Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................1
B. Tujuan ...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Anemia ..............................................................................................3
B. Klasifikasi Anemia .........................................................................................4
C. Macam-macam Anemia ..................................................................................4
D. Etiologi Anemia ..............................................................................................5
E. Fisiologi/patologi Anemia ..............................................................................7
F. Tanda dan Gejala Anemia ...............................................................................7
G. Penatalaksanaan/Penangaanan Anemia ........................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................12
B. Saran .............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Anemiaatau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel
darah merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Hemoglobinyang terkandung di dalam Sel darah merah berperan dalam mengangkut
oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang
pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang
dari 13,5 G/DL dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada perempuan konsentrasi
Hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau Hematocrit kurang dari 36%.

Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (proteinpembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan
mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh.
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran
mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb),
Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu
mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh yang optimal.

Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah


hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh . keadaan ini sering menyebabkan energi
dalam tubuh menjadi menurun sehingga terjadi 5L atau lemah, lesu, lemas, lunglai,
dan letih. Dalam hal ini orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita
kekurangan zat besi. Seseorang yang menderita anemia akan sering mengalami
keadaan pusing yang sedang hingga berat dikarenakan Meningkatnya penghancuran
sel darah merah, Pembesaran limpa, Kerusakan mekanik pada sel darah merah,
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah : Hemoglobinuria nokturnal paroksismal,
Sferositosis herediter, Elliptositosis herediter. Seseorang yang sering mengalami
anemia di sebabkan karena pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini,
bervariasi.
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia.
Remaja putri berisiko lebih tinggi terkena anemia dibandingkan dengan remaja laki-laki
karena alasan pertama remaja perempuan setiap bulan mengalami siklus menstruasi dan
alasan kedua yaitu karena memiliki kebiasaan makan yang salah, hal ini terjadi karena para
remaja putri ingin langsing untuk menjaga penampilannya sehingga mereka berdiet dan
mengurangi makan, akan tetapi diet yang dijalankan merupakan diet yang tidak seimbang
dengan kebutuhan tubuh sehingga dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat penting
seperti zat besi.

1.2 TujuanPenulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami secara umum tentang anemia terutama pada remaja Putri.
2. Tujuan Khusus
Memahami hal-hal yang berkaitan dengan anemia yaitu :
a) Definisi
b) Klasisfikasi
c) Macam-macam
d) Etiologi
e) Patofisiologi
f) Tanda dan gejala
g) Penatalaksanaan/Penanganan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah
merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya
ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat
mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (kamus bahasa
indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan
ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
1999).
Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, Kapita
Selekta, Jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999).
Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin
dalam darah (Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah
lengkap laboratorium.
1. Nilai Hb normal
a) Pria : 13.8 - 17.2 gram/dl
b) Wanita : 12.1 – 15.1 gram/dl
2. Nilai Hb anemia
a) Pria : <13.8 – 17.2 gram/dl
b) Wanita : <12.1 – 15.1 gram/dl
(WHO.2008)
2.2 Penyebab Anemia

Penyebab terjadinya anemia gizi pada berbagai kelompok penduduk itu beraneka ragam,
yang secara garis besar dikelompokkan dalam:
1. Sebab Langsung
Penyebab anemia sebab langsung dikarenakan :
(a) Kecukupan makanan. Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh
kurang makan sumber makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup namun
yang dimakan bioavailabilitas besinya rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap
kurang, dan makanan yang dimakan mengandung zat penghambat absorbsi besi.
(b) Infeksi penyakit. Beberapa infeksi penyakit memperbesar resiko menderita anemia
pada umumnya adalah cacing dan malaria.
2. Sebab Tidak Langsung
Perhatian terhadap wanita yang masih rendah di keluarga oleh sebab itu wanita di dalam
keluarga masih kurang diperhatikan dibandingkan laki-laki. Sebagai contoh:
(a) Wanita mengeluarkan energi lebih banyak di dalam keluarga. Wanita yang bekerja
sesampainya di rumah tidak langsung beristirahat karena umumnya mempunyai
banyak peran, seperti memasak, menyiapkan makan, membersihkan rumah dan lain
sebagainya,
(b) distribusi makan di dalam keluarga umumnya tidak menguntungkan ibu dimana pada
umumnya ibu makan terakhir, sehingga pada keluarga miskin ibu mempunyai resiko
lebih tinggi,
(c) kurang perhatian dan kasih sayang keluarga terhadap wanita, misalnya penyakit pada
wanita atau penyulit yang terjadi pada waktu kehamilan dianggap sebagai suatu hal
yang wajar.

3. Penyebab Mendasar
Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok penduduk sebagai berikut:
(a) Pendidikan yang rendah karena pada umumnya:
 kurang memahami kaitan anemia dengan faktor lainnya,
 kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan penanggulangannya,
 kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi, khususnya yang mengandung
zat besi relatif tinggi,
 kurang dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia.

(b) Ekonomi yang rendah dikarenakan :


 kurang mampu membeli makanan sumber zat besi karena harganya relatif mahal,
 kurang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia,
 Status sosial wanita yang masih rendah di masyarakat yang mempunyai beberapa
akibat yang mempermudah timbulnya anemia gizi. Sebagai contoh :
- rata-rata pendidikan wanita lebih rendah dari laki-laki. Hal ini terjadi karena
anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah yang tinggi.
- upah tenaga kerja wanita umumnya lebih rendah dari laki-laki pada hampir seluruh
lapangan kerja.
- adanya kepercayaan yang merugikan, seperti pantangan makanan tertentu,
mengurangi makan setelah trimester III agar bayinya kecil,
(c) Lokasi geografis yang buruk; yaitu lokasi yang menimbulkan kesulitan dari segi
pendidikan dan ekonomi, seperti daerah terpencil, dan daerah endemis dengan
penyakit yang memperberat anemia, seperti daerah endemis malaria. Menurut
Arisman (2004) bahwa nutrisi pada ibu hamil sangat menentukan status kesehatan
ibu dan janinnya.

2.3 Klasifikasi Anemia

Berdasarkan penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat


diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi Besi merupakan penyebab tersering anemia selama


kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi besi dan kehilangan darah akut. Tidak
jarang keduanya saling berkaitan erat, karena pengeluaran darah yang berlebihan
disertai hilangnya besi hemoglobin dan terkurasnya simpanan besi pada suatu
kehamilan dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi besi pada kehamilan
berikutnya. Status gizi yang kurang sering berkaitan dengan anemia defisiensi besi
(Scholl:1998). Pada gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang
dipicu oleh kehamilannya rata-rata mendekati 800 mg; sekitar 500 mg, bila
tersedia, untuk ekspansi massa hemoglobin ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar
melalui usus, urin dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg jelas melebihi cadangan
besi pada sebagian besar wanita. Kecuali apabila perbedaan antara jumlah
cadangan besi ibu dan kebutuhan besi selama kehamilan normal yang disebutkan
diatas dikompensasi oleh penyerapan besi dari saluran cerna, akan terjadi anemia
defisiensi besi. Dengan meningkatnya volume darah yang relatif pesat selama
trimester kedua, maka kekurangan besi sering bermanifestasi sebagai penurunan
tajam konsentrasi hemoglobin. Walaupun pada trimester ketiga laju peningkatan
volume darah tidak terlalu besar, kebutuhan akan besi tetap meningkat karena
peningkatan massa hemoglobin ibu berlanjut dan banyak besi yang sekarang
disalurkan kepada janin. Karena jumlah besi tidak jauh berbeda dari jumlah yang
secara normal dialihkan, neonatus dari ibu dengan anemia berat tidak menderita
anemia defisiensi besi.

2. Anemia Akibat Perdarahan Akut

Anemia akibat perdarahan akut sering terjadi pada masa nifas. Solusio
plasenta dan plasenta previa dapat menjadi sumber perdarahan serius dan anemia
sebelum atau setelah pelahiran. Pada awal kehamilan, anemia akibat perdarahan
sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa.
Perdarahan masih membutuhkan terapi segera untuk memulihkan dan
mempertahankan perfusi di organ-organ vital walaupun jumlah darah yang
diganti umumnya tidak mengatasi difisit hemoglobin akibat perdarahan secara
tuntas, secara umum apabila hipovolemia yang berbahaya telah teratasi dan
hemostasis tercapai, anemia yang tersisa seyogyanya diterapi dengan besi. Untuk
wanita dengan anemia sedang yang hemoglobinnya lebih dari 7 g/dl, kondisinya
stabil, tidak lagi menghadapi kemungkinan perdarahan serius, dapat berobat
jalan tanpa memperlihatkan keluhan, dan tidak demam, terapi besi selama
setidaknya 3 bulan merupakan terapi terbaik dibandingkan dengan transfusi
darah. (Sarwono:2005)

3. Anemia pada Penyakit Kronik

Anemia pada penyakit kronik ditandai dengan gejala-gejala tubuh lemah,


penurunan berat badan, dan pucat sudah sejak jaman dulu dikenal sebagai ciri
penyakit kronik. Berbagai penyakit terutama infeksi kronik dan neoplasma
menyebabkan anemia derajat sedang dan kadang-kadang berat, biasanya dengan
eritrosit yan sedikit hipokromik dan mikrositik. Dahulu, infeksi khususnya
tuberculosis, endokarditis, atau esteomielitis sering menjadi penyebab, tetapi
terapi antimikroba telah secara bermakna menurunkan insiden penyakit-penyakit
tersebut. Saat ini, gagal ginjal kronik, kanker dan kemoterapi, infeksi virus
imunodefisiensi manusia (HIV), dan peradangan kronik merupakan penyebab
tersering anemia bentuk ini. Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat
menyebabkan anemia. Beberapa di antaranya adalah penyakit ginjal kronik,
supurasi, penyakit peradangan usus (inf lammatory bowel disease), lupus
eritematosus sistemetik, infeksi granulomatosa, keganasan, dan arthritis remotoid.
Anemia biasanya semakin berat seiring dengan meningkatnya volume plasma
melebihi ekspansi massa sel darah merah. Wanita dengan pielonfritis akut berat
sering mengalami anemia nyata. Hal ini tampaknya terjadi akibat meningkatnya
destruksi eritosit dengan produksi eritropoietin normal (Cavenee dkk:1994).

4. Defisiensi Vitamin B12/Definisi Megaloblastik

Anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12


selama kehamilan sangat jarang terjadi, ditandai oleh kegagalan tubuh menyerap
vitamin B12 karena tidak adanya faktor intrinsik. Ini adalah suatu penyakit
autoimun yang sangat jarang pada wanita dengan kelainan ini. Defisiensi vitamin
B12 pada wanita hamil lebih mungkin dijumpai pada mereka yang menjalani
reseksi lambung parsial atau total. Kausa lain adalah penyakit Crohn, reseksi
ileum, dan pertumbuhan bakteri berlebihan di usus halus. Kadar vitamin B12
serum diukur dengan radio immunoassay. Selama kehamilan, kadar non hamil
karena berkurangnya konsentrasi protein pengangkut B12 transkobalamin
(zamorano dkk:1985). Wanita yang telah menjalani gastrektomi total harus diberi
1000 mg sianokobalamin (vitamin B12) intramuscular setiap bulan. Mereka
yang menjalani gastrektomi parsial biasanya tidak memerlukan terapi ini, tetapi
selama kehamilan kadar vitamin B12 perlu dipantau. Tidak ada alasan untuk
menunda pemberian asam folat selama kehamilan hanya karena kekhawatiran
bahwa akan terjadi gangguan integritas saraf pada wanita yang mungkin hamil
dan secara bersamaan mengidap anemia pernisiosa Addisonian yang tidak
terdeteksi (sehingga tidak diobati).

5. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah merah


yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh:

(a) Faktor intra kopuskuler dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia,
anemia sel sickle (sabit), hemoglobin, C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal
hemoglobinuria,

(b) Faktor ekstrakorpuskuler; disebabkan malaria, sepsis, keracun zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan, leukemia, penyakit hodgkin dan lain-lain.

Gejala utama anemia hemolitik adalah anemia dengan kelainan-kelainan


gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi
kelainan pada organ-organ vital. Pengobatan bergantung pada jenis anemia
hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya di
berantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis
obatobatan, hal ini tidak memberikan hasil. Maka transfusi darah yang berulang
dapat membantu penderita ini.

6. Anemia Aplastik dan Hipoplastik

Walaupun jarang dijumpai pada kehamilan, anemia aplastik adalah suatu


penyulit yang parah. Diagnosis ditegakkan apabila dijumpai anemia, biasanya
disertai trombositopenia, leucopenia, dan sumsum tulang yang sangat hiposeluler
(Marsh dll:1999). Pada sekitar sepertiga kasus, anemia dipicu oleh obat atau zat
kimia lain, infeksi, radiasim, leukemia, dan gangguan imunologis. Kelainan
fungsional mendasar tampaknya adalah penurunan mencolok sel induk yang
terikat di sumsum tulang. Banyak bukti yang menyatakan bahwa penyakit ini
diperantarai oleh proses imunologis. Pada penyakit yang parah, yang didefinisikan
sebagai hiposelularitas sumsum tulang yang kurang dari 25 persen, angka
kelangsungan hidup 1 tahun hanya 20 persen (Suhemi:2007). Setiap ibu hamil
perlu mengatur intake makanan sesuai program diit ibu hamil yang bertujuan
dengan memberikan makanan yang dapat mencegah dan memperbaiki keadaan
anemia. Diet yang sesuai untuk ibu hamil yaitu harus memenuhi syarat energi
sesuai kebutuhan secara bertahap sejumlah 2200 kalori + 300-500 kalori/hari,
lemak cukup 53 gr/hari, protein tinggi 75 gram/hari + 8-12 gr/hari diutamakan
protein bermutu tinggi, meningkatkan konsumsi makanan sumber pembentukan
sel darah merah, serta bentuk makanan dan porsi disesuaikan dengan keadaan
kesehatan ibu hamil.

Cara meningkatkan asupan Fe dan Asam Folat yaitu dengan cara:

(1) mengkosumsi protein hewani yaitu daging, unggas, seafood, telur, susu dan
hasil olahannya,

(2) makanan sumber asam folat antara lain Asparagus, bayam, buncis, hati sapi,
kapri, kacang tanah, orange juice, almond, beras merah/tumbuk, kembang kol,
telur, selada dan sereal instant,

(3) buah berwarna jingga dan merah segar lebih yaitu jeruk, pisang, kiwi,
semangka atau nanas;

(4) makanan fortifikasi seperti susu, keju, es krim, dan makanan berbasis tepung;
5) vitamin C, untuk meningkatkan absorbsi Fe;

6) makanan sumber vitamin B12 seperti daging, ikan, hati, makanan fermentasi,
yoghurt, udang dan susu;

(7) sayuran hijau paling tidak 3 porsi/hari; konsumsi sari buah yang kaya vitamin
C minimal 1 gelas/hari. (Desi & Dwi:2009)
2.4 Fisiologi/patologi

Wanita memiliki sekitar 2,3 gram zat bes total di dalam tubuh yang sebagian
besarnya (80%) ditemukan dalam masa sel darah merah sebagai hemoglobin (Hb).
Zat besi total di dalam tubuh ditentukan oleh asupan, pengeluaran, dan penyimpanan
mineral ini. zat besi yang tidak digunakan disimpan sebagai kompleks protein
yang read more dapat larut yaitu feritin, yang terdapat terutama di hati, sum-sum
tulang belakang, limpa dan otot skeletal. Dibutuhkan skema absorpsi normalsistem
gastrointestinal yang mempertahankan keseimbangan antara kadar zat besi fungsional
(Hb) dan zat besi yang disimpan (mioglobin). Tubuh mampu menyerap 1-2 mg zat
besi setiap hari diet dan laju produksi sel darah merah yang adekuat. Faktor utama
yang mengendalikan absorpsi zat besi adalah jumlah zat besi yang disimpan dalam
tubuh dan jenis zat besi yang tersimpan dalam diet seseorang.

Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen.


Anemia defisiensi zat besi didefinisikan dengan rendahnya konsentrasi feritin serum
<30 µg/I dan hemoglobin <11 g% di trimester pertama, <10,5 g% di trimester kedua
dan 11 g% di trimester ketiga. Pada pemeriksaan mikroskopik, sel darah merah
terlihat mikrositik dan hipokromik. Anemia defisiensi zat besi terjadi kaibat
peningkatan kebutuhan zat besi atau ketidakkuatan absorpsi zat besi.

Kebutuhan zat besi meningkat untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan,


menstruasi, kehilangan darah atau donor darah, kehamilan, gangguan hemolitik, obat
yang menyebabkan hemolisis (missal antiretrovirus), infeksi saluran kemih-
kehamilan, dan infestasi cacing tambang.

Anemia defisiensi zat besi yang disebabkan oleh ketidakadekuatan absorpsi


zat besi terjadi karena diet yang rendah zat besi hem, mal absorpsi, bedah lambung,
infeksi malaria yang mengakibatkan rendahnya penggunaan zat besi dalam diet.

2.5 Tanda dan Gejala Anemia

Penyebab Anemia yang paling sering adalah karena perdarahan yang berlebihan,
rusaknya sel darah merah secara berlebihan atau yang sering disebut dengan
Hemolisis atau pembentukan sel darah merah / hematopoiesis yang tidak efektif,
kekurangan zat besi, pendarahan usus, kekurangan vitamin B12, kekarangan asam
folat, gangguan fungsi sumsum tulang, Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker
dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi produksi sel darah merah.
Adapun Penyebab umum dari anemia, seperti:

ii
1. Perdarahan Hebat
Akut (mendadak)
· Kecelakaan
· Pembedahan
· Persalinan
· Pecah pembuluh darah
Kronik (menahun)
· Perdarahan hidung
· Wasir (hemoroid)
· Ulkus peptikum
· Kanker atau polip di saluran pencernaan
· Tumor ginjal atau kandung kemih
· Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
· Kekurangan zat besi
· Kekurangan vitamin B12
· Kekurangan asam folat
· Kekurangan vitamin C
· Penyakit kronik
3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
· Pembesaran limpa
· Kerusakan mekanik pada sel darah merah
· Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
· Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
· Sferositosis herediter
· Elliptositosis herediter
· Kekurangan G6PD
· Penyakit sel sabit
Selain itu terdapat gejala anemia ( kurang darah )yang paling sering di tunjukkan
antara lain sebagai berikut :
1. Kulit Wajah terlihat Pucat
Penderita anemia biasanya jelas terlihat pada wajah dan kulit yang terlihat
pucat.

ii
2. Kelopak Mata Pucat
Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga
terlihat pucat. ini merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan
biasanya dilakukan dengan cara meregangkan kelopak mata. dan melihat warna
kelopak mata bagian bawah.

3. Ujung Jari Pucat


pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya
setelah di tekan daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang
yang mengalami anemia, ujung jari akan menjadi putih atau pucat.
4. Terlalu Sering dan mudah lelah
Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika
anda merasa mudah lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan
anda mengalami penyakit anemia. hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh
yang tidak maksimal akibat kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi
sebagai alat transportasi alami didalam tubuh.
5. Denyut Jantung menjadi tidak teratur
Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama
denyut jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh
kekurangan oksigen. sehingga jantung berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan
ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.
6. Sering merasa Mual
Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir
sama seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan
Morning sickness.
7. Sakit kepala
Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi
kekurangan Oksigen. sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah
penderita Anemia sering mengeluh sakit kepala.
8. Kekebalan tubuh menurun
Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan
biasanya penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat
melemahnya imun tubuh.

ii
9. Sesak napas
Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah
ketika melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam
dalam tubuh, akibat kurangnya sel darah merah.

Selain dari faktor penyebab anemia, penyakit kurang darah juga


dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko lain seperti :
1 Faktor dari keturunan
2 kurangnya asupan zat gizi
3 penyakit dan gangguan usus serta operasi yang berkaitan dengan usus
kecil.
4 Pendarahan Menstruasi yang berlebihan.
5 Kehamilan.
6 penyakit kronis seperti penyakit kanker , dan gagal ginjal

Pemeriksaan Penunjang pada Anemia

Menurut Guillermo dan Arguelles (Riswan, 2003) pemeriksaan yang


dapat

dilakukan antara lain:

A. Pemeriksaan Laboratorium

1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu
ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia
berkembang.Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, yang dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan, yaitu trimester I dan III.

2. Penentuan Indeks Eritrosit


Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan flowcytometri
atau menggunakan rumus:

ii
a. Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun
apabila kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia
mulai berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi
yang spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis
disingkirkan. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel
darah merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik
> 100 fl.

b. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)


MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah
merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah
merah. Nilai norma l 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan
makrositik > 31 pg.

c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)


MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai
normal 30-35% dan hipokrom < 30%.

3. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer


Pemeriksaan hapusan darah perifer dilak ukan secara manual.
Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan
ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah. Dengan menggunakan
flowcytometry hapusan darah dapat dilihat pada kolom morfology flag.

4. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)


Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang
masih relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk
membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran sel
merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan

ii
nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan
zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh transferin, ataupun serum
feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW adalah pertanda
meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan eritrosit
protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.

5. Eritrosit Protoporfirin (EP)


EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya
membutuhkan beberapa tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak terlalu
dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi eritropoesis, naik
secara perlahan setelah serangan kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP
adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi serum dan jenuh
transferin rentan terhadap variasi individu yang luas. EP secara luas dipakai
dalam survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang.

6. Besi Serum (Serum Iron = SI)


Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun
setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan
besi serum karena variasi diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang.
Besi serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor,
pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan
malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan
ukuran mutlak status besi yang spesifik.

7. Serum Transferin (Tf)


Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama
dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi
dan dapat menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi kronis,
penyakit ginjal dan keganasan.

8. Transferrin Saturation (Jenuh Transferin)


Jenuh transferin adalah rasio besi serum dengan kemampuan mengikat
besi, merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi ke sumsum

ii
tulang. Penurunan jenuh transferin dibawah 10% merupakan indeks
kekurangan suplai besi yang meyakinkan terhadap perkembangan eritrosit.
Jenuh transferin dapat menurun pada penyakit peradangan. Jenuh transferin
umumnya dipakai pada studi populasi yang disertai dengan indikator status
besi lainnya. Tingkat jenuh transferin yang menurun dan serum feritin sering
dipakai untuk mengartikan kekurangan zat besi. Jenuh transferin dapat diukur
dengan perhitungan rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi total
(TIBC), yaitu jumlah besi yang bisa diikat secara khusus oleh plasma.
9. Serum Feritin
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif
untuk menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas
dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum feritin < 12
ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua
cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk kekurangan
zat besi. Rendahnya serum feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat
besi, tetapi tidak menunjukkan beratnya kekurangan zat besi karena
variabilitasnya sangat tinggi. Penafsiran yang benar dari serum feritin terletak
pada pemakaian range referensi yang tepat dan spesifik untuk usia dan jenis
kelamin. Konsentrasi serum feritin cenderung lebih rendah pada wanita dari
pria, yang menunjukan cadangan besi lebih rendah pada wanita. Serum feritin
pria meningkat pada dekade kedua, dan tetap stabil atau naik secara lambat
sampai usia 65 tahun. Pada wanita tetap saja rendah sampai usia 45 tahun, dan
mulai meningkat sampai sama seperti pria yang berusia 60-70 tahun, keadaan
ini mencerminkan penghentian mensturasi dan melahirkan anak. Pada wanita
hamil serum feritin jatuh secara dramatis dibawah 20 ug/l selama trimester II
dan III bahkan pada wanita yang mendapatkan suplemen zat besi. Serum
feritin adalah reaktan fase akut, dapat juga meningkat pada inflamasi kronis,
infeksi, keganasan, penyakit hati, alkohol. Serum feritin diukur dengan mudah
memakai Essay immunoradiometris (IRMA), Radioimmunoassay (RIA), atau
Essay immunoabsorben (Elisa).

ii
2.4. Pencegahan Anemia
1. Pencegahan primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan


kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.Promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah
tiga aspek utama di dalam pencegahan primer. Dalam hal ini
pencegahan primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia.
Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya
kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah
berkembangnya faktor risiko.
Pencegahan primer meliputi:

a. Edukasi (Penyuluhan)

Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti


memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu hamil
mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet
besi atau tablet tambah darah minimal selama 90 hari. Edukasi
tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum
hamil.Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa
melahirkan. Selain itu, petugas kesehatan juga dapat berperan
sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil
mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan.

Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan


intake Fe yang berhasil hanya jika individu mematuhi aturan
konsumsinya.Banyak faktor yang mendukung rendahnya tingkat
kepatuhan tersebut, salah satunya adalah efek samping yang tidak
nyaman dari mengkonsumsi Fe adalah melaluipendidikan tentang
pentingnya suplementasi Fe dan efek samping akibat minum Fe.
b. Suplementasi Fe (Tablet Besi)

Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara keseimbangan


antara asupan Fe dan kehilangan Fe.Jumlah Fe yang dibutuhkan
untuk memelihara keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita

ii
dengan yang lainnya tergantung pada riwayat reproduksi.Jika
kebutuhan Fe tidak cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat
ditambah dengan suplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan
masa nifas.24 Suplemen besi dosis rendah (30mg/hari) sudah
mulai diberikan sejak kunjungan pertama ibu hamil.
c. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses


secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai
Negara. Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam
pencegahan defisiensi besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim
adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung
dan bubur jagung serta beberapa produk susu.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan


dan deteksi untuk menemukan status patogenik setiap individu di
dalam populasi.Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan
perkembangan penyakit menuju suatu perkembangan kearah
kerusakan atau ketidakmampuan.Dalam hal ini pencegahan sekunder
merupakan pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil yang sudah
mengalami gejala- gejala anemia atau tahap pathogenesis yaitu mulai
pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala
penyakit atau gangguan kesehatan.

Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh tenaga


kesehatan diantaranya adalah :
a. Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang
harus diobati dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita
hamil harus dilakukan skrining pada kunjungan I dan rutin pada
setiap trimester. Skrining dilakukan dengan pemeriksaan
hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau
tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan,
sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap
tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan
ii
melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga,
tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan
hasil tersebut. Jika anemia berat ( Hb< 9 g/dl) dan Hct <27%)
harus dirujuk kepada dokter ahli yang berpengalaman untuk
mendapat pertolongan medis.
b. Pemberian terapi dan Tablet Fe

Jika ibu hamil terkena anemia, maka dapat ditangani dengan


memberikan terapi oral dan parenteral berupa Fe dan memberikan
rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi
(jika anemia berat).
3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala


ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit,
cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan
kerusakan.Dalam hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu
hamil yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan untuk
mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk
memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi
penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu :
a. memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin

b. mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak


adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama
kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat
setelah persalinan.

A. Penanggulangan Anemia

Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang
cukup secara rutin pada usia remaja.

ii
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan,
unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C
(asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau
mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung
karbonat dan minum susu pada saat makan.

3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah


dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1
mg/KgBB/hari.

4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi


bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat,
multivitamin yang mengandung phosphate dan kalsium.

5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan


pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi .

B. Pengobatan Anemia

Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:


1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat
besi, yang mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika
penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber
perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan
operasi.
2. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan -
yang seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena
kekurangan asam folat diobati dengan suplemen asam folat.
3. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.
Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini .
Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin
sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu
merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.
4. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi
darah untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan
transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak
dapat membuat sel-sel darah sehat. Anda mungkin perlu obat penekan
kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh Anda dan

ii
memberikan kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon untuk
mulai berfungsi lagi.
5. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai
penyakit dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk
transplantasi sumsum tulang.
6. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-
obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang
menekan sistem kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah.
Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gamma
globulin dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel
darah merah.
7. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian
oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya
menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah
obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.

E. Penatalaksanaan/Penanganan
1. Penanganan
a) Bila Anda merasakan gejala anemia di atas dan orang-orang di
sekeliling Anda melihat Anda tampak pucat dan lelah, segeralah
berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menanyakan kebiasaan makan
Anda dan obat yang sedang Anda minum. Anda lalu akan mendapatkan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya
untuk menentukan apakah terdapat anemia dan apa penyebabnya.
b) Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya
adalah kekurangan zat besi, dokter akan mencari tahu dan mengatasi
penyebab kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam bentuk tablet
atau sirup mungkin diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah
penyerapan pasca- operasi gastrektomi, pemberian suplemen akan
diberikan secara intramuskular atau intravenal).
c) Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah
penanganan. Setelah anemia tertangani, Anda masih akan terus menerima

ii
asupan suplemen zat besi hingga beberapa bulan untuk menjaga kondisi.
Tinja Anda akan berwarna hitam selama perawatan.
d) Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah
menyembuhkan penyakitnya.
e) Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung
cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan
transfusi darah.

2. Penatalaksanaan
a) Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis
diberikan antelmintik yang sesuai.
b) Pemberian preparat Fe: fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam
keadaan perut kosong, dapat dimulai dengan dosis yang rendah dan
dinaikkan bertahap. Pada pasien yang tidak kuat, dapat diberikan bersama
makanan.
Fero glukonat 3 x 200 mg secsra oral sehabis makan. Bila terdapat
intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan
sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat diberikan secara perenteral dengan
dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb dibawah
normal.
Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskuler
mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai
perhitungan. Dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis
percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-
500 mg.

ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam
darah (Anonim).anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah
lengkap laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang
dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk
darah. Banyak cara penangan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini salah
satunya adalah pemberian fe, dan lain-lain.

B. Saran
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh
Tuhan Maha Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan.
Sebelum mengobati lebih baik mencegah.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv Lapius

FKUI.

Buku penyakit anemia /24 Nopember,2011

Cunningham Gary. F. Obstetri williams . Jakarta : EGC, 2005

Fraser M. Diane, Cooper A. Margaret. Buku ajar bidan. Jakarta : EGC, 2009

Geplaas deur Andi Dolphin om 9:36 vm. E-pos hierdieBlogDit!Deel op

TwitterDeel op FacebookDeel op Pinterest

Marlyn E. Doenges, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

Varney Helen. Buku saku bidan. Jakarta : EGC, 2001.

www.kamusbesarbahasaindonesia.com

ii
ii

Anda mungkin juga menyukai