005.hlm.2134-2138