LANDASAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi
Kelenjar supraneralis jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan
kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram.
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi
serabut saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla
adrenal aka menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan
norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan
katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber
endogen terpenuhi.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan
zona retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3
kelompok hormon :
a. Glukokortikoid
b. Mineralokortikoid
Steroid
Sel-sel korteks adrenal dapat menyintesis kolestrol dan juga mengambilnya dari sirkulasi.
Kolestrol diubah menjadi 5-Pregnenolon yang merupakan bahan dasar semua kortikosteroid.
Banyak steroid telah diisolasi dari korteks adrenal tetapi ada 3 yang paling penting :
a. Kortisol (hidrokortison)
Disekresi setiap hari, umumnya berasal dari zona fasikulata (lapisan tengah) dan zona
retikularis (lapisan dalam)
Disekresi oleh lapisan yang sama dan kira-kira dalam jumlah yang sama dengan kortisol
c. Aldesteron
Disekresi oleh zona glomerulosa (lapisa luar) yang juga memproduksi beberapa jenis
kortikosteroid lain dan sedikit testosteron dan estrogen
B. Konsep Dasar
1. Pengertian
1) Sindrom Cushing
2) Sindrom Adrenogenital
3) Hiperaldosteronisme
b) Aldosteronisme sekunder
Insufisiensi Adrenogenital :
Kelainan yang terjadi karena defisiensi kortisol absolut atau relatif yang terjadi
mendadak sehubungan sakit / stress.
Kelainan yang disebabkan karena kegagaln kerja kortikosteroid tetapi relatif lebih
penting adalah defisiensi gluko dan mineralokortikoid.
Kelainan ini merupakan bagian dari sinsrom kegagalan hipofisis anterior respon
terhadap ACTH terhambat atau menahun oleh karena atrofi adrenal.
SINDROM CUSHING
1. Pengertian
Sindrom Cushing adalah keadan klinik yang terjadi akibat dari paparan terhadap
glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama. (Green
Span, 1998)
a. Penyakit Cushing
Merupakan tipe Sindroma Cushing yang paling sering ditemukan berjumlah kira-
kira 70 % dari kasus yang dilaporkan. Penyakit Cushing lebih sering pada wanita (8:1,
wanita : pria) dan umur saat diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
Dindroma Cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas lebih berbeda. Karsinoma
adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (51 %), adenoma adrenal
terdapat sebanyak 14 %. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada usia 1 dan 8 tahun.
Penyakit Cushing lebih sering terjadi pada populasi dewasadan berjumlah sekitar 35 %
kasus, sebagian besar penderita-penderita tersebut berusia lebih dari 10 tahun pada saat
diagnosis dibuat, insidens jenis kelamin adalah sama.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
adrenal
Hipersekresi ACTH
Sekresi kortisol
Glukokortikoit
Hiperglikemia Fungsi korteks adrenal tidak efektif
DM Kortisol menghilang
Kesembuhan luka-luka
Katabolisme
protein Peningkatan aktifitas
- Edema
4. Manifestasi Klinik
a. Amenorea n. Jerawat
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing tersebut, apakah hipofisis
atau adrenal
Pada pagi hari lonjakan kortisol akan ditekan : Steroid <5 style=""> Normal
Pada pagi hari sekresi kortisol tidak ditekan : Steroid >10 uL /dl Sindrom Cushing
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Operatif
b. Terapi Medis
c. Keperawatan
7. Komplikasi
a. Diabetes Militus
b. Hipertensi
c. Osteoporosis
1. Pengertian
Pengakit Addison adalah: penykit yang terjadi aakibt fungsi korteks adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasienakan hormone hormone korteks adrenal (Soediman, 1996 )
Penyakit Addison adalah: lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik,
biasanya autoimun atau tuberkulosa.(Baroon, 1994)
2. Etiologi
a. Tuberculosis
b. Histoplasmosis
c. Koksidiodomikosis
d. Kriptokokissis
g. Adrenalitis autoimun
3. Patofisiologi
Autoimun TB / Histoplasmosis
Infeksi
Korteks adrenal
↓
Insufisiensi adrenal
ACHT ↑ Kortisol ↓
Merangsang mineralkortikoid ↓
Melanosit
↓↓
4. Manifestasi klinik
a. Gejala awal: kelemahan, fatique, anoreksia, nausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan
hipoglikemi
c. Hiperpigmentasi (menghitam seperti: perunggu, coklat spt: seperti terkena sinar matahari)
biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemerisaan laboratorium
c. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya dengan
insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif malignan dan non
malignan, dan haemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolit
6. Penatalaksanaan
a. Medik
1) Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis
12,5 sampai 50 mg/hari
3) Prednison (7.5 mg/hari)dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
b. Keperawatan
1) Pengukuran TTV
2) Memberikan rasa nyaman dengan mengatur atau menyediakan waktu istirahat pasien
3) Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan
5) Follow up: mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal
disertai regresi gambaran klinis
6) Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya
krisis Addison
7. Komplikasi
b. Kolaps sirkulasi
c. Dehidrasi
d. Hiperkalemia
e. Sepsis
BAB III
A. SINDROM CUSHING
1. Pengkajian
1) Data subjektif
Amenorea
Nyeri punggung
Mudah lelah / kelemahan otot
Sakit kepala
2) Data objektif
a) Integumen
- Jerawat - Hiperpigmentasi
- Moonface
b) Kardiovaskuler
Hipertensi
c) Muskuloskeletal
Kelemahan otot
Miopati
Osteoporosis
d) Reproduktif
Pembesaran klitoris
e) Makanan dan cairan
Obesitas
Hipokalemia
Retensi natrim
f) Psikiatrik
Perubahan emosi
Psikosis
Depresi
Penurunan konsentrasi
g) Pembelajaran
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d sekresi kortisol berlebih karena sodium dan retensi cairan
e. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan proses penyembuhan, penipisan dan kerapuhan
kulit
i. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi mengenai pengobatan, proses penyakit dan
perawatan
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1. Kelebihan volume cairan b.d sekresi kortisol berlebih karena sodium dan retensi
cairan
tindakan keperawatan
- N : 60 – 100 x/mnt
- RR : 16 – 24 x/mnt
- Edema (-)
K : 3,4-4,7 mEq
Intervensi :
4) Timbang BB klien
8) Kolaborasi dalam pemberian tinggi protein, tinggi potassium dan rendah sodium
kan keperawatan
KH : - Menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam
aktivitas
- Kelemahan (-)
- Kelelahan (-)
- TD : 120/80 mmHg
- N : 60-100 x/mnt
- RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
R/ Menambah tingkat keyakinan pasien dan harga dirinya secar baik sesuai dengan
tingkat aktivitas yang ditoleransi
6) Berikan aktivitas hiburan yang tepat seperti : menonton TV dan mendengarkan radio
tidak ada
Intervensi :
R/ Adanya tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, calor, fungsio laesa) merupakan
indicator adanya infeksi
Kolaborasi
- Fraktur (-)
- Ekimosis (-)
- Kelemahan (-)
Intervensi :
R/ Lingkungan yang protektif dapat mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada
tulang dan jaringan lunak
4) Anjurkan kepada klien untuk istirahat secara adekuat dengan aktivitas yang sedang
tindakan keperawatan
- Petechie (-)
- Ekimosis (-)
- Striae (-)
Intervensi :
1) Kaji ulang keadaan kulit klien
R/ Penggunaan plester dapat menimbulkan iritasi dan luka pada kulit yang rapuh
4) Berikan lotion non alergik dan bantalan pada tonjolan tulang dan kulit
tindakan keperawatan
penampilannya
- Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala yang terjadi selama pengobatan
Intervensi :
1) Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan klien mengenai perubahan body image
yang dialami
3) Berikan informasi pada klien mengenai gejala yang berhubungan dengan pengobatan
Intervensi :
2) Tetapkan jadwal perawatan rutin untuk memberikan waktu istirahat yang teratur.
R/ Teknik relaksasi dapat mempengaruhi proses pikir, sehingga klien dapat lebih
tenang.
R/ Tindakan yang stabil, tenang dan tidak menimbulkan stress memperbaiki proses
pikir.
KH : - Kelemahan (-)
- Keletihan (-)
Intervensi :
R/ Istirahat klien tidak terganggu dengan adanya aktivitas dan latihan yang terencana.
5) Berikan dorongan untuk melakukan perawatan diri kepada klien dan atur aktivitasnya.
R/ Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menaikan istirahat dan tidur.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan klien tentang etiologi, tanda dan gejala serta perawatan.
2) Identifikasi data dasar / gejala harus dilaporkan dengan segera pada pemberi pelayanan
kesehatan.
Kolaborasi.
4. Implementasi
5. Evaluasi
B. PENYAKIT ADDISON
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lelah, nyeri/ kelemahan pada otot (terjadi perburukan setipa hari
Tanda : peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada aktivitas yang
minimal
Letargi
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
Gejala: adanya riwayat riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik
atau pembedahan
d. Eliminasi
Kram abdomen
Perubahan frekuensi dan karakteristik urin
f. Neurosensori
g. Nyeri/ kenyamanan
h. Pernapasan
Gejala: Dipsnea
keadaan infeksi
i. Keamanan
Gejala: tidak toleran terhadap panas, cuaca udara panas
j. Seksualitas
Hilangnya libido
Pemeriksaan diagnostik
ADH meningkat
Aldosteron menurun
Elektrolit: kadar dalam serum mungkin normal atau natrium sedikit menurun
sedangkan kalium sedikit meningkat
Glukosa; hipoglikemi
Pemeriksaan EKG
2. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui
ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron)
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat (mual,
muntah, anoreksia),defisiensi glukokortikoid
d. Penurunan curah jantung b.d berubahnya kecepatan, irama, dan konduksi jantung
(akibat dari ketidakseimbangan elektrolit)
e. Perubahan proses pikir b.d penurunan kadar natrium (hipotremia), penurunan kadar
glukosa (hipoglikemia), gangguan keseimbangan asam basa
f. Gangguan harga diri b.d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik
tubuh
3. Rencana keperawatan
DX. 1: Kekurangan volume cairan b.d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui
ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron)
Tujuan : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- BB ideal: (TB-100)-10%(TB-100)
Ht : W: 37-47%
L: 42-52%
1. Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari
nadi perifer
3. Kaji pasien mengenai ada rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler
memanjang, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering. Catat warna kulit dan
temperaturnya
R/: Dehidrasi berat menurunkan curah jantung berat dan perfusi jaringan terutama
jaringan otak.
5. Aukultasi bising usus (peristaltic usus). Catat dan laporkan adanya mual, muntah,
dan diare.
R/: Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan
elektrolit dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi
R/: Adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi saluran cerna
tersebut memungkinkan untuk memberikan cairan dan elektrolit melalui oral
Kolaborasi
Larutan glukosa
10. Pasang atau pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi
R/: dapat memfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin maupun dari
lambung, memberikan dekompresi lambung dan membatasi muntah
Hematokrit (Ht)
R/: peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan indikasi terjadinya
kerusakan tingkat sel karena dehidrasi atau tanda serangan gagal ginjal
Natrium
Kalium
Dx 2: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat (mual,
muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid
Tujuan: kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan
intervensi
KH :
BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)
Anoreksia (-)
L: 13-16 gr/dl
Ht: W: 37-47%
L:42-52%
Albumin: 3,5-4,7g/dl
Globulin: 2,4-3,7g/dl
Intervensi:
1. Aukultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah
R/: Kekurangan kortisol dapat menyebabkan gejala intestinal berat yang
mempengaruhi pencernaan dan absorpsi dari makanan
2. catat adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang
cepat, nyeri kepal, sempoyongan
5. Berikan lingkungan yang nyaman untuk makna contoh bebas dari bau tidak
sedap, tidak terlalu ramai
Kolaborasi
7. Berikan glukosa intravena dan obat obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid
R/: Anemia dapat terjadi akibat deficit nutrisi atau pengenceran yang terjadi
akibat retensi cairan sehubungan dengan glukokortikoid
KH:
Kelelahan (-)
Intervensi
1. kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan oleh
klien
R/: Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga, kelemahan otot menjadi
terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidak
seimbangan natrium dan kalium
2. Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
R/: Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stress, aktivitas jika
curah jantung berkurang
3. Sarankan pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan
melakukan aktivitas
4. Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal: duduk lebih baik daripada
berdiri selama melakukan aktifitas
R/: Pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan
mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan
R/: Menambah tingkat keyakinan pasien dan harga dirinya secara baik sesuai
dengan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi
Dx 4: Penurunan curah jantung b.d berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung
(akibat dari ketidakseimbangan elektrolit)
KH:
Nadi perifer teraba dengan baik
Pengisian kapiler kurang dari 3 det
Hasil lab kalium darah: 3,3-5,0 mEq/L
Disritmia (-)
Warna kulit tidak pucat
Intervensi:
2. Pantau suhu tubuh, catat bila ada perubahan yang mencolok dan tiba tiba.
R/: Hiperpireksia yang tiba tiba terjadi diikuti oleh hipotermia sebagai akibat dari
ketidakseimbangan hormonal, cairan dan elektrolit yang mempengaruhi fungsi
jantung dan curah jantung.
R/: Pucat, kulit yang dingin, pengisian kapiler yang memanjang, nadi yang lambat
dan lemah merupkan indikasi terjadi syok
4. Teliti adanya perubahan mental dan laporkan adanya nyeri pada abdomen daerah
punggung dan kaki
5. Tempatkan pasien pada ruangan yang tenang dan dengan kelembapan yang sesuai,
tidak bising dan dibatasi aktivitas
R/: Respon normal pasien terhadap stress adalah kurang dan stimulus yang
biasanya tidak menimbulkan masalah dapat berpengaruh negative pada pasien
6. Pantau adanya hipertensi, edema, krekels, BB meningkat, nyeri kepala yang hebat,
peka rangsang dan bingung
R/: Efek pemberian kortikosteroid dan atau natrium dan cairan pengganti yang
berlebihan dapat menyebabkan potensial kelebihan cairan dan gagal jantung
Kolaborasi
7. Berikan O2
R/: Kadar oksigen yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung
R/: Pasien cenderung mengalami hiperkalemia karena bila kadar natrium menurun
(dampak sekunder pada kekurangan aldosteron), kalium tetahan oleh ginjal
KH:
RR: 16-20x/mnt
Ht L: 42-51%
W: 37-47%
Intervensi:
2. Panggil pasien dengan namanya orientasikan pada orang, tempat, dan waktu sesuai
kebutuhan
3. Tetapkan dan pertahankan jadwal perawatan rutin untuk memberikan waktu istirahat
yang teratur
4. Sarankan pasien untuk melakukan perawatan diri sendiri sesuai dengan kemampuan
dengan waktu yang cukup untuk menjalankan seluruh tugasnya
R/: Menolong pasien dalam menjaga dan memberikan sentuhan yang nyata dan
mempertahankan orientasi pada lingkungan
Kolaborasi
5. Pantau hasil pemeriksaan lab mis: glukosa darah, osmolaritas serum, Hb, Ht
R/: Perubahan yang terus menerus pada mental memerlukan evaluasi lanjut
Dx 6: Gangguan harga diri b.d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan
karakteristik tubuh
KH:
Intervensi
R/: Membantu mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien
3. Dorong pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam penampilan diri sendiri
4. Fokuskan pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan missal; menurnnya
pigmentasi kulit
R/: Ungkapkan seperti ini dapat mengangkat semangat pasien dan meningkatkan
harga diri pasien
5. Sarankan pasien untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan
gejalanya telah berkurang
R/: Dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan
Kolaborasi
KH:
Intervensi
1) Sarankan pasien untuk tetap menetapkan secara aktif jadwal yang teratur dalam makan,
tidur dan latihan
R/: Membantu untuk meningkatkan perasaan menyenangkan, sehat dan untuk
memahami bahwa aktivitas fisik yang tidak teratur dapat meningkatkan kebutuhan
hormone
2) Diskusikan mengenai diet, seperti diet yang teratur diet yang tinggi karbohidrat dan
tinggi protein
3) Tinjau ulang tentang terapi hormone pengganti dan perlunya memahami jadwal
pengobatan yang tepat
R/: Membantu pasien untuk memahami situasi pengobatan yang dapat meningkatkan
kerja sama dalam program pengobatan
R/: Dengan mendiskusikan fakta fakta tersebut dapat membantu pasien untuk
memasukkan perubahan perilaku yang perlu kedalam gaya hidup
R/: Suplai respon inflamasi meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan kemungkinan
berkembang ke keadaan yang mengancam kehidupan pasien
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang ditetapkan dan sesuai dengan
masalah prioritas pasien.
5. Evaluasi
Poskan Komentar
Mengenai Saya
ilham
Lihat profil lengkapku
by OGGIX.com
Map Location
Kunjungi juga . . .
http://www.bisnis5milyar.com/?id=ilham86
http://www.formulabisnis.com?id=ilham86
http://www.healthreference-id.blogspot.com
Arsip Blog
► 2009 (7)
▼ 2008 (71)
o ► Desember (8)
o ► November (6)
o ► Oktober (6)
o ► September (6)
o ► Agustus (7)
o ▼ Juli (38)
KONDAS Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
KONDAS KONDAS Disfungsi Kelenjar Adrenal,INSUFISIE...
KONDAS DISFUNGSI KELENJAR ADRENAL
KONDAS GANGGUAN ESOFAGUS
KONDAS BAYI PREMATUR
KONDAS OBSTRUKSI JALAN NAFAS ATAS
KONDAS DISENTRI
KONDAS GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)
KONDAS FRAKTUR TIBIA FIBULA
KONDAS COMPRESI TORAKAL
KONDAS CIDERA MEDULLA SPINALIS
KONDAS ASFIKSIA NEONATUS
KONDAS SINDROM NEFROTIK
KONDAS DBD
KONDAS ATRESIA ANI
KONDAS POST PARTUM
KONDAS SEKSIO CAESARIA DENGAN INDIKASI
CEFALOPELVI...
KONDAS MORBUS HIRSPRUNG
KONDAS CIDERA KEPALA
KONDAS PNEMONIA
KONDAS HERNIA
KONDAS KANKER MAAME
KONDAS ASMA BRONKHIAL
KONDAS LEUKIMIA
KONDAS OSTEOARTRITIS
KONDAS HEPATITIS
KONDAS STROKE HEMORAGIK
KONDAS FRAKTUR COLLUM FEMUR
KONDAS OSTEOSARKOMA
KONDAS HALUSINASI (JIWA)
KONDAS GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)
KONDAS KANKER PARU
KONDAS KISTA OVARIUM
KONDAS KARDIOMIOPATI
KONDAS MIOMA UTERI
KONDAS GASTRITIS
KONDAS ANEMIA APLASTIK
KONDAS BBLR
Galeri foto
www.flickr.com
What is this?
Berita . . .
Apple Google Microsoft
Apple's Mother's Day ad: Moms use iPhones too!
The Verge
Apple continues its "Shot on iPhone" ad campaign with a new Mother's Day commercial,
seemingly created with the intention of sending me into a wild tailspin because here I am
creating internet content, and all the while I've apparently forgotten to ...
Related Articles »
From Apple to Facebook: What Tech Investors Want Now
Wall Street Journal
Apple now trades at less than eight times forward earnings, excluding net cash. Meanwhile, the
Nasdaq Composite is just under 20 times forward earnings now. That is a 14% reduction from
the broad market's five-year peak multiple reached in December.
Beyond the iPhone: Where does Apple go next?
ZDNet
Let's start with a bit of much needed context: in its financial results last week, Apple reported
that it had generated $50.6bn in revenue and $10.5bn in profits in a quarter, at a gross margin of
39.4 percent. That's a remarkably strong balance sheet ...
Related Articles »
Apple Investor Weekly: March Quarter Results, iPhone Gaining Traction In India ...
Forbes
The biggest news item this week was Apple reporting its March quarter results and giving June
quarter guidance after the market close on Tuesday. Investors were expecting results and
guidance to be on the weak side but both were below expectations.
Related Articles »
powered
by
Glukokortikoid
Glukokortikoid adalah hormon steroid yang dikeluarkan dari korteks (bagian luar)
Glukokortikoid juga mempengaruhi banyak sistem lain dalam tubuh, termasuk sistem
Efek Glukokortikoid
Glukokortikoid meningkatkan kadar glukosa darah dengan merangsang
juga meningkatkah kadar glukosa darah dengan merangsang otot, lemak, dan jaringan
limfe untuk memakai asam-asam. lemak bebas sebagai energi dan bukan glukosa.
pembuatan protein di semua sel tubuh. Hormon golongan ini juga merangsang rasa
lapar, mendorong penimbunan lemak di daerah badan dan wajah, dan menghambat
pertumbuhan pada jaringan lemak dan meningkatkan efek hormon tiroid pada jaringan-
sehingga terjadi peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah. Banyak dari efek
Efek non metabolik kortisol yang timbul akibat kadar hormon yang sangat tinggi dalam
interleukin, prostaglandin, dan histamin. Kadar kortisol yang cukup tinggi untuk
menghambat fungsi imun dan peradangan dapat dicapai dengan pernberian kortisol
sebagai obat, pada tumor-tumor kelenjar adrenal atau stres kronik. Selain itu, kortisol,
atau metabolitnya, tampaknya memiliki efek kuat pada stabilitas emosi dan suasana
hati.
darah portal dari hipotalamus. CRH juga merangsang pelepasan endorfin oleh hipofisis
anterior, dan mungkin jaringan lain. Setelah dilepaskan, glukokortikoid memberi umpan
balik ke hipotalamus dan hipofisis anterior untuk menurunkan pelepasan lebih lanjut
CRH dikeluarkan dari hipotalamus dalam suatu pola diurnal, yang selanjutnya
pelepasan CRH termasuk stres, hipoglikemia. (glukosa darah yang rendah), dan
penurunan kadar glukokortikoid dalam darah. Siklus umpan balik pelepasan CRH
ACTH pada kelenjar adrenal. Androgen adrenal adalah sumber utama androgen pada
wanita dan anak. Struktur ACTH serupa dengan hormon hipofisis anterior lainnya,
melanin. Dengan demikian, kadar ACTH yang tinggi akan menimbulkan efek silang
pada kulit dan menyebabkan kulit menjadi gelap. ACTH dalam jumlah terbatas juga
o Sindrom Cushing adalah suatu penyakit yang terjadi akibat aktivitas korteks adrenal
yang berlebihan.
o Sindrom tersebut dapat terjadi akibat pemberian Kortikosteroid atau ACTH yang berlebih
B. Patofisiologi
o Sindrom Cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang mencakup tumor
kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk
o Penyebab lain yaitu jarang dijumpai adalah produksi ektopik ACTH oleh malignita,
C. Etiologi
Sindrom Cushing terutama terjadi sebagai akibat dari sekresi glukokortikoid dan
dapat terpengaruh.
D. Manifestasi Klinik
Gambaran klasik sindrom cushing pada orang dewasa berupa obesitas tipe sentral
dengan “ Punggung Kerbau (Buffalo Hump)” pada bagian posterior leher serta daerah –
daerah supra klavikuler, badan yang besar dan ekstremitas yang relative kurus, kulit
menjadi tipis, rapuh dan mudah luka, ekimosis (memar) serta strie akan terjadi
gangguan tidur sering terjadi akibat perubahan sekresi di urnal kortisol. Katabolisme
protein yang berlebihan akan terjasi sehingga menimbulkan pelisutan otot dan
osteoporosis. Gejala kifosis, nyeri punggung dan fraktur kompresi vertebra dapat
muncul. Retensi natrium dan air terjadi akibat peningkatan aktifitas mineralokortikoid
o Beberapa pendekatan terapi dapat digunakan pada kasus dengan hiperskresi ACTH
hipofisis.
o Tetapi jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka
sebagai gantinya dilakukan radiasi kobalt pada kelenjar hipofisis. Teknik ini merupakan
modalitas pengobatan yang efektif, terutama pada orang yang muda dengan sindrom
cushing kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenalektomi total dan
diikuti dengan pemberian kortisol dosis fisiologik/ dengan agen kimia yang mampu
o Bila pengobatan sindrom cushing berhasil dengan baik, remisi manifestasi klinis akan
pilihan.
o Dilakukan pemantauan ketat karena dapat terjadi gejala influenza adrenal dan efek
F. Evaluasi Diagnostik
o Pemeriksaan glukosa darah, dan penurunan kadar kalium serung serta penurunan
jumlah sel – sel dalam jaringan dan pengukuran kadar plasma dan urine.
o Pemeriksaan diagnostic yang mencakup kadar kortual bebas dalam urine 24 jam.
G. Komplikasi
1. Krisis addisonian
A. Pengkajian
pada efek yang ditimbulkan. Riwayat penyakit mencakup informasi tentang tingkat
aktifitas pasien dan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan rutin serta perawatan
mandiri. Kondisi klien harus diperiksa dan kaji untuk menemukan trauma, infeksi, fisura,
memar serta edema. Perobatan dan penampakan fisik harus dicatat dan respon
fungsi mental pasien yang mencakup keadaan emosi, respon terhadap kesadaran akan
cushing mencakup :
2. Gangguan integritas kulit b/d edema, gangguan kesembuhan dan kulit yang tipis serta
rapuh.
3. Kurang perawatan diri : kelemahan, perasaan mudah lelah, atrofi otot dan perubahan
pola tidur.
4. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan fisik, gangguan fungsi seksual dan
C. Perencanaan.
Tujuan utama pasien mencakup penururnan resiko cedera dan infeksi, peningkatan
kemampuan untuk melaksanakan aktifitas perawatan diri, perbaikan fungsi mental dan
D. Implementasi Keperawatan
o Bantu dalam mobilisasi pada klien yang lemah untuk mencegah jatuh terbentur pada
o Observasi tanda-tanda infeksi sesering mungkin mengingat efek anti inflamasi dari
kortikosteroid.
o Rujuk apada ahli gizi untuk membantu memilih jenis-jenis makanan yang tepat tapi
2. Persiapan Praoperatif
o Pemantauan kadar glukosa darah, pemeriksaan dalam feses serta intervensi yang
tepat, intervensi ini dilkukan jika pada cushing syndrom menderita diabetes mellitus dan
ulkus peptikum,
o Hindarkan penggunaan plester pada klien karena dapat menyebabkan iritasi kulit dan
o Berikan penjelasan tentang dampak yang ditimbulkan oleh perubahan tersebut terhadap
o Anjurkan diet rendah garam dan karbohidrat untuk mengurangi berat badan dan edema
yang terjadi
o Anjurkan diet protein yang tinggi untuk mengurangi gejala-gejala yang lain.
o Jelaskan pada klien dan keluarga mengenai penyebab ketidak stabilan emosional, hal
ini penting untuk membantu dalam mengatasi fluktuasi emosi, irritabilitas serta depresi
yang terjadi.
E. Evaluasi
c. Tidak mengalami kenaikan suhu, kemerahana, rasa nyeri atau tanda – tanda infeksi.
2. Meningkatkan partisipasi dalam aktifitas perawatan mandiri.
aktifitas.
a. Memperlihatkan TTV serta berat badan yang normal dan bebas dari gejala krisis
addision.
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri atas zona glomerulosa,
fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa mensekresikan aldosteron dan dikendalikan oleh
mekanisme renin-angiotensin dan tidak bergantung pada hipofisis. Zona fasikulata dan
retikularis mensekresikan kortisol dan hormon androgenik dan dikendalikan oleh hipofisis
melalui ACTH. Sekresi ACTH oleh hipofisis dikendalikan oleh (1) faktor pelepas kortikotropin
hipotalamus, dan (2) efek umpan balik kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada pembentukan
hormon-hormon tersebut baik berlebih maupun kekurangan, akan mempengaruhi tubuh dan
menimbulkan keabnormalan. Sindrom cushing adalah terjadi akibat kortisol berlebih.
BAB II
Landasan Teori
A. Anatomi Dan Fisiologi
1. Konsep Dasar
Kelenjar supraneralis jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan.
Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram.
Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari :
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
2. Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein
3. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid
Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut
saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal aka
menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.
Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang
tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi. Efek utama
pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi suatu
tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak
bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok hormon :
a. Glukokortikoid
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa ; peningkatan
hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoiddisekresikan dari korteks
adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis. Penurunan sekresi
ACTH akan mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.
Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada cedera jaringan
dan menekan manifestasi alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup kemungkinan
timbulnya diabetes militus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan pemecahan protein yang
mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi lemak tubuh.
Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan katabolisme protein, memecah protei
menjadi karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif.
b. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan epitelgastro intestinal
untuk meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion
kalium atau hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini terutama
disekresikan sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah. Kenaikan kadar
aldesteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan traktus gastro intestinal
yang cederung memulihkan tekanan darah untuk kembali normal. Pelepasan aldesteron juga
ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon primer untuk mengatuk
keseimbangan natrim jangka panjang.
2. Steroid
Sel-sel korteks adrenal dapat menyintesis kolestrol dan juga mengambilnya dari sirkulasi.
Kolestrol diubah menjadi 5-Pregnenolon yang merupakan bahan dasar semua kortikosteroid.
Banyak steroid telah diisolasi dari korteks adrenal tetapi ada 3 yang paling penting :
a. Kortisol (hidrokortison)
Disekresi setiap hari, umumnya berasal dari zona fasikulata (lapisan tengah) dan zona retikularis
(lapisan dalam)
b. Dehidro epi androsteron (DHEA)
Disekresi oleh lapisan yang sama dan kira-kira dalam jumlah yang sama dengan kortisol
c. Aldesteron
Disekresi oleh zona glomerulosa (lapisa luar) yang juga memproduksi beberapa jenis
kortikosteroid lain dan sedikit testosteron dan estrogen
B. Konsep Dasar
Disfungsi kelenjar adrenal merupakan gangguan metabolic yang menunjukkan
kelebihan / defisiensi kelenjar adrenal (Rumohorbo Hotma, 1999)
Klasifikasi Disfungsi Kelenjar Adrenal:
a. Hiperfungsi kelenjar adrenal
a. Sindrom Cushing: disebabkan oleh sekresi berlebihan steroid adrenokortikal, terutama kortisol.
Gejala klinis bisa juga ditemukan oleh pemberian dosis farmakologis kortikosteroid sintetik
b. Sindrom Adrenogenital: Penyakit yang disebabkan oleh kegagalan sebagian atau menyeluruh,
satu atau beberapa enzim yang dibutuhkan untuk sintesis steroid
c. Hiperaldosteronisme
a. Hiperaldosteronisme primer (Sindrom Cohn): Kelaianan yang disebabkan karena hipersekresi
aldesteron autoimun
b. Aldosteronisme sekunder: Kelainan yang disebabkan karena hipersekresi rennin primer, ini
disebabkan oleh hiperplasia sel juksta glomerulus di ginjal.
1. Pengertian
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. (Price, 2005).
Syndrome cushing adalah Ganbaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukokortikoid
plasma jangka panjang dalam dosisi farmakologik (latrogen).(Wiliam F. Ganang , Fisiologi
Kedokteran, Hal 364).
Syndrome cushing adalah Di sebabkan oleh skres berlebihan steroid adrenokortial terutama
kortisol.(IDI). Edisi III Jilid I, hal 826).
Syndrome Cuhsing adalah Akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal
karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15 Hal 1979).
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan
dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat
terjadi secara spontan atau karena pemeberian dosis farmakologik senyawa-senyawa
glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, Hal. 1088)
2. Etiologi
Sindrom cushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron? yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal ginjal berupa
adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga mengakibatkan sindrom cushing.
Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom
cuhsing yang disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing. (buku ajar ilmu bedah, R.
Syamsuhidayat, hal 945)
Sindrom cusing dapat diakibatkan? oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam
dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada gangguan aksis
hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks
adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang
mengakibatkan produksi kortisol abnormal. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1091)
3. Patofisiologi
Telah dibahas diatas bahwa penyebab sindrom cishing adalah peninggian kadar glukokortikoid
dalam darah yang menetap. Untuk lebih memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita
perlu membahas akibat-akibat metabolik dari kelebihan glikokorikoid.
Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis hormon:
1. Glukokortikoid : Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah
kortisol.
2. Mineralokortikoid : Mineralokortikoid yang fisiologis yang diproduksi adalah aldosteron.
3. Androgen.
4. Estrogen.
Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
a. Metabolisme protein dan karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan
menurunnya kemampuan sel-sel pembentk protein untuk mensistesis protein, sebagai akibatnya
terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang.
Secara klinis dapat ditemukan:
Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka-luka sembuh dengan lambat.
Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu
(striae).
Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah.
Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya jaringan penyokong vaskule menyebabkan
mudah tibul luka memar.
Matriks protein tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat
dengan mudah terjadi fraktur patologis.
b. Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh.
Obesitas.
Wajah bulan (moon face)
Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison).Obesitas trunkus
dengan ekstremitas atas dan bawag yang kurus akibatü atropi otot memberikan penampilan
klasik perupa penampilan Chusingoid.
c. Elektrolit
Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi natrium dan
pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis metabolik.
d. Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody humoral
oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-
reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.
Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghabat pusat-pusat
germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen.
Gangguan respon imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini:
Proses pengenalan antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag
Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten
Produksi anti bodi
Reaksi peradangan
Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.
e. Sekresi lambung
Sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah
oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya tukak.
f. Fungsi otak
perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh
ketidak stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
g. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, ransangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis.
Namun secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah
kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid:
Dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler.
Menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menkan fagositosis.
Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan reaksi anafilaktik akut yang
berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi.
Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti? inflamasi yang
merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai
layaknya sementara menerima dosis farmakologik. (Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-
1091)
4. Klasifikasi
Sindrom Cushing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Penyakit Cushing
Merupakan tipe Sindroma Cushing yang paling sering ditemukan berjumlah kira-kira 70 % dari
kasus yang dilaporkan. Penyakit Cushing lebih sering pada wanita (8:1, wanita : pria) dan umur
saat diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
b. Hipersekresi ACTH Ektopik
Kelainan ini berjumlah sekitar 15 % dari seluruh kasus Sindroma Cushing. Sekresi ACTH
ektopik paling sering terjadi akigat karsinoma small cell di paru-paru; tumor ini menjadi
penyebab pada 50 % kasus sindroma ini tersebut. Sindroma ACTH ektopik lebih sering pada
laki-laki. Rasio wanita : pria adalah 1:3 dan insiden tertinggi pada umur 40-60 tahun.
c. Tumor-tumor Adrenal Primer
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17-19 % kasus-kasus Sindroma Cushing.
Adenoma-adenoma adrenal yang mensekresi glukokortikoid lebih sering terjadi pada wanita.
Karsinoma-karsinoma adrenokortikal yang menyebabkan kortisol berlebih juga lebih sering
terjadi pada wanita; tetapi bila kita menghitung semua tipe, maka insidens keseluruhan lebih
tinggi pada laki-laki. Usia rata-rata pada saat diagnosis dibuat adalah 38 tahun, 75 % kasus
terjadi pada orang dewasa.
d. Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak
Dindroma Cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas lebih berbeda. Karsinoma adrenal
merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (51 %), adenoma adrenal terdapat sebanyak 14
%. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada usia 1 dan 8 tahun. Penyakit Cushing lebih sering
terjadi pada populasi dewasadan berjumlah sekitar 35 % kasus, sebagian besar penderita-
penderita tersebut berusia lebih dari 10 tahun pada saat diagnosis dibuat, insidens jenis kelamin
adalah sama.
5. Manifestasi Klinis
a. Amenorea
b. Nyeri punggung
c. Kelemahan otot
d. Nyeri kepala
e. Luka sukar sembuh
f. Penipisan kulit
g. Petechie
h. Ekimosis
i. Striae
j. Hirsutisme (pertumbuhan bulu diwajah)
k. Punuk kerbau pada posterior leher
l. Psikosis
m. Depresi
n. Jerawat
o. Penurunan konsentrasi
p. Moonface
q. Hiperpigmentasi
r. Edema pada ekstremitas
s. Hipertensi
t. Miopati
u. Osteoporosis
v. Pembesaran klitoris
w. Obesitas
x. Hipokalemik
y. Perubahan emosi
z. Retensi Natrium
mplikasi
Krisis Addisonia
Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
Patah tulang akibat osteoporosis
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes supresi dexamethason
1. Untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing tersebut, apakah
hipofisis atau adrenal
2. Untuk menentukan kadar kortisol
Pada pagi hari lonjakan kortisol akan ditekan : Steroid <5 style=""> Normal
Pada pagi hari sekresi kortisol tidak ditekan : Steroid >10 uL /dl Sindrom Cushing
b. Kadar kortisol bebas dalam urin 24 jam:
Untuk memeriksa kadar 17- hidroksikortikosteroid serta 17- kortikosteroid, yang merupakan
metabolic kortisol dan androgen dalam urin.
Kadar metabolic dan kortisol plasma meningkat Sindrom Cushing
c. Stimulasi CRF (Corticotrophin-Releasing Faktor)
Untuk membedakan tumor hipofisis dengan tempat-tempat ektopik produksi ACTH sebagai
penyebab.
d. Pemeriksaan Radioimmunoassay ACTH Plasma
Untuk mengenali penyebab Sindrom Cushing
e. CT, USG, dan MRI
Dapat dilakukan untuk menentukan lokasi jaringan adrenal dan mendeteksi tumor pada
kelenjar adrenal.
i. Penatalaksanaa
a. Terapi Operatif
b. Terapi Medis
Preparat penyekot enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotane, ketokonazol)
digunakan untuk mengurangi hiperadrenalisme jika sindrom tersebut disebabkan oleh sekresi
ektopik ACTH oleh tumor yang tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
BAB III
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengumpalan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh dari
hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan korteks adrenal
untuk berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron. Riwayat kesehatan
mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk melakukan
aktivitas rutin dan perawatan diri.
a. Data Biografi : nama, usia, jenis kelamin
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Data subjektif
Amenorea
Nyeri punggung
Mudah lelah / kelemahan otot
Sakit kepala
Luka sukar sembuh
2) Data objektif
a. Integumen
Penipisan - Kulit Striae
Petechie - Hirsutisme (pertumbuhan bulu bulu wajah)
Ekimosis - Edema pada ekstremitas
Jerawat - Hiperpigmentasi
Moonface
Punuk kerbau (buffalo hump) pada posterior leher
b. Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggal
c. Sistem Pernapasan
Inspeksi : Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi intercouste
hidung, pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi
wheezing
d. Muskuloskeletal
Kelemahan otot
Miopati
Osteoporosis
e. Reproduktif: Pembesaran klitoris
f. Makanan dan cairan
Obesitas
Hipokalemia
Retensi natrim
g. Psikiatrik
Perubahan emosi
Psikosis
Depresi
Penurunan konsentrasi
h. Pembelajaran
Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, prognosis dan pengobatannya.
B. Diagnosis
a. Kelebihan volume cairan b.d sekresi kortisol berlebih karena sodium dan retensi cairan
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot dan perubahan metabolisme protein
c. Resiko infeksi b.d penurunan respon imun, respon inflamasi
d. Resiko cidera b.d kelemahan
e. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan proses penyembuhan, penipisan dan kerapuhan
kulit
C. Intervensi Dan Rasional
a. Kelebihan volume cairan b.d sekresi kortisol berlebih karena sodium dan retensi cairan
Tujuan : Klien menunjukkan keseimbangan volume cairan setelah dilakukan
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien dalam melakukan
Mengetahui tingkat perkembangan klien
aktifitas dalam melakukan aktivitas
Tingkatkan tirah baring / duduk Periode istirahat merupakan tehnik
penghematan energi
Catat adanya respon terhadap aktivitas Respon tersebut menunjukkan
seperti :takikardi, dispnea, fatique peningkatan O2, kelelahan dan
kelemahan
Tingkatkan keterlibatan pasien dalam Menambah tingkat keyakinan pasien
beraktivitas sesuai kemampuannya dan harga dirinya secar baik sesuai
dengan tingkat aktivitas yang ditoleransi
Berikan bantuan aktivitas sesuai dengan Memenuhi kebutuhan aktivitas klien
kebutuhan
Berikan aktivitas hiburan yang tepat Meningkatkan relaksasi dan
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda infeksi Adanya tanda-tanda infeksi (tumor,
rubor, dolor, calor, fungsio laesa)
merupakan indicator adanya infeksi
Ukur TTV setiap 8 jam Suhu yang meningkat merupan indicator
adanya infeksi
Cuci tangan sebelum dan sesudah Mencegah timbulnya infeksi silang
melakukan tindakan keperawatan
Batasi pengunjung sesuai indikasi Mengurangi pemajanan terhadap
patogen infeksi lain
Tempatkan klien pada ruang isolasi Tehnik isolasi mungkin diperlukan
sesuai indikasi untuk mencegah penyebaran /
melindungi pasien dari proses infeksi
lain
Pemberian antibiotik sesuai indikasi Terapi antibiotik untuk mengurangi
resiko terjadinya infeksi nosokomial
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
D. Evaluasi
a. Kebutuhan volume cairan kembali adekuat.
b. Klien toleransi terhadap aktivitas.
c. Infeksi tidak terjadi.
d. Cedera tidak terjadi.
e. Integritas kulit klien kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA