1.2.
Medulla Adrenal
Derivat
Intermediate Mesoderm
Embrionik
Lokasi
Stimulasi
Adrenal
Hormonal (distimulasi oleh hormon Neural (distimulasi
oleh
ACTH
oleh
yang
disekresikan
oleh preganglionic
Hipofisis anterior).
Hormon
disekresi
Efek Hormon
axons
ANS).
yang Corticosteroids; Mineralocorticoids; Epinephrine
Glukocorticoids; Gonadocorticoids.
Mineralocorticoids:
Norepinephrine.
Sebagai
neurotransmitter
symphatetic.
Glucocorticoids:
Meningkatkan glukosa darah pada
keadaan stress dan menstimulasi
penggunaan
lemak
dan
protein
dan
pada
saraf
c. Zona Reticularis
Lapisan yang paling dalam dari Korteks Adrenal adalah Zona
Reticularis. Pada zona ini, sel-selnya dapat mensekresi sejumlah kecil
sex hormones yang disebut gonadocorticoid. Gonadocorticoid yang
paling utama disekresi adalah androgens yang merupakan hormon sex
pada pria. Pada wanita, hormon androgen diubah menjadi hormon
b. Fungsi Aldosterone
- Meningkatkan reabsorpsi Sodium dan sekresi Potassium pada
tubulus ginjal terutama berpengaruh pada sel-sel principal pada
-
tubulus collectivus.
Menstimulasi transport Sodium dan Potassium ke kelenjar saliva,
kelenjar keringat dan sel epitelial di intestinal. (1)
1.2.4. Glucocorticoids
a. Jenis Glucocorticoid
- Cortisol (95% menangani fungsi Glucocorticoid)
- Corticosterone
- Cortisone
- Prednisone
- Methyprednisone
- Dexamethason
b. Mekanisme Regulasi Glucocorticoid (5)
Antiinflamatory effect
Glucocorticoid dapat menghambat reaksi inflamasi karena:
Menghambat substansi vasodilator.
Menurunkan permeabilitas kapiler dan formasi edema.
Menstabilisasi membran lisosom.
Antiallergic effect
Menghambat sekresi histamine dari sel mast.
Menurunkan kadar eosinofil dan limfosit.
Resistance to stress
Meningkatkan
reaksi
vaskular
untuk
mengedarkan
catecholamines.
Meningkatkan mobilisasi asam lemak sebagai sumber energi
selama stress. (1)
2. Cushing Syndrome
2.1.
Definisi Cushing Syndrome
Gangguan yang timbul karena tingginya kadar kortisol di dalam darah oleh
karena berbagai sebab. (4)
2.2.
2.3.
tumor
non
endokrin
2.4.
yang
2.5.
kortisol menjadi tinggi dan terus menerus sehingga negative feedback yang
diberikan kepada kelenjar pituitary menjadi terlalu banyak sehingga kadar
ACTH menjadi sangat rendah. (7)
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
2.10.
(5)
2.11.
3. Hiperaldosterone
3.1.
Definisi Hiperaldosterone
Merupakan sindrom yang disebabkan oleh hipersekresi aldosteron yang tidak
3.2.
Etiologi Hiperaldosterone
50-75% pasiean mengalami adenoma adrenal soliter, kecil dengan penampang
berwarna kuning. Sisanya mengalami hiperplasia adrenokortikal mikro atau
makro noduler. Gambaran patologi tersebut disebabkan oleh hipertensi dan
hipokalemia. (6)
3.4.
Klasifikasi Hiperaldosterone
a. Hiperaldosterone Primer (sindrom Conn)
Keadaan ini sering terjadi pada wanita usia pertengahan akibat sekresi
aldosterone autonom. Gejala klinisnya adalah hipertensi dan hipokalemia
tanpa suatu sebab yang jelas. Terkadang pasien mengalami gejala
hipokalemia yang menyerang ginjal atau sistem neuromuskular seperti
poliuria, nokturia, parestesia, kelemahan otot, hiporefleksi episodik atau
paralysis. (6)
b. Hiperaldosterone Sekunder
Dijumpai pada keadaan dimana terjadi perangsangan renin persisten.
Gejala klinis dan pengobatan ditujukan pada penyebabnya dan jarang
diperlukan pemeriksaan aldosterone. Hiperaldosteronisme sekunder dapat
terjadi pada keadaan hipersekresi renin primer akibat hiperplasi sel
3.5.
3.6.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar aldosteron tinggi, renin rendah, dan hipokalemi.
CT scan : terdapat massa kelenjar adrenal
3.7.
3.8.
Prognosis Hiperaldosterone
Angka kematian hiperaldosteronisme terutama Conn Syndrome, sangat
berhubungan dengan hipokalemia dan hipertensi. Hipokalemia dapat
menyebabkan cardiac arrhythmias yang dapat menjadi fatal.
Hipertensi, terutama yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
banyak komplikasi termasuk serangan jantung, stroke, dan perdarahan
intracerebral. (7)