Anda di halaman 1dari 16

Obesitas pada Lansia

Alexis McKee, MD and John E Morley, MB, BCh

Abstrak
Ketika proporsi populasi di atas usia 65 bertambah, demikian juga
prevalensi individu yang mengalami obesitas meningkat. Fenomena populasi
lansia dengan obesitas adalah sumbernya dari banyak penelitian dan perdebatan
berkaitan dengan rekomendasi perawatan. Tampaknya obesitas membuat
peningkatan risiko kematian pada individu yang berada di paling ujung dari
spektrum BMI,yaitu mereka yang terlalu kurus dan obesitas. Salah satu perhatian
utama dalam pengobatan untuk mereka adalah bahwa banyak individu yang
mungkin mengalami obesitas sarkopenik yang dapat diperburuk dengan
penurunan berat badan di mana beberapa derajat kehilangan massa tubuh tanpa
lemak tidak terhindarkan. Sembari berbagai metode penurunan berat badan dapat
direkomendasikan pada beberapa lansia yang mengalami obesitas, metode yang
dipilih harus disertai dengan program pelatihan resistensi untuk menjaga massa
otot. Untuk cakupan lengkap area ini dan keseluruhan mengenai Endokrinologi,
kunjungi www.endotext.org.

Pendahuluan
Populasi yang menua di AS diperkirakan meningkat lebih dari dua kali
lipat pada tahun 2050, meningkat dari 40,2 juta menjadi 88,5 juta orang (1).
Bersamaan dengan peningkatan ini pada kelompok lansia terjadi prevalensi tinggi
dari mereka mengalami obesitas. Pentingnya perawatan yang tepat dan biaya
perawatan kesehatan terkait peningkatan jumlah lansia dengan obesitas adalah
sumber dari banyak perdebatan.

Prevalensi
Sekitar 35% orang dewasa di AS berusia 65 tahun ke atas antara 2007-
2010 mengalami obesitas seperti yang dijelaskan oleh indeks massa tubuh (BMI,
berat dalam kilogram di atas tinggi dalam meter kuadrat). Dalam angka kasar ini
mewakili lebih dari 8 juta orang usia 64-74 tahun dan hampir 5 juta orang usia 75
tahun ke atas (1). Untuk individu berusia 75 dan lebih prevalensi obesitas lebih
rendah (27,8%) dibandingkan dengan mereka yang berusia 65-74 tahun (40,8%)
(1). Semakin banyak lansia yang tinggal di fasilitas panti jompo (Nursing Home),
dan sejalan dengan tren ini, para peneliti memeriksa prevalensi obesitas di fasilitas
panti jompo dan dampaknya pada pemanfaatan layanan kesehatan. Antara tahun
2000 dan 2010, prevalensi obesitas sedang hingga berat di panti jompo meningkat
dari 14,7% menjadi 23,9% (2). ertumbuhan yang cepat dari populasi lansia, yang
sebagian besar dapat dikaitkan dengan generasi baby boomer yang menua, akan
menandai perubahan dalam komposisi populasi dalam hal rasio jenis kelamin dan
keragaman etnis. Rasio jenis kelamin penduduk diproyeksikan bergeser untuk
memasukkan bagian yang lebih besar dari pria lanjut usia (3). Selain itu, susunan
rasial dan etnis dari kelompok pasien lanjut usia ini diharapkan berkembang untuk
memasukkan lebih banyak individu Hispanik dan proporsi yang lebih besar dari
kelompok ras selain kulit putih. Antara 2010 dan 2050, jumlah orang Hispanik 65
tahun ke atas akan meningkat dari 2,9 menjadi 17,5 juta dan jumlah orang non-
Hispanik 65 tahun ke atas akan meningkat dari 37,4 menjadi 71 juta (3). Jumlah
orang lanjut usia dengan obesitas ini juga diperkirakan akan meningkat seiring
pertambahan populasi. Secara paradoks, peningkatan umur panjang tidak selalu
berarti menghabiskan waktu bertahun-tahun ekstra untuk hidup sehat, tetapi pada
kenyataannya dapat menyebabkan lebih banyak tahun dihabiskan untuk kesehatan
kronis yang buruk.
Note:
Baby boomer adalah orang yang lahir setelah Perang Dunia Ke-II selesai, pada
saat itu terjadi peningkatan drastis angka kelahiran.

Patofisiologi
Penuaan disertai dengan perubahan komposisi tubuh. Massa bebas lemak
sebagian besar terdiri dari otot rangka menurun sebesar 40% antara usia 20 dan 70
tahun (4). Setelah usia 70, massa bebas lemak dan massa lemak berkurang
bersama-sama. Dengan penuaan, ada juga redistribusi massa lemak terutama
dalam komponen visceral, tetapi simpanan lemak juga diamati pada otot rangka
dan hati. Keseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi menentukan
massa lemak tubuh. Pada lansia, asupan energi tampaknya tidak meningkat secara
signifikan atau bahkan menurun seiring waktu; Oleh karena itu, penurunan
pengeluaran energi mejadi peran penting dalam meningkatkan massa lemak
dengan penuaan (4). Setelah usia 20 tahun, laju metabolisme istirahat (laju
metabolisme basal) menurun 2-3% per dekade terutama karena hilangnya massa
bebas lemak (4). Selain penurunan laju metabolisme istirahat, aktivitas fisik yang
menurun dan ada peningkatan waktu digunakan untuk hanya duduk tanpa
beraktivitas, yang menyumbang sekitar setengah dari hilangnya total pengeluaran
energi dengan penuaan (4).
Redistribusi lemak tubuh secara terpusat mengarah pada produksi sitokin
proinflamasi (5). Sitokin proinflamasi seperti tumor necrosis factor alpha (TNF-α)
dan interleukin 6 (IL-6) menyebabkan kehilangan otot dan sarkopenia karena efek
kataboliknya (6). Hilangnya massa otot ini menyebabkan hasil yang merugikan
seperti mobilitas menurun dan peningkatan kelemahan.
Perubahan endokrinologis yang terjadi seiring dengan penuaan juga
berperan dalam patofisiologi obesitas termasuk penurunan hormon pertumbuhan,
testosteron, dan DHEA di samping resistensi terhadap leptin dan insulin.

Hasil pada Kesehatan: positif dan negatif


Keterbatasan pada pengukuran BMI
American College of Cardiology dan American Heart Association
mendefinisikan orang dewasa kelebihan berat badan jika BMI ≥ 25 kg / m dan
obesitas jika BMI ≥ 30 kg / m terlepas dari rentang usia. Menilai secara akurat
hasil pengukuran obesitas pada lansia dapat menjadi tantangan mengingat
kelemahan mendefinisikan obesitas oleh BMI. Metode lain telah digunakan
termasuk densitometri hidrostatik (penimbangan bawah air), dual-energy x-ray
absorptiometry (DXA) dan lingkar pinggang. Mengingat bahwa BMI dapat
menaksir terlalu rendah atau terlalu tinggi massa lemak tubuh pada lansia dan
fakta penumpukan lemak pada lansia cenderung terakumulasi secara
intraabdominal, pengukuran keadaan pinggang mungkin merupakan cara
penilaian yang lebih baik. Terlepas dari kekurangannya, sebagian besar penelitian
yang menganalisis hasil perawatan kesehatan pada lansia yang obesitas dengan
menggunakan BMI sebagai alat penilaian.

Paradoks dari obesitas


Menurut penelitian yang ada dan meta-analisis, BMI yang lebih tinggi
dapat melindungi pada orang tua. Dalam analisis 13 studi observasional dari tahun
1966 hingga 1999 yang meneliti mortalitas kardiovaskular pada subjek yang tidak
dirawat di rumah sakit berusia 65 tahun ke atas, kurva berbentuk U diamati
dengan peningkatan kurva kanan hanya ketika BMI di atas 31-32 kg / m (7 ).
Meta-analisis selanjutnya menunjukkan bahwa BMI dalam kisaran kelebihan
berat badan tidak memberi peningkatan risiko kematian dan BMI dalam kisaran
obesitas sedang hanya terkait dengan peningkatan sederhana dalam risiko
kematian sebesar 10% independen dari jenis kelamin, penyakit dan status
merokok (8) . Dalam sebuah studi multi-etnis yang besar tentang pria dan wanita
yang tinggal di komunitas berusia 65 tahun ke atas, rasio bahaya terendah (Hazard
Ratio) untuk kematian terlihat pada individu dengan BMI 25 sampai kurang dari
30 dan dari BMI 30 hingga kurang dari 35. HR untuk mortalitas meningkat ketika
BMI di bawah 25 atau lebih tinggi dari 35 (9). Demikian pula, dalam sebuah studi
besar kematian pada lebih dari 10.000 pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan
usia rata-rata 63 tahun diikuti untuk rata-rata 10,6 tahun, risiko kematian yang
lebih rendah diamati pada kelebihan berat badan (BMI ≥ 25 kg / m) dan risiko
kematian yang lebih tinggi pada mereka yang kekurangan berat badan (BMI ≤
18,5 kg / m) atau obesitas (BMI ≥ 30 kg / m) (10). Tinjauan sistemik berikutnya
dan meta-analisis mengevaluasi hubungan BMI dengan semua penyebab dan
moralitas kardiovaskular pada subyek dengan diabetes mellitus tipe 2,
menunjukkan hubungan non-linear yang kuat antara BMI dan semua penyebab
kematian pada pria dan wanita. Risiko terendah terlihat pada mereka yang
memiliki BMI 31-35 kg / m dan 28-31 kg / m. Nilai BMI yang lebih rendah
dikaitkan dengan kematian yang lebih tinggi pada kedua jenis kelamin (11).
Menggabungkan data yang tersedia menunjukkan bahwa BMI <25 dan> 35 kg / m
dikaitkan dengan kematian yang lebih tinggi (12) (Gambar 1).

Walaupun ada efek positif dari obesitas termasuk peningkatan cadangan energi
dan pencegahan kekurangan gizi, perlindungan dari kehilangan kepadatan mineral
tulang dan osteoporosis dan keterlambatan penurunan kognitif, ada juga bias
potensial yang dapat menjelaskan paradoks obesitas yang terlihat pada orang tua.
Efek bertahan hidup adalah salah satu bias yang mendalilkan bahwa lansia yang
hidup dengan obesitas lebih resisten terhadap komplikasi obesitas dibandingkan
dengan mereka yang mungkin lebih rentan dan karenanya meninggal lebih awal.
Banyak penelitian yang dirancang secara epidemiologis dengan pembatasan
penyebab terbalik di mana perkiraan risiko kematian yang berlebihan dapat terjadi
jika penurunan berat badan yang tidak disengaja akibat penyakit yang mendasari
terjadi sebelum pengukuran BMI dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan
BMI pada kelompok sehat. Akhirnya, efek kohort dapat dilihat sebagai subjek
dalam lingkungan yang berbeda yang mempraktikkan gaya hidup yang berbeda
dibandingkan satu sama lain (13).
Salah satu komplikasi paling signifikan dari obesitas pada lansia adalah
sindrom metabolik. Pengelompokan faktor-faktor risiko ini termasuk peningkatan
lingkar pinggang, hipertensi, dislipidemia, dan intoleransi glukosa meningkatkan
kemungkinan diabetes dan penyakit kardiovaskular. Obesitas dapat menekan sendi
yang menyebabkan disfungsi sendi dan gangguan mobilitas serta menyebabkan
disfungsi paru dan apnea tidur obstruktif. Kanker tertentu dikaitkan dengan BMI
lebih tinggi termasuk payudara, rahim, usus besar dan leukemia.

Penuruan berat badan


Sejumlah penelitian berbasis populasi telah menemukan bahwa penurunan
berat badan pada lansia dikaitkan dengan peningkatan mortalitas (14, 15, 16, 17).
Ini juga berlaku pada diabetes (18). Hal ini menjelaskan, sebagian dari ini
mungkin disebabkan oleh penyakit itu sendiri yang menyebabkan penurunan berat
badan, tetapi sejumlah penelitian telah menggunakan pendekatan berbeda untuk
mengendalikannya. Efek negatif dari penurunan berat badan adalah kehilangan
otot (sarkopenia), kehilangan efek perlindungan dari lemak (pada fraktur pinggul
misalnya), lipolisis yang mengarah pada percepatan aterosklerosis, dan kehilangan
lemak yang menyebabkan pelepasan racun yang larut dalam lemak ke dalam
sirkulasi (19 ). Kehilangan lemak dan protein juga dapat menyebabkan keracunan
obat karena perubahan farmakokinetik dari obat-obatan yang larut dalam lemak
atau terikat protein (19). Manfaat penurunan berat badan perlu dipertimbangkan
terhadap risiko pada lansia.

Obesitas Sarcopenia
Penurunan berat badan akibat diet pada orang dewasa muda dan lanjut
usia terdiri dari 75% kehilangan jaringan lemak dan 25% kehilangan massa bebas
lemak (20,21). Secara hipotesis, pada lansia dengan obesitas, hilangnya massa
tubuh tidak berlemak didukung oleh massa otot yang sudah meningkat. Ini
terbukti sebagai konsep yang meyakinkan ketika obesitas sarkopenik pertama kali
dijelaskan pada awal 2000-an. Sarkopenia didefinisikan sebagai hilangnya massa
dan fungsi otot rangka dan menyebabkan kelemahan, ketidakmampuan, dan
hilangnya kemandirian pada lansia. Orang yang lebih tua dengan obesitas
memiliki kesulitan unik karena walaupun kenaikan berat badan menyebabkan
peningkatan massa tubuh tanpa lemak dan massa lemak, peningkatan massa otot
memiliki kualitas yang buruk. Dalam sebuah studi oleh Villareal dan rekannya, 52
orang dewasa yang kelebihan berat badan gemuk, 52 orang dewasa yang tidak
rentan lemah dan 52 orang yang tidak lemah, subjek yang tidak lemah cocok
dengan usia dan jenis kelamin. Orang dewasa yang lebih tua dengan obesitas
menunjukkan kualitas otot yang lebih rendah dibandingkan dengan dua kelompok
lainnya selain mengurangi kinerja fungsional, kapasitas aerobik, kekuatan,
keseimbangan, dan kecepatan berjalan (22). Pada dasarnya, orang tua dengan
kelompok obesitas adalah sarkopenik dan peningkatan adipositasnya terbukti
merusak. Penelitian selanjutnya terus menunjukkan bahwa obesitas sarkopenik
terkait dengan timbulnya kecacatan dari aktivitas instrumental hidup sehari-hari
pada lansia yang tinggal di komunitas (23). Namun, subjek usia lanjut yang
mengalami obesitas dengan peningkatan massa otot memiliki hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki massa otot rendah. Menentukan
individu mana yang berusia lanjut dan obesitas yang memiliki sarkopenia penting
secara klinis dan dapat dilakukan dengan biaya murah dan mudah dengan
mengukur kekuatan otot melalui dinamometri pegangan atau kecepatan kiprah.
Kuisioner SARC-F singkat (Tabel 1) juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
individu gemuk dengan fungsi otot yang buruk (24). Metode lain untuk mengukur
dan memonitor massa otot rangka adalah penggunaan kreatinin (methyl-d3) dilusi
kreatinin. Dalam tes non-invasif ini, dosis pelacak oral D3-kreatinin diberikan dan
kemudian diukur dalam sampel urin pagi puasa. Pengenceran kreatin adalah
ukuran yang lebih baik dari massa otot fungsional daripada DXA (25)
Komponen Pertanyaan Nilai
Kekuatan Berapa sulit anda mengangkat Tidak ada= 0
dan membawa benda seberat 10 Sesekali = 1
pon? Tidak mampu = 2
Berjalan Berapa sulit anda berjalan Tidak ada = 0
melewati suatu ruangan? Sesekali = 1
Tidak mampu, sering
memerlukan bantuan = 2
Bangkit dari Berapa sulit anda berpindah dari Tidak ada = 0
tempat duduk/tidur kursi/tempat tidur? Sesekali = 1
Tidak mampu tanpa
bantuan = 2
Menaiki tangga Berapa sulit anda menaiki 10 Tidak ada = 0
buah anak tangga? Sesekali = 1
Tidak mampu = 2
Terjatuh Berapa banyak anda terjatuh Tidak ada = 0
pada masa lampau? 1-3 kali = 1
4 atau lebih = 2
Tabel 1. Kuesioner Obesitas Sarcopenia
Skor ≥ 4 : Kemungkinan obesitas sarcopenia

Pengobatan
Perubahan Gaya Hidup : Perubahan pola makan dan Aktivitas Fisik

Penurunan berat badan dapat dicapai sendiri dengan defisit kalori rata-
rata 500-1000 kkal/hari yang menyebabkan kehilangan berat sekitar 1-2 pound per
minggu dan 8-10% dari total berat badan selama 6 bulan (4). Namun, perubahan
pola makan harus ditentukan bersamaan dengan program latihan yang terdiri dari
latihan aerobik, resistensi dan keseimbangan untuk meningkatkan fungsionalitas
dan meningkatkan kelemahan (27). Dalam sebuah penelitian terhadap 107 subjek
lansia lemah dengan obesitas yang diacak untuk kelompok kontrol diet dengan
defisit 500-750 kkal dengan 1 gram protein/kg/hari atau latihan multi-komponen
dan kelompok diet, latihan gabungan dan terapi diet lebih efektif. Kelompok
gabungan memiliki skor kinerja fisik yang lebih baik, status fungsional dan
kapasitas aerobik. Subjek juga kehilangan massa tubuh lebih sedikit dan
kepadatan mineral tulang dibandingkan dengan kelompok diet saja (28). Selain
itu, intervensi gaya hidup dapat mengurangi beban penyakit. Dalam Program
Pencegahan Diabetes, pria dan wanita ≥ 65 tahun dengan obesitas lebih mungkin
mencapai 7% penurunan berat badan dibandingkan dengan mereka yang lebih
muda (usia ≤ 45 tahun) dengan obesitas, masing-masing pada 3 tahun, 63% dan
27%. Untuk setiap kilogram yang hilang melalui diet dan aktivitas fisik, kejadian
T2DM menurun sebesar 16% selama periode 3 tahun (29).
Untuk mencegah katabolisme otot, orang lanjut usia dengan obesitas
dengan atau berisiko mengalami obesitas sarkopenik harus dinasihati dengan
defisit kalori yang kurang ketat yaitu 200-500 kkal/hari dikombinasikan dengan
asupan protein yang direkomendasikan 1,0-1,5 gm/kg dengan asumsi ginjal masih
berfungsi normal.

Farmakoterapi
FDA telah menyetujui lima obat untuk manajemen berat badan kronis:
Orlistat, Lorcaserin, Phentermine/Topiramate, Naltrexone/Bupropion, dan
Liraglutide. Selain itu, metformin telah dipelajari sebagai obat penurunan berat
badan pada subjek obesitas dan non-diabetes. Interaksi obat, keterjangkauan,
kemanjuran, dan keamanan adalah semua potensi kelemahan farmakoterapi untuk
penurunan berat badan pada lansia. Namun, tidak ada penelitian tentang hasil obat
anorektik yang digunakan dengan olahraga untuk melindungi otot dan tulang.
Orlistat bertindak sebagai inhibitor lipase pankreas dan lambung yang
menyebabkan kehilangan 6,5-7,5 lb pada satu tahun. Efek samping utamanya
termasuk steatorrhea, perut kembung, inkontinensia fekal dan malabsorpsi vitamin
yang larut dalam lemak. Tampaknya sama berkhasiat dengan toleransi yang sama
pada populasi yang lebih muda dan tua (30).
Liraglutide, analog reseptor glucagon-like peptide (GLP-1), disetujui
dengan dosis 3 mg setiap hari untuk penurunan berat badan oleh FDA pada tahun
2014 untuk manajemen berat badan kronis. Terapi berbasis incretin ini tampaknya
memiliki efek jangka pendek pada penurunan pengosongan lambung tetapi efek
anorektik sentral yang tahan lama menyebabkan penurunan berat badan rata-rata
5,8 kg dalam studi klinis31,32. Kekhawatiran seputar penurunan berat badan pada
lansia adalah hilangnya massa otot rangka dan sarkopenia. Pada penelitian kecil
terhadap subyek lansia yang kelebihan berat badan atau obesitas dengan diabetes
mellitus tipe 2 yang diobati dengan liraglutide 3 mg setiap hari selain metformin,
pengurangan massa lemak dan lemak android diamati dengan efek
menguntungkan dari tropisme otot yang diawetkan (33). Sebuah penelitian acak,
double-blind, dengan kelompok paralel dari subjek dengan diabetes mellitus tipe 2
berusia 18-80 tahun mengevaluasi efek liraglutide (sebagai monoterapi atau dalam
kombinasi dengan metformin) pada berbagai dosis yang disetujui untuk
pengobatan diabetes mellitus (0,6 mg, 1,2 mg, 1,8 mg setiap hari) dibandingkan
dengan orang yang diobati dengan glimepiride atau plasebo. Berat badan rata-rata
berkurang dari awal pada semua kelompok pengobatan liraglutide (hingga 3,2 kg)
dan mengurangi massa jaringan lemak (1,0-2,4 kg) lebih dari massa tanpa lemak
(1,5 kg), sementara glimepiride meningkatkan massa satu atau kedua jenis
jaringan (34). CT Scan juga menegaskan bahwa pengurangan massa jaringan
lemak terjadi pada kompartemen lemak subkutan dan viseral perut (34).
Lorcaserin, agonis 5-hydroxytryptamine (5-HT2C) bekerja secara
terpusat, terutama pada hipotalamus untuk mengurangi nafsu makan dan telah
disetujui FDA pada tahun 2012 untuk manajemen berat badan kronis. Dalam uji
klinis untuk lorcaserin, hanya 2,5% (135 subjek) berusia 65 dan lebih tua. Oleh
karena itu, tidak ada data yang cukup untuk mengomentari respon terhadap obat
ini pada populasi lansia (35). Dalam studi farmakokinetik, lorcaserin tidak
memerlukan penyesuaian dosis pada subjek usia lanjut atau pada individu dengan
gangguan ginjal atau hati ringan/sedang (36).
Kombinasi phentermine, anorektik amina simpatomimetik, dan
pelepasan topiramate yang diperpanjang, obat antiepilepsi, disetujui FDA untuk
manajemen berat badan kronis pada 2012. Sebagian kecil dari subyek (7% dari
total 254 orang) yang diteliti dalam uji klinis Qsymia berusia 65 tahun. dan lebih
tua (37). Sementara tidak ada perbedaan dalam keamanan atau efektivitas yang
diamati, jumlah studi lanjut usia yang memadai juga kurang. Mengingat profil
efek samping termasuk risiko peningkatan denyut jantung, miopia akut dan
glaukoma sudut tertutup sekunder, gangguan kognitif dan peningkatan kreatinin,
hati-hati harus diambil dengan memulai pengobatan ini pada orang tua. Dosis
yang lebih rendah harus dipilih dan interaksi obat-obat yang potensial dievaluasi.
Contrave, kombinasi naltrexone, antagonis opioid, dan bupropion,
antidepresan aminoketone, disetujui FDA pada 2014 untuk manajemen berat
badan kronis. Hanya 2% (62 dari 3.239 subjek) dalam uji klinis Contrave berusia
di atas 65 tahun dan tidak lebih dari 75 tahun (38). Data kurang dalam hal
keamanan pada orang yang lebih tua, tetapi memberikan potensi gangguan
neuropsikiatri, kejang, peningkatan tekanan darah dan detak jantung; hati-hati
harus diperhatikan dengan obat ini pada orang tua.
Metformin, obat antidiabetes biguanide yang dikembangkan pada 1950-
an, mungkin menjadi pilihan yang aman untuk mencapai penurunan berat badan
yang rata-rata bahkan pada orang yang tidak menderita diabetes. Dalam sebuah
studi kecil pada subyek nondiabetes paruh baya dengan obesitas, metformin 2500
mg setiap hari tanpa pembatasan kalori lebih lanjut atau peningkatan kebutuhan
aktivitas fisik menghasilkan rata-rata penurunan berat badan 5,8 ± 7 kg (5,6 ±
6,5%) dibandingkan dengan kontrol yang tidak diobati (39). Oleh karena itu dapat
menjadi strategi yang efektif dan hemat biaya pada orang tua yang menunggu
penelitian lebih lanjut.

Bedah Bariatrik
Menurut NIH, prosedur bedah bariatrik Sleeve Gastrectomy, yaitu pita
lambung yang dapat disesuaikan laparoskopi, bypass lambung Roux-en-Y, dan
pengalihan biliopancreatic dengan atau tanpa melewati duodenum merupakan opsi
potensial bagi individu dengan obesitas antara usia 18 dan 64 tahun dengan BMI ≥
40 kg/m2 atau BMI ≥ 35 kg/m2 dengan komorbiditas tambahan. The American
Diabetes Association telah merekomendasikan cut-off BMI yang lebih rendah dari
≥ 30 kg/m2 untuk individu-individu tertentu dengan hiperglikemia yang tidak
terkontrol walaupun telah menjalani terapi medis (40). Sebuah tinjauan
retrospektif di pusat bedah utama di AS, menemukan bahwa dari 393 pasien lansia
(usia> 65 tahun) yang menjalani operasi bariatrik, subjek yang lebih tua memiliki
beban komorbid yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang lebih muda
tetapi menunjukkan tingkat komplikasi yang sebanding dengan pasien di bawah
usia 65 (41). Dalam tinjauan sistematis lebih dari 8.000 pasien berusia 60 tahun
dan lebih tua yang menjalani operasi bariatrik, hasil (resolusi hipertensi, diabetes,
gangguan lipid) dan tingkat komplikasi mirip dengan populasi yang lebih muda,
tidak tergantung pada jenis prosedur (42). Sementara usia tidak harus menjadi
penghalang untuk merekomendasikan operasi bariatrik, ini harus diseimbangkan
dengan data yang ada terbatas dari hasil kumpulan sebagian besar studi kecil.
Selain itu, operasi bariatrik pada orang muda dan orang tua harus selalu dibarengi
dengan latihan fisik.

CRYOLIPOLYSIS
Cryolipolysis telah disetujui oleh FDA untuk menghilangkan deposit
lemak fokal di panggul, perut, dan paha. Dalam prosedur ini, sel-sel lemak
dihancurkan melalui proses reduksi termal dimana suhu di bawah normal tetapi di
atas titik beku menginduksi kematian sel yang dimediasi apoptosis (43). Adiposit
yang rusak kemudian dihilangkan melalui respons inflamasi (43). Prosedur ini
memiliki keuntungan karena kurang invasif, tidak memerlukan anestesi tanpa
waktu yang lama. Dalam tinjauan retrospektif dari pusat bedah tunggal dengan
528 subyek dengan usia berkisar 18-79 tahun, prosedur ditoleransi dengan baik
tanpa efek samping dan hanya 3 kasus nyeri ringan atau sedang dilaporkan yang
sembuh dalam 4 hari atau kurang (44). Namun, ada batasan mengenai evaluasi
literatur pada prosedur ini sejauh ini, termasuk waktu tindak lanjut yang singkat
(biasanya 2-3 bulan), variabilitas dalam faktor intensitas pendinginan yang
diterapkan, perbedaan dalam evaluasi efikasi dan perbedaan dalam durasi
prosedur.

Kesimpulan
Pertumbuhan populasi jelas berubah dan ditandai oleh dua tren yang signifikan:
populasi yang semakin tua dan epidemi obesitas. Ini tidak diragukan lagi akan
berdampak pada keluarga, struktur sosial, dan biaya perawatan kesehatan. Cara
merawat orang-orang ini dengan tepat akan menjadi subjek dari banyak
perdebatan dan penelitian lebih lanjut. Dokter perlu menyeimbangkan potensi
bahaya penurunan berat badan pada orang tua dengan komplikasi obesitas untuk
menentukan pendekatan terbaik yang berpusat pada pasien. Satu rekomendasi
yang jelas adalah bahwa semua tatalaksana penurunan berat badan pada lansia
perlu digabungkan dengan program latihan fisik yang komprehensif.
Daftar Pustaka

1. Fakhouri THI, Ogden CL, Carroll MD, Kit BK, Flegal KM. NCHS Data Brief.
2007–2010;2012(No. 106) Prevalence of Obesity Among Older Adults in the
United States.
2. Felix HC, Bradway C, Chisholm L, Pradhan R, Weech-Maldonado RW.
Prevalence of Moderate to Severe Obesity Among U.S. Nursing Home Residents,
2000-2010. Res in Gerontol Nursing. 2015;8(4):173–178. [PubMed]
3. Vincent GK, Velkoff VA. The next four decades, the older population in the
United States: 2010 to 2050. Current Population Reports P25–1138. Washington,
DC: U.S. Census Bureau. 2010.
4. Villareal DT, Apovian CM, Kushner RF, Klein S. Obesity in older adults:
technical review and position statement of the American Society for Nutrition and
NAASO, The Obesity Society. Obes Res. 2005;82:923–934. [PubMed]
5.Schrager MA, Metter EJ, Simonsick E, Be A, Bandineli S., Lauretani F, et al.
Sarcopenic obesity and inflammation in the InCHIANTI study. J Appl Physiol.
2007;102:919–925. [PMC free article] [PubMed]
6. Zamboni M, Mazzali G, Fantin F, Rossi A. Sarcopenic obesity: a new category
of obesity in the elderly. Nutr Metab Cardiovasc Dis. 2008;18:388–395. [PubMed]
7.Heiat A, Vaccarino V, Krumholz HM. An evidence-based assessment of federal
guidelines for overweight and obesity as they apply to elderly persons. Arch
Intern Med. 2001;161:1194–1203. [PubMed]
8. Janssen I, Mark AE. Elevated body mass index and mortality risk in the elderly.
Obes Rev. 2007;8:41–59. [PubMed]
9. Al Snih S, Ottenbacher KJ, Markides KS, et al. The effect of obesity on
disability vs mortality in older Americans. Arch Intern Med. 2007;167:774–780.
[PubMed]
10. Costanzo P, Cleland JGF, Pellicori P, et al. The obesity paradox in type 2
diabetes mellitus: relationship of body mass index to prognosis: a cohort study.
Ann Intern Med. 2015;162:610–618. [PubMed]
11. Zaccardi F, Dhalwani NN, Papamargaritis D, Webb DR, Murphy GJ, Davies
MJ, Khunti K. Nonlinear association of BMI with all-cause and cardiovascular
mortality in type 2 diabetes mellitus: a systematic review and meta-analysis of
414,587 participants in prospective studies. Diabetologia. 2017;60:240–248.
[PMC free article] [PubMed]
12. Winter JE, MacInnis RJ, Wattanapenpaiboon N, Nowson CA. BMI and all-
cause mortality in older adults: a meta-analysis. Am J Clin Nutri. 2014;99:875–90.
[PubMed]
13. Oreopoulos A, Kalantar-Zadeh K, Sharma AM, Fonarow GC. The obesity
paradox in the elderly: potential mechanisms and clinical implications. Clin
Geriatr Med. 2009;25:643–659. [PubMed]
14. Yaari S, Goldbourt U. Voluntary and involuntary weight loss: associations
with long term mortality in 9,228 middle-aged and elderly men. Am J Epidemiol.
1998;148(6):546–555. [PubMed]
15. Reynolds MW, Fredman L, Langenberg P, Magaziner J. Weight, weight
change, mortality in a random sample of older community-dwelling women. J Am
Geriatr Soc. 1999;47:1409–14. [PubMed]
16. Newman AB, Yanez D, Harris T, Duxbury A, Enright PL, Fried LP. Weight
change in old age and its association with mortality. J Am Geriatr Soc.
2001;49:1309–18. [PubMed]
17. Dey DK, Rothenberg E, Sundh V, Bosaeus I, Steen B. Body mass index,
weight change and mortality in the elderly. A 15 y longitudinal population study
of 70 y olds. Eur J Clin Nutr. 2001;55:482–92. [PubMed]
18. Wedick NM, Barrett-Connor E, Knoke JD, Wingard DL. The Relationship
Between Weight Loss and All-Cause Mortality in Older Men and Women With
and Without Diabetes Mellitus: The Rancho Bernardo Study. J Am Geriatr Soc.
2002;50:1810–1815. [PubMed]
19. Rolland Y, Kim MJ, Gammack JK, Wilson MMG, Thomas DR, Morley JE.
Office Management of Weight Loss in Older Persons. Amer Journal of Medicine.
2006;119:1019–1026. [PubMed]
20. Dengel DR, Hagberg JM, Coon PJ, Drinkwater DT, Goldberg AP. Effects of
weight loss by diet alone or combined with aerobic exercise on body composition
in older obese men. Metabolism. 1994;43:867–871. [PubMed]
21. Gallagher D, Kovera AJ, Clay-Williams G, Agin D, Leone P, Albu J, et al.
Weight loss in postmenopausal obesity: no adverse alterations in body
composition and protein metabolism. Am J Physiol Endocrinol Metab.
2000;279:E124–131. [PubMed]
22. Villareal D, Banks M, Sienerc C, Sinacore D, Klein S. Physical Frailty and
body composition in obese elderly men and women. Obes Res. 2004;12:912–9.
[PubMed]
23. Baumgartner RN, Wayne SJ, Waters DL, Janssen I, Gallagher D, Morley JE.
Sarcopenia Obesity Predicts Instrumental Activities of Daily Living Disability in
the Elderly 2004. Obes Res; 12:1995-2004. [PubMed]
24. Malmstrom TK, Morley JE. SARC-F: A Simple Questionnaire to Rapidly
Diagnose Sarcopenia. JAMDA. 2014;14:531–532. [PubMed]
25. Clark RV, Walker AC, O’Connor-Semmes RL, Leonard MS, Miller RR,
Stimpson SA, Turner SM, Ravussin E, Cefalu WT, Hellerstein MK, Evans WJ.
Total body skeletal muscle mass: estimation of creatine (methyl-d3) dilution in
humans. J Appl Physiol. 2016;116:1605–1613. [PMC free article] [PubMed]
26. Guideline A. Obes Facts. 2012;5:460–483. Mathus-Vliegen EMH, Basdevant
A, Finer N, Hainer V, Hauner H, Micic D, Maislos M, Roman G, Schutz Y, Tsigos
C, Toplak H, Yumuk V, Zahorski-Markiewicz B. Prevalence, Pathophysiology,
Health Consequences and Treatment Options of Obesity in the Elderly: [PubMed]
27. Villareal DT, Banks M, Sinacore DR, Siener C, Klein S. Effects of weight loss
and exercise on frailty in obese older adults. Arch Intern Med. 2006;166(8):860–6.
[PubMed]
28. Villareal DT, Chode S, Parimi N, Sinacore DR, Hilton T, Armamento-Villareal
R, et al. Weigth loss, exercise, or both and physical function in obese older adults.
New Engl J Med. 2011;364:1218–1229. [PMC free article] [PubMed]
29. Crandall J, Schade D, Ma Y, Fujimoto WY, Barrett-Conner E, et al. The
influence of age on the effects of lifestyle modification and metformin in
prevention of diabetes. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. 2006;61:1075–1081. [PMC
free article] [PubMed]
30. Segal KR, Lucas C, Boldrin M, Hauptman J. Weight loss efficacy of orlistat in
obese elderly adults. Obes Res. 1999;7 suppl:26A. (abstract)
31.Jelsing J, Vrang N, Hansen G, Raun K, Tang-Christensen MT, Knudsen LB.
Liraglutide: short-lived effect on gastric emptying-long lasting effects on body
weight. Diabetes, Obesity and Metabolism. 2012;14:531–538. [PubMed]
32. Apovian CM, Aronne LJ, Bessesen DH, McDonnell ME, Hassan Murad M,
Pagotto U, Ryan DH, Still CD. Pharmacological Management of Obesity: An
Endocrine Society Clinical Practice Guideline. J Clin Endocrinol Metab.
2015;100:342–362. [PubMed]
33. Perna S, Guido D, Bologna C, Solerte SB, Guerriero F, Isu A, Rondanelli M.
Liraglutide and obesity in elderly: efficacy in fat loss and safety in order to
prevent sarcopenia. A perspective case series study. Aging Clin Exp Res.
2016;28(6):1251–1257. [PubMed]
34. Jendle J, Nauck MA, Matthews DR, Frid A, Hermansen K, During M,
Zdravkovic M, Strauss BJ, Garber AJ. Weight loss with liraglutide, a once-daily
human glucagon-like peptide-1 analogue for type 2 diabetes treatment as
monotherapy or added to metformin, is primarily as a result of a reduction in fat
tissue. Diabetes, Obesity and Metabolism. 2009;11:1163–1172. [PubMed]
35. Belvizq (lorcaserin hydrochloride) [package insert]. Arena Pharmaceuticals
GmbH, California, U.S.
36. Christopher RJ, Morgan ME, Tang Y, Anderson C, Sanchez M, Shanahan W.
Pharmacokinetics and Tolerability of Lorcaserin in Special Populations: Elderly
Patients and Patients with Renal or Hepatic Impairment. Clin Ther.
2017;39(4):837–848. [PubMed]
37. Qsymia (phentermine and topiramate extended-release) [package insert].
Vivus, Inc. California, U.S.
38. Contrave (naltrexone HCl and bupropion HCl extended release) [package
insert]. Orexigen Therapeutics, Inc. California, U.S.
39.Seifarth C, Schehler B, Schneider HJ. Effectiveness of Metformin on Weight
Loss in Non-Diabetic Individuals with Obesity. Exp Clin Endocrinol Diabetes.
2013;121:27–31. [PubMed]
40. Obesity management for treatment of type 2 diabetes. Diabetes Care. 2018;41
Supplement 1:S65–S72. [PubMed]
41. Quirante FP, Montorfano L, Rammohan R, Dhanabalsamy N, Lee A,
Szomstein S, Lo Menzo E, Rosenthal RJ. Is bariatric surgery safe in the elderly
population? Surg Endosc. 2017;31:1538–1543. [PubMed]
42. Giordano S, Victorzon M. Bariatric surgery in elderly patients: a systematic
review. Clin Interv Aging. 2015;10:1627–1635. [PMC free article] [PubMed]
43. Derrick CD, Shridharani SM, Broyles JM. The Safety and Efficacy of
Cryolipolysis: A Systematic Review of Available Literature. Aesthetic Surg J.
2015;35(7):830–836. [PubMed]
44. Stevens WG, Piertrzak LK, Spring MA. Broad overview of a clinical and
commercial experience with CoolSculpting. Aesthetic Surg J. 2013;33(6):835–46.
[PubMed]

Anda mungkin juga menyukai