NIM : 020.06.0073
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021/2022
1
LATAR BELAKANG
Seperti yang telah kita ketahui, Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ yang
fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke
dalam aliran darah. Hormone berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan
kegiatan berbagai organ tubuh. Salah satu organ utama dari sistem endokrin adalah kelenjar
adrenal. Kelenjar adrenal merupakan bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan
hormon yang saling berkaitan. Hipotalamus menghasilkan CRH (corticotropin-relasing
hormone), yang merangsang kelenjar hipofisa untuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur
pembentukan kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika
hipofisa maupun hipotalamus gagal membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sesuai. Kekurangan atau kelebihan setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit
yang serius. Salah satu penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit sindrom cushing dan
Addison disease. Oleh karena itu materi ini sangat penting untuk diketahui untuk dapat
memahami bagaimana jika terjadi ganguan pada kelenjar adrenal di dalam tubuh kita.
ISI
A. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing dan penyakit Cushing adalah manifestasi klinis dari kelebihan
abnormal hormon glukokortikoid dalam waktu lama dengan segala konsekuensinya.
Definisi ini juga mencakup adanya insufisiensi aksis hipotalamo pituitari-adrenal dan
gangguan pada ritme sekresi sirkadian kortisol. lstilah sindrom Cushing adalah istilah
umum yang dipakai untuk fenomena tersebut tanpa memperhatikan penyebabnya,
sementara jika penyebabnya berasal dari kelebihan ACTH (odrenocorticotrophic
hormone) yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis, lalu merangsang produksi kortisol
berlebihan di adrenal, maka istilah yang dipakai adalah penyakit Cushing. Sindrom
Cushing merupakan suatu kumpulan tanda dan gejala klinis yang disebabkan oleh
meningkatnya kadar hormon glukokortikoid darah (hiperkortisolisme) dalam waktu yang
lama.
2
Gambar 19-38 Seorang pasien sindrom Cushing. (Pathology, 2002.).
Epidemiologi
3
Walaupun data epidemiologi sindrom Cushing sangat terbatas, diestimasikan
insiden tahunan sindrom ini berkisar 2,3 juta per tahun di seluruh dunia. Penyakit
Cushing terutama terjadi pada wanita dengan rasio wanita ke pria berkisar 3:l sampai
10:l. Pada klinik endokrin tersier di negara maju, ditemukan prevalensi sindrom Cushing
sekitar 5% diantara pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol dan osteoporosis. Data
tersebut tentunya akan berdampak pada pengelolaan pasien-pasien diabetes, obesitas,
hipertensi, gangguan menstruasi, oleh karena itu menjadi penting untuk melakukan
penapisan.
Manifestasi Klinis
Prognosis
4
rneninggal selarna dalarn usaha pengobatan awal. Perlu juga dipaharni bahwa pasien
yang gagal dengan operasi angka kernatiannya 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi normal jika dibandingkan dengan pasien yang remisi dengan operasi.
Komplikasi
Penatalaksanaan
5
adrenalektorni per laparoskopi dengan teknik ninimal invasif. Pada keadaan ectopic
ACTH- dependent seringkali sulit untuk mencari fokus dimana tempat ACTH diproduksi
berlebihan. Dari beberapa penelitian disebutkan distribusi surnber ACTH di luar hipofisis
yang tersering (bronchial carcinoid 25%, islet cell cancer 16%, small-cell lung carcinoma
1 1 %, medullary thyroid cancer 8%, disseminated neuroendocrine tumour of unknown
primary source 7%, thymic carcinoid 5%, feokrornositoma 3%, disseminated
gastrointestinal carcinoid 1 %, tumor lain 8%). Setelah sindrorn Cushing terdiagnosis,
sambil menunggu konfirrnasi penyakit dasarnya, maka sebaiknya diberikan anti
steroidogenesis (ketokonazol, mifepristone, mitotan, metirapon) terlebih dahulu. Hal lain
yang sering dilupakan adalah karena pasien dengan sindrom Cushing sangat rentan
dengan bangkitnya kurnan kornensal penumocistic carinii di paru, rnaka sebaiknya
diberikan profilaksis dengan kotrirnoxazole.
B. Addison’s Disease
Penyakit Addison disease adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan
kelenjar adrenalis (korteks adrenalis) memproduksi hormon glukokortikoid (kortisol),
pada beberapa kasus didapatkan ketidakmampuan memproduksi hormon
mineralokortikoid (aldosteron) yang cukup bagi tubuh. Oleh karenanya itu penyakit
Addison ini disebut juga dengan chronic adrenal insufficiency atau hypocortisolism.
Kortisol diproduksi oleh kelenjar adrenalis yang dikontrol oleh hipotalamus dan kelenjar
hipofise di otak. Hipotalamus memberikan signal kepada kelenjar hipofise untuk
memproduksi hormon adrenokortikotropin (ACTH) yang menstimulasi kelenjar adrenalis
memproduksi insufficiency (hypocortisolism) atau Addison's disease. Apabila
hipotalamus atau kelenjar hipofise tidak mampu bekerja dengan baik dalam memproduksi
cukup ACTH maka keadaan ini disebut sebagai secondary adrenocortical insufficiency.
6
Etiologi
Penyebab paling umum dari penyakit Addison disease adalah kerusakan dan
menyusut (atrofi) dari adrenal korteks. 1) Insufisiensi Adrenal Primer, Keadaan ini
disebabkan oleh gangguan di kelenjar adrenal itu sendiri seperti imunologi dan
tuberkulosis. Yang dimana, Imunologi Disebabkan oleh kerusakan perlahan dari korteks
adrenal, lapisan luar dari kelenjar adrenal oleh sistim imun tubuh sendiri. kelainan
autoimun dengan membuat antibodi yang menyerang jaringan atau organ tubuh secara
perlahan. System imun ini bagian dari PGA (polyglandular autoimun), dan Tuberkulosis.
Sebagian besar Penyakit Addison disebabkan oleh destruksi korteks adrenal yang
disebabkan oleh sistem imun tubuh kita sendiri. Kira-kira 70% kasus Penyakit Addison
yang dilaporkan merupakan penyakit autoimun dimana insufisiensi adrenal terjadi
ketika destruksi korteks adrenal mencapai 90%. Keadaan ini menyebabkan kurangnya
produksi hormon glukokortikoid dan mineralokortikoid. 2) Isufisiensi Adrenal Sekunder,
keadaaan ini disebabkan oleh Gangguan sekresi hormon ACTH oleh kelenjar hipofisis.
insufisiensi adrenal sekunder dapat terjadi ketika seseorang mendapat asupan hormone
glukokortikoid misalnya prednison dalam jangka waktu yang lama yang akan kembali
normal bila pengobatan dihentikan.
Manifestasi Klinis
Gejala dari penyakit addison tidak spesifik. Gejala yang muncul biasanya
berhubungan dengan kelelahan, kelemahan, anoreksia, nausea, nyeri abdomen,
gastroenteritis, diare dan labilitas mood. Pada orang dewasa dengan penyakit addison
7
dapat dijumpai penurunan berat badan 1 – 15 kg. kelemahan badan ini disebabkan karena
gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta gangguan metabolisme karbohidrat dan
protein sehingga didapat kelemahan sampai paralisis oto bergaris. Di samping itu, akibat
metabolisme protein, terutama pada sel-sel otot menyebabkan otot-otot bergaris atropi,
bicaranya lemah. Gejala kelemahan otot ini berkurang setelah pemberian cairan, garam
serta kortikosteroid. pada beberapa penderita Addison dapat terjadi paralisis flasid yang
bersifat periodik akibat hiperkalemia dimana mekanismenya belum diketahui, walaupun
hal ini jarang didapatkan. Hiperpigmentasi pada kulit dianggap sebagai ciri khas penyakit
Addison dan dijumpai dalam 95% pasien dengan insufisiensi adrenal kronis primer.
Namun, hiperpigmentasi bukanlah tanda universal ketidakcukupan adrenal. Tampilan
kulit normal tidak menyingkirkan diagnosis penyakit addison. Kulit mungkin tampak
normal, atau vitiligo mungkin hadir. Peningkatan pigmentasi menonjol di daerah kulit
seperti lipatan kulit. Hiperpigmentasi ini juga menonjol pada puting, aksila, perineum.
Wanita mungkin kehilangan androgen yang menstimulus pertumbuhan rambut, seperti
rambut pubis dan aksila, karena androgen diproduksi di korteks adrenal. Pria tidak
memiliki kehilangan rambut karena androgen pada laki-laki diproduksi terutama di testis.
Patofisiologi
Insufisiensi adrenal dapat bermanifestasi sebagai defek pada sumbu
hipothalamus- hipofisis-adrenal. Insufisiensi adrenal primer merupakan akibat dari
destruksi korteks adrenal. Zone glomerulosa, lapisan terluar kelenjar adrenal
menghasilkan aldosteron. Kortisol diproduksi di zona fasikulata dan zona retikularis,
bagian tengah dan dalam kelenjar adrenal. Dehidroepiandrosteron diproduksi di zona
retikularis. K a re na mineralokortikoid d an glukokortikoid menstimulasi
reabsorbsi natrium dan ekskresi kalium, defisiensinya akan menyebabkan peningkatan
ekskresi natrium dan penurunan ekskresi kalium, terutama pada urin, selain itu juga
pada keringat, saliva, dan saluran gastrointestinal. Terjadi konsentrasi natrium yang
rendah dan k al iu m y ang ti ng gi dalam s er um . Ketidakmampuan untuk
mengkonsentrasikan urin disertai gangguan keseimbangan elektrolit menyebabkan
dehidrasi berat, hipertonisitas plasma, asidosis, penurunan volume sirkulasi, hipotensi,
akhirnya kolaps sirkulasi. Bila insufisiensi adrenal disebabkan produksi ACTH yang
8
tidak adekuat , maka kadar elektrolit biasanya normal atau sedikit berkurang.
Defisiensi glukokortikoid menimbulkan hipotensi dan menyebabkan sensitivitas
insulin berat, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Tanpa adanya
kortisol, kekurangan karbohidrat dibentuk dari protein akibatnya terjadi hipoglikemia
dan penurunan glikogen hati. Terjadi kelemahan karena gangguan fungsi neuromuskuler.
Ketahanan terhadap infeksi, trauma dan stress lainnya juga berkurang. Kelemahan otot
jantung dan dehidrasi menurunkan output jantung, kemudian terjadi kegagalan sirkulasi.
Penurunan kortisol darah menyebabkan peningkatan produksi ACTH hipofisis dan
peningkatan β-lipotropin darah, yang memiliki aktivasi stimulasi melanosit bersama
dengan ACTH, menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan membran mukosa khas pada
penyakit Addison Gambaran klinis ditemukan setelah 90% korteks adrenal mengalami
kerusakan oleh peran autoimun, infeksi, neoplastik, traumatik, iatrogenik, vaskuler dan
metabolik. Dengan destruksi korteks adrenal, inhibisi umpan balik hipothalamus dan
kelenjar hipofisis anterior terganggu sehingga kortikotropin disekresikan terus menerus.
Kortikotropin dan melanocyte- stimulating hormone (MSH) merupakan komponen
hormon progenitor yang sama. Ketika kortikotropin hilang dari prohormon, MSH
dilepaskan m e n y e b a b k a n hiperpigmentasi khas kecoklatan seperti perunggu.
Hiperpigmentasi umumnya ditemukan pada insufisiensi adrenal primer yang
berhubungan dengan peningkatan kadar kortikotropin dan MSH.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar sodium, potasium, kortisol, ACTH dan
antibodi yang berhubungan dengan autoimun pada penyakit Addison. Tes stimulasi
ACTH, CRH, tes hipoglikemia yang diinduksi insulin serta tes pencitraan CT Scan dan
MRI sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Penatalaksanaan
9
serangan akut. 4) Antibiotik dapat saja diresepkan untuk mengatasi infeksi. 5) Masukan
oral mungkin dilakukan segera setelah dapat ditoleransi. 6) Jika kelenjar adrenal tidak
dapat pulih kembali fungsinya, maka perlu dilakukan terapi penggantian preparat
kortikosteroid dan mineralokortikoid sepanjang kehidupan. 7) Masukan diit akan
memerlukan tambahan dengan garam selama waktu kehilangan cairan gastrointestinal
melalui muntah dan diare.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, kelenjar adrenal merupakan salah
satu sistem endokrin manusia, dimana kelenjar adrenal ini bekerja dengan perantara zat kimia
seperti hormone. Kelenjar adrenal ini terletak pada bagian atas ginjal dan terdiri dari dua bagian,
yaitu korteks atau bagian luar, dan medulla atau bagian dalam. Korteks adrenal menghasilkan
beberapa homon steroid yang paling penting adalah kortisol, aldosterone, androgen, dan adrenal.
Kelainan pada kelenjar adrenal menyebabkan endokrinopati seperti sindrom cushing, dan
penyakit Addison. Yang dimana, sinrom cushing merupakan sekumpulan gejala dan tanda klinis
akibat peningkatan kadar glukokortikoid (kortisol) dalam darah. Dan penyakit addison adalah
penyakit yang terjadi akibat insufisiensi korteks adrenal berupa defisiensi kortisol,aldosteron,
dan androgen. Penyakit ini jarang ditemukan dan lebih sering ditemukan pada wanita dari pada
pria.
REFERENSI
dr. Lalu Buly F, Sp.PD. Power Point Gangguan Kelenjar Adrenal. 2021.
Setiati, Siti. 2017. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”. Edisi VI. Jilid II. Interna Publishing.
Jakarta Pusat.
Sylvia A. Prince. Lorraine M. Wilson. 2019. Buku Ajar Patofisiologi. Edisi Keenam. Volume 1.
Elsevier : Singapore.
10
11