Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CUSHING SYNDROM

DEFINISI

Sindrom Cushing adalah kumpulan gejala yang muncul akibat kadar hormon kortisol
yang terlalu tinggi dalam tubuh. Kondisi ini dapat terjadi seketika atau bertahap, dan bisa
semakin memburuk jika tidak ditangani.

Hormon kortisol berfungsi mengontrol suasana hati dan rasa takut. Selain itu, hormon ini
juga berperan penting dalam sejumlah fungsi tubuh, di antaranya mengatur tekanan darah,
meningkatkan kadar gula darah, dan mengurangi peradangan. Hormon kortisol juga dikenal
sebagai hormon stres, karena banyak diproduksi saat seseorang mengalami stres.
Untuk menyeimbangkan kadar kortisol dalam darah, kelenjar adrenal dibantu oleh
kelenjar di otak yang dinamakan hipotalamus dan hipofisis. Hipotalamus dan hipofisis akan
mengirim sinyal ke kelenjar adrenal untuk mengurangi produksi atau menambah produksi
hormon kortisol.

Gejala Sindrom Cushing
Sejumlah gejala yang dialami penderita Sindrom Cushing bervariasi, tergantung pada
tingginya kadar kortisol di tubuh. Gejala umumnya berupa:

 Berat badan meningkat.


 Menumpuknya jaringan lemak, terutama pada bahu (buffalo hump) serta wajah (moon
face).
 Guratan berwarna ungu kemerahan (striae) di kulit perut, paha, payudara, dan lengan.
 Penipisan kulit, sehingga kulit menjadi mudah memar.
 Luka pada kulit menjadi sulit sembuh.
 Muncul jerawat.
 Otot melemah.
 Lemas.
 Depresi, cemas dan mudah marah.
 Gangguan kognitif.
 Tekanan darah tinggi.
 Sakit kepala.
 Pengeroposan tulang.
 Gangguan pertumbuhan pada anak.

Pada wanita, dapat timbul gejala hirsutisme atau tumbuh rambut lebat pada wajah atau di bagian
lain yang biasanya hanya tumbuh pada pria, serta gangguan siklus menstruasi, bisa tidak teratur
atau terlambat haid. Sedangkan pada pria, gejala yang dialami adalah penurunan gairah seksual,
gangguan kesuburan, dan impotensi.
Penyebab Sindrom Cushing
Sindrom Cushing disebabkan oleh kadar hormon kortisol yang terlalu tinggi dalam tubuh.
Tingginya kadar hormon kortisol tersebut bisa disebabkan oleh faktor dari luar (sindrom Cushing
eksogen), atau faktor dari dalam (sindrom Cushing endogen).
Sindrom Cushing eksogen disebabkan oleh penggunaan obat jenis kortikosteroid,
seperti prednisone, dalam dosis tinggi dan jangka panjang. Golongan obat ini digunakan untuk
menangani berbagai kondisi seperti artritis, asma, atau lupus, serta digunakan pada pasien pasca
transplantasi organ untuk mencegah penolakan tubuh pasien terhadap organ yang diterima.
Sedangkan sindrom Cushing endogen disebabkan oleh tingginya hormon
adrenokortikotropik (ACTH) dalam tubuh. ACTH merupakan hormon yang mengatur
pembentukan hormon kortisol dan dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Tingginya ACTH
mengakibatkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon kortisol secara berlebihan. Beberapa
keadaan yang mengakibatkan tingginya ACTH adalah:

 Tumor di kelenjar hipofisis atau pituitari. Kondisi ini membuat kelenjar hipofisis
menghasilkan ACTH dalam jumlah berlebih, sehingga memicu tubuh memproduksi
hormon kortisol dalam jumlah besar.
 Tumor penghasil ACTH. Keadaan ini jarang terjadi, yaitu terdapat tumor di pankreas,
paru-paru, kelenjar tiroid, atau kelenjar timus yang juga menghasilkan ACTH.
 Familial Cushing syndrome. Meski jarang terjadi, kelainan ini diwarisi oleh orang tua,
sehingga timbul tumor di kelenjar endokrin yang memengaruhi produksi hormon kortisol
dan menimbulkan sindrom Cushing.

Pada beberapa orang, penyebab sindrom Cushing endogen tidak disebabkan oleh berlebihnya
ACTH, tetapi terdapat gangguan di kelenjar adrenal. Kelainan kelenjar adrenal yang paling
sering terjadi dan menimbulkan sindrom Cushing adalah tumor jinak yang dinamakan adenoma
adrenal.
PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
Sebelum menjalankan pemeriksaan, dokter akan menanyakan pada pasien terkait gejala
yang dialami dan riwayat obat yang rutin dikonsumsi. Kemudian dokter akan menjalankan
pemeriksaan fisik dengan melihat tanda sindrom Cushing pada pasien. Dokter akan melakukan
pemeriksaan penunjang, seperti:

 Pengukuran hormon kortisol. Pengukuran kadar hormon kortisol dapat dilakukan


dengan mengambil sampel darah, urine, atau air liur. Pada tes urine, pasien akan diminta
untuk mengumpulkan urine selama 24 jam. Sedangkan, sampel air liur akan diambil pada
malam hari, di mana seharusnya kadar hormon kortisol rendah di air liur.
 Pencitraan. Dokter akan menjalankan pemeriksaan CT scan atau MRI untuk melihat
adanya kemungkinan tumor pada kelenjar adrenal atau kelenjar hipofisis.
 Pengukuran ACTH. Dalam tes ini, dokter akan mengambil sampel darah dari sinus
petrosus, yaitu pembuluh darah di sekitar kelenjar hipofisis. Tes ini membantu
menentukan apakah sindrom Cushing disebabkan oleh gangguan pada kelenjar hipofisis
atau bukan.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan sindrom Cushing bertujuan mengurangi kadar kortisol dalam tubuh. Namun
demikian, metode pengobatan yang dipilih tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Beberapa metode pengobatan untuk sindrom Cushing adalah:

 Mengurangi penggunaan kortikosteroid.

Metode ini digunakan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid dalam jangka panjang.
Dokter bisa mengurangi dosis kortikosteroid secara bertahap dengan menggantinya dengan obat-
obatan lain. Perlu diingat, jangan lakukan ini tanpa petunjuk dokter.

  Bedah.

Sindrom Cushing yang disebabkan oleh tumor, dokter akan melakukan bedah pengangkatan
tumor, baik di kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal, pankreas, atau paru-paru. Setelah bedah,
pasien akan membutuhkan obat pengganti hormon kortisol secara sementara.

 Radioterapi

Jika tumor pada kelenjar hipofisis tidak bisa diangkat sepenuhnya, dokter akan menyarankan
pasien untuk menjalani radioterapi atau terapi radiasi.
 Obat-obatan

Jika bedah dan radioterapi tidak berhasil, dokter akan menggunakan obat-obatan untuk
mengontrol kadar kortisol. Obat juga bisa digunakan sebelum bedah dilakukan.
Untuk mengontrol kadar kortisol di kelenjar adrenal, jenis obat yang umumnya digunakan
adalah ketoconazole, mitotane, dan metyrapone. Sedangkan untuk penderita sindrom Cushing
yang memiliki diabetes, umumnya dokter akan menggunakan mifepristone. Perlu diketahui,
obat-obat tersebut dapat menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, sakit kepala, nyeri
otot, serta hipertensi. Kadang juga muncul efek samping yang lebih serius seperti gangguan
fungsi hati.
Obat terbaru untuk menangani sindrom Cushing adalah pasireotide, yang berfungsi menurunkan
kadar ACTH akibat tumor di kelenjar hipofisis. Obat ini diberikan melalui suntikan dua kali
sehari, dan disarankan untuk digunakan bila bedah tidak berhasil atau tidak bisa dilakukan. Efek
samping dari obat ini adalah diare, mual, peningkatan gula darah, sakit kepala, tubuh mudah
lelah, dan sakit perut.
Dalam sejumlah kasus, tumor atau pengobatan yang dijalani juga menyebabkan berkurangnya
kadar hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan kelenjar adrenal. Bila kondisi itu
terjadi, dokter akan menyarankan pemberian obat untuk mengganti hormon tersebut.
Jika semua metode pengobatan di atas tidak efektif, dokter akan menyarankan untuk dilakukan
bedah pengangkatan kelenjar adrenal. Prosedur ini bisa mengatasi kelebihan produksi kortisol,
namun pasien akan membutuhkan obat pengganti hormon selama seumur hidup.

Komplikasi Sindrom Cushing


Jika tidak ditangani, sindrom Cushing bisa menyebabkan berbagai komplikasi, antara lain:

 Tekanan darah tinggi


 Peningkatan gula darah
 Rentan terserang infeksi
 Pengeroposan tulang (osteoporosis)
 Kehilangan massa otot

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pada pengkajian meliputi :
1. Identitas
2. Kel utama ; adanya memar pada kulit,pasien mengeluh lemah,terjadi kenaikan BB
3. Riwaayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada memar pada kulit
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid dlm jangka
wkt lama
5. Riwayat penyakit kelg
Apakah kelg ada yang menderita cushing sindrom
6. Pemeriksaan fisik
 System pernafasan : Pernafasan cuping hidung kdg terlihat
 System cardiovaskuler : tekanan darah tinggi
 System pencernaan ;mukosa mulut kering
 System eliminasi ; dbn
 System persarafan : dbn
 System integument ; adanya perub warna kulit,berminyak,berjerawat
 System muskulo skeletal
 Tulang ; tjd osteoporosis
 Otot : terjadi kelemahan

DATA SUBYEKTIF

1. Perubahan bodi proporsional, BB,distribusi bulu-bulu tubuh


2. Nyeri tulang terutama punggung
3. Peningkatan rasa haus,nafsu makan
4. Perub output urine
5. Sexuality ;
~ wanita : perub menstruasi,cirri-ciri sexualitas sekunder, libido
~Laki-laki :perub libido,cirri-ciri sexualitas sekunder

DATA OBYEKTIF

1. Adanya moon face,buffalo hump,truncal obesity,lengan dan kaki


kurus,hiperpigmentasi,striade,eccymosis,luka yg blm sembuh
2. Neurological :ketepatan emosi dng situasi,konsentrasi,ingatan
3. Cardiovaskuler :blood pressure,weight,pulse,edema,distensi vena jugular
4. Muskulo skeletal ;muscle mass,strength

DIAGNOSA

1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan dan perub metabolism protein


2. Kerusakan integritas kulit b/d edema
3. Gannguan citra tubuh b/d perub penampilan fisik
4. Kelebihan vol cairan b/d kelebihan natrium
5. Nyeri b/d meningkatnya sekresi lambung
6. Resiko cedera b/d atropi otot
INTERVENSI

1. Intolerensi aktivitas b/d kelemahan dan perubmetabolisme protein


~ kaji tanda-tanda intoleransi
~bantu untuk memilih aktivitas yg sesuai dgn kemampuan fisik,psikis dan sosial
~bantu aktivitas klien yg berarti
~pastikan lingk aman bagi keterlangsungan gerakan yg melibatkan sejumlah
besar otot-otot tubuh
2. Kerusakan integritas kulit b/d edema
~inspeksi kulit thd perub warna, turgor,vaskuler
~pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membrane mukosa
~inspeksi area edema
~berikan perawatan kulit,berikan salep atau krim
~anjurkan menggunakan pkaian longgar
~kolaborasidlm pemberian matras busa
3. Gangguan cairan tubuh b/d perubahan penampilan fisik
~bina hub saling percaya
~kaji tingkat penget pasien
~diskusikan arti perub pada pasien
~anjurkan orang trdekat memperlakukan pasienscr normal dan bkn sbg org cacat
~rujuk ke perawatan kesehatan cont; kelompok pendukung
4. Kelebihan vol cairan b/d kelebihan natrium
~ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif,timbang BB tiap hari
~awasi tekanan darah
~kaji derajat edema
~batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
5. Nyeri b/d meningkatnya sekresi lambung
~catat kel nyeri, skala dan PQRST
~kaji ulang factor yg meningkatkan dan menurunkan nyeri
~berika makanan sedikit tp sering
~berikan obat sesuai indikasi missal;antasida
6. Resiko cedera b/d atropi otot
~kaji tanda-tanda ringan infeksi
~ciptakan lingk yg protektif
~bantu klien ambulasi
~beri diet tinggi protein,kalsium,dan vit D

Anda mungkin juga menyukai