A. Konsep Medis
1. Pengertian
Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon hormon korteks adrenal
(Brunner & suddart edisi 8 hal 1325)
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada
semua kelompok umur dan menimpa pria dan wanita sama rata. Penyakit ini di
karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan
darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua bagian-bagian tubuh yang
terbuka dan tidak terbuka. (http:/www.total kesehatan nanda.com/Addison 4html)
2. Anatomi fisiologi
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,
terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta
berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan
membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri
berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub
atas sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6
cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang
8 gr, tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi
perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang
mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh
kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa tempat di
sekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri suprarenalis
superior, berasal dari arteri frenika inferior; arteri suprarenalis media, berasal dari
aorta ; dan arteri suprarenalis inferior, berasal dari arteri renalis. Berbagai cabang
arteri membentuk pleksus subkapsularis yang mencabangkan tiga kelompok
pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari kortex, yang banyak bercabang membentuk
jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim (kapiler ini mengalir ke dalam kapiler
medulla); dan arteri dari medulla, yang melintasi kortex sebelum pecah membentuk
bagian dari jalinan kapiler luas dari medulla. Suplai vaskuler ganda ini memberikan
medulla dengan darah arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena (melalui arteri
kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang
ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari
medulla bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis,
yang bergabung membentuk vena adrenal atau suprarenalis.
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut
saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla
adrenal akan menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan
norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan
katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-
sumberendogenerpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk
memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan
pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR)
dan menaikkan kadar glukosa darah.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3
kelompokhormon:
a. Glukokortikoid
Menurut Smeltzer & bare ( 2001) dan didukung oleh pendapatnya Saputra dan
Tjokroprawiro (2010), penyebab penyakit Addison adalah :
a) 75 % akibat atrofi otoimun pada kelenjar adrenal.
Bila terdapat dugaan penyakit Addison dengan LED tinggi, eosinofilia, IgG
meningkat, dan tes ANA positif maka sangat mungkin penyebabnya adalah
autoimun.
b) 20 % karena tuberculosis ( TB )
d) Bahan-bahan kimia
Obat-obatan yang dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar adrenal dengan
menghalangi biosintesis yaitu metirapon sedang yang membloking enzim
misalnya amfenon, aminoglutetimid dan O.p.D.D.D.
e) Ischemia :
Embolisasi dan trombosis dapat menyebabkan iskemia korteks adrenal,
walaupun hal ini jarang terjadi
f) Infiltrasi
Hipofungsi korteks adrenal akibat infiltrasi misalnya metastasis tumor,
sarkoidosis, penyakit amiloid dan hemokromatosis
g) Perdarahan
Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita yang mendapat
pengobatan dengan antikoagulan pasca operasi tumor adrenal
Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-laki 56% dan
wanita 44% penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak
ter- dapat pada umur 30 50 tahun . 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan
korteks adrenalnya merupakan manifestasi dari proses atoimun.
5. Patofisiologi
6. Tanda dan gejala
a) Hiponatremia
b) Hiperkalemia
c) Aritmia jantung
d) Hipotensi ortostatik
e) Hipoglikemia
f) Lemah, Letih
g) Dehidrasi
h) Penurunan berat badan
i) Anoreksia
j) Mual,Muntah
k) Hiperpigmentasi
l) Kebingungan
m) Syok
n) Penurunan kesadaran
(Chang, 2006)
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan
hiponatremia)
2. Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
3. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
4. Penurunan kadar kortisol serum
Kadar kortisol dalam darah pada jam 08.00 pagi normal 620 mg%,
dan kurang dari 8 mg% pada waktu tengah malam, pada penyakit
Addison kadar kortisol plasma pada jam 08.00 pagi kurang dari 5 mg
%
5. Kadar kortisol plasma rendah
6. Ureum/ keratin: mungkin meningkat (karena terjadi penurunan
perfusi jaringan ginjal)
c. CT scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya
dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif malignan
dan non malignan, dan haemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik
abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit.
Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek cepat. Penyukuran
cortisol dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH
adalah suatu kenaikan tingkatan tingkatan cortisol dalam darah dan urin.
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
Panjang diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal.
Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur
sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit setelah suntikan. Pasien pasien dengan
ketidak cukupan adrenal seunder memp. Respon kekurangan cortisol namun tidak
hadir / penundaan respon respon ACTH. Ketidakhadiran respon respon ACTH
menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu penundaan respon ACTH
menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
8. Komplikasi
a) Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
b) Kolaps sirkulasi
c) Dehidrasi
d) Hiperkalemia
e) Sepsis
f) Ca. Paru
g) Diabetes melitus
9. Penatalaksanaan
a. Medik
b. Keperawatan
1) Pengukuran TTV
10. Prognosis
Kesehatan dan usia hidup pasien biasanya normal, kecuali bila terjadi krisi adrenal
biasanya prognosanya akan menjadi lebih buruk. Sedangkan pigmentasi bisa menetap
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
b. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi postural, Takikardia, Disritmia, suara jantung
melemah. Nadi perifer melemah, pengisian kailer
memanjang. Ekstremitas dingin, sianosis, pucay. Membran
mukosa hitam keabu-auan (peningkatan pigmentasi).
c. Integritas Ego
Gejala : Adanya riwayat faktor stres yang baru dialami, termasuk
sakit fisik / pembedahan, perubahan gaya hidup.
Ketidakmampuan mengatasi stres.
Tanda : Ansietas, peka ragsang, depresi, emosi tidak stabil.
d. Eliminasi
Gejala : Diare sampai dengan adanya konstipasi. Kram abdomen.
Perubahanfrejuensi dan karateristik urine.
Tanda : Diuresis yang diikuti dengan oliguria
e. Makanan/Cairan
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope (pingsan sejenak), gemetar. Sakit kepala
yang berlangsung lama yang diikuti oleh diaforesis.
Kelemahan otot. Penurunan toleransi terhadap keadaan
dingin atau stres. Kesemutan/baal/lemah.
Tanda : Disorientasi terhadap waktu, tempat, dan ruang (karena
kadar natrium rendah), letargi, kelemahan mental, peka
rangsang, cemas, koma (dalam keadaan krisis).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala. Nyeri tulang belakang,
abdomen, ekstremitas (pada keadaan krisis)
h. Pernapasan
Gejala : Dispnea
Tanda : Kecepatan pernapasan meningkat, takipnea, Suara napas :
Krakel, Ronki (pada keadaan infeksi)
i. Keamanan
Gejala : Tidak toleran terhadap panas, cuaca (udara)panas.
j. Seksualitas
Gejala : Adanya riwayat menopause dini, Amenorea. Hilangnya
tanda-tanda seks sekunder, hilangnya libido.
(Doenges 2002)
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
2. Asas Kejujuran
Perawat mengatakan kepada klien atau keluarga klien tentang pengobatan yang
dilakukan serta hal-hal apa saja yang terjadi apabila pengobatan tidak dipatuhi
oleh klien.
Source
Abstract
BACKGROUND:
Hypoglycemia can be a symptom in patients with Addison's disease. The common regimen of
replacement therapy with oral glucocorticoids results in unphysiological low cortisol levels in
the early morning, the time of highest insulin sensitivity. Therefore patients with Addison's
disease are at risk for unrecognized and potentially severe nocturnal hypoglycemia also
because of a disturbed counterregulatory function. Use of a continuous glucose monitoring
system (CGMS) could help to adjust hydrocortisone treatment and to avoid nocturnal
hypoglycemia in these patients.
METHODS:
Thirteen patients with Addison's disease were screened for hypoglycemia wearing a CGMS
for 3-5 days.
RESULTS:
In one patient we identified a hypoglycemic episode at 3:45 a.m. with a blood glucose level
of 46mg/dL, clearly beneath the 95% tolerance interval of minimal glucose levels between 2
and 4 a.m. (53.84mg/dL). After the hydrocortisone replacement scheme was changed, the
minimum blood glucose level between 2 and 4 a.m. normalized to 87mg/dL.
CONCLUSIONS:
Continuous glucose monitoring can detect nocturnal hypoglycemia in patients with primary
adrenal insufficiency and hence prevent in these patients an impaired quality of life and even
serious adverse effects.
(SAP)
Sub pokok bahasan : Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit addison
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga Tn.G dapat mengetahui
tentang penyakit addison
C. Materi Penyuluhan
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Kegiatan
F. Alat Peraga
Limflet, lembar bolak balik
PENYAKIT ADDISON
OLEH :
NIM : 1103009
2012
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC