PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Sindrom cushing adalah kumpulan keadaan klinis yang diakibatkan oleh efek
metabolik dari kadar glukokortikoid atau kortisol yang meningkat dalam darah. Nama
penyakit ini diambil dari Harvey Cushing seorang ahli bedah yang pertama kali
mengidentifikasi penyakit ini pada tahun 1912. Sindrom cushing terjadi akibat kelebihan
glukokortikosteroid. Sangat sering terjadi akibat pemberian kortikosteroid terapeutik.
hiperglikemia, moon face, buffalo hump (penumpukan lemak di area leher, dan lain
perkembangan penyakit selanjutnya atau risiko komplikasinya.
Prevalensi sindroma cushing ini pada lakilaki sebesar 1:30.000 dan pada perempuan
1: 10.000. Angka kematian ibu yang tinggi pada sindrom cushing disebabkan oleh hipertensi
berat sebesar 67%, diabetes gestasional sebesar 30%. Tanda klinik yang dijumpai yaitu 90
persen mengalami kelebihan berat badan dan 83 persen mengalami gangguan pertumbuhan.
Meskipun sindrom cushing relatif jarang dijumpai pada masa anak, namun sindrom ini dapat
terjadi pada semua usia bahkan pada bayi baru lahir. Peningkatan pemakaian glukokortikoid
dalam pengobatan, diduga menyebabkan meningkatnya angka kejadian sindrom cushing pada
anak.
glukokortikoid eksogen. Dari kasus ini sekitar 70% disebabkan hiperplasi adrenal bilateral
oleh hipersekresi ACTH hipofisis atau produksi ACTH oleh tumor non endokrin, 15%
adrenal tiga kali lebih besar pada wanita dari pada lakilaki, kebanyakan muncul pada usia
dekade ketiga dan keempat. insiden puncak dari sindrom cushing, baik yang disebakan oleh
1
adenoma adrenal maupun hipofisis terjadi sekitar usia 2540 tahun. Pada ACTH ektopik,
insiden lebih sering pada lakilaki dibanding wanita.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar adrenal?
2) Apa definisi dari sindrom cushing?
3) Apa saja etiologi dari sindrom cushing?
4) Apa gejala klinis dari sindrom cushing?
5) Bagaimana patofisiologi dari sindrom cushing?
6) Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan sindrom cushing?
7) Bagaimana penatalaksanaan pada sindrom cushing?
8) Apa prognosis dari sindrom cushing?
1.3 Tujuan
1) Dapat mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar adrenal
2) Dapat mengetahui dari sindrom cushing
3) Dapat mengetahui etiologi dari sindrom cushing
4) Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala klinis dari sindrom cushing
5) Dapat mengetahui patofisiologi dari sindrom cushing
6) Dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan sindrom cushing
7) Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada sindrom cushing
8) Dapat mengetahui prognosis dari sindrom cushing
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelenjar Adrenal
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar adrenal juga disebut
sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya yang ada di atas ginjal. Selain itu kelenjar
3
adrenal juga disebut kelenjar anak ginjal karena lokasinya yang menempel pada ginjal.
Kelenjar adrenal tersusun dari dua lapis yaitu korteks dan medulla. Korteks adrenal
mensintesis tiga kelas hormon steroid yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen.
Kelenjar adrenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan
kanan. Ukurannya berbedabeda dan memiliki berat ratarata 59 gram. Fungsi kelenjar
suprarenalis yaitu mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garamgaram, mengatur atau
limfoid. Kelenjar adrenal ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut
saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam selsel pada medulla
katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber
lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolik basal (BMR) dan menaikkan kadar
glukosa darah.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari 3 zona yaitu:
a. Zona glomerulosa,
Zona Glomerulosa terdapat tepat di bawah simpai, terdiri atas sel polihedral kecil
berkelompok membentuk bulatan, berinti gelap dengan sitoplasma basofilik. Zona
hormon mineralokortikoid. Hormon mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada
tubulus renal dan epitel gastrointestinal untuk meningkatkan absorpsi ion natrium
dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion kalium atau hydrogen. Sekresi
sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah.
b. Zona fasikulata
4
Zona fasikulata merupakan sel yang lebih tebal, terdiri atas sel polihedral besar
dengan sitoplasma basofilik. Selnya tersusun berderet lurus setebal 2 sel, dengan
sinusoid venosa bertingkap yang jalannya berjajar dan diantara deretan itu. Selsel
mengandung banyak tetes lipid, fosfolipid, asam lemak, lemak dan kolesterol. Sel
ini juga banyak mengandung vitamin C dan mensekresikan kortikosteroid. Dan
Glukokortikoid disekresikan dari korteks adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan
ACTH dari lobus anterior hipofisis. Penurunan sekresi ACTH akan mengurangi
untuk menghambat respon inflamasi pada cedera jaringan dan menekan manifestasi
alergi.
c. Zona Retikularis
Lapisan ini terdiri atas deretan sel bulat bercabang – cabang berkesinambungan.
(progesteron, estrogen & androgen). Kelompok hormon androgen ini memberikan
efek yang serupa dengan efek hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula
mensekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita. Sekresi androgen
adrenal dikendalikan oleh ACTH.
2.1.2 Hormon Glukokortikoid (Kortisol)
Kortisol adalah glukokortikoid utama dihasilkan oleh zona fasikulata (ZF) dan
zona reticularis (ZR) bagian dalam yang dirangsang oleh ACTH (adenokortikotropik
hormon). Sekresi kortisol memiliki pola tertinggi ketika bangun tidur (pagi) dan terendah
pada waktu tidu). Produksi kortisol meningkat pada waktu latihan fisik karena penting
untuk meningkatkan glukosa dan asam lemak bebas sebagai bahan pembentuk energi.
Jumlah kortisol normal pada jam 09.00 WIB sebesar 6-20 µg/dl, pada tengah
malam kurang dari 8 µg/dl. Kortisol terikat erat dengan transkortin atau Cortisol-Binding
5
Globulin (CBG) ± 75% dari jumlah kortisol seluruhnya. 15% terikat kurang erat dengan
albumin, dan 10% dari jumlah kortisol seluruhnya memiliki efek metabolik.
Berikut beberapa efek metabolik kortisol, yaitu :
(a) Protein : Proses katabolik sehingga meningkatkan glukoneogenesis
(b) Lemak :Proses lipolisis sehingga pelepasan lemak bebas (FFA) meningkat dan
menyebabkan deposisi lemak sentripetal (Buffalo Hump)
(c) Karbohidrat :Penyerapan glukosa di otot dan lemak menurun, sekresi glukosa oleh
hepar meningkat sehingga sel beta pankreas dapat dilemahkan (DM tersembunyi
muncul).
Fungsi kortisol berlawanan dengan insulin yaitu menghambat sekresi insulin dan
meningkatkan proses glukoneogenesis di Hepar. Sekresi kortisol juga dirangsang oleh
beberapa faktor seperti trauma, infeksi, dan berbagai jenis stres. Kortisol akan
menghambat proteksi dan efek dari berbagai mediator dari proses inflamasi dan imunitas
seperti interleukin-6 (IL-6), Lymphokines, Prostaglandins, dan histamine
6
2.2 Sindrom Cushing
2.2.1 Definisi Sindrom Cushing
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang terjadi akibat aktivitas korteks adrenal
yang berlebihan atau yang disebabkan oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar
glukokortikoid dalam darah yang menetap.
Sindrom cushing adalah hiperaktivitas atau hiperfungsi kelenjar adrenal sehingga
merupakan pola khas obesitas yang disertai dengan hipertensi, akibat dari kadar kortisol
darah yang tinggi secara abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. Sindromnya dapat
tergantung kortikotropin (ACTH) ataupun tidak tergantung ACTH.
2.2.2 Etiologi
Sindroma Cushing terjadi akibat adanya hormon kortisol yang sangat tinggi di dalam
tubuh. Kortisol berperan dalam berbagai fungsi tubuh, misalnya dalam pengaturan tekanan
darah, respon tubuh terhadap stress, dan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak dalam
makanan. Adapun penyebab sindrom Cushing terbagi menjadi dua yaitu:
1) Penyebab dari Luar Tubuh
Penyebab sindroma Cushing dari luar tubuh yaitu sindroma chusing latrogenik yaitu
akibat konsumsi obat kortikosteroid (seperti prednison) dosis tinggi dalam waktu lama.
Obat ini memiliki efek yang sama seperti kortisol pada tubuh.
2) Penyebab dari Dalam Tubuh
Akibat produksi kortisol di dalam tubuh yang berlebihan. Hal ini terjadi akibat produksi
yang berlebihan pada salah satu atau kedua kelenjar adrenal, atau produksi hormon
ACTH (hormon yang mengatur produksi kortisol) yang berlebihan dari kelenjar
hipofisis. Hal ini dapat disebabkan oleh :
7
a. Hiperplasia adrenal yaitu jumlah sel adrenal yang bertambah. Sekitar 70-80% wanita
lebih sering menderita sindroma chusing.
b. Tumor kelenjar hipofise, yaitu sebuah tumor jinak dari kelenjar hipofise yang
menghasilkan ACTH dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menstimulasi kelenjar
adrenal untuk membuat kortisol lebih banyak.
c. Tumor ektopik yang menghasilkan hormon ACTH. Tumor ini jarang terjadi, dimana
tumor terbentuk pada organ yang tidak memproduksi ACTH, kemudian tumor
menghasilkan ACTH dalam jumlah berlebihan. Tumor ini bisa jinak atau ganas, dan
biasanya ditemukan pada paru-paru seperti oat cell carcinoma dari paru dan tumor
karsinoid dari paru, pankreas (tumor pankreas), kelenjar tiroid (karsinoma moduler
tiroid), atau thymus (tumor thymus).
d. Gangguan primer kelenjar adrenal, dimana kelenjar adrenal memproduksi kortisol
secara berlebihan diluar stimulus dari ACTH. Biasanya terjadi akibat adanya tumor
jinak pada korteks adrenal (adenoma). Selain itu dapat juga tumor ganas pada kelenjar
adrenal (adrenocortical carcinoma).
e. Sindrom chusing alkoholik yaitu produksi alkohol berlebih, dimana akohol mampu
menaikkan kadar kortisol.
f. Pada bayi, sindrom cushing paling sering disebabkan oleh tumor adrenokorteks yang
sedang berfungsi, biasanya karsinoma maligna tetapi kadang-kadang adenoma
benigna.
8
ACTH yang disekresi oleh corticotrophs dilepaskan ke dalam sirkulasi dan bekerja
pada korteks adrenal untuk menghasilkan hiperplasia dan merangsang sekresi steroid
adrenal
Adenoma yang besar dapat menyebabkan hilangnya produksi hormone lainnya dari
hipofisis anterior (TSH, FSH, LH, hormon pertumbuhan dan prolaktin) dan hormone
vasopressin di hipofisis posterior
3) Adrenal lesi primer
Overproduksi glukokortikoid dapat disebabkan adanya adenoma adrenal, karsinoma
adrenal, makronodular dan hiperplasia adrenal mikronodular. Para zona fasciculatif
reticularis zona lapisan korteks adrenal biasanya menghasilkan glukokortikoid dan
androgen
Kompleks Carney adalah bentuk familial mikronodular hiperplasia kelenjar adrenal.
Ini merupakan gangguan dari autosomal dan ACTH yang menyebabkan sindrom
Cushing independen. Hiperpigmentasi merupakan salah satu cirri gangguan tersebut.
2.2.3 Klasifikasi
Berdasarkan pengaruh hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic hormone–
ACTH) terhadap terjadinya hipersekresi glukokortikoid, maka sindrom Cushing dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu tergantung ACTH (ACTH-dependent) dan tidak tergantung
ACTH (ACTH-independent).
1) Sindrom Cushing tergantung ACTH
Pada tipe ini hipersekresi glukokortikoid dipengaruhi oleh hipersekresi ACTH.
Hipersekresi kronik ACTH akan menyebabkan hiperplasia zona fasikulata dan zona
retikularis korteks adrenal. Hiperplasia ini mengakibatkan hipersekresi adrenokortikal
seperti glukokortikoid dan androgen. Pada tipe ini ditemukan peninggian kadar hormon
adrenokortikotropik dan kadar glukokortikoid dalam darah. Yang termasuk dalam
sindrom ini adalah adenoma hipofisis dan sindrom ACTH ektopik.
2) Sindrom Cushing tidak tergantung ACTH
Pada tipe ini tidak ditemukan adanya pengaruh sekresi ACTH terhadap hipersekresi
glukokortikoid, atau hipersekresi glukokortikoid tidak berada di bawah pengaruh jaras
hipotalamus-hipofisis. Pada tipe ini ditemukan peningkatan kadar glukokortikoid dalam
darah, sedangkan kadar ACTH menurun karena mengalami penekanan. Yang termasuk
dalam sindrom ini adalah tumor adrenokortikal, hiperplasia adrenal nodular, dan
iatrogenik.
Berdasarkan penyebabnya sindrom cushing dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
9
a. Penyakit cushing (cushing desease), ditemukan pada kirakira 80%, selsel basofil
menunjukkan degranulasi (crooke’s change) sekunder terhadap glukortikoid berlebihan.
Terjadi hiperplasia bilateral korteks adrenal.
b. Tumor adrenal, dijumpai pada kirakira 15%. Biasanya adenoma kecil, tunggal dan jinak,
dapat berubah menjadi karsinoma yang mengeluarkan kortikosteroid.
c. ACTH ectopic, salah satu sindrom cushing yang disebabkan karena produksi ectopic,
yaitu ACTH oleh tumor maligna non endokrin biasa dalam bentuk cat – cell bronchial
carsinoma. Gejalanya klinis ditandai penyakit yang cepat menjadi berat, penurunan BB
dan edema serta pigmentasi.
2.2.4 Patofisiologi
Secara fisiologis hipotalamus berada di otak dan kelenjar hipofisis berada tepat
adrenocorticotropin (ACTH). ACTH bergerak melalui darah ke kelenjar adrenal merangsang
pelepasan kortisol. Kortisol disekresi oleh korteks kelenjar adrenal dari daerah yang disebut
zona fasciculate sebagai respon terhadap ACTH. Peningkatan kadar kotisol menyebabkan
umpan balik negatif (negative feedback) pada hipofisis sehingga menurunkan jumlah ACTH
yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis.
10
Sindrom Cushing mengacu terhadap kelebihan kortisol berdasarkan endogen apapun, baik
Overproduksi glukokortikoid endogen hiperkortisolisme yang independen ACTH biasanya
disebabkan oleh neoplasma yang mensekresi kortisol dalam korteks kelenjar adrenal
karsinoma. Adenoma ini menyebabkan kadar kortisol dalam darah sangat tinggi, terjadi
umpan balik negatif terhadap hipofisis dari tingkat kortisol yang tinggi menyebabkan tingkat
ACTH sangat rendah.
Pada kasus lain dengan dependen ACTH, sindrom Cushing hanya memberikan kepada
adenoma. Hal ini menyebabkan kadar ACTH darah meningkat bersamaan dengan kortisol
dari kelenjar adrenal. Kadar tetap tinggi karena tumor menyebabkan hipofisis menjadi tidak
11
responsif terjadi umpan balik negatif dari kadar kortisol yang tinggi. ACTH juga dapat
diberikan berlebihan pada pasien – pasien dengan neoplasma yang memiliki kapasitas
menyintesis dan melepaskan peptide mirip ACTH baik secara kimia maupun fisiologik.
ACTH berlebihan yang dihasilkan dalam keadaan ini menyebabkan rangsangan yang
berlebihan tehadap sekresi kortisol oleh korteks adrenal yang disebabkan oleh penekanan
pelepasan ACTH hipofisis. Jadi, kadar ACTH yang ada pada penderita ini berasal dari
neoplasma dan bukan dari kelenjar hipofisisnya.
Sejumlah besar neoplasma dapat menyebabkan sekresi ektopik ACTH. Neoplasma –
neoplasma ini biasanya berkembang dari jaringan – jaringan yang terdiri dari lapisam
timoma dan tumor sel – sel pulau di pancreas, merupakan contoh – contoh yang paling sering
ditemukan. Beberapa tumor ini mampu menyerupai CRH ektopik. Pada keadaan ini, CRH
ektopik merangsang sekresi ACTH hipofisis yang menyebabkan terjadinya sekresi kortisol
secara berlebihan oleh korteks adrenal. Jenis sindrom Cushing yang disebabkan oleh sekresi
Hiperpigmentasi disebabkan oleh sekresi peptide yang berhubungan dengan ACTH dan
bagian – bagian ACTH yang memiliki aktivitas melanotropik. Pigmentasi terdapat pada kulit
dan selaput lendir.
Keadaan hiperglukokortikoid pada sindrom Cushing menyebabkan katabolisme protein
yang berlebihan sehingga tubuh kekurangan protein. Kulit dan jaringan subkutan menjadi
tipis, pembuluh-pembuluh darah menjadi rapuh sehingga tampak sebagai stria berwarna ungu
di daerah abdomen, paha, bokong, dan lengan atas. Otot-otot menjadi lemah dan sukar
berkembang, mudah memar, luka sukar sembuh, serta rambut tipis dan kering. Keadaan
hiperglukokortikoid di dalam hati akan meningkatkan enzim glukoneogenesis dan
aminotransferase. Asam-asam amino yang dihasilkan dari katabolisme protein diubah
menjadi glukosa dan menyebabkan hiperglikemia serta penurunan pemakaian glukosa perifer,
sehingga bisa menyebabkan diabetes yang resisten terhadap insulin.
Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap sel-sel lemak adalah meningkatkan enzim
lipolisis sehingga terjadi hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia. Pada sindrom Cushing ini
terjadi redistribusi lemak yang khas. Gejala yang bisa dijumpai adalah obesitas dengan
12
redistribusi lemak sentripetal. Lemak terkumpul di dalam dinding abdomen, punggung bagian
atas yang membentuk buffalo hump, dan wajah sehingga tampak bulat seperti bulan dengan
dagu ganda.
Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap tulang menyebabkan peningkatan resorpsi
matriks protein, penurunan absorbsi kalsium dari usus, dan peningkatan ekskresi kalsium dari
ginjal. Akibat hal tersebut terjadi hipokalsemia, osteomalasia, dan retardasi pertumbuhan.
Peningkatan ekskresi kalsium dari ginjal bisa menyebabkan urolitiasis. Pada keadaan
hiperglukokortikoid bisa timbul hipertensi, namun penyebabnya belum diketahui dengan
jelas. Hipertensi dapat disebabkan oleh peningkatan sekresi angiotensinogen akibat kerja
langsung glukokortikoid pada arteriol atau akibat kerja glukokortikoid yang mirip
mineralokortikoid sehingga menyebabkan peningkatan retensi air dan natrium, serta ekskresi
kalium. Retensi air ini juga akan menyebabkan wajah yang bulat menjadi tampak pletorik.
Keadaan hiperglukokortikoid juga dapat menimbulkan gangguan emosi, insomnia, dan
euforia. Pada sindrom Cushing, hipersekresi glukokortikoid sering disertai oleh peningkatan
sekresi androgen adrenal sehingga bisa ditemukan gejala dan tanda klinis hipersekresi
androgen seperti hirsutisme, pubertas prekoks, dan timbulnya jerawat.
2.2.5 Gejala Klinis
13
Tanda dan gejala sindrom cushing bervariasi, akan tetapi kebanyakan orang dengan
gangguan tersebut memiliki obesitas tubuh bagian atas, wajah bulat, peningkatan lemak di
sekitar leher, dan lengan yang relatif ramping dan kaki. Anak-anak cenderung untuk menjadi
gemuk dengan tingkat pertumbuhan menjadi lambat.
Manifestasi klinis yang sering muncul pada penderita cushing syndrome antara lain :
a. Rambut tipis
b. Moon face
c. Penyembuhan luka buruk
d. Mudah memar karena adanya penipisan kulit
e. Petekie
f. Kuku rusak
g. Kegemukan dibagian perut
h. Kurus pada ekstremitas
i. Striae
j. Osteoporosis
k. Diabetes Melitus
l. Hipertensi
m. Neuropati perifer
14
(c) Tekanan darah tinggi
(d) Glukosa darah tinggi
(e) Rasa haus dan buang air kecil yang berlebihan
(f) Mudah marah, cemas, bahkan depresi
(g) Punuk lemak (fatty hump) antara dua bahu
Sindrom cushing pada dewasa
Sindrom cushing pada dewasa anak
15
Striae
Moonface
Punggung menebal
16
Exogenous Cushing Syndromme
2.2.6 Diagnosis
17
Pemeriksaan kedua adalah menelusuri kemungkinan penyebabnya yaitu:
1. Pemeriksaan supresi deksametason dosis tinggi
Pemeriksaan ini ditujukan untuk membedakan sindrom Cushing yang disebabkan oleh
kelainan hipofisis atau nonhipofisis. Deksametason per oral diberikan dengan dosis 20
mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari berturut-turut. Kemudian diperiksa kadar kortisol
plasma, kadar kortisol bebas, dan kadar 17-hidrosikortikosteroid menurun sampai di
bawah 50% maka telah terjadi penekanan dan berarti terdapat kelainan pada hipofisis.
2. Pemeriksaan kadar ACTH plasma
Pemeriksaan ini menggunakan alat yang dikenal sebagai immunoradiometric assay
(IRMA). Pemeriksaan ini ditujukan untuk membedakan sindrom Cushing yang tergantung
ACTH dengan yang tidak tergantung ACTH. Bila kadar ACTH plasma >10 pg/ml, maka
penyebabnya adalah tipe tergantung ACTH. Bila kadar ACTH plasma <5 pg/ml, maka
penyebabnya adalah tipe tidak tergantung ACTH.
18
a. Hormon Metabolik a) 17-Hidroksikortikoid Naik
(17–OHCS)
b) 17-ketosteroid
(17–KS) Naik
a) Eosinofil
b) Neutrofil
b. Sel Darah Turun
c) Darah
d) Urin Naik
Naik
Turun
c. Glukosa Positif
19
Pemeriksaan langkah ketiga adalah untuk menentukan lokasi penyebab primer. Pada
kelainan hipofisis, pemeriksaan lanjutan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
dan CT scan kepala. Bila adenoma hipofisis masih dicurigai tetapi belum ditemukan pada
pemeriksaan, maka perlu dilakukan evaluasi secara periodik. Pada sindrom ACTH ektopik
dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan toraks dan abdomen untuk menemukan
lokasi tumor nonendokrin yang menyebabkan peningkatan kadar ACTH plasma. Sedangkan
pada kelainan adrenokortikal dilakukan pemeriksaan penunjang berupa CT scan adrenal.
20
Pemeriksaan penunjang Hasil
a. Foto Rontgen tulang a. Osteoporosis terutama pelvis,
Kranium, kosta, vertebra
c. Arteriografi c. Hiperplasi
d. Scanning d. Tumor
e. Ultrasonografi
e. Hiperplasi
f. Foto Rontgen Kranium f. Tumor Hipofisis
pertumbuhan. Dan obatobatan obat yang digunakan untuk mengendalikan sekresi ACTH
misalnya siproheptadin. Obat ini bisa dipakai sebelum tindakan bedah atau bersamasama
dengan radiasi. Obat yang digunakan untuk menghambat sekresi glukokortikoid adrenal
adalah ketokonazol, metirapon, dan aminoglutetimid.
Cara yang paling banyak digunakan adalah operasi pengangkatan tumor , yang
dikenal sebagai transsphenoidal adenomectomy. Cara ini menggunakan mikroskop khusus
dan instrumen yang sangat halus, ahli bedah akan mendekati kelenjar pituitari melalui
lubang hidung atau pembukaan yang dibuat di bawah bibir atas. Tingkat keberhasilan atau
penyembuhan dari prosedur ini lebih dari 80%. Setelah operasi hipofisis, tingkat produksi
ACTH dua tetes di bawah normal. Hal ini merupakan penurunan yang alami, namun untuk
sementara diberi bentuk sintetis dari kortisol (seperti hydrocortisone atau prednisone).
Pada pasien yang mengalami gagal operasi transsphenoidal , dapat dilakukan metode
radioterapi. Kombinasi dari radiasi dan obat Mitotane (Lysodren) dapat membantu
mempercepat pemulihan . Mitotane dapat menekan produksi kortisol dan menurunkan
kadar hormon plasma dan urin. Tingkat keberhasilan dengan menggunakan pengobatan
Mitotane mencapai 30 sampai 40 persen. Obat lain yang digunakan tanpa atau dengan
kombinasi untuk mengontrol produksi kelebihan kortisol diantaranya aminoglutethimide ,
metyrapone, trilostane dan ketoconazole
b. Ektopik ACTH Syndrome
Tindakan pada sindrom ACTH ektopik hanya dapat dilakukan pada kasus-kasus tumor
jinak seperti tumor timus atau tumor bronkial. Kesulitan dalam tata laksana sindrom
22
ACTH ektopik disebabkan karena tumor-tumor ganas telah bermetastasis, bersamaan
dengan keadaan hiperglukokortikoid yang berat.
Kelebihan produksi kortisol yang disebabkan oleh sindrom ACTH ektopik dapat
disembuhkan dengan menghilangkan semua jaringan kanker yang mensekresi ACTH.
Pilihan pengobatan kanker - operasi, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi, atau kombinasi
dari perawatan ini tergantung pada jenis kanker dan seberapa jauh tumor tersebut telah
menyebar. Karena ACTH, tumor mensekresi (misalnya, kanker paru-paru sel kecil)
mungkin sangat kecil dan bahkan telah menyebar luas pada saat diagnosis, obat
penghambat, seperti Mitotane, merupakan bagian penting dari pengobatan. Pada beberapa
kasus, jika operasi hipofisis tidak berhasil, operasi pengangkatan kelenjar adrenal
(adrenalektomi bilateral) dapat menggantikan cara pengobatan.
c. Tumor Adrenal
Pembedahan adalah pengobatan utama untuk tumor kanker dari kelenjar adrenal. Pada
penyakit Primary Pigmented Micronodular Adrenal operasi pengangkatan kelenjar
adrenal mungkin diperlukan. Pada kasus adenoma adrenal bisa dilakukan tindakan bedah
(unilateral adrenalectomy), selanjutnya diberikan glukokortikoid sampai fungsi adrenal
kontralateral normal. Pada kasus karsinoma adrenal yang telah mengalami metastasis atau
telah dieksisi sebagian, dapat diberikan preparat adrenolitik seperti mitotane.
Terapi Farmakologi
a. Steroid inhibitor
Inhibitor steroid terdiri dari metyrapone, aminogluthetimide, ketokonazol.
Penggunaan metyrapone dan aminogluthetimide bila tidak kontinu, mempunyai efikasi
terbatas sehingga digunakan sesudah operasi.
23
1) Metyrapone
Menghambat aktivitas 11 – hydroxylase, sehingga sintesis kortisol terhambat.
Setelah terapi akan diikuti dengan peningkatan kadar ACTH plasma, karena terjadi
penurunan mendadak kortisol. Efek sampingnya adalah mual, muntah, vertigo,
sakit kepala, bingung, sakit perut, dan skin rash.
2) Ketokonazol
Merupakan antifungal derival imidazole, mempunyai efektivitas tinggi
menurunkan kortisol. Mekanisme kerja adalah menghambat enzim sit P450 (11 –
hydroxylase dan 17- hydroxylase). Efek samping berupa ginekomastia &
penurunan kadar testoterone plasm.
3) Aminoglutethimide
Pertama digunakan untuk epilepsi, sebagai inhibitor sintesis kortisol yg poten.
Mekanisme kerja yaitu menghambat konversi kolesterol menjadi pregnenolon.
Penurunan kortisol plasma sampai dengan 50%. Efek samping berupa sedasi, mual,
ataksia, dan skin rash. Diindikasikan pada penggunaan jangka pendek Cushing’s
disease dengan sindrom ACTH ektopik, digunakan sebagai kombinasi dengan
metyrapone efektif pd cushing yg tidak dapat dioperasi
b. Adrenolitik agent mitotan
Menghambat 11-hidroksilasi dari 11-desoksikortisol dan 11-desoksikortikosteron pada
korteks, menurunkan sekresi kortisol plasma, urin, 17-substitued kortisol. Mitotane
secara selektif menghambat adrenokortikal tanpa menyebabkan destruksi seluler.
Karena terjadi penurunan besar kortisol, perlu monitoring penurunan kortisol di RS.
Efek samping : 80% pasien mengalami lethargi dan somnolen.
c. Neuromodulator agent
Terdiri dari Cyproheptadine, Bromocriptine, Valproic acid dan Octreotide.
Cyproheptadine menurunkan sekresi ACTH jadi perlu monitoring kadar kortisol pada
urin 24 jam bebas kortisol. Efek samping berupa. sedasi & hiperfagia.
d. Antagonis reseptor glukokortikoid
RU-486 (mifepristone) adalah antagonis reseptor progesteron dan glukokortikoid
menghambat supresi deksametason dan kortisol endogen. Dan Spironolactone adalah
antagonis kompetitif aldosteron, memperbaiki hipertensi dan hipokalemia pada
Cushing’s syndrome
24
Tindakan Pembedahan Kelenjar Adrenal (Non Farmakologi)
25
2.2.8 Prognosis
Sindrom Cushing yang tidak diobati bisa berdampak buruk. Hal ini bisa disebabkan
oleh tumor penyebabnya sendiri seperti pada sindrom ACTH ektopik dan karsinoma adrenal,
atau oleh hiperglukokortikoid beserta penyulitnya seperti hipertensi, tromboemboli, dan
keadaan mudah terinfeksi.
BAB III
PENUTUP
3.I Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan
dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat
glukortikoid. Sindrom cushing terjadi akibat aktivitas atau sekresi glukokortikoid (kortisol)
yang berlebihan. Sindrom Cushing dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tergantung
dari sindrom cushing diantaranya obesitas, striae, hipertensi, edema, mudah lelah, glukosuria,
amenore, osteoporosis, dan lainlain. Adapun untuk pengobatan dari sindrom cushing dibagi
menjadi farmako dan non farmako, dimana farmako termasuk obatobatan sedangkan non
26
farmako adalah tindakan bedah. Tata laksana pada sindrom cushing sendiri disesuaikan
dengan etiologinya.
3.2 Saran
Sindrom cushing belum terlalu dikenal di kalangan masyarakat awam maka pengenalan
dini terhadap penyakit ini perlu dilakukan salah satunya melalui pendidikan kesehatan. Selain
itu peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan baik tenaga kesehatan, sarana dan
prasarana kesehatan yang dapat mendukung penanganan penyakit ini dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2006. Medical Physiology Eleventh Edition. Philadelphia: Elsevier
Saunders
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi 2. Jakarta : EGC.
Robbins, Cotran, Kumar. 1996. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II edisi VI. Jakarta : Interna Publishing; 2014.
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan Media
Aesculapius FKUI.
27