Anda di halaman 1dari 12

Anemia pernisiosa

A. Definisi Anemia pernisiosa

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponendarah, elemen tak
adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan seldarah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges,1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dankadar hemoglobin
dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di
bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin danvolume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,


melainkanmerupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan
perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama,
pemeriksaanfisik dan informasi laboratorium

Anemia pernisiosa pertama kali dijelaskan oleh Thomas Addison pada tahun 1849.
Anemia dihubungkan dengan lambung oleh Austin Flint pada tahun 1860 dan segera diberi nama
‘pernicious anemia’. Anemia pernisiosa umumnya disebabkan oleh defisiensi vitamin B12,
merupakan kondisi yang berhubungan dengan atrofi lambung kronik. Penyakit ini tidak dapat
langsung dirasakan dalam jangka waktu yang pendek, tetapi lesi pada lambung sudah dapat
diprediksi beberapa tahun sebelum anemia berkembang (Epstein 1997). Anemia pernisiosa juga
dapat dihubungkan dengan diabetes tipe 1, gangguan tiroid, dan riwayat penyakit keluarga
(Anonim 2008).

Para dokter di MadicineNet.com pada tahun 2007 menyatakan bahwa anemia akibat
defisiensi vitamin B12 merupakan kondisi di mana tubuh tidak mampu membuat sel darah merah
yang cukup, biasanya dialami pada individu yang kehilangan kemampuannya untuk menyerap
vitamin B12. Vitamin B12 sangat diperlukan tubuh untuk membuat eritrosit. Defisiensi vitamin
B12dapat disebabkan oleh beberapa faktor adalah sebagai berikut:
Awalnya berasal dari kekurangan protein dalam lambung yang dapat membantu
penyerapan vitamin B12 dalam tubuh. Protein disebut faktor intrinsik yang dibuat oleh sel khusus
dalam lambung. Pada beberapa orang, sel-sel ini dirusak oleh sistem imun tubuh atau hasil dari
pembedahan lambung. Kejadian tersebut menyebabkan faktor intrinsik tidak dapat lagi
diproduksi dan vitamin B12 tidak dapat diserap.
Kurangnya asupan atau intake makanan yang cukup mengandung vitamin B12. Hal ini
sebagai hasil dari pola makan vegetarian atau makanan yang kurang bergizi karena faktor-faktor
seperti aging (penuaan) atau alkoholik.
Kekacauan pada bagian usus tertentu yang bertentangan dengan absorpsi vitamin
B12 seperti infeksi usus.
Kondisi-kondisi di atas menimbulkan suatu keadaan yang disebut anemia ‘pernisiosa’
karena sering menjadi hal yang fatal pada tahun sebelum ditemukan penyebabnya dan belum ada
pengobatan yang spesifik untuk menyembuhkannya. Anemia pernsiosa dapat menjadi sangat
parah dalam jangka waktu yang cukup lama apabila tidak mendapatkan pengobatan. Jika tidak
diobati, penderita anemia pernisiosa dapat menyebabkan kerusakan fungsi organ tubuh secara
permanen.
Selain defisiensi zat besi, anemia juga terjadi karena defisiensi vitamin A, vitamin C,
asam folat, vitamin B12 atau secara umum karena kekurangan zat gizi (Beard 2000). Nama
anemia pernisiosa merujuk kepada defisiensi vitamin B12 yang disebabkan karena kekurangan
faktor intrinsik bukan karena kurangnya asupan makanan (Sizer&Ellie 2008).
Menurut Restiadie (2009), anemia pernisiosa adalah anemia yang ditandai oleh adanya
eritroblas yang besar, terjadi akibat gangguan maturasi inti sel. Hal tersebut menyebasbkan sel
darah merah (eritrosit) pada penderita anemia pernisiosa memiliki ukuran yang besar.
Salah satu mahasiswa Universitas Maryland Medical Center (2008) menyatakan bahwa
malabsorpsi vitamin B12 dari saluran pencernaan adalah sebagai hasil dari ketidakcukupan
jumlah sel darah merah atau eritrosit yang dihasilkan. Sesuai dengan pernyataan dalam laporan
hasil kerjasama para ahli konsultasi FAO/WHO (2001), anemia pernisiosa merupakan penyakit
autoimun karena malabsorpsi vitamin B12. Antibodi-antibodi yang diproduksi melakukan
perlawanan terhadap sel parietal (sel induk) sehingga sel-sel tersebut menjadi atrofi (membesar),
kehilangan kemampuan menghasilkan faktor intrinsik, dan menghasilkan asam hidroklorat.
Beberapa bentuk anemia pernisiosa adalah sel-sel parietalnya masih sempurna, tetapi
auto-antibodi yang diproduksi melakukan perlawanan terhadap faktor intrinsiknya sendiri dan
mengikatnya. Bentuk anemia pernisiosa tersebut menyebabkan pengikatan terhadap vitamin
B12terganggu. Bentuk lain dari anemia pernisiosa adalah antibodi membantu vitamin B12 untuk
mengikat faktor intrinsik tetapi mencegah absorpsi faktor intrinsik-vitamin B12 kompleks oleh
reseptor di usus atau illium. Sebagai penyakit yang kebanyakan disebabkan oleh autoimun ini,
kejadian anemia pernisiosa meningkat seiring dengan penambahan usia. Penyebab malabsorpsi
vitamin B12, anemia pernisiosa juga mengakibatkan ketidakmampuan mereabsorpsi vitamin
B12yang disekresikan di dalam empedu. Sekresi vitamin B12 oleh empedu yaitu antara 0,3 sampai
0,5 μg/hari (Anonim dalam laporan hasil kerjasama para ahli konsultasi FAO/WHO 2001).

B. Etimologi Anemia Pernisiosa

Anemia pernisiosa terjadi karena tubuh kekurangan vitamin B12. Selain zat besi, sumsum
tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah. Jika
kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik. Pada anemia jenis ini, sumsum
tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal (megaloblas) (Anonim 2008).
Anemia megaloblastik paling sering disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam
folat dalam makanan atau ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut. Kadang anemia ini
disebabkan oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker (misalnya
metotreksat, hidroksiurea, fluorourasil dan sitarabin) (Nurcahyo 2007).
Tubuh memerlukan vitamin B12 untuk membuat sel darah merah dan menjaga sistem
saraf bekerja normal. Anemia tipe ini sering terjadi pada orang yang tubuhnya tidak dapat
mengabsorbsi vitamin B12 dari makanan karena gangguan autoimun. Hal tersebut juga dapat
terjadi karena terdapat gangguan pada intestinal penderita (Peterson 2008). Penyerapan yang
tidak adekuat dari vitamin B12 (kobalamin) menyebabkan anemia pernisiosa.
Vitamin B12 banyak terdapat di dalam daging dan dalam keadaan normal telah diserap di
bagian akhir usus halus yang menuju ke usus besar (ilium). Supaya dapat diserap, vitamin B12
harus bergabung dengan faktor intrinsik (suatu protein yang dibuat di lambung), yang kemudian
mengangkut vitamin ini ke ilium, menembus dindingnya dan masuk ke dalam aliran darah.
Tanpa faktor intrinsik, vitamin B12 akan tetap berada dalam usus dan dibuang melalui tinja.
Pada anemia pernisiosa, lambung tidak dapat membentuk faktor intrinsik, sehingga
vitamin B12 tidak dapat diserap dan terjadilah anemia, meskipun sejumlah besar vitamin
dikonsumsi dalam makanan sehari-hari.
Tetapi karena hati menyimpan sejumla besar vitamin B12, maka anemia biasanya tidak
akan muncul sampai sekitar 2-4 tahun setelah tubuh berhenti menyerap vitamin B12. Selain
karena kekurangan faktor intrinsik, penyebab lainnya dari kekurangan vitamin B12 adalah:
1. pertumbuhan bakteri abnormal dalam usus halus yang menghalangi penyerapan
vitamin B12
2. penyakit tertentu (misalnya penyakit Crohn)
3. pengangkatan lambung atau sebagian dari usus halus dimana vitamin B12
diserap
4. vegetarian (Nurcahyo 2007).
Metabolisme vitamin B12 dan asam folat akan terganggu akibat adanya gangguan sintesis
DNA yang dapat menimbulkan gangguan maturasi (Restiadie 2009). Seseorang juga dapat
terkena anemia pernisiosa jika pada makanan yang dikonsumsinya tidak cukup mengandung
vitamin B12 (Peterson 2008).
Anemia pernisiosa berpotensi besar menyerang individu yang telah berusia lanjut. Hal ini
disebabkan karena kemampuan lambung dalam memproduksi faktor intrinsik berkurang,
sehingga tubuh kekurangan vitamin B12 dan timbul anemia pernisiosa.

C. Penyebab dan Sumber Anemia Pernisiosa

Di bawah ini adalah tabel yang menyajikan penyebab dan sumber dari defisiensi vitamin
B12 yang berakibat pada kondisi yang fatal dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu anemia
megaloblastik (Johnson 2007).
Penyebab Sumber
1. Vegetarian
Ketidakcukupan asupan makanan 2. ASI dari ibu yang vegan
sumber vitamin B12 3. Makanan favorit yang kurang
mengandung vitamin B12
Malabsorpsi vitamin B12 1. Kekurangan faktor intrinsik (karena
anemia pernisiosa, destruksi mukosa
lambung, atau pembedahan lambung)
2. Faktor intrinsik terhambat
3. Sekresi asam menurun
4. Kekacauan pada perut (seperti
peradangan pada perut, kanker,
kekacauan sekresi cairan pankreas
atau getah lambung)
5. Berkompetisi terhadap vitamin
B12 (cacing pita yang berada dalam
ikan sering menggangu penyerapan
vitamin B12 dalam tubuh individu
yang mengkonsumsi ikan tersebut)
6. AIDS
1. Defisiensi enzim
Ketidakcukupan pemanfaatannya 2. Gangguan hati
3. Transpor protein yang abnormal
1. Antacid
Obat-obatan tertentu yang 2. Obat-obatan untuk menurunkan asam
dikonsumsi dalam jangka waktu lambung dan obat diabetes (seperti
yang lama metformin, phenformin, dan
biguanides)

D. Tanda – tanda dan Penyebab Anemia Pernisiosa

Terdapat beberapa gejala umum yang biasanya dialami oleh penderita anemia
megaloblastik (pernisiosa). Namun demikian, setiap individu mungkin dapat mengalami gejala
yang berbeda satu sama lain. Gejala-gejala tersebut yaitu antara lain: otot lemas, kaki dan tangan
terasa kaku dan atau kesemutan, sulit berjalan, mual, selera makan menurun, kehilangan berat
badan, mudah tersinggung, mudah lelah atau kekurangan energi, diare, glossitis,
dan tachycardiaatau detak jantung meningkat (Anonim 2008).
Para dokter dari MedicineNet.com (2007) mengungkapkan bahwa orang dengan anemia
pernisiosa sering merasa cepat lelah dan lemas karena tubuh tidak memperoleh cukup oksigen.
Dalam beberapa waktu kemudian, apabila kondisi ini tidak segera dipulihkan maka akan
menimbulkan masalah yang serius pada organ jantung, saraf, dan organ lain dalam tubuh. Pada
penderita anemia, jantung harus bekerja lebih keras memompa darah agar memperoleh cukup
oksigen bagi organ-organ dan jaringan-jaringan tubuh.
Kondisi seperti ini menimbulkan suara yang tidak biasa terdengar selama jantung
berdetak, detakan jantung yang sangat cepat, ukuran jantung membesar, atau bahkan gagal
jantung. Defisiensi vitamin B12 atau asam folat dapat menyebabkan masalah yang lebih parah
pada jantung karena meningkatnya level suatu bahan kimia dalam tubuh yang biasa disebut
dengan homocystein. Kadarnya yang tinggi tersebut menambah simpanan lemak dalam
pembuluh darah, yang akan mendorong ke arah serangan jantung dan stroke.
Gangguan syaraf yang diakibatkan dari anemia megaloblastik menunjukkan degradasi
otak, saraf mata, saraf tulang belakang, dan saraf perifer dengan tanda-tanda mati rasa, semutan,
kaki terasa panas, kaku dan rasa lemah pada kaki (Almatsier 2004).
Tanda-tanda dan gejala-gejala yang ditunjukkan oleh penderita anemia pernisiosa dapat
juga berhubungan dengan saluran pencernaan, bisa diawali dengan kondisi lidah menjadi
berwarna merah terang dan tekstur yang lembut serta termasuk daerah di mulut terasa sangat
sakit dan mengalami perdarahan. Defisiensi vitamin B12 selain dapat mengubah permukaan
lidah, juga dapat membuat lapisan lambung menjadi tipis dan menyusut. Perubahan apapun yang
terjadi di dalam lambung akan membawa peluang besar ke arah kanker lambung. Selain itu,
anemia pernisiosa juga mengakibatkan ukuran hati membesar (para dokter di MedicineNet.com
2007).
Tanda-tanda dan gejala-gejala lain pada anemia pernisiosa adalah pucat atau kulit
kekuning-kuningan, demam tinggi, dan merasa pusing ketika akan berdiri. Bayi dengan kondisi
anemia pernisiosa dapat menunujukkan pergerakan yang tidak biasa atau terhambat
pertumbuhannya dan kegagalan untuk tumbuh subur (para dokter di MedicineNet.com 2007).
Tanda dan gejala anemia pernisiosa pada umumnya seperti tanda dan gejala anemia
lainnya. Seseorang yang menderita anemia pernisiosa akan tampak lemah dan pucat sebagai
akibat ketidakmampuan sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah sehingga
menyebabkan kurangnya volume sel darah merah dalam tubuh (Restiadie 2009).
Tanda dan gejala lainnya pada penderita anemia pernisiosa yaitu akan muncul ikterus, di
mana sklera mata berubah warna menjadi kuning. Adanya defisiensi vitamin B12 menyebabkan
kerja jaringan saraf terganggu. Gangguan ini ditandai dengan munculnya gejala neuropati. Selain
mengurangi pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12 juga mempengaruhi sistem
saraf dan menyebabkan:
- kesemutan di tangan dan kaki
- hilangnya rasa di tungkai, kaki dan tangan
- gangguan pergerakan (Nurcahyo 2007).

Gejala lainnya adalah:


- buta warna tertentu, termasuk warna kuning dan biru
- luka terbuka di lidah atau lidah seperti terbakar (glositis)
- penurunan berat badan
- warna kulit menjadi lebih gelap
- linglung
- depresi
- penurunan fungsi intelektual
- purpura tromositopenik (Nurcahyo 2007).

E. Patofisiologi Anemia Pernisiosa

Anemia terjadi akibat gangguan maturasi inti sel akibat gangguan sintesis DNA sel-sel
eritroblas. Defisienasi asam folat akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan
maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas. Defesiensi vitamin B12 yang
berguna dalam reaksi metilasi homosisten menjadi metionin dan reaksi ini berperan
dalam mengubah metil THF menjadi DHF yang berperan dalam sintesis DNA dan akan
mengganggu maturasi inti sel dengan akibat terjadinya megaloblas (Restiadie 2009).
Penyebab dasar keabnormalan dari absorpsi vitamin B12 adalah adanya atrofi mukosa
lambung sehingga mukosa lambumg gagal mengekresikan cairan lambung. Pada keadaan
normal, sel-sel parietal pada glandula gaster mengekresikan glikoprotein yang disebut factor
intrinsic yang bergabung dengan vitamin B12 sehingga vitamin B12 dapat diabsorpsi, dan
selanjutnya terjadi tahapan sebagai berikut:
1. Faktor intrinsik berikatan erat dengan vitamin B12. Dalam keadaan terikat,
Vitamin B12 terlindungi dari percernaan oleh enzim-enzim gastrointestinal.
2. Masih dalam keadaan terikat, faktor intrinsik akan berikatan dengan reseptor
khusus yang terletak di bagian tepi membran sel mukosa pada Ileum.
3. Vitamin B12 diangkut kedalam darah selama beberapa jam berikutnya melalui
proses pinositosis, yang mengangkut faktor intrinsik dan vitamin bersama
melewati membran. Oleh karena itu, bila faktor intrinsik tidak ada maka
benyak vitamin yang hilang (termasuk vitamin B12) karena kerja enzim
pencernaan dalam usus dan kegagalan absorpsi (Nazran 2009).

F. Gambaran Prevalensi Anemia Pernisiosa

Semua orang dari berbagai ras berpeluang menderita anemia pernisiosa. Namun
demikian, bangsa Eropa sebelah utara atau di daratan Afrika mempunyai resiko yang lebih besar
daripada ras dan kelompok etnis lainnya (para dokter di MedicineNet.com 2007). Hasil survey
pada pertengahan bulan November tahun 1997 mengungkapkan bahwa hanya 1,9% orang
berusia lebih dari 60 tahun yang tidak didiagnosa menderita anemia pernisiosa, berarti
selebihnya yaitu sebagian besar orang pada usia lebih dari 60 tahun berpeluang sangat besar
mengalami salah satu tipe anemia tersebut (Epstein&Franklin 1997).
Para dokter di MedicineNet.com (2007) juga menyatakan bahwa para laki-laki dan
perempuan di Amerika Serikat memiliki peluang yang sama untuk menderita anemia pernisiosa.
Tetapi kondisi ini biasanya dialami oleh orang-orang dewasa akhir atau tua daripada orang-orang
yang masih muda, dan jarang dialami oleh anak-anak. Terdapat beberapa laporan bahwa
keluarga berkulit putih memiliki peluang besar terhadap anemia pernisiosa dalam beberapa
generasi. Epstein dan Franklin (1997) mengungkapkan bahwa sekitar 20% keluarga pasien
dengan anemia pernisiosa juga menderita penyakit yang sama.

G. Diagnosa

Biasanya, kekurangan vitamin B12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin untuk
anemia. Pada contoh darah yang diperiksa dibawah mikroskop, tampak megaloblas (sel darah
merah berukuran besar). Juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan trombosit, terutama
jika penderita telah menderita anemia dalam jangka waktu yang lama Jika diduga terjadi
kekurangan, maka dilakukan pengukuran kadar vitamin B12 dalam darah. Jika sudah pasti terjadi
kekurangan vitamin B12, bisa dilakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebabnya. Biasanya
pemeriksaan dipusatkan kepada faktor intrinsik. Adapun langkah pemeriksaannya yaitu:

- Contoh darah diambil untuk memeriksa adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.
Biasanya antibodi ini ditemukan pada 60-90% penderita anemia pernisiosa.
- Pemeriksaan yang lebih spesifik, yaitu analisa lambung.
Dimasukkan sebuah selang kecil (selang nasogastrik) melalui hidung, melewati
tenggorokan dan masuk ke dalam lambung.
- Lalu disuntikkan pentagastrin (hormon yang merangasang pelepasan faktor intrinsik) ke
dalam sebuah vena. Selanjutnya diambil contoh cairan lambung dan diperiksa untuk
menemukan adanya faktor intrinsik.

Jika penyebabnya masih belum pasti, bisa dilakukan tes Schilling.


Diberikan sejumlah kecil vitamin B12 radioaktif per-oral (ditelan) dan diukur penyerapannya.
Kemudian diberikan faktor intrinsik dan vitamin B12, lalu penyerapannya diukur kembali. Jika
vitamin B12 diserap dengan faktor intrinsik, tetapi tidak diserap tanpa faktor intrinsik, maka
diagnosisnya pasti anemia pernisiosa.

H. Pengobatan Anemia Pernisiosa

pengobatan untuk anemia pernisiosa terbagi berdasarkan penyebab kekurangan zat


gizinya, yaitu:
- Untuk defisiensi B12
1. Diberikan viatamin B12 100-1000 μg/ hari selama 2 minggu selanjutnya 100-
1000 μg / bulan
2. Transfusi darah
3. Sebagian besar penderita tidak dapat menyerap vitamin B12 per-oral (ditelan),
karena itu diberikan melalui suntikan. Pada awalnya suntikan diberikan setiap
hari atau setiap minggu, selama beberapa minggu sampai kadar vitamin B12
dalam darah kembali normal.Selanjutnya suntikan diberikan 1 kali/bulan.
- Untuk defisiensi asam folat
Diberikan asam folat 1-5 mg /hari secara oral selama 1-5 minggu.

I. Pencegahan

Pada dokter terutama para dokter di MedicineNet.com (2007) belum mengetahui secara
pasti cara mencegah anemia pernisiosa yang disebabkan dari sistem imun yang merusak sel
parietal (sel induk) dalam lambung. Sebenarnya cara pencegahan anemia pernisiosa merupakan
upaya yang tidak terlalu sulit karena dapat dilakukan dengan hanya mengkonsumsi makanan-
makanan yang mengandung asam folat dan vitamin B12.
Makanan-makanan yang kaya asam folat yaitu antara lain jus jeruk, jeruk, daun selada ,
bayam, hati, beras, barley, kecambah, gandum, kacang kedelai, buncis, kacang-kacangan,
brokoli, asparagus, dan sayur-sayuran berdaun hijau lainnya. Sedangkan makanan-makanan yang
kaya asam folat dan vitamin B12 antara lain telur, susu, daging, unggas, ikan, jenis-jenis ikan
yang bercangkang, dan sereal (Anonim 2008).
Vitamin B12 juga dapat diperoleh dari multivitamin dan suplemen-suplemen B
kompleks. Para dokter merekomendasikan pemberian suplemen bagi individu yang memiliki
resiko terhadap defisiensi vitamin B12, seperti bayi dan anak-anak dari ibu yang vegan (para
dokter di MedicineNet.com 2007).
Pengobatan standar adalah injeksi (suntikan) paling sedikit 100 μg vitamin B12 untuk
memulihkan defisiensi vitamin. Pengobatan tersebut mampu mengatasi anemia dan komplikasi
neurologi jika segera diberikan setelah tanda-tanda awal anemia diketahui. Bagi para penderita
yang berusia lebih tua dengan atrofi lambung disarankan untuk mengkonsumsi tablet yang
mengandung 25 μg sampai 1 mg vitamin B12 setiap hari untuk mencegah defisiensi vitamin
B12. Rekomendasi didasarkan pada pengamatan bahwa sekitar 1% vitamin B12 diserap oleh
sejumlah aksi tanpa faktor intrinsik (Epstein&Franklin 1997).
Kejenuhan cadangan vitamin ini dalam tubuh mampu mengatasi secara cepat anemia
yang berkenaan dengan riwayat penyakit orang tua. Jika penyebabnya adalah asupan yang
kurang, maka anemia ini bisa dicegah melalui pola makanan yang seimbang. Sumber makanan
yang berasal dari hewani merupakan makanan yang banyak mengandung vitamin B12. Oleh
karena itu, telah terbukti bahwa koreksi terhadap defisiensi kobalamin (vitamin B12) pada
anemia pernisiosa tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara.
Kesimpulan

Anemia pernisiosa adalah kondisi di mana tubuh tidak mampu membuat cukup eritrosit,
umumnya disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 karena terdapat gangguan terhadap proses
penyerapannya.
Anemia megaloblastik (pernisiosa) lebih banyak dialami oleh orang tua (40 tahun ke
atas). Produksi eritrosit pada penderita anemia pernisiosa yang sedikit mengakibatkan organ
tubuhnya tidak memperoleh cukup oksigen sehingga sering terjadi kegagalan fungsi organ
tersebut.
Upaya pencegahan dan pengobatan terhadap anemia pernisiosa merupakan hal yang
mudah dilakukan, yaitu hanya dengan mengkonsumsi bahan pangan sumber asam folat dan
vitamin B12. Selain itu, upaya yang sering dilakukan pula adalah injeksi vitamin B12 dan
pemberian vitamin B12 secara oral seperti pemberian suplemen.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Human Vitamin and Mineral Requirements. Report of Joint FAO/WHO Expert
Consultation. Bangkok: Food and Agriculture Organization of United
Nations.2008. Blood Disease: Megaloblastic (Pernisiosa)
Epstein, Franklin H., ed. 1997. Mechanisms of Disease: Pernicious Anemia. The New England
Journal of Medicine 20: vol. 337.

Maharani, Indah I., Hardinsyah, dan Bambang Sumantri. 2007. Aplikasi Regresi Logistik dalam
Analisis Faktor Resiko Anemia Gizi pada Mahasisiwa Baru IPB. Jurnal Gizi dan
Pangan2:36-43.

Sunita, Almatsier. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.

Syaifuddin, H. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.

The Doctors at MedicineNet.com. 2007. Pernicious

Anemia. http://www.medicinenet.com/pernicious_anemia/article.htm

lib.unnes.ac.id/1102/1/2676.pdf

www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/.../bab2.pdf

www.news-medical.net/.../What-is-anemia-(Indonesian)

Johnson, Larry E. 2007. Vitamin B12. http://www.merck.com

http://www.umm.edu/blood/aneper.htm [9

Anda mungkin juga menyukai