Anda di halaman 1dari 114

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN, KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN

CEPAT SAJI, DAN KETURUNAN DENGAN ANAK SEKOLAH


BERISIKO OBESITAS DI SD NEGERI 127
PALEMBANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan


Diploma IV (Empat) Kesehatan Bidang Gizi

ANDRI SYARIFUDIN
Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.31.1.15.004

PROGRAM STUDI D-IV GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI

Skripsi berjudul ”Hubungan Asupan Makan, Kebiasaan Konsumsi Makanan


Cepat Saji, Dan Keturunan Dengan Anak Sekolah Berisiko Obesitas Di SD
Negeri 127 Palembang” ini. Telah memperoleh Persetujuan

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Eddy Susanto, SKM, M.Kes Eliza, S.Gz, M.Si


NIP.19561211983031004 NIP. 197702082001122002

ii
PANITIA SIDANG SKRIPSI

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN, KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT


SAJI, DAN KETURUNAN DENGAN ANAK SEKOLAH BERISIKO OBESITAS
DI SD NEGERI 127 PALEMBANG

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ANDRI SYARIFUDIN
PO.71.31.1.15.004

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal :

29 April 2019

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji

Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Podojoyo, SKM, M.Kes Drs. M. Yusuf, M.Kes


NIP.196802251993031002 NIP.195708021978021001

Ketua Penguji

Eddy Susanto, SKM, M.Kes


NIP.19561211983031004

Politeknik Kesehatan Palembang


Jurusan Gizi
Ketua

Susyani, S.Si.T, M.Kes


NIP.196503301986032002

iii
PANITIA UJIAN AKHIR PROGRAM (UAP)

HUBUNGAN ASUPAN MAKAN, KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT


SAJI, DAN KETURUNAN DENGAN ANAK SEKOLAH BERISIKO OBESITAS
DI SD NEGERI 127 PALEMBANG

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ANDRI SYARIFUDIN
PO.71.31.1.15.004

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal :

29 April 2019

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji

Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Podojoyo, SKM, M.Kes Drs. M. Yusuf, M.Kes


NIP.196802251993031002 NIP.195708021978021001

Ketua Penguji

Eddy Susanto, SKM, M.Kes


NIP.19561211983031004

Politeknik Kesehatan Palembang


Jurusan Gizi
Ketua

Susyani, S.Si.T, M.Kes


NIP.196503301986032002

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilalamin, washolatu wassalamu “ala asrofil ambiya iwal


mursalin wa’ala alihi wasohbihi aj”main. Amm ba’du.

Dengan izin Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan keimanan


islam serta memberikan kekuatan sehingga bisa menghasilkan karya
kumpulan kata-kata ilmiah yang disebut dengan skripsi ini terselesaikan.
Sholawat serta salam marilah kita panjatkan kepada baginda Rasulullah
Muhammad SAW.

Bapak dan Mamak Ku Tercinta


Skripsi yang saya buat ini tidak luput dari orang-orang yang hebat yang
selalu mendukung, memberikan motivasi, memberikan semangat yaitu
kedua orang tua ku, terimakasih teristimewa kepada mamak ku tercinta
dan tersayang (Nurmawati) dan bapak ku tercinta dan tersayang (Eddy
Kusnady) berkat doa yang selalu kalian panjatkan kepada anakmu yang
membuat setiap langkahnya diridhoi Allah SWT.

Saudara-saudara ku Terciinta
Terimakasih kepada kakak tertua ku (Ekus Mawanto Leo Poldo Galteri)
karena selalu mendukung, memberikan ilmu, memberikan perhatian, dan
doa kepada adiknya yang bungsu ini agar tetap maju walaupun banyak
halangan dan rintangan agar adiknya bisa sukses.
Terimakasih kepada kakak dan ayuk ku (Mey Surah Suci Hati, Donae
Saputra, Rodiyah) mendukung adiknya yang bungsu ini agar tetap maju
walaupun banyak halangan dan rintangan agar adiknya bisa sukses.

Tersayang yang ku Cinta


Terimakasih untuk tersayang terkhusus (Riski Fitriani) telah memberikan
waktunya untuk membagi suka dan duka, pehatian, dan doanya.

v
Dosen Pembimbing
Bapak Eddy Susanto, SKM, M.Kes, Ibu Eliza, S.Gz, M.Si, Bapak
Podojoyo, SKM, M.Kes, Bapak Drs. H. M Yusuf, M.Kes, terimakasih atas
nasihat, tuntunan, dan pitutur yang telah membuka pintu cakrwala berfikir
dalam gejolak ilmu dan manifestasi untaian ide ilmiah.

Sahabat & Teman–temanku


Sebagai tanda kuatnya ikatan persahabatan kupersembahkan kepada
para sahabat dan teman-temanku, Prodi D-IV Gizi Angkatan 2015, tim
PPG Desa Wonokerto, tim PKL RS.Bethesda-Yogyakarta, tim MIGM
Desa Wonokerto, tim PKL Puskesmas Bukit Sangkal..

Keluarga Besar Dystrophy & Bronkhtis


Keluarga besar nama bagusku “Dystrophy dan Bronkhtis yang telah
memberi semangat, dukungan, dan dorongan, serta gelagat hiburan
selama berkuliah di kampus kesayangan gizi.

Almamaterku
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang, Jurusan Gizi.

Motto Hidup :

“HIIDUPLAH DENGAN APA YANG KITA SYUKURI BUKAN DENGAN APA


YANG KITA MILIKI KARENA SESUNGGUHNYA SEGALANYA ITU HANYA
MILIK ALLAH SUBHANA WA TA”LA”

vi
ABSTRAK

KEMENTERIIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIIA


PROGRRAM STUDI D-IV GIZI POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
SKRIPSI, 6 MEI 2019

ANDRI SYARIFUDIN
HUBUNGAN ASUPAN MAKAN, KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN
CEPAT SAJI, DAN KETURUNAN DENGAN ANAK SEKOLAH BERISIKO
OBESITAS DI SD NEGERI 127 PALEMBANG

(xvi, 72 halaman, 25 tabel, 6 lampiran)

Obesitas merupakan suatu keadaan kelebihan lemak tubuh yang


ditandai dengan adanya > 25% lemak tubuh total atau lebih pada pria dan
sebesar > 35 % atau lebih pada wanita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Asupan Makan,
Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji, Dan Keturunan Dengan Anak
Sekolah Berisiko Obesitas Di SD Negeri 127 Palembang. Sampel penelitian ini
berjumlah 60 dimana kasus sebanyak 30 sampel dan kontrol sebanyak 30
sampel, jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan Case Control
yang telah dilakukan matching usia dan jenis kelamin.
Hasil analisis anak sekolah berisiko obesitas pada kelas IV dan V di
SD Negeri 127 Palembang yang berhubungan adalah asupan makan (energi p
value = 0,002, OR = 6,909, protein p value = 0,009, OR = 4,750, lemak p value =
0,014, OR = 5,000, kabohidrat p value = 0,002, OR = 6,571, serat p value =
0,004, OR = 5,675), Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji (p value = 0,009,
OR = 4,929), Keturunan (ayah p value = 0,020, OR = 4,000, ibu p value = 0,010,
OR = 4,667). Faktor risiko yang dominan adalah asupan energi (OR = 6,909).
Dari hasil penelitian ini diharapkan peran orang tua lebih aktif untuk
memperhatikan asupan makan yang dikonsumsi anaknya dengan cara
membawa bekal dari rumah.

Daftar Pustaka : 41 (2001-2017)


Kata Kunci : Obesitas, Asupan Makan, Kebiasaan Konsumsi
Makanan Cepat Saji, Dan Keturunan

vii
ABSTRACT
MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
STUDY PROGRRAM D-IV NUTRITION OF PALEMBANG KEMENKES
KEMENKES
SKRIPSI, MAY 6, 2019

ANDRI SYARIFUDIN
RELATIONSHIP OF FOOD INTAKE, FAST FOOD CONSUMPTION HABITS,
AND DECISION WITH OBESITY RISK CHILDREN IN STATE SCHOOL 127
PALEMBANG

(xvi, 72 pages, 25 tables, 6 attachments)

Obesity is a condition of excess body fat which is characterized by the


presence of> 25% or more total body fat in men and by> 35% or more in women.
This study aims to determine the relationship between eating intake, habit
of consuming fast food, and offspring with school children at risk of obesity in the
127 elementary school in Palembang. The sample of this study amounted to 60
where as many as 30 samples and controls as many as 30 samples, the type of
this study was an analytic survey with a Case Control design that had matched
age and sex.
The results of analysis of school children at risk of obesity in class IV and
V in Palembang Public Elementary School 127 which are related to food intake
(energy p value = 0.002, OR = 6.909, protein p value = 0.009, OR = 4.750, fat p
value = 0.014, OR = 5,000, kabohidrat p value = 0.002, OR = 6.571, fiber p value
= 0.004, OR = 5.675), Habits for Fast Food Consumption (p value = 0.009, OR =
4.929), Descendants (father p value = 0.020, OR = 4,000 , mother p value =
0.010, OR = 4,667). The dominant risk factor is energy intake (OR = 6.909).
From the results of this study, it is expected that the role of parents is
more active in paying attention to the food intake consumed by their children by
bringing food from home.

Bibliography : 41 (2001-2017)
Keywords : Obesity, Feed Intake, Consumption Habits of Fast Food, and
Heredit

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT disertai shalawat dan


salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, karena atas rahmat
karunia-NYA lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Asupan Makan, Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji,
Dan Keturunan Dengan Anak Sekolah Berisiko Obesitas di SD Negeri 127
Palembang”.
Dalam penulisan skripsi ini disadari sepenuhnya bahwa tanpa
adanya bimbingan, bantuan, dorongan, serta petunjuk dari semua pihak
tidak mungkin skripsi ini dapat diselesaikan. Karena itu pada kesempatan
ini saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
ditujukan kepada :
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.
2. Ibu Susyani, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi dan Ketua Prodi
D-IV Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang
3. Bapak Eddy Susanto, SKM, M.Kes selaku pembimbing utama yang
telah memberikan banyak bimbingan, saran, masukan, dan motivasi
kepada penulis serta senantiasa meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar dalam
penyusunan skripsi.
4. Ibu Eliza, S.Gz, M.Si selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan banyak bimbingan, saran, masukan, dan motivasi kepada
penulis serta senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi.
5. Bapak Podojoyo SKM, M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan
banyak bimbingan, saran, masukan, dan motivasi kepada penulis
serta senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi.

ix
6. Bapak Drs. M. Yusuf, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan
banyak bimbingan, saran, masukan, dan motivasi kepada penulis
serta senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi.
7. Ibu Rofiah, S.Pd, M.Si selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 127 Kota
Palembang.
8. Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa, semangat, dukungan,
sehingga saya bisa kuliah di Politeknik Kesehatan Palembang
Jurusan Gizi Prodi D-IV Gizi untuk meraih gelar S.Tr.Gz.
9. Orang terdekatku serta teman-teman seperjuangan dan pihak-pihak
terkait lainnya yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini.masih banyak kekurangan,


untuk itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi
sempurnanya skripsi. Semoga skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang berkepentingan.

Palembang, 6 Mei 2019

Penulis

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ii
LEMBAR PANITIA SIDANG SKRIPSI .................................................. iii
LEMBAR PANITIA UJIAN AKHIR PROGRAM ..................................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Hipotesa Penelitian .......................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5
A. Telaah Pustaka................................................................................ 5
B. Kerangka Teori ................................................................................ 35
C. Kerangka Konsep ............................................................................ 36
D. Variabel Operasional Dan Definisi Operasional............................... 36
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 40
B. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 40
C. Populasi Dan Sampel ...................................................................... 40
D. Cara Pengambilan Sampel .............................................................. 41
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................. 42
F. Pengolahan Dan Analisis data......................................................... 44
G. Instrumen Penelitian ........................................................................ 46

xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 47
A. Gambaran Umum SDN 127 Palembang ......................................... 47
B. Gambaran Umum Sampel ............................................................... 49
C. Analisis Univariat ............................................................................. 52
D. Analisis Bivariat ............................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 68
A. KESIMPULAN ................................................................................. 68
B. SARAN ............................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 70
LAMPIRAN ............................................................................................ 73

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Teori ........................................................................ 35
2. Kerangka Konsep .................................................................... 36

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Tabel 1. Daftar Kandungan Kalori Fast Food .................................... 32
2. Tabel 2. Jumlah Peserta Didik 3 Tahun Terakhir SDN 127 Kota
Palembang ........................................................................................ 47
3. Tabel 3. Jumlah Tenaga Kependidikan SDN 127 Kota Palembang .. 48
4. Tabel 4. Jumlah Kualifikasi Pendidikan Dan Status Guru SDN 127
Kota Palembang ................................................................................ 48
5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Usia Anak Sekolah
Di SDN 127 Kota Palembang ............................................................ 49
6. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Jenis Kelamin Anak
Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang .............................................. 49
7. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Orang Tua Anak
Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang. ............................................. 50
8. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Pendapatan Orang
Tua Anak Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang. ............................. 50
9. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Jumlah Anggota
Keluarga Anak Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang ...................... 51
10. Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Energi
Di SD Negeri 127 Kota Palembang ................................................... 52
11. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Protein
Di SD Negeri 127 Kota Palembang ................................................... 52
12. Tabel 12. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Lemak
Di SD Negeri 127 Kota Palembang ................................................... 53
13. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Karbohidrat
Di SD Negeri 127 Kota Palembang ................................................... 53
14. Tabel 14. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Serat
Di SD Negeri 127 Kota Palembang ................................................... 54
15. Tabel 15 Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Konsumsi Makanan
Cepat Saji Di SD Negeri 127 Kota Palembang .................................. 54

xiv
16. Tabel 16. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Keturunan (Genetic)
Status Gizi Ayah Di SD Negeri 127 Kota Palembang ........................ 55
17. Tabel 17. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Keturunan (Genetic)
Status Gizi Ibu Anak Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang ............. 55
18. Tabel 18. Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Anak Sekolah
Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang ........................................ 56
19. Tabel 19. Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Anak
Sekolah Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang .......................... 57
20. Tabel 20. Hubungan Asupan Lemak Dengan Status Gizi Anak
Sekolah Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang .......................... 59
21. Tabel 21. Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan Status Gizi Anak
Sekolah Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang .......................... 60
22. Tabel 22. Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Anak
Sekolah Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang .......................... 61
23. Tabel 23. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji
Dengan Status Gizi Anak Sekolah Berisiko Obesitas Di SDN 127
Palembang ........................................................................................ 63
24. Tabel 24. Hubungan Keturunan (Genetic) Status Gizi Ayah Dengan
Status Gizi Anak Sekolah Berisiko Obesitas Di SDN 127
Palembang ........................................................................................ 64
25. Tabel 25. Hubungan Keturunan (Genetic) Status Gizi Ibu Dengan
Status Gizi Anak Sekolah Berisiko Obesitas Di SDN 127
Palembang ........................................................................................ 66

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Perhitungan Besar Sampel .............................................................. 74
2. Surat Pernyataan Responden ......................................................... 76
3. Kuesioner Penelitian ........................................................................ 77
4. Output Analisis Univariat ................................................................. 80
5. Output Analisis Bivariat ................................................................... 82
6. Surat Pernyataan ............................................................................. 90

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obesitas merupakan suatu keadaan kelebihan lemak tubuh
yang ditandai dengan adanya > 25% lemak tubuh total atau lebih pada
pria dan sebesar > 35 % atau lebih pada wanita. Hal ini menyebabkan
Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang mengalami peningkatan dari
yang seharusnya. Kondisi obesitas timbul akibat energi yang masuk
melebihi jumlah normal, kelebihan energi tersebut disimpan sebagai
lemak, jumlah kandungan lemak pada tubuh menjadi penentu
obesitas (Arthur dkk, 2012).
Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak dapat berisiko
tinggi untuk menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Masa
anak-anak adalah masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga
kegemukan pada masa anak menyebabkan semakin banyaknya
jumlah sel otot dan tulang rangka sedangkan obesitas pada orang
dewasa hanya terjadi pembesaran selsel saja sehingga kemungkinan
penurunan berat badan ke normal akan lebih mudah. Anak yang
mengalami obesitas pada masanya 75% akan menderita obesitas
pula pada masa dewasanya dan berpotensi mengalami berbagai
penyebab kesakitan dan kematian antara lain penyakit kardiovaskular
dan diabetes mellitus dan akibat yang ditimbulkan obesitas ini akan
mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak itu sendiri
(Agoes,2003).
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi obesitas untuk kelompok usia 6-12 tahun sebesar
8,8%. Pravalensi obesitas pada anak usia 6-12 tahun di Sumatera
Selatan sebesar 11,4% (RISKESDAS, 2013). Menurut data Dinas
Kesehatan Kota Palembang tahun 2017 pravalensi obesitas anak usia
6-12 tahun sebesar 7,28% (DINKES Palembang, 2017) dengan data

1
hasil skrining di SD Negeri 127 Kota Palembang tahun 2019 sebesar
5,26% pada kelas IV dan V. Hasil penelitian yang dilakukan di SD
Negeri 127 Kota Palembang tahun 2019 menunjukkan pravalensi
obesitas anak sekolah sebesar 5,14% pada kelas IV dan V .
Makanan western fast food memiliki daya pikat, terjangkau,
cepat dalam penyajian, praktis, serta umumnya memenuhi selera.
Namun, western fast food merupakan makanan tinggi kalori, lemak,
gula dan sodium (Na), dan rendah serat, vitamin A, asam askorbat,
kalsium, dan folat. Kandungan gizi yang tidak seimbang ini apabila
dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan masalah gizi, dan
merupakan faktor risiko berat badan lebih atau obesitas serta penyakit
degeneratif seperti kardiovaskuler, diabetes mellitus, artritis, penyakit
kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi
pernapasan dan berbagai gangguan kulit. (Khomsan, 2004)
Berdasarkan dari data diatas Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan Judul “Hubungan asupan makan,
kebiasaan konsumsi makanan cepat saji, dan keturunan dengan anak
sekolah berisiko obesitas di SD Negeri 127 Palembang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah
sebagai berikut : Bagaimana hubungan asupan makan, kebiasaan
konsumsi makanan cepat saji, dan keturunan dengan anak sekolah
berisiko obesitas di SD Negeri 127 Palembang ?

2
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan asupan makan (energi, protein, lemak, karbohidrat,
dan serat) dengan risiko obesitas pada kelas IV dan V di SDN 127
Palembang.
2. Ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dengan
risiko obesitas pada kelas IV dan V di SDN 127 Palembang.
3. Ada hubungan keturunan dengan risiko obesitas pada kelas IV
dan V di SDN 127 Palembang.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan asupan makan, kebiasaan konsumsi
makanan cepat saji, dan keturunan dengan anak sekolah berisiko
obesitas di SD Negeri 127 Palembang.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pravalensi obesitas pada kelas IV dan V di SDN 127
Palembang.
b. Diketahui asupan makan (energi, protein, lemak, karbohidrat,
dan serat) pada kelas IV dan V di SDN 127 Palembang.
c. Diketahui kebiasaan konsumsi makanan cepat saji pada kelas
IV dan V di SDN 127 Palembang.
d. Diketahui keturunan dengan risiko obesitas pada kelas IV dan
V di SDN 127 Palembang.
e. Diketahui hubungan asupan makan (energi, protein, lemak,
karbohidrat, dan serat) dengan risiko obesitas pada kelas IV
dan V SDN 127 Palembang.
f. Diketahui hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji
dengan risiko obesitas pada kelas IV dan V SDN 127
Palembang.
g. Diketahui hubungan keturunan dengan risiko obesitas pada
kelas IV dan V SDN 127 Palembang.

3
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan :
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
informasi atau pun referensi dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
2. Bagi Pihak Sekolah :
Sebagai masukan bagi pihak sekolah agar
memperhatikan status gizi siswa-siswanya dengan melakukan
kerjasama antara pihak sekolah dan ahli gizi yang sudah memiliki
STR.
3. Bagi Peneliti :
Sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama mengikuti Program Diploma IV di Politeknik Kesehatan
Palembang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Obesitas
a. Definisi
Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak
berlebih pada jaringan adiposa. Secara fisiologis, obesitas
didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak
yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa
sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).
Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai
akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan lemak yang
berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi tubuh
(Soetjiningsih, 2004)

b. Etiologi
Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
asupan energi dengan pengeluaran energi sehingga
menimbulkan kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Kelebihan energi ini dapat disebabkan oleh
konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan keluaran
energi yang rendah diakibatkan oleh rendahnya metabolisme
Pada obesitas sekunder atau non-nutrisional yang disebabkan
oleh faktor endogen seperti sindrom atau defek genetik sangat
sedikit kejadiannya mencapai kurang dari 10% kasus
(Mexitalia, 2009).

5
c. Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas
Menurut Supriyanto (2010), obesitas dapat terjadi
karena berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhinya
yaitu :
1) Pola makan berlebihan
Pola makan berlebihan cenderung dimiliki oleh
orang yang kegemukan. Orang yang kegemukan biasanya
lebih responsif dibanding dengan orang yang memiliki
berat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal,
seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu
makan. Mereka cenderung makan bila ia merasa ingin
makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan
yang berlebihan inilah yang menyebabkan mereka sulit
untuk keluar dari kegemukan apabila tidak memiliki kontrol
diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat
badan.
2) Kurang olahraga
Berat badan berkaitan erat dengan tingkat
pengeluaran energi tubuh. Pengeluaran energi ditentukan
oleh dua faktor yaitu :tingkat aktivitas dan olahraga secara
umum dan angka metabolisme basal atau tingkat energi
yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal
tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal
memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran
energy orang normal. Walaupun aktivitas fisik hanya
mempengaruhi sepertiga dari pengeluaran energi
seseorang dengan berat normal, tetapi pada orang yang
kegemukan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat
penting.Ketika berolahraga kolori terbakar, makin sering
berolahraga maka makin banyak kalori yang hilang. Kalori
secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme

6
basal. Orang yang bekerja dengan duduk seharian akan
mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Jadi
olah raga sangat penting dalam 12 penurunan berat
badan tidak saja karena dapat membakar kalori,
melainkan juga karena dapat membantu mengatur
berfungsinya metabolisme normal.
3) Pengaruh emosional
Beberapa kasus obesitas bermula dari masalah
emosional yang tidak teratasi. Orang-orang yang tidak
memiliki permasalahan menjadikan makanan sebagai
pelarian untuk melampiaskan masalah yang dihadapinya.
Makanan juga sering dijadikan sebagai subtitusi untuk
pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam
kehidupannya, dengan menjadikan makanan sebagai
pelampiasan penyelesaian masalah maka apabila tidak
diimbangi dengan aktivitas yang cukup akan
menyebabkan terjadinya kegemukan. Hasil penelitian
Sato et al (2012), menunjukan bahwa koefisien terbesar
retensi berat badan adalah menetapnya kelebihan berat
badan saat hamil dan aktifitas fisik yang kurang dengan
pola makan yang tidak baik menempati urutan kedua
terbesar.

d. Tipe-tipe obesitas
Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat
digolongkan dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu :
1) Tipe Hiperplastik adalah kegemukan yang terjadi karena
jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi
normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran
sel normal terjadi pada masa anak-anak. Upaya

7
menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa
anak-anak akan lebih sulit.
2) Tipe Hipertropik adalah kegemukan yang terjadi karena
ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel
normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan
upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila
dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik adalah kegemukan
tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi
normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak -
anak dan terus berlangsung sampai setelah
dewasa.
Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh,
ada dua tipe obesitas yaitu:
1) Tipe buah apel (Adroid). Pada tipe ini ditandai dengan
penumpukan lemak yang berlebih dibagian tubuh
sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan
muka. Tipe ini pada umumnya dialami pria dan
wanita yang sudah menopause. Lemak yang
menumpuk adalah lemak jenuh.
2) Tipe buah pear (Genoid). Tipe ini mempunyai timbunan
lemak pada bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul,
paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh
perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak
jenuh

e. Dampak Yang Ditimbulkan


WHO menggolongkan obesitas sebagai kelainan
kronis yang menaikkan tingkat risiko mortalitas. Penyakit-
penyakit yang berkaitan dengan obesitas antara lain:

8
1) Angina pectoris dan penyakit jantung koroner. Hasil
penelitian pada wanita umur 35-55 tahun yang mengalami
kenaikan BB lebih dari 10 kilogram lebih berisiko terkena
penyakit Angina pectoris dan penyakit jantung koroner
dibandingkan wanita yang mengalami kenaikan BB kurang
dari tiga kilogram (Indriati, 2010)
2) Diabetes mellitus tipe dua
3) Hipertensi. Hasil penelitian menemukan bahwa
mengurangi BB setelah berhenti dari obat hipertensi dapat
efektif menjaga tekanan darah (Indriati, 2010)
4) Abnormalitas profil lipid darah. Penurunan BB menaikkan
High Density Lipoprotein (HDL) dan menurunkan Low
Density Lipoprotein (LDL) serta trigliserid (Indriati, 2010).

f. Pencegahan Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab
penyakit tidak menular (noncommunicable disease) yang
dapat dicegah dengan mengubah gaya hidup (WHO, 2014).
Pada tingkat individual obesitas dapat dicegah dengan:
1) Membatasi asupan makanan yang mengandung lemak
dan karbohidrat.
2) Meningkatkan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan,
termasuk tumbuhan polong-polongan, gandum murni dan
kacang-kacangan.
3) Melakukan aktivitas fisik secara teratur (60 menit perhari
untuk anak-anak dan 150 menit perhari untuk dewasa).
Selain itu, pencegahan juga perlu dilakukan pada
tingkat masyarakat yaitu :
1) Mendukung individu untuk mengikuti pencegahan di atas,
melalui komitmen politik berkelanjutan dan kerja sama dari
banyak pihak publik dan swasta.

9
2) Memberikan sarana untuk pelaksanaan aktivitas fisik dan
menyediakan pilihan makanan sehat yang dapat
dijangkau oleh semua masyarakat, terutama masyarakat
miskin.
Industri makanan juga memiliki peran penting dalam
mensukseskan promosi kesehatan ini (WHO, 2014), dengan
cara :
1) Mengurangi kandungan gula, garam dan lemak pada
makanan olahan.
2) Menyediakan pilihan makanan yang sehat dan bergizi
yang terjangkau bagi konsumen.
3) Melakukan sistem pemasaran yang bertanggung jawab,
terutama bagi anak-anak dan remaja.
4) Memastikan ketersediaan makanan yang sehat dan
mendukung adanya aktivitas fisik yang teratur di tempat
kerja.
Peran serta lingkungan dan komunitas yang
mendukung promosi kesehatan dapat membantu masyarakat
untuk mengubah gaya hidup menjadi gaya hidup sehat,
sehingga dapat mencegah obesitas. Sedangkan menurut
Soeria (2013), langkah-langkah untuk mencegah obesitas
yaitu :
1) Makan makanan pokok cukup 3 kali sehari, pagi, siang,
dan menjelang malam, secara teratur.
2) Hindari konsumsi makanan camilan, manisan dan
sejenisnya.
3) Usahakan jangan makan sebelum tidur.
4) Perbanyak makan sayuran segar dan buah-buahan,
hindari mengkonsumsi makanan siap saji.
5) Sebaiknya menggunakan bahan makanan yang berkadar
lemak rendah.

10
6) Berolahraga secara teratur sehingga lemak dalam tubuh
terbakar yang keluar bersama keringat.
7) Kunyah makanan dengan baik sebelum ditelan.
8) Jangan makan sambil nonton tv atau chatting sehingga
lupa seberapa banyak makanan yang dikonsumsi.
9) Hindari makanan yang mengandung garam atau kadar
garam berlebihan karena garam akan membantu tubuh
menyimpan air dalam skala lebih besar sehingga berat
badan bertambah.
10) Jangan konsumsi minuman beralkohol karena kadar gula
dan kalori dalam alkohol akan mempercepat kegemukan.

g. Penanggulangan obesitas
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah
diet seimbang karena anak masih mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Intervensi diet harus disesuaikan dengan
usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit
penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta,
diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan
asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT
> 97 persentil) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan
diet dengan kalori sangat rendah (very low calorie diet). Dalam
pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang menurunkan
berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan
normal. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-
60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein
15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari. Diet
tinggi serat, dianjurkan pada anak usia> 2 tahun dengan
penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun
+ 5) gram per hari (Whitaker, et. al, 1997 terjemahan Mariam
dan Larasati, 2016).

11
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh
terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik,
kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia
6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot,
seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan
untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.
Farmakoterapi dan terapi bedah dapat diterapkan dengan
persyaratan pada anak dan remaja obesitas yang mengalami
penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi
konvensional. Diet sangat rendah kalori (600-800 kalori/hari)
tidak boleh diterapkan pada anak dan remaja obesitas karena
berisiko menyebabkan pembentukan batu empedu,
hiperurisemia, hipoproteinemia, hipotensi ortostatik, halitosis,
dan diare (Yanosvaki, 2001 terjemahan Mariam dan Larasati,
2016).
Farmakoterapi Secara umum farmakoterapi untuk
obesitas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penekan nafsu
makan (sibutramin), penghambat absorbsi zat-zat gizi
(orlistat), dan rekombinan leptin untuk obesitas karena
defisiensi leptin bawaan, serta kelompok obat untuk
mengatasi komorbiditas (metformin). Penelitian tentang efek
jangka panjang penggunaan farmakoterapi obesitas pada
anak yang belum selesai menyebabkan belum ada satupun
farmakoterapi yang diijinkan pemakaiannya pada anak di
bawah 12 tahun oleh USA Food and Drug Administration
sampai saat ini. Sejak tahun 2003, Orlistat dengan ekstra
suplementasi vitamin yang larut dalam lemak disetujui oleh
USA Food and Drug Administration untuk tatalaksana obesitas
pada remaja di atas usia 12 tahun. Studi klinis menunjukkan
bahwa orlistat dapat membantu menurunkan berat badan dari

12
1,31 sampai 3,37 kg lebih banyak dibandingkan placebo
(Dunican, et. al, 2007)
Masalah gizi keluarga khususnya gizi anak akan
mempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Hal ini
dikarenakan orangtua khususnya ibu yang memiliki
pengetahuan gizi yang luas dapat membentuk pola konsumsi
pangan dalam keluarga, terutama dalam pembentukan
kebiasaan makan anak dalam keluarga. Peran orangtua
dalam memantau penurunan berat badan anak sangat efektif
untuk dilakukan. Orangtua menyediakan nutrisi yang
seimbang sesuai dengan metode food rules. Seluruh anggota
keluarga ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah
perilaku makan dan aktivitas yang mendukung keberhasilan
anak, serta menjadi bagian dari keseluruhan program
komprehensif tersebut. Tetapi sebagian para orang tua
mengganggap obesitas bukan masalah yang serius dan
mengganggap bahwa anak nya sehat –sehat saja. Disamping
itu, ada beberapa orang tua yang mengatur pola makan anak
maupun kegiatan fisik seperti olah raga untuk upaya
penurunan berat badan anak yang berlebihan (Festy, 2012),

2. Asupan Makan
a. Definisi
Asupan makanan adalah sejumlah makanan yang
dikonsumsi Seseorang dengan tujuan untuk mendapatkan
sejumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Tiap zat gizi
yang masuk akan memberikan fungsi yang penting bagi
tubuh, misalnya sebagai sumber tenaga yang dapat
digunakan untuk menjalankan Aktivita (Almatsier, 2009).

13
Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh
zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum. Sedangkan
gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer, apabila susunan
makanan seseorang salah dalam segi kuantitas maupun
kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan,
kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan
faktor sekunder, meliputi faktor yang menyebabkan zat-zat gizi
tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi
(Almatsier, 2009).
Penilaian konsumsi pangan secara kualitatif
biasanya digunakan untuk mengetahui frekuensi makan,
frekuensi menurut jenis pangan yang dikonsumsi dan
menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara
memperoleh pangan. Salah satunya adalah metode frekuensi
makanan (Supariasa dkk., 2012).
Metode frekuensi makanan adalah metode untuk
memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan
makanan atau makanan jadi selama periode tertentu setiap
hari, minggu, bulan, atau tahun. Selain itu dengan metode
frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola
konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena
periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan
individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka
cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi
gizi (Supariasa dkk., 2012).
Metode frekuensi makanan yang telah dimodifikasi
dengan memperkirakan atau estimasi URT dalam gram dapat
dikatakan dengan metode yang semi quantitative food
frequency questionnaire (SQ-FFQ). Pada SQ- FFQ skor zat

14
gizi yang terdapat disetiap subyek dihitung dengan cara
mengalikan frekuensi setiap jenis makanan yang dikonsumsi
yang diperoleh dari data komposisi makanan yang tepat.
Suatu metode atau cara konsumsi yang dapat memberikan
informasi mengenai data asupan gizi secara umum dengan
cara memodifikasi berdasarkan metode FFQ (Food Frequency
Questionnaire) (Gibson, 2005 terjemahan Nimas, 2008).
Metode FFQ hanya menampilkan frekuensi berapa
sering responden mengonsumsi makanan tersebut dan tidak
dilakukan penimbangan ukuran porsinya sedangkan metode
semi kuantitatif suatu penelitian menerangkan hubungan
antara nutrisi dan asupan makan. Sedangkan SQ-FFQ
memberikan gambaran ukuran porsi yang dikonsumsi
seseorang dan frekuensi makan dalam waktu tahun, bulan,
minggu dan hari, serta memberikan gambaran ukuran yang
dimakan oleh responden dalam bentuk, porsi besar, sedang
dan kecil (Gibson 2005, terjemahan Nimas, 2008).
Diet yang sehat adalah diet yang memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. Angka kecukupan gizi
(AKG) yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowance
(RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial yang dapat
memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Kandungan
zat-zat gizi pada berbagai jenis makanan dapat dilihat dalam
Daftar Tabel Komposisi Bahan Makanan (DKBM) (Atmarita,
2005). Selanjutnya, pencapaian TKG (Tingkat Konsumsi Gizi)
untuk individu adalah sebagai berikut (Supariasa dkk, 2012) :
𝐴𝑠𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖
Tingkat Konsumsi Gizi= x 100%
𝐴𝐾𝐺 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat
dengan cut of points masing-masing sebagai berikut
(Herdiansyah dkk, 2012 dalam WNPG, 2012) :

15
1) Asupan Energi
Lebih : > 100 % AKG energi
Tidak Leibh : ≤ 100 % AKG energi
2) Asupan Protein
Lebih : > 100 % AKG protein
Tidak Lebih : ≤ 100 % AKG protein
3) Asupan Lemak
Lebih : > 25 % AKG energi
Tidak Lebih : ≤ 25 % AKG energi
4) Asupan Karbohidrat
Lebih : > 60 % AKG energi
Tidak Lebih : ≤ 60 % AKG energi

b. Zat Gizi Makro


Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari
susunan diet serta berfungsi menyuplai energi dan zat-zat gizi
penting yang berguna untuk keperluan pertumbuhan sel atau
jaringan, fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh. Zat gizi
makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah
besar. Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, protein dan
lemak (Sulistyoningsih , 2011).
Energi diperoleh dari metabolisme zat gizi di dalam
tubuh. Jenis zat gizi yang dikonsumsi oleh tubuh antara lain
protein, karbohidrat dan lemak. Proses dan jumlah energi
yang dihasilkan oleh masing-masing zat gizi ini berbeda satu
dengan yang lainnya. Makanan yang padat energi yang
disertai dengan kurangnya aktivitas fisik diduga
mengakibatkan berat badan akan bertambah dan sebagian
besar kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai lemak
dan penumpukan lemak inilah yang menyebabkan obesitas,
(Kharismawati, 2010).

16
1) Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi yang terdiri dari tiga
elemen, yaitu atom karbon, hidrogen, dan oksigen.
Karbohidrat merupakan komponen zat gizi terbesar.
Sebagai sumber energi utama, karbohidrat perlu dipasok
terus-menerus karena jumlahnya di dalam tubuh relatif
sedikit yaitu hanya kurang dari satu persen (Devi 2010;
Arisman, 2014).
Peranan utama karbohidrat didalam tubuh
adalah menyediakan glukosa bagi selsel tubuh, yang
kemudian diubah menjadi energi. Kelebihan glukosa akan
disimpan didalam hati dalam bentuk glikogen. Sel-sel otot
juga menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen. Glikogen
ini hanya digunakan sebagai energi untuk keperluan otot
saja dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa
kedalam aliran darah. Tubuh hanya dapat menyimpan
glikogen dalam jumlah terbatas, yaitu untuk keperluan
energi beberapa jam. Jika asupan karbohidrat melebihi
kapasitas oksidatif tubuh dan penyimpanan, sel dapat
mengubah karbohidrat menjadi lemak. Perubahan ini
terjadi didalam hati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel
lemak yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah yang
tidak terbatas (Linda De Bryune, et al, 2008 terjemahan
Kharismawati, 2010).
Karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi tiga
bagian, yaitu:
a) Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang
sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas
beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan
dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Tiga

17
senyawa gula yang penting dalam monosakarida
adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa. (Poedjiadi &
Supriyanti, 2009)
b) Disakarida
Senyawa yang termasuk oligosakarida
mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa
molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida
yang berikan satu dengan yang lain, membentuk satu
molekul disakarida. Oligosakarida yang paling banyak
terdapat dalam alam ialah disakarida (Poedjiadi &
Supriyanti, 2009). Disakarida merupakan karbohidrat
yang pada hidrolisis menghasilkan 2 molekul
monosakarida yang sama atau berlainan , misalnya
sukrosa, maltosa dan laktosa (Iswari & Yuniastuti,
2006).
c) Polisakarida
Polisakarida juga dikenal sebagai poliosa
merupakan karbohidrat majemuk yang mempunyai
susunan kompleks dengan berat molekul yang besar.
(Sumardjo, 2009)
Karbohidrat menjalankan berbagai fungsi penting
bagi tubuh sebagai berikut (Devi, 2010):
a) Sumber Energi
Karbohidrat merupakan sumber energi
utama bagi manusia, yaitu menyediakan 50%-65%
dari total energi yang dibutuhkan. Setiap satu gram
karbohidrat menghasilkan empat kalori. Energi
dibutuhkan untuk otak, aktifitas fisik, dan semua fungsi
organ tubuh, seperti jantung dan paru-paru.

18
b) Membantu Metabolisme Lemak
Jika energi dari karbohidrat cukup tersedia
atau lebih, maka lemak tidak dipakai untuk energy
tetapi disintesis dan disimpan. Apabila energi dari
karbohidrat kurang, tidak terjadi sintesis lemak dan
lemak yang ada dibakar untuk digunakan menjadi
energi.
c) Mencegah Pemecahan Protein Tubuh Secara
Berlebihan
Sekitar 60% asam amino dalam protein
tubuh dapat diubah menjadi karbohidrat. Seseorang
tidak boleh kekurangan karbohidrat karena akan
terjadi reaksi perubahan protein menjadi karbohidrat
yang digunakan untuk energi. Glukosa dibutuhkan
untuk energi otak, sel saraf, dan sel darah.
2) Protein
Protein adalah makro molekul yang
komponennya terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan beberapa ada yang mengandung sulfur.
Nitrogen (N) adalah ciri protein yang membuatnya
berbeda dari karbohidrat dan lemak. Protein merupakan
bahan pembangun tubuh yang utama dan menggantikan
sel-sel yang rusak dari 26 asam amino, Tubuh kita
memerlukan 10 macam asam amino yang tidak dapat
dibuat oleh tubuh kita (Devi, 2010; Irianto & Waluyo,2004).
Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi
2 macam, yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein
hewani berasal dari daging, telur, susu, keju, ikan. Bahan
makanan tersebut termasuk“First class proteins” karena
mengandung kesepuluh asam amino utama, yaitu lisin,
triptopan, penilalanin, leusin, isoleusin, treonin, metionin,

19
valin, dan arginin. Protein nabati terutama berasal dari biji-
bijian, kacang-kacangan, gandum, dan sayuran (Irianto &
Waluyo,2004).
Asupan protein secara langsung memiliki
hubungan dengan obesitas. Dalam keadaan berlebihan
protein akan mengalami deaminase atau pelepasan gugus
amino (NH2) dari asam amino. Nitrogen dikeluarkan dari
tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi
asetil KoA. Asetil KoA ini kemudian dapat disintesis
menjadi trigliserida melalui proses lipogenesis. Oleh
karena itu, bila seseorang mengkonsumsi banyak protein
dalam makanannya dari yang dapat digunakan
jaringannya, sebagian besar dari jumlah yang berlebihan
ini disimpan sebagai lemak, (Almatsier, 2001).
Protein memiliki berbagai fungsi dalam tubuh,
sebagai berikut (Devi, 2010):
a) Struktural
Sekitar separuh protein tubuh berada dalam
jaringan struktural, seperti kulit dan otot. Protein
struktural ini merupakan kolagen (25% protein tubuh),
aktin, dan miosin.
b) Transpor Nutrien
Protein berperan penting dalam pengaturan
transpor nutrient dari usus halus ke dinding usus
halus, ke dalam darah ke jaringan tubuh, dan masuk
ke dalam membran sel jaringan, misalnya hemoglobin,
lipoprotein, dan nutrient spesifik, misalnya retinol
binding protein hanya membawa retinol.

20
c) Hormonal
Hormon dan peptida merupakan protein atau
rantai asam amino, misalnya insulin,dan polipeptida
pankreatik.
d) Enzim
Semua enzim adalah protein. Protein
enzimik ekstraselular meliputi enzim pencernaan,
misalnya amilase. Enzim intraselular terlibat dalam
jalur metabolik, misalnya sintastase glikogen.
e) Fungsi Imun
Untuk melawan infeksi, tubuh harus
mempunyai sistem imun yang baik, sehingga tubuh
harus mampu memproduksi antibodi yang berperan
dalam melawan benda asing atau antigen. Sistem
imun yang baik tergantung pada suplai asam amino.
f) Fungsi Penyangga
(buffer) Albumin protein bertindak sebagai
buffer dalammempertahankan pH darah.
Diet yang sehat harus dipastikan meskipun
sebelum mulai hamil karena nutrisi ibu sebelum hamil
merupakan faktor menjadi dua, yaitu (Devi, 2010):
a) Asam Amino Esensial
Asam amino esensial adalah jenis asam
amino yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh
sehingga harus ada dalam diet. Tubuh yang akan
membentuk jaringan baru memerlukan semua jenis
asam amino esensial tersedia dalam waktu yang
bersamaan. Asam amino esensial terdiri dari alanin,
arginin, aspartat, sistin, asam glutamat, glutamin,
glisin, dan prolin.

21
b) Asam Amino Non essensial
Asam amino non essensial adalah jenis
asam amino yang dapat diproduksi oleh tubuh. Asam
amino nonesensial terdiri atas histidin, isoleusin,
leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan,
valin, serin, dan tirosin. Untuk memproduksi asam
amino non-esensial, harus tersedia nitrogen dalam
jumlah yang sesuai.
3) Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang
mengandung unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Dalam
lemak, oksigen lebih sedikit daripada yang terdapat dalam
karbohidrat, sehingga saat pembakaran, lemak akan
mengikat oksigen lebih banyak dan menghasilkan panas
lebih banyak. Lemak memiliki sifat umum berupa (1) relatif
tidak larut dalam air dan (2) larut dalam pelarut nonpolar
misalnya eter dan kloroform (Irianto & Waluyo, 2004).
Asupan lemak yang melebihi kebutuhan dalam
jangka waktu yang lama dapat memicu timbulnya
obesitas. makanan tinggi lemak mempunyai rasa yang
lezat dan kemampuan mengenyangkan yang rendah,
sehingga orang dapat mengkonsumsinya secara
berlebihan. kapasitas penyimpanan makronutrien juga
menentukan keseimbangan energi. Lemak mempunyai
kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan
asupan lemak tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak
sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam tubuh,
(Idamarie, 2004, terjemahan Kharismawati, 2010).

22
Klasifikasi lemak berdasarkan sumbernya dibagi
menjadi dua, yaitu (Herlina & Ginting,2002; Beck,2011):
a) Lemak nabati
Lemak nabati merupakan lemak yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Contohnya berasal
dari biji-biji palawija (minyak jagung, biji kapas), kulit
buah tanaman tahunan (minyak zaitun, minyak kelapa
sawit), dan biji-biji tanaman tahunan (kelapa, coklat,
sawit). Semua lemak ini mengandung sterol nabati
yang tidak mudah diserap usus, dan sterol nabati ini
bukan kolesterol.
b) Lemak hewani
Lemak hewani merupakan lemak yang
berasal dari hewan. Contohnya berasal dari susu
hewan peliharaan (lemak susu hewani, unggas),
daging hewan ternak (lemak sapi, ayam, kambing,
babi),hasil hewan laut (minyak ikan sardin). Semua
lemak hewani ini mengandung kolesterol, baik dalam
bentuk bebas maupun dalam bentuk gabungan
dengan gliserol yang menghasilkan bentuk ester.
Klasifikasi lemak berdasarkan fungsi biologisnya
di dalam tubuh yaitu sebagai berikut (Almatsier ,2009):
a) Lemak simpanan, yang terdiri atas trigliserida dan
disimpan didalam jaringan tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Lemak ini merupakan simpanan energi paling
utama di dalam tubuh.
b) Lemak struktura, yang terdiri atas fosfolipid dan
kolesterol. Di dalam jaringan lunak lemak struktural ini,
sesudah protein, merupakan ikatan struktural paling
penting dalam tubuh. Di dalam otak lemak struktural
ini terdapat konsentrasi tinggi.

23
Lemak memiliki beberapa fungsi sebagai berikut
(Almatsier ,2009):
a) Sebagai sumber energi.Lemak mengalami oksidasi
didalam tubuh untuk memberikan energi bagi aktivitas
jaringan dan guna mempertahankan suhu tubuh.
Lemak ini merupakan sumber energi yang dipadatkan
dengan memberikan 37 kilojoule atau sembilan kalori
per gram.
b) Lemak ikut serta membangun jaringan tubuh.
Sebagian lemak masuk ke dalam sel-sel tubuh dan
merupakan bagian esensial dari struktur sel tersebut.
c) Berperan dalam perlindungan. Endapan jaringan
lemak disekitar organ tubuh yang penting akan
mempertahankan organ tersebut dalam posisinya.
d) Berfungsi dalam penyekatan (isolasi).Jaringan lemak
subkutan akan mencegah kehilangan panas dari
tubuh.
e) Perasaan kenyang. Adanya lemak di dalam chime
ketika melalui duodenum mengakibatkan
penghambatan peristaltik lambung dan sekresi asam,
sehingga menunda waktu pengosongan lambung dan
mencegah timbulnya rasa lapar kembali segera
setelah makan.
f) Lemak dalam makanan menyediakan vitamin-vitamin
yang larut lemak dan membantu penyerapannya di
dalam usus.
4) Serat
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet
atau dietary fiber, merupakan bagian dari tumbuhan yang
dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang
memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan

24
penyerapan di usus halus manusia serta mengalami
fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar
(Anonim, 2001).
Serat pangan adalah sisa dari dinding sel
tumbuhan yang tidak terhidrolisis atau tercerna oleh enzim
pencernaan manusia yaitu meliputi hemiselulosa,
selulosa, lignin, oligosakarida, pektin, gum, dan lapisan
lilin (Anik Herminingsih, 2010).
Serat sebagai bagian integral dari bahan pangan
yang dikonsumsi sehari-hari dengan sumber utama dari
tanaman, sayur-sayuran, sereal, buah-buahan, kacang-
kacangan (Meyer, 2004).
Rata-rata konsumsi serat pada penduduk di
Indonesia secara umum yaitu 10,5 gram/hari, sedangkan
kebutuhan serat ideal rata-rata setiap hari sebanyak 25-30
gram. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan serat
masyarakat Indonesia hanya mencapai 1/3 dari kebutuhan
serat yang dianjurkan. (Wulandari, 2016).
Konsumsi serat yang cukup dapat menurunkan
resiko obesitas. Makanan tinggi serat umumnya
memerlukan waktu lebih banyak untuk mengunyah dan
mencerna. Makanan yang mengandung serta tidak larut
tidak dicerna dan menambah volume makanan, sehingga
mengurangi risiko konsumsi yang berlebihan. Sedangkan
serat larut air akan berubah menjadi substansi
menyerupai gel selama proses pencernaan dan
memperlambat makanan melewati usus sehingga
membuat tubuh kenyang lebih lama. (Asian Food
Information Centre, 2010).
Berdasarkan kelarutannya serat pangan terbagi
menjadi dua yaitu serat pangan yang terlarut dan tidak

25
terlarut. Didasarkan pada fungsinya di dalam tanaman,
serat dibagi menjadi 3 fraksi utama, yaitu :
a) polisakarida struktural yang terdapat pada dinding sel,
yaitu selulosa, hemiselulosa dan substansi pektat.
b) non-polisakarida struktural yang sebagian besar terdiri
dari lignin.
c) polisakarida non-struktural, yaitu gum dan agar-agar
(Feri Kusnandar, 2010)
Berdasarkan manfaat serat pangan, (Anik
Herminingsih, 2010) mengemukakan beberapa manfaat
serat pangan (dietary fiber) untuk kesehatan yaitu :
a) Mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas)
Serat larut air (soluble fiber), seperti pektin
serta beberapa hemiselulosa mempunyai kemampuan
menahan air dan dapat membentuk cairan kental
dalam saluran pencernaan. Sehingga makanan kaya
akan serat, waktu dicerna lebih lama dalam lambung,
kemudian serat akan menarik air dan memberi rasa
kenyang lebih lama sehingga mencegah untuk
mengkonsumsi makanan lebih banyak.Makanan
dengan kandungan serat kasar yang tinggi biasanya
mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak
rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya
obesitas.
b) Penanggulangan Penyakit Diabetes
Serat pangan mampu menyerap air dan
mengikat glukosa, sehingga mengurangi ketersediaan
glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan
terjadinya kompleks karbohidrat dan serat, sehingga
daya cerna karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut

26
mampu meredam kenaikan glukosa darah dan
menjadikannya tetap terkontrol.
c) Mencegah Gangguan Gastrointestinal
Konsumsi serat pangan yang cukup, akan
memberi bentuk, meningkatkan air dalam feses
menhasilkan feces yang lembut dan tidak keras
sehingga hanya dengan kontraksi otot yang rendah
feces dapat dikeluarkan dengan lancar. Hal ini
berdampak pada fungsi gastrointestinal lebih baik dan
sehat.
d) Mencegah Kanker Kolon (Usus Besar)
Penyebab kanker usus besar diduga karena
adanya kontak antara sel-sel dalam usus besar
dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi
serta dalam waktu yang lebih lama. Beberapa
hipotesis dikemukakan mengenai mekanisme serat
pangan dalam mencegah kanker usus besar yaitu
konsumsi serat pangan tinggi maka akan mengurangi
waktu transit makanan dalam usus lebih pendek, serat
pangan mempengaruhi mikroflora usus sehingga
senyawa karsinogen tidak terbentuk, serat pangan
bersifat mengikat air sehingga konsentrasi senyawa
karsinogen menjadi lebih rendah.
e) Mengurangi Tingkat Kolesterol dan Penyakit
Kardiovaskuler
Serat larut air menjerat lemak di dalam usus
halus, dengan begitu serat dapat menurunkan tingkat
kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam
saluran pencernaan serat dapat mengikat garam
empedu (produk akhir kolesterol) kemudian
dikeluarkan bersamaan dengan feses. Dengan

27
demikian serat pangan mampu mengurangi kadar
kolesterol dalam plasma darah sehingga diduga akan
mengurangi dan mencegah resiko penyakit
kardiovalkuler.

3. Makanan Cepat Saji


a. Definisi
Fast food secara terbatas diartikan sebagai makanan
siap santap yang berasal dari negara barat. Umumnya fast
food disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa
karena rasanya sesuai dengan selera dan harganya
terjangkau. Dalam arti luas, sebenarnya fast food mencakup
juga segala jenis makanan yang dapat disajikan secara cepat
termasuk makanan yang dijual direstoran Padang. Pangan di
restoran fast food tersusun dari berbagai jenis bahan yang
sebenarnya sudah sangat kita kenal. Sumber karbohidrat
utamanya adalah nasi, kentang, dan terigu. Sementara itu,
sumber protein didominasi oleh daging (ayam dan sapi), ikan,
telur, dan susu (Khomsan, 2006).
Agustridani (2007) yang menyatakan fast food
merupakan makanan siap saji yang mengandung tinggi kalori,
tinggi lemak dan rendah serat. Konsumsi yang tinggi terhadap
fast food (makanan sip saji) dapat menyebabkan terjadinya
gizi lebih atau kegemukan karena kandungan dari fast food
tersebut. (Zulfa, 2011). Fast food adalah makanan bergizi
tinggi yang dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas
terhadap anak-anak yang mengkonsumsi makanan siap saji
atau fast food selain itu fast food dapat menyebabkan penyakit
jantung, penyumbatan pembuluh darah dan sebaginya,
(Khosman, 2004).

28
b. Pola Konsumsi Fast Food
Menurut Baliwati, dkk (2004), pola makan atau pola
konsumsi pangan adalah susunan tertentu. Sedangkan
Soegeng, dkk (2004) mengungkapkan bahwa pola makan
merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran
mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk
suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan yang perlu
dicermati adalah tentang frekuensi makan, jenis makanan dan
jumlah makanan.
1) Frekuensi Fast Food
Frekuensi makan merupakan seringnya
seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik
makanan utama maupun selingan. Frekuensi makan di
katakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali
makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali
makanan selingan dan dinilai kurang bila frekuensi makan
setiap harinya 2 kali makan utama atau kurang (Hudha,
2006).
Fast food yang mengandung tinggi kalori
sehingga konsumsi yang berlebihan akan menimbulkan
masalah kegemukan, namun konsumsi seminggu 1-2 kali
masih dapat dianggap wajar (Khomsan, 2006).
Selain makanan utama dan makanan selingan,
minuman juga diperlukan untuk kebutuhan tubuh guna
membantu dalam proses metabolisme dalam tubuh dan
menghilangkan rasa haus. Minuman dalam hal ini
merupakan suatu cairan yang diperlukan oleh tubuh
dalam sehari sekitar 2 liter air (Hudha, 2006).

29
2) Jenis Fast Food
Daging ayam pada restoran fast food berasal
dari ayam broiler. Daging unggas ini kini sering disebut
white meat. Sementara itu, daging sapi yang menjadi
bagian dari menu burger dimasukkan dalam kelompok red
meat. Di negara-negara barat white meat dianggap lebih
sehat karena kolesterol dan lemak jenuhnya lebih rendah.
Sedangkan ikan direstoran fast food menjadi salah satu
bagian menu ketika kita memesan burger (fish fillet).
Kandungan gizi ikan berdampak preventif terhadap
penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner dan
stroke. Protein ikan memiliki komposisi dan kadar asam
amino esensial yang cukup. Berbagai hasil penelitia
menunjukkan bahwa mutu protein ikan setingkat dengan
mutu protein daging, sedikit dibawah mutu protein telur,
dan diatas protein serealia dan kacang-kacangan
(Khomsan, 2006).
Saat ini terutama yang tinggal di kota-kota besar
telah mengalami pergeseran. Mereka cenderung tidak
mau mengkonsumsi makanan tradisional seperti gado-
gado yang kaya serat dan gizi serta rendah kalorinya
(Syamhudi, 2011).
Fast food memenuhi persyaratan bagi kehidupan
modern karena cara penyajiannya yang cepat sehingga
orang-orang sibuk bisa memesan fast food dan
memakannya sambil berdiri atau berjalan. Mereka juga
bisa menikmati fast food di taman-taman di tengah kota
sambil beristirahat siang. Zaman modern membawa
perubahan besar dalam kehidupan keluarga sebab istri-
istri yang dahulu menjadi ibu rumah tangga beralih fungsi
menjadi wanita bekerja. Mereka tidak sempat lagi

30
menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga
dan akhirnya menjadikan fast food sebagai salah satu
pilihan menu makanan (Khomsan, 2006).
Menurut WHO, ada 10 jenis makanan sampah
yang perlu dikurangi, bahkan dihindari. Karena jika terus
menerus dikonsumsi akan mengakibatkan efek
mengganggu kesehatan. Makanan tersebut adalah :
gorengan, mie instan dan makanan cepat saji, jeroan dan
daging berlemak, asinan, daging olahan (sosis, nugget,
bakso, corned), makanan yang dipanggang atau dibakar,
sajian manis beku, manisan kering, makanan kaleng, dan
olahan keju (Tabloid Jasa Marga, 2010).
Makanan-makanan cepat saji yang mengandung
kadar lemak tinggi, contohnya pizza, burger, nugget, ayam
goreng, keripik kentang berkeju, cemilan-cemilan lainnya
seperti kentang goreng bermentega, permen, biskuit,
donat, sereal, es krim, minuman soda, milkshake,
minuman kopi dengan “float” krim, coklat, donat (Lestari,
2009). Bahan-bahan penyusun fast food terdiri dari
makanan bergizi seperti kentang, nasi, daging sapi,
daging ayam, dan sebagainya (Khomsan, 2006).
3) Jumlah kandungan kalori fast food
Jumlah kandungan kalori, lemak, gula, dan
garam yang tinggi dalam setiap konsumsi fast food
sedangkan rendahnya kandungan serat, vitamin, kalsium,
dan folat. Konsumsi fast food yang tidak terkendali dapat
memicu gizi lebih yang berujung pada obesitas (Cahyono,
2012)
Contoh jumlah kandungan kalori dalam 1 porsi
makanan cepat saji yang dapat dilihat dalam tabel 1 di
bawah ini :

31
Tabel 1. Daftar Kandungan Kalori Fast Food
No Jenis makanan Porsi Kalori

1 Nasi Gurih (nasi uduk) 1 piring 389 kkl

2 Nasi goreng 1 piring 637 kkl

3 Dada ayam goreng KFC 1 potong 470 kkl

4 Sate ayam 10 tusuk 365 kkl

6 Bihun Goreng 1 piring 521 kkl

7 Burger keju 1 buah 425 kkl

8 Pizza hut 1 potong 510 kkl

9 Kentang goreng 1 porsi 405 kkl

10 Mie Instant 1 bungku 370 kkl

Selain air putih, soft drink merupakan salah satu


minuman favorit anak. Padahal soft drink bisa menaikkan
berat badan dan membuat orang gemuk. Minum soda sesekali
saja memang tidak masalah, namun yang terjadi efek
kecanduan pada soda membuat orang ketagihan
meminumnya hingga akhirnya dampak buruk yang
didapatkan. Orang yang sudah kecanduan hampir tiap hari
minum soda bahkan sehari bisa beberapa kali. Hal ini karena
soda mengandung kadar gula yang tinggi (Aifen, 2011). Di
restoran fast food produk olahan susu yang popular adalah es
krim. Es krim umumnya mengandung protein setara dengan
susu, hanya saja kalorinya lebih tinggi (Khomsan, 2006).

5. Keturunan (Genetic)
a. Faktor Keturunan
Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi
pembentukan lemak tubuh. Seseorang mempunyai faktor
keturunan yang cenderung membangun lemak tubuh lebih

32
banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat metabolisme ini
menunjukan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim
lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki
suatu peranan penting dalam proses mempercepat
penambahan berat badan karena enzim ini bertugas
mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah yang dipecah-
pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh
untuk disimpan sehingga lama kelamaan menyebabkan
penambahan berat badan (Purwati, 2005).
Keturunan mempunyai kontribusi yang signifikan
terhadap terjadinya obesitas. Faktor genentik anak yaitu faktor
keturunan dari orang tua yang berhubungan dengan status
gizi. Anak dari orang tua dengan berat badan normal
mempunyai peluang 10 persen berkegemukan ( Purwati et al.
2004). Menurut Bouchard (1998), mengatakan Indeks Massa
tubuh (IMT) adalah salah satu bentuk genetik, seseorang yang
IMT orang tuanya gemuk cenderung anaknya menjadi gemuk.
Anak yang salah satu orang tua mengalami obesitas, maka
kemungkinan anak mengalami gizi lebih peluangnya adalah
40 % dan peluang anak mengalami gizi lebih meningkat
menjadi 80 % jika kedua orang tua obesitas (Khomsan 2002).
Genetic dapat berperan dalam obesitas dengan
menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur
pusat makan, kelainan pada pengeluaran energi dan
penyimpanan lemak. Ketiga penyebab obesitas monogenik
adalah mutasi MCR-4 yang merupakan penyebab monogenik
tersering, defisiensi leptin kongenital, dan mutasi reseptor
leptin.10 Gen lain penyebab obesitas yang ditemukan oleh
peneliti yaitu gen FTO yang mempengaruhi berapa banyak
orang memakan makanan sebelum ia kenyang (NHS, 2008).

33
Hasil penelitian menyatakan bahwa keturunan body
mass atau lemak tubuh yang turun temurun, merupakan
proporsi yang bisa diterangkan oleh transmisi genentik. Gen
bisa menyebabkan peningkatan terjadinya obesitas, selain
asupan berlebih, dan aktifitas fisik yang kurang (Bouchard et
al, 1998). Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk
mengukur status gizi seseorang. Menurut Supariasa dkk,
(2002), penggunaan IMT biasanya digunakan pada orang
𝐵𝐵(𝐾𝑔)
dewasa dengan rumus : 𝐼𝑀𝑇 = 𝑇𝐵2 (𝑚2 )

Dengan klasifikasi status gizi orang dewasa


menggunakan IMT sebagai berikut :
Kurus : < 18,5
Normal : ≥ 18,5
Overweight : ≥ 25,5
Obesitas : ≥ 27,0
Untuk mengetahui status gizi usia 5-18 tahun dengan
indeks IMT/U menggunakan ambang batas (z-score) sebagai
berikut, rumus z-score :

Z-score =
Dengan Kategori :
Sangat Kurus : < -3 SD
Kurus : - 3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal : - 2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk : >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas : >2 SD
(Kemenkes RI, 2010).

34
B. Kerangka Teori
Gambar Kerangka Teori di bawah ini berdasarkan tinjauan
pustaka :

Obesitas

Konsumsi Makanan Asupan Makan Keturunan


Cepat Saji (Genetic)

Keseimbangan Zat
Gizi Makro

Gambar 1.
Modifikasi Kerangka Teori Gibney (2008),
Imitihani (2013), Munawarrah (2013).

35
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
ASUPAN MAKAN

KEBIASAAN KONSUMSI OBESITAS


MAKANAN CEPAT SAJI

KETURUNAN

Gambar 2.
Kerangka Konsep

D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
a. Variabel dependent (terikat) : anak berisiko obesitas.
b. Variabel independent (tidak terikat) : asupan makan, kebiasaan
makanan cepat, dan keturunan.

2. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah suatu definisi mengenai
variabel yang dirumuskan berdasarkan faktor-faktor dari variabel
yang dapat diamati dan benar-benar dilakukan oleh peneliti sesuai
dengan variabel yang dilibatkan dalam penelitian.
a. Obesitas
Status gizi anak yang mengalami kelebihan berat
badan dengan indeks IMT/U lebih dari z-score > 2 SD.
Cara Ukur : Pengukuran antropometri.
Hasil Ukur : 1) Tidak Obesitas bila ≤ 2 SD.
2) Obesitas bila > 2 SD.
Alat Ukur : Timbangan Berat Badan dan Microtoise.
Skala Ukur : Ordinal.
(Kemenkes RI, 2010).

36
b. Asupan Makan
1. Asupan Energi
Jumlah kebutuhan energi yang menunjukkan
asupan responden mengkonsumsi bahan makanan.
Cara Ukur : Kuesioner semi FFQ.
Alat Ukur : Form semi FFQ.
Hasil Ukur : 1) Lebih bila > 100 % dari AKG energi.
2) Tidak Lebih bila ≤ 100 % dari AKG energi.
Skala Ukur : Ordinal.
(Herdiansyah dkk, 2012 dalam WNPG, 2012).
2. Asupan Protein
Jumlah gram protein yang menunjukkan asupan
responden mengkonsumsi sumber protein.
Cara Ukur : Kuesioner semi FFQ.
Alat Ukur : Form semi FFQ.
Hasil Ukur : 1) Lebih bila > 100 % AKG protein.
2) Tidak Lebih bila ≤ 100 % AKG protein.
Skala Ukur : Ordinal.
(Herdiansyah dkk, 2012 dalam WNPG, 2012).
3. Asupan Lemak
Jumlah gram lemak yang menunjukkan asupan
responden mengkonsumsi makanan sumber lemak.
Cara Ukur : Kuesioner semi FFQ.
Alat Ukur : Form semi FFQ.
Hasil Ukur : 1) Lebih bila > 25 % total energi AKG.
2) Tidak Lebih bila ≤ 25 % total energi AKG.
Skala Ukur : Ordinal.
(Herdiansyah dkk, 2012 dalam WNPG, 2012).

37
4. Asupan Karbohidrat
Jumlah gram karbohidrat yang menunujukan
asupan responden mengkonsumsi makanan sumber
karbohidrat.
Cara Ukur : Kuesioner Semi FFQ.
Alat Ukur : Form semi FFQ.
Hasil Ukur : 1) Lebih bila > 60 % total energi AKG.
2) Tidak Lebih bila ≤ 60% total energi AKG.
Skala Ukur : Ordinal.
(Herdiansyah dkk, 2012 dalam WNPG, 2012).
5. Asupan Serat
Jumlah gram serat yang menunujukan asupan
responden mengkonsumsi makanan sumber serat.
Cara Ukur : Kuesioner semi FFQ.
Alat Ukur : Form semi FFQ.
Hasil Ukur : 1) Kurang bila < 25 gr total energi AKG.
2) Baik bila ≥ 25-30 gr total energi AKG.
Skala Ukur : Ordinal.
(Wulandari, 2016).

c. Makanan Cepat Saji


Frekuensi, jenis, dan jumlah fast food yang
dikonsumsi responden dalam waktu seminggu terakhir.
Cara Ukur : Kuesioner semi FFQ.
Alat Ukur : Form semi FFQ.
Hasil Ukur : 1) Sering bila ≥ 2 kali seminggu.
2) Tidak sering bila < 2 kali seminggu.
Skala Ukur : Ordinal.
(Khomsan, 2006).

38
d. Keturunan (Genetic)
Untuk keturunan bisa diamati status obesitas kedua
orang tua responden dengan ditimbang berat badan dan diukur
tinggi badan dengan indeks IMT/U lebih dari ≥ 27,0 dihitung
dengan menggunakan rumus IMT/U.
Cara Ukur : Pengukuran antropometri.
Alat Ukur : Timbangan BB dan Microtoise.
Hasil Ukur : 1) Tidak Obesitas bila < 27,0.
2) Obesitas bila ≥ 27,0.
Skala Ukur : Ordinal.
(Supriasa dkk, 2002).

39
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 7 sampai dengan 14
januari 2019 bertempat di SDN 127 Kota Palembang.

B. Jenis Dan Rancangan Penelitian


Jenis ini adalah survei analitik dengan menggunakan
rancangan penelitian Case Control, dimana efek diidentifikasi pada
saat itu, kemudian faktor risiko obesitas diidentifikasi pada waktu yang
lalu. Kasus yang diambil harus sama dengan kontrol. Perbandingan
antara kasus dengan kontrol 1:1 dengan persamaan usia dan jenis
kelamin.

C. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh siswa-siswi
kelas IV dan V di SD Negeri 127 Palembang.
2. Sampel
Sampel yang diteliti ialah siswa-siswi kelas IV dan V SDN
127 Palembang yang menderita obesitas (kasus) dan bersedia
menjadi sampel, sedangkan kontrol adalah siswa yang tidak
menderita obesitas yang telah dilakukan matching usia dan jenis
kelamin dengan kasus dan bersedia menjadi sampel:
a. Kriteria kasus :
1) Siswa-siswi menderita obesitas.
2) Ambang batas > 2 SD.
b. Kriteria kontrol :
1) Siswa-siswi tidak menderita obesitas.
2) Ambang batas -2 SD sampai dengan 1 SD.

40
3. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel menggunakan rumus


Notoadmodjo (2015)

𝐩. 𝐪 𝐍 − 𝐧
𝐝 = 𝐙𝟏−𝐚/𝟐 √ 𝐱√
𝐧 𝐍−𝟏

Keterangan :
d = presisi yang digunakan (10%)
𝒛𝟏−𝒂/𝒁𝒑 = koefesien kepercayaan 95% (1,96)
p = proporsi (0,0514)
n = besar sampel
N = Jumlah pupulasi

Dari hasil perhitungan menggunakan rumus di atas,


didapat jumlah sampel sebesar 19 orang, kemudian penambahan
loss follow up 10% menjadi 21 orang sehingga didapat jumlah
sampel kasus adalah 21 orang. Untuk kepentingan pengolahan
statistik maka sampel minimun yang diambil sebesar 30 sampel,
Sedangkan untuk sampel kontrol dilakukan secara matching yakni
berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin sebesar 30 orang
jadi total sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebesar 60
orang.

D. Cara Pengambilan Sampel


Penelitian ini dilakukan selama satu minggu dengan terlebih
dahulu melakukan skrining untuk mengetahui karakteristik responden
yakni peserta didik sekolah dasar dan jumlah obesitas. Pengambilan
sampel pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, tahap
pertama adalah Proportionate Stratified Random Sampling dan tahap
kedua adalah Simple Random Sampling baik kasus maupun kontrol.
Penelitian ini terlebih dahulu meminta nama-nama peserta didik di
sekolah dasar negeri 127 Palembang.

41
a. Proportionate Stratified Random Sampling
Merupakan metode pengambilan sampel yang bersifat
heterogen yang kemudian dibagi berdasarkan strata (Sugiono
,2010), dengan menggunakan rumus :
Jumlah sampel
x Jumlah tiap kelas
Jumlah populasi
b. Simple Random Sampling
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi
kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk
menjadi sampel (Suyatno, 2013).
1) Karena jumlahnya sedikit maka dilakukan dengan cara
mengundi.
2) Seluruh nama atau nomor absen masing-masing kelas ditulis
dalam gulungan kertas, lalu di masukkan ke dalam wadah
untuk diundi dengan menggoncang.
3) Dikeluarkan gulungan yang berisi nama sebanyak keperluan
sampel, nama yang keluar akan menjadi sampel penelitian.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
1) Data identitas responden.
2) Data asupan makan zat gizi makro responden.
3) Data kebiasaan konsumsi makanan cepat saji responden.
4) Data BB dan TB responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari penelitian obesitas anak
SD usia 6-12 tahun sebelumnya yang akan digunakan sebagai
informasi untuk mengetahui jumlah anak yang mengalami
obesitas serta untuk melihat angka pravelensinya.

42
2. Cara Pengambilan Data
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah:
a. Pengambilan Data Primer
Pengambilan Data Primer di lakukan dengan empat cara,
yaitu
1) Meminta surat izin penelitian dari pihak Jurusan Gizi yang
diteruskan ke pihak Politeknik Kesehatan Kota
Palembang.
2) Lalu meminta izin surat penelitian kepada Dinas
Pendidikan Kota Palembang dengan membawa surat izin
penelitian dari KESBANGPOL yang sudah mendapat
ditembusan dari pihak Politeknik Kesehtan Kota
Palembang.
3) Melakukan skrining di SDN 127 Palembang untuk
mengetahui jumlah siswa-siswa dan obesitas.
4) Setelah mendapatkan data anak SDN 127 Palembang
maka dilakukan pengukuran Z-score dengan
menggunakan rumus Z-score yang telah ditentukan.
5) Menggunakan alat timbangan berat badan digital dengan
ketelitian 0,1 kg berkapasitas 130 kg.
6) Menggunakan alat microtoise dengan ketelitian 0,1 cm
berkapisitas 2 m.
7) Peneliti mengumpulkan data dari sampel yang terpilih.

b. Pelakasanaan penelitian
1) Penelitian dilakukan pada tanggal 7 s.d 14 januari 2019
2) Meminta izin kepada kepala sekolah SD Negeri 127
Palembang untuk melaksanakan penelitian.
3) Melakukan penelitian dengan responden yang dijadikan
sampel, meliputi:
a) Asupan makan yang diperoleh dari form semi FFQ.

43
b) Kebiasaan konsumsi fast food yang diperoleh dari
form semi FFQ.
c) Data BB dan TB responden yang diperoleh dari
pengukuran antropometri

c. Alat Pengumpulan Data


Alat yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah:
1) Kuesioner semi FFQ, digunakan untuk mengetahui
asupan makan zat gizi makro.
2) Form konsumsi fast food untuk mengetahui kebiasan
konsumsi fast food.
3) Rumus Z-score IMT/U, digunakan untuk mengetahui
obesitas pada anak usia 6-12 tahun (responden).
4) Rumus IMT/U, digunakan untuk mengetahu obesitas pada
orang tua responden.

F. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan data
Menurut Arikunto (2002) pengolahan data dilakukan
dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kembali (editing), yaitu untuk memperoleh hasil
penelitian asupan makan, kebiasaan konsumsi makanan
cepat saji, dan keturunan.
b. Pengkodean (coding), yaitu merubah data berbentuk huruf
menjadi data angka / bilangan. Kegunaan dari koding ini
adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat entry data.
c. Proses / entry data (processing), yaitu melakukan entry data
dari kuisioner yang sudah diberikan skor. Selanjutnya,
dimasukan ke dalam master tabel atau data base computer.
Data tersebut terdiri dari: data identitas responden, data

44
tentang asupan makan zat gizi makro, kebiasaan konsumsi
makanan cepat saji, dan keturunan.
d. Pembersihan data (cleaning), yaitu pengecekan kembali data
yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data
Analisa data dilakukan secara analitik untuk melihat
“Hubungan asupan makan, kebiasaan konsumsi makanan cepat
saji, dan keturunan dengan anak sekolah berisiko obesitas di SD
Negeri 127 Palembang”.
a. Analisis Univariat
Analisis ini tunggal untuk menggambarkan seluruh
variabel penelitian dengan membuat tabel distribusi frekuensi
yang mendeskripsikan variabel dependen (obesitas anak) dan
variabel independen yang meliputi: asupan makan, kebiasaan
makanan cepat saji,dan keturunan.

b. Analisis Bivariat
Analisis dilakukan dengan membuat tabel silang
antara masing-masing variabel independent dengaan variabel
dependet untuk mengetahui hubungan dengan risiko obesitas
anak. Uji statistik yang digunakan dalam analisa bivariat ini
adalah uji Chi Square dengan menggunakan sistem
komputerisasi, yaitu menguji kemaknaan hubungan atau
perbedaan dengan tingkat kepercayaan 95%.Keputusan
statistik diambil dengan melihat nilai p pada tingkat
kepercayaan 95% sebagai berikut (Kuzma 1994) :
1) p > 0,05 ( α ) dinyatakan hasilnya tidak bermakna.
2) p ≤ 0,05 ( α ) dinyatakan hasilnya bermakana.

45
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Data skrining obesitas anak di SDN 127 Palembang.
2. Z-score.
3. Kalkulator dan alat tulis.
4. Timbangan berat badan
5. Microtoise
6. Form FFQ.
7. AKG.
8. Form konsumsi fast food

46
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum SDN 127 Palembang


1. Sejarah
Sekolah Dasar Negeri 127 Palembang adalah gabungan
dari beberapa SD yang sebelumnya berada ditempat yang sama
yaitu SDN 181 dan 182 Kota Palembang bertujuan untuk
memperkecil jumlah SD, lalu gabungan beberapa SD itu
menghasilkan SDN 147 Kota Palembang lalu dalam beberpa
tahun diterbitkan keputusan untuk memperkecil jumlah SD lagi
dan memperbanyak jumlah SMP, dengan keputusan tersebut lahir
SDN 127 Kota Palembang pada tahun 2012 dengan akreditasi B
dan memiliki 14 ruang belajar serta 28 rombel.

2. Geografi
Sekolah Dasar Negeri 127 Palembang bertempat di
Jalan Mayor Zubri Bustan Kelurahan Sukajaya Kecamatan
Sukarami Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

3. Data Peserta Didik 3 Tahun Terakhir


Tabel 2
Jumlah Peserta Didik 3 Tahun Terakhir
Di SDN 127 Kota Palembang

Peserta Didik
No Tahun Jumlah
1 2016/2017 940
2 2017/2018 963
3 2018/2019 933
Sumber data sekunder Profil SDN 127 Palembang

47
4. Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Tabel 3
Jumlah Tenaga Kependidikan
Di SDN 127 Kota Palembang

Tenaga Kependidikan
No Jabatan Jumlah
1 Kepala Sekolah 1
2 Guru Tetap 27
3 Guru Honorer 7
4 Tata Usaha 1
5 Operator 1
6 Petugas Kebersihan 1
7 Saptam 0
Sumber data sekunder Profil SDN 127 Palembang

5. Kualifikasi Pendidkan Dan Status Guru


Tabel 4
Jumlah Kualifikasi Pendidikan Dan Status Guru
Di SDN 127 Kota Palembang
Jumlah Dan Status Guru
Tingkat GTT/ PTT/
No PNS Jumlah
Pendidikan Honor Honor
L P L P L P
1 S3/S2 1 3 - - - - 4
2 S1 - 24 1 6 - - 31
3 D4 - - - - - - -
4 D3/Sederajat - - - - - 1 1
5 D2 - - - - - - -
6 D1 - - - - - - -
7 SMA/Sederajat - - - - 1 1 2
Jumlah 1 27 1 6 1 2 40
Sumber data sekunder Profil SDN 127 Palembang

48
B. Gambaran Umum Sampel
1. Karateristik Sampel Berdasarkan Usia Anak Sekolah
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Usia Anak
Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Usia Anak Sekolah Obesitas Tidak Obesitas
n % n %
9 tahun 15 50,0 15 50,0
10 tahun 15 50,0 15 50,0
Total 30 100 30 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa usia anak sekolah yang


berusia 9 tahun pada kelompok kasus sebesar 50,0% (15 sampel)
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 50,0% (15 sampel).
Dan usia anak sekolah yang berusia 10 tahun pada kelompok
kasus sebesar 50,0% (15 sampel) sedangkan pada kelompok
kontrol sebesar 50,0% (15 sampel).

2. Karateristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Sekolah


Tabel 6
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Jenis Kelamin
Anak Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Jenis Kelamin Anak
Obesitas Tidak Obesitas
Sekolah
n % n %
Laki-laki 15 50,0 15 50,0
Perempuan 15 50,0 15 50,0
Total 30 100 30 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki pada


kelompok kasus sebesar 50,0% (15 sampel) sedangkan pada

49
kelompok kontrol sebesar 50,0% (15 sampel). Dan jenis kelamin
perempuan pada kelompok kasus sebesar 50,0% (15 sampel)
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 50,0% (15 sampel).

3. Karateristik Sampel Berdasarkan Usia Orang Tua


Tabel 7
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Usia Orang Tua
Anak Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Usia Orang Tua Obesitas Tidak Obesitas
n % n %
35-40 tahun 21 70,0 14 46,6
41-45 tahun 9 30,0 17 53,4
Total 30 100 30 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa usia orang tua yang


berusia 35-40 tahun pada kelompok kasus sebesar 70,0% (21
sampel) sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 46,6% (14
sampel). Dan usia orang tua yang berusia 41-45 tahun pada
kelompok kasus sebesar 30,0% (9 sampel) sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 53,4% (17 sampel).

4. Karateristik Sampel Berdasarkan Pendapatan Orang Tua


Tabel 8
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Pendapatan Orang Tua
Anak Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Pendapatan Orang Tua Obesitas Tidak Obesitas
n % n %
Tinggi 21 70,0 21 70,0
Rendah 9 30,0 9 30,0
Total 30 100 30 100

50
Tabel 8 menunjukkan bahwa pendapatan orang tua pada
kelompok kasus sebesar 70,0% (21 sampel) sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 70,0% (21 sampel). Dan pendapatan
orang tua rendah pada kelompok kasus sebesar 30,0% (9 sampel)
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 30,0% (9 sampel).

5. Karateristik Sampel Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga


Tabel 9
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Jumlah Anggota
Keluarga Anak Sekolah Di SDN 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Jumlah Anggota
Obesitas Tidak Obesitas
Keluarga
n % n %
1-5 orang 21 70,0 15 50,0
6-10 orang 9 30,0 15 50,0
Total 30 100 30 100

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga 1-


5 orang pada kelompok kasus sebesar 70,0% (21 sampel)
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 50,0% (15 sampel).
Dan jumlah anggota keluarga 6-10 orang pada kelompok kasus
sebesar 30,0% (9 sampel) sedangkan pada kelompok kontrol
sebesar 50,0% (15 sampel).

51
C. Analisis Univariat
1. Asupan Energi
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Energi
Di SD Negeri 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Asupan Energi Obesitas Tidak Obesitas
n % n %
Lebih 24 80,0 11 36,7
Tidak Lebih 6 20,0 19 63,3
Total 30 100 30 100

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


dengan asupan energi lebih pada kelompok kasus sebesar 80.0%
(24 sampel) lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol
sebesar 36,7% (11 sampel).

2. Asupan Protein
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Protein
Di SD Negeri 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Asupan Protein Obesitas Tidak Obesitas
n % n %
Lebih 22 73,3 11 36,7
Tidak Lebih 8 26,7 19 63,3
Total 30 100 30 100

Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


dengan asupan protein lebih pada kelompok kasus sebesar 73.3%
(22 sampel) lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol
sebesar 36,7% (11 sampel).

52
3. Asupan Lemak
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Lemak
Di SD Negeri 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Asupan Lemak Obesitas Tidak Obesitas
n % n %
Lebih 25 83,3 15 50,0
Tidak Lebih 5 16,7 15 50,0
Total 30 100 30 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


dengan asupan lemak lebih pada kelompok kasus sebesar 83.3%
(25 sampel) lebh besar dengan kelompok kontrol sebesar 50,0%
(15 sampel).

4. Asupan Karbohidrat
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Karbohidrat
Di SD Negeri 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Asupan Karbohidrat Obesitas Tidak Obesitas
N % n %
Lebih 23 76,7 10 33,3
Tidak Lebih 7 23,3 20 66,7
Total 30 100 30 100

Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


dengan asupan karbohidrat lebih pada kelompok kasus sebesar
76.7% (23 sampel) lebih besar dibandingkan dengan kelompok
kontrol sebesar 33,3% (10 sampel).

53
5. Asupan Serat
Tabel 14
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Asupan Serat
Di SD Negeri 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Asupan Serat Obesitas Tidak Obesitas
n % n %
Kurang 23 76,7 11 36,7
Baik 7 23,3 19 63,3
Total 30 100 30 100

Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


dengan asupan serat kurang pada kelompok kasus sebesar
76.7% (23 sampel) lebih besar dibandingkan dengan kelompok
kontrol sebesar 36,7% (11 sampel).

6. Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji


Tabel 15
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Konsumsi Makanan
Cepat Saji Di SD Negeri 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Kebiasaan Konsumsi
Obesitas Tidak Obesitas
Makanan Cepat Saji
n % n %
Sering 23 76,7 12 40,0
Tidak Sering 7 23,3 18 60,0
Total 30 100 30 100

Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


dengan kebiasaan makanan cepat saji sering pada kelompok
kasus sebesar 76.7% (23 sampel) lebih besar dibandingkan
dengan kelompok kontrol sebesar 40,0% (12 sampel).

54
7. Keturunan (Genetic)
Tabel 16
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Keturunan (Genetic)
Status Gizi Ayah Di SD Negeri 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Status Gizi Ayah Obesitas Tidak Obesitas
n % n %
Obesitas 20 66,7 10 33,3
Tidak Obesitas 10 33,3 20 66,7
Total 30 100 30 100

Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


dengan keturunan (genetic) ayah yang obesitas pada kelompok
kasus sebesar 66.7% (20 sampel) lebih besar dibandingkan
dengan kelompok kontrol sebesar 33,3% (10 sampel).

Tabel 17
Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Keturunan (Genetic)
Status Gizi Ibu Di SDN 127 Kota Palembang

Kasus Kontrol
Status Gizi Ibu Obesitas Tidak Obesitas
n % n %
Obesitas 21 70,0 10 33,3
Tidak Obesitas 9 30,0 20 66,7
Total 30 100 30 100

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel


dengan keturunan (genetic) ibu yang obesitas pada kelompok
kasus sebesar 70,0% (21 sampel) lebih besar dibandingkan
dengan kelompok kontrol sebesar 33,3% (10 sampel).

55
D. Analisis Bivariat
1. Asupan Energi
Tabel 18
Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Anak Sekolah
Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang

Status Gizi Anak


Sekolah OR
Asupan Total Nilai p
Tidak (95%CI)
Energi Obesitas
Obesitas
n % n % n %
Lebih 24 80,0 11 36,7 35 58,3 6,909
Tidak 0,002 (2,160-
6 20,0 19 63,3 25 25,0
Lebih 22,098)
Total 30 100 30 100 60 100

Tabel 18 berdasarkan hasil di atas, penelitian yang


dilakukan di SDN 127 kota Palembang pada tahun 2019,
diperoleh bahwa sampel dengan asupan energi lebih pada
kelompok kasus sebesar 80,0% (24 sampel) lebih besar
dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 36,7% (11
sampel).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square
Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,002 < 0,05, maka Ho
ditolak, adanya hubungan yang bermakna antara asupan energi
dengan anak sekolah berisiko obesitas di SDN 127 Palembang.
Nilai OR = 6,909, menunjukkan bahwa asupan energi yang lebih
mempunyai risiko 6,909 kali lebih besar untuk menderita obesitas
daripada asupan energi yang tidak lebih.

56
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Oktafiandi, dkk (2016) yang menyatakan ada pengaruh bermakna
antara asupan energi lebih dengan obesitas anak SD, nilai p =
0,022 < 0,05, dan nilai OR = 3,325. World Health Organization
(WHO) meyatakan bahwa kelebihan berat badan adalah akibat
dari ketidakseimbangan energi di dalam tubuh, yaitu jumlah energi
yang diasup lebih banyak dari jumlah energi yang digunakan oleh
tubuh (WHO, 2012).
Energi diperoleh dari metabolisme zat gizi di dalam
tubuh. Jenis zat gizi yang dikonsumsi oleh tubuh antara lain
protein, karbohidrat dan lemak. Proses dan jumlah energi yang
dihasilkan oleh masing-masing zat gizi ini berbeda satu dengan
yang lainnya. Makanan yang padat energi yang disertai dengan
kurangnya aktivitas fisik diduga mengakibatkan berat badan akan
bertambah dan sebagian besar kelebihan energi tersebut akan
disimpan sebagai lemak dan penumpukan lemak inilah yang
menyebabkan obesitas (Kharismawati, 2010).

2. Asupan Protein
Tabel 19
Hubungan Asupan Protein Dengan Status Gizi Anak Sekolah
Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang

Status Gizi Anak


Sekolah OR
Asupan Total Nilai p
Tidak (95%CI)
Protein Obesitas
Obesitas
n % n % n %
Lebih 22 73,3 11 36,7 33 55,0 4,750
Tidak 0,009 (1,584-
8 26,7 19 63,3 27 45,0
Lebih 14,245)
Total 30 100 30 100 60 100

57
Tabel 19 berdasarkan hasil di atas, penelitian yang
dilakukan di SDN 127 kota Palembang pada tahun 2019,
diperoleh bahwa sampel dengan asupan protein lebih pada
kelompok kasus sebesar 73,3% (22 sampel) lebih besar
dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 36,7% (11
sampel).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square
Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,009 < 0,05, maka Ho
ditolak, adanya hubungan yang bermakna antara asupan protein
dengan anak sekolah berisiko obesitas di SDN 127 Palembang.
Nilai OR = 4,750, menunjukkan bahwa asupan protein yang lebih
mempunyai risiko 4,750 kali lebih besar untuk menderita obesitas
daripada asupan protein yang tidak lebih.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian I
Gunnarsdottir dan I Thorsdottir, (2010) yang menyatakan ada
pengaruh bermakna antara asupan protein lebih dengan obesitas,
nilai p = 0,039 < 0,05. Asupan protein secara langsung memiliki
hubungan dengan obesitas. Dalam keadaan berlebihan protein
akan mengalami deaminase atau pelepasan gugus amino (NH2)
dari asam amino. Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa
ikatan karbon akan diubah menjadi asetil KoA disintesis menjadi
trigliserida melalui proses lipogenesis. Oleh karena itu, bila
seseorang mengkonsumsi banyak protein maka sebagian besar
dari jumlah yang berlebihan ini disimpan sebagai lemak
(Almatsier, 2001).

58
3. Asupan Lemak
Tabel 20
Hubungan Asupan Lemak Dengan Status Gizi Anak Sekolah
Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang

Status Gizi Anak


Sekolah Nilai OR
Asupan Total
Tidak p (95%CI)
Lemak Obesitas
Obesitas
n % n % n %
Lebih 25 83,3 15 50,0 40 66,7 5,000
Tidak 0,014 (1,510-
5 16,7 15 50,0 20 33,3
Lebih 16,560)
Total 30 100 30 100 60 100

Tabel 20 berdasarkan hasil di atas, penelitian yang


dilakukan di SDN 127 kota Palembang pada tahun 2019,
diperoleh bahwa sampel dengan asupan lemak lebih pada
kelompok kasus sebesar 83,3% (25 sampel) lebih besar
dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 50,0% (15
sampel).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square
Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,014 < 0,05, maka Ho
ditolak, adanya hubungan yang bermakna antara asupan lemak
dengan anak sekolah berisiko obesitas di SDN 127 Palembang.
Nilai OR = 5,000, menunjukkan bahwa asupan lemak yang lebih
mempunyai risiko 5,000 kali lebih besar untuk menderita obesitas
daripada asupan lemak yang tidak lebih.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Kharismawati, dkk (2010) yang menyatakan ada pengaruh
bermakna antara asupan lemak dengan obesitas anak SD dengan
nilai p = 0,002 < 0,05, dan nilai OR = 4,400. Asupan lemak yang

59
melebihi kebutuhan dalam jangka waktu yang lama dapat memicu
timbulnya obesitas. makanan tinggi lemak mempunyai rasa yang
lezat dan kemampuan mengenyangkan yang rendah, sehingga
orang dapat mengkonsumsinya secara berlebihan. kapasitas
penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan
energi. Lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak
terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi peningkatan
oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam
tubuh (Idamarie, 2004, terjemahan Kharismawati, 2010).

4. Asupan Karbohidrat
Tabel 21
Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan Status Gizi Anak
Sekolah Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang

Status Gizi Anak


Sekolah Nilai OR
Asupan Total
Tidak p (95%CI)
Karbohidrat Obesitas
Obesitas
n % n % n %
6,571
Lebih 23 76,7 10 33,3 33 55,0
0,002 (2,109-
Tidak Lebih 7 23,3 20 66,7 27 45,0
20,479)
Total 30 100 30 100 60 100

Tabel 21 berdasarkan hasil di atas, penelitian yang


dilakukan di SDN 127 kota Palembang pada tahun 2019,
diperoleh bahwa sampel dengan asupan karbohidrat lebih pada
kelompok kasus sebesar 76,6% (23 sampel) lebih besar
dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 33,3% (10
sampel).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square
Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,002 < 0,05, maka Ho
ditolak, adanya hubungan yang bermakna antara asupan

60
karbohidrat dengan anak sekolah berisiko obesitas di SDN 127
Palembang. Nilai OR = 6,571, menunjukkan bahwa asupan
karbohidrat yang lebih mempunyai risiko 6,571 kali lebih besar
untuk menderita obesitas daripada asupan karbohidrat yang tidak
lebih.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Yussac,, dkk (2010) yang menyatakan ada pengaruh bermakna
antara asupan karbohidrat lebih dengan obesitas anak, nilai p =
0,002 < 0,05. Tubuh hanya dapat menyimpan glikogen dalam
jumlah terbatas, yaitu untuk keperluan energi beberapa jam. Jika
asupan karbohidrat melebihi kapasitas oksidatif tubuh dan
penyimpanan, sel dapat mengubah karbohidrat menjadi lemak.
Perubahan ini terjadi didalam hati. Lemak ini kemudian dibawa ke
sel-sel lemak yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah yang
tidak terbatas (Bryune, et al, 2008 terjemahan Kharismawati,
2010)

5. Asupan Serat
Tabel 22
Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Anak Sekolah
Berisiko Obesitas Di SDN 127 Palembang

Status Gizi Anak


Sekolah Nilai OR
Asupan Total
Tidak p (95%CI)
Serat Obesitas
Obesitas
n % n % n %
5,675
Baik 23 76,7 11 36,7 34 56,7
0,004 (1,841-
Kurang 7 23,3 19 63,3 26 43,3
17,494)
Total 30 100 30 100 60 100

Tabel 22 berdasarkan hasil di atas, penelitian yang


dilakukan di SDN 127 kota Palembang pada tahun 2019,

61
diperoleh bahwa sampel dengan asupan serat kurang pada
kelompok kasus sebesar 76,7% (23 sampel) lebih besar
dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 36,7% (11
sampel).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square
Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,004 < 0,05, maka Ho
ditolak, adanya hubungan yang bermakna antara asupan serat
dengan anak sekolah berisiko obesitas di SDN 127 Palembang.
Nilai OR = 5,675, menunjukkan bahwa asupan serat yang kurang
mempunyai risiko 5,675 kali lebih besar untuk menderita obesitas
daripada asupan serat yang baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Susilawati, dkk (2016) yang menyatakan ada pengaruh bermakna
antara asupan serat kurang dengan obesitas, nilai p = 0,001 <
0,05, dan nilai OR = 4,082. Konsumsi serat yang cukup dapat
menurunkan resiko obesitas. Makanan tinggi serat umumnya
memerlukan waktu lebih banyak untuk mengunyah dan mencerna.
Makanan yang mengandung serta tidak larut tidak dicerna dan
menambah volume makanan, sehingga mengurangi risiko
konsumsi yang berlebihan. Sedangkan serat larut air akan
berubah menjadi substansi menyerupai gel selama proses
pencernaan dan memperlambat makanan melewati usus sehingga
membuat tubuh kenyang lebih lama (Asian Food Information
Centre, 2010).

62
6. Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji
Tabel 23
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan
Status Gizi Anak Sekolah Berisiko Obesita
Di SDN 127 Palembang

Status Gizi Anak


Kebiasaan
Sekolah Nilai OR
Konsumsi Total
Tidak p (95%CI)
Makanan Obesitas
Obesitas
Cepat Saji
n % n % n %
Sering 23 76,7 12 40,0 35 58,3 4,929
Tidak 0,009 (1,612-
7 23,3 18 60,0 25 41,7
Sering 15,071)
Total 30 100 30 100 60 100

Tabel 23 berdasarkan hasil di atas, penelitian yang


dilakukan di SDN 127 kota Palembang pada tahun 2019,
diperoleh bahwa sampel dengan kebiasaan konsumsi makanan
cepat saji sering pada kelompok kasus sebesar 76,7% (23
sampel) lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol
sebesar 40,0% (12 sampel).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square
Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,009 < 0,05, maka Ho
ditolak, adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan
konsumsi makanan cepat saji dengan anak sekolah berisiko
obesitas di SDN 127 Palembang. Nilai OR = 4,929, menunjukkan
bahwa kebiasaan konsumsi makanan cepat saji yang sering
mempunyai risiko 4,929 kali lebih besar untuk menderita obesitas
daripada kebiasaan konsumsi makanan cepat saji yang tidak
sering.

63
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Damapolii, dkk (2013) yang menyatakan ada hubungan antara
hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan obesitas anak
SD dengan nilai p = 0,024 < 0,05, dan nilai OR = 2,350.
Hal ini sejalan dengan pendapat Agustridani (2007) yang
menyatakan fast food merupakan makanan siap saji yang
mengandung tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat.
Konsumsi yang tinggi terhadap fast food (makanan sip saji) dapat
menyebabkan terjadinya gizi lebih atau kegemukan karena
kandungan dari fast food tersebut. (Zulfa, 2011).
Fast food adalah makanan bergizi tinggi yang dapat
menyebabkan kegemukan atau obesitas terhadap anak-anak
yang mengkonsumsi makanan siap saji atau fast food selain itu
fast food dapat menyebabkan penyakit jantung, penyumbatan
pembuluh darah dan sebaginya, (Khosman, 2004).

7. Keturunan (Genetic)
Tabel 24
Hubungan Keturunan (Genetic) Status Gizi Ayah Dengan
Status Gizi Anak Sekolah Berisiko Obesitas
Di SDN 127 Palembang

Status Gizi Anak


Status Sekolah Nilai OR
Total
Gizi Tidak p (95%CI)
Obesitas
Ayah Obesitas
n % n % n %
Obesitas 20 66,7 10 33,3 30 50,0 4,000
Tidak 0,020 (1,367-
10 33,3 20 66,7 30 50,0
Obesitas 11,703)
Total 30 100 30 100 60 100

64
Tabel 24 berdasarkan hasil di atas, penelitian yang
dilakukan di SDN 127 kota Palembang pada tahun 2019,
diperoleh bahwa sampel dengan keturunan (genetic) status giz
ayah obesitas pada kelompok kasus sebesar 66,7% (20 sampel)
lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 33,3%
(10 sampel).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square
Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,020 < 0,05, maka Ho
ditolak, adanya hubungan yang bermakna antara keturunan
(geneti) status gizi ayah obesitas dengan anak sekolah berisiko
obesitas di SDN 127 Palembang. Nilai OR = 4,000, menunjukkan
bahwa keturunan (genetic) status gizi ayah yang obesitas
mempunyai risiko 4,000 kali daripada status gizi ayah yang tidak
obesitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Septadina, dkk (2012) yang menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara keturunan (genetic) ayah obesitas dengan anak
SD dengan nilai p = 0,001 < 0,05, dan nilai OR = 3,233. Genetic
dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan
satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan, kelainan pada
pengeluaran energi dan penyimpanan lemak. Ketiga penyebab
obesitas monogenik adalah mutasi MCR-4 yang merupakan
penyebab monogenik tersering, defisiensi leptin kongenital, dan
mutasi reseptor leptin. Gen lain penyebab obesitas yang
ditemukan oleh peneliti yaitu gen FTO yang mempengaruhi
berapa banyak orang memakan makanan sebelum ia kenyang
(NHS, 2008).

65
Tabel 25
Hubungan Keturunan (Genetic) Status Gizi Ibu Dengan
Status Gizi Anak Sekolah Berisiko Obesitas
Di SDN 127 Palembang

Status Gizi Anak


Sekolah Nilai OR
Status Total
Tidak p (95%CI)
Gizi Ibu Obesitas
Obesitas
n % n % n %
Obesitas 21 70,0 10 33,3 31 51,7 4,667
Tidak 0,010 (1,571-
9 30,0 20 66,7 29 49,3
Obesitas 13,866)
Total 30 100 30 100 60 100

Tabel 25 berdasarkan hasil di atas, penelitian yang


dilakukan di SDN 127 kota Palembang pada tahun 2019,
diperoleh bahwa sampel dengan keturunan (genetic) status giz ibu
obesitas pada kelompok kasus sebesar 70,0% (21 sampel) lebih
besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 33,3% (10
sampel).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square
Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,010 < 0,05, maka Ho
ditolak, adanya hubungan yang bermakna antara keturunan
(geneti) status gizi ibu dengan anak sekolah berisiko obesitas di
SDN 127 Palembang. Nilai OR = 4,667, menunjukkan bahwa
keturunan (genetic) status gizi ibu yang obesitas mempunyai risiko
4,667 kali daripada status gizi ibu yang tidak obesitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Septadina, dkk (2012) yang menyatakan ada pengaruh bermakna
antara keturunan (genetic) ibu obesitas dengan anak SD dengan
nilai p = 0,007 < 0,05, dan nilai OR = 2,836. Genetic dapat
berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu

66
atau lebih jaras yang mengatur pusat makan, kelainan pada
pengeluaran energi dan penyimpanan lemak. Ketiga penyebab
obesitas monogenik adalah mutasi MCR-4 yang merupakan
penyebab monogenik tersering, defisiensi leptin kongenital, dan
mutasi reseptor leptin. Gen lain penyebab obesitas yang
ditemukan oleh peneliti yaitu gen FTO yang mempengaruhi
berapa banyak orang memakan makanan sebelum ia kenyang
(NHS, 2008).

67
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada
anak sekolah yang berisiko obesitas di SD Negeri 127 Kota
Palembang, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pravalensi obesitas di SDN 127 Palembang sebesar 5,14%.
2. Asupan makan, energi lebih sebesar 58,3%,protein lebih sebesar
55,0% ,lemak lebih sebesar 66,7%, karbohidrat lebih sebesar
55,0%, dan serat kurang sebesar 48,3 pada kelas IV dan V di
SDN 127 Palembang.
3. Kebiasaan konsumsi makanan cepat saji sering sebesar 58,3%
dan tidak sering sebesar 41,7% pada kelas IV dan di SDN 127
Palembang.
4. Keturunan (genetic) dengan risiko ayah yang obesitas sebesar
50,0% dan ibu yang obesitas sebesar 51,7% pada kelas IV dan di
SDN 127 Palembang.
5. Ada hubungan asupan makan (energi, protein, lemak, karbohidrat,
dan serat) dengan risiko obesitas pada kelas IV dan di SDN 127
Palembang.
6. Ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji dengan
risiko obesitas pada kelas IV dan di SDN 127 Palembang.
7. Ada hubungan keturunan dengan risiko obesitas pada kelas IV
dan di SDN 127 Palembang.

B. SARAN
1. Bagi Pihak Sekolah
Pihak sekolah disarankan untuk membuat kantin sehat
yang sudah mendapatkan rekomendasi dari pihak puskesmas.

68
2. Bagi Orang Tua Anak
a. Disarankan kepada orang tua untuk memperhatikan asupan
makan yang dikonsumsi anaknya dengan cara membawa
bekal dari rumah.
b. Disarankan kepada orang tua rajin membawa anak untuk
menimbangkan berat badan anaknya di puskesmas atau di
tempat klinik lain, agar diketahui status gizi anaknya.
c. Disarankan kepada orang tua apabila anaknya mengalami
obesitas agar berkonsultasi dengan petugas gizi di
puskesmas, rumah sakit, atau klinik lainnya dalam upaya
menurunkan berat badan sampai mengarah ke status gizi
normal.

69
DAFTAR PUSTAKA

Arthur C.Guyton, M.D. John E. Hall PD, 2012, Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC; 2012. 917-918 p.
Arisman, 2004, Gizi dalam daur kehidupan. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
EGC; 2004;62-74
Asian Food Information Centre. Dietary Fiber – An essential Ally in Weight
Management. [Dikutip 15 Desember 2010]. Diunduh dari
http://www.afic.org/WMWS/dietary_fiber.shtml, (diakses 7 april
2019)
Almatsier, Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama; 2009. H. 3; 13; 144.
Anonim, 2001. The Definition of Dietary Fibre. Cereal Foods World 46:pp.
89-148. http:// www.aaccnet.org/Dietary Fiber/pdfs/ dietfiber.pd
Anonim, 2002, Penyebab rendahnya Pendapatan, Jakarta.
Anik Herminingsih, 2010. Manfaat Serat dalam Menu
Makanan.Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Beck, M. E, 2011, Ilmu Gizi dan Diet, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2010.
Devi, 2010, Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga, Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara; 2010.
Dunican KC, Desilets AR, Montalbano JK. Pharmacotherapeutic options
for overweight adolescents. Ann Pharmacother. 2007; 41(9):1445-
55.
Feri Kusnandar, 2010. Mengenal Serat Pangan. http:/ /itp.fateta.ipb.ac.id.
Gibson, 2005, Principles Of Nutritional Assesment, Oxford University
Press.
Hardiansyah, Riyadi H, Napitupulu V. 2012, Kecukupan energi, protein,
lemak, dan karbohidrat. Jakarta: WNPG 2012; 2012
Herlina, N & H. S. Ginting, 2002, Lemak dan Minyak, Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia USU, Medan.

70
Hudha, L.A. 2006. Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik
dengan Obesitas pada Remaja Kelas II SMP Theresianan I
Yayasan Bernadus Semarang. Semarang: PKK Pendidikan Tata
Boga SI Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi. Dikutip dari
http://www.dik.undip.ac.id. (diakses 05 Oktober 2013)
Idamarie Laquatra. Nutritional For Health and Fitness. In: Mahan LK,
Stump SE. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapi 11th Ed. United
States of America : Elsevier. 2004. p 567.
file:///D:/andri/354_Ririn_Kharismawati_G2C308014.pdf (diakses 7
april 2019)
Irianto, K, & Waluyo, K, 2004, Gizi dan Pola Hidup Sehat, Yrama Widya :
Bandung.
Irianto. D. P. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta : C.V Andi
Kharismawati, Ririn. 2010. Hubungan Tingkat Asupan Energi, Protein,
Lemak, Karbohidrat dan Serat dan Status Obesitas Pada Siswa
SD. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang http://eprints.undip.ac.id/25406/ [diakses 7 April 2019]
Khomsan, 2004, Pangan dan gizi untuk kesehatan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada; 2004;120-2. 6. Arisman. Gizi dalam daur
kehidupan. Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC; 2004;62-74
Khomsan, A. (2006).Solusi Makanan Sehat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Lemeshow, S., Hosmer, D.W., Lwanga, S.K, 1997, Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan, Gajah Mada Univercity press. Jogjakarta.
Linda Kelly De Bruyne, Katrhyn Pinna, Ellie Whitney. Nutrition and Diet
Therapy. Principles and Practice Sevent edition. USA. Wadsworth.
2008. p: 146
file:///D:/andri/354_Ririn_Kharismawati_G2C308014.pdf (diakses 7
april 2019)
NHS. 2008. Genetics and Obesity. Diakses tanggal 7 april 2019. URL:
http://www.geneticseducation.nhs.u/
Nita. 2008 . Atasi Segera Obesitas pada Remaja. Dikutip dari
http://www.medicastore.com (diakses tanggal 18 Juli 2013
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medik

71
Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia.
Sunita Almatsier. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 2001. h.72-104
Supriasa dkk, 2012, Pendidikan Dan Konsultasi Gizi, Jakarta: EGC
Soegeng, dkk. 2004.Kesehatan dan Gizi.Jakarta: PT. Asdi Mahasaty
Sulistyoningsih, H, 2011, GiziUntuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Tabloid Jasa Marga, 2010, 10 Makanan Sampah yang Perlu Dihindari.
Dikutip dari http://anekakuliner.com (diakses 18 Juli 2013)
Whitaker,R.C.,et al. Predicting Obesity in Young Adulthood from
Childhood and Parental Obesity, N Engl J Med. 1997; 337:869–
873.
Wulansari. 2008, Bahaya makanan cepat saji dan gaya hidup.
Yogyakarta: O2; 2008;99-101
World Health Organization, 2014, Health for The World's Adolescents A
Second Chance in The Second Decade. Geneva, Switzerland:
World Health Organization; 2014; hal. 1-2.
WHO. 2012. Obesity: Preventing And Managing The Global Epidemic.
Report Of A WHO Consultation. Switzerland: WHO Press
http://www.who.int [diakses 7 april 2019].
Yanovski JA. Intensive therapies for pediatric obesity. Pediatr Clin North
Am J. 2001; 48(4):893–907
Yussac, Muhammad Artisto Adi, Arief Cahyadi, Andika Chandra Putri,
Astrid Saraswaty Dewi, Ayatullah Khomaini, Saptawati Bardosono,
Eva Suarthana. Prevalensi Obesitas pada Anak Usia 4-6 tahun dan
hubungannya dengan Asupan serta Pola Mkanan. Maj Kedokt
Indon, Volum: 57, Nomor: 2, Februari 2007.
http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl&smod=mki&sp
=public& key=OTctMTY (diakses 7 april 2019)
Zulfa, F. (2011). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fass Food Moderen
Dengan Status Gizi. http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosidin
g/9/9fitri_14.pdf.pdf

72
LAMPIRAN

73
LAMPIRAN 1 : PERHITUNGAN BESAR SAMPEL

Diketahui :
d = 0,1
𝐙𝟏−𝐚 = 1,96
𝟐

N = 320
p = 0,0514
q = 1-p (0,9486)

Penyelesaian :

p. q N − n
d = Z1−a √ x√
2 n N−1

0,0514.0,9486 341 − n
0,1 = 1,96√ x√
n 341 − 1

2 2
2 2 0,0514x0,9486 341−n
(0,1) = (1,96) (√ ) x (√ )
n 341−1

0,04875 341 − n
0,01 = 3,83 x
n 341

0,01 16,62 − 0,04875n


=
3,83 341n

3,41n = 63,6546 − 0,1867n

3,2n + 0,1867n = 63,5646

3,3867n = 63,5646

63,5646
n =
3,3867

n = 19

loss follow up 10% = 19+2 = 21 sampel. Untuk kepentingan statistik maka


diambil sampel minimum sebesar 30 sampel.

74
Proportionate Stratified Random Sampling

Merupakan metode pengambilan sampel yang bersifat heterogen


yang kemudian dibagi berdasarkan strata (Sugiyono ,2010), dengan
menggunakan rumus :
Jumlah sampel
x Jumlah tiap kelas
Jumlah kelas IV dan V
No Kelas Perhitungan Jumlah

30
Kelas IV A 𝑥35 3
341

30
Kelas IV B 𝑥33 3
341

30
1 Kelas IV C 𝑥36 3
341

30
Kelas IV D 𝑥35 3
341

30
Kelas IV E 𝑥33 3
341

30
Kelas V A 𝑥34 3
341

30
Kelas V B 𝑥31 3
341
2 30
Kelas V C 𝑥33 3
341

30
Kelas V D 𝑥36 3
341

30
Kelas V E 𝑥35 3
341
Jumlah 30

75
LAMPIRAN 2 : SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan tidak


berkeberatan diambil data pribadi, untuk materi penulisan Skipsi dengan
judul :

“HUBUNGAN ASUPAN MAKAN, KEBIASAAN KONSUMSI


MAKANAN CEPAT SAJI, DAN KETURUNAN DENGAN ANAK
SEKOLAH BERISIKO OBESITAS DI SD NEGERI 127
PALEMBANG TAHUN 2018”

Saya mengizinkan data tersebut diambil dan dipergunakan untuk


Penulisan Skripsi, sepanjang penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Saya tidak berkeberatan
apabila penelitian ini dipublikasikan untuk kepentingan ilmiah selama
identitas dan nama dirahasiakan.

Palembang, Januari 2019


Yang Menyatakan

(______________)

76
LAMPIRAN 3 : KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ASUPAN MAKAN, KEBIASAAN KONSUMSI
MAKANAN CEPAT SAJI, DAN KETURUNAN DENGAN ANAK
SEKOLAH BERISIKO OBESITAS DI SD NEGERI 127
PALEMBANG TAHUN 2018
Palembang, Januari 2019
Kode
Sampel

A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden :
Umur : Tahun
BB : Kg
TB : Cm
Jenis Kelamin :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :

B. IDENTITAS ORANG TUA RESPONDEN


No Data Ayah Ibu
1 Nama
2 Umur
3 Tempat lahir
4 Tanggal lahir
5 Berat badan
6 Tinggi badan
7 Jenis Pekerjaan
8 Pendapatan
Jumlah anggota
9
keluarga

77
C. KUESIONER SEMI FOOD FREQUENSI QUALITATIF
No Jenis Bahan Semi Food Frequensi Qualitatif Berat
Makanan > 1x 1x 1-2 x 3-6 x
Jarang URT Gram
/hari /hari /minggu /minggu
1 Makanan Pokok
dan Produk
Lainnya
a. Nasi
b. Roti
c. Mie / Bihun
2 Lauk Hewani
dan Produk
Lainnya
a. Telur
b. Daging
c. Ikan
3 Lauk Nabati dan
Produk Lainnya
a. Tempe
b. Tahu
c. Kedelai
d. Kacang
Hijau
4 Sayur-sayuran
a. Bayam
b. Kangkung
c. Kacang
Panjang
5 Buah-buahan
a. Pisang
b. Jeruk
c. Apel
d. Jambu
6 Gula dan
Produk
Olahannya
a. Gula
b. Permen

78
No Jenis Bahan Semi Food Frequensi Qualitatif Berat
Makanan > 1x 1x 1-2 x 3-6 x
Jarang URT Gram
/hari /hari /minggu /minggu
7 Susu dan
Produk
olahannya :
a. Susu Sapi
b. Susu UHT
c. Keju
d. Yoguhrt
8 Minyak dan
Lemak :
a. Mentega
b. Margarin
c. Minyak
kelapa sawit
9 Makanan Cepat
Saji :

79
LAMPIRAN 4 : OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT
A_Energi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

lebih 35 58,3 58,3 58,3

Valid tidak leibh 25 41,7 41,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

A_Protein

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

lebih 33 55,0 55,0 55,0

Valid tidak lebih 27 45,0 45,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

A_Lemak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

lebih 40 66,7 66,7 66,7

Valid tidak lebih 20 33,3 33,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

A_KH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

lebih 33 55,0 55,0 55,0

Valid tidak lebih 27 45,0 45,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

A_serat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

baik 31 51,7 51,7 51,7

Valid kurang 29 48,3 48,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

80
Fastfood

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

sering 35 58,3 58,3 58,3

Valid tidak sering 25 41,7 41,7 100,0

Total 60 100,0 100,0

SttsAyah_G

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

obesitas 30 50,0 50,0 50,0

Valid tidak obesitas 30 50,0 50,0 100,0

Total 60 100,0 100,0

SttsIbu_G

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

obesitas 31 51,7 51,7 51,7

Valid tidak obesitas 29 48,3 48,3 100,0

Total 60 100,0 100,0

81
LAMPIRAN 5: OUTPUT ANALISIS BIVARIAT

A_Energi * SttsAnak

Crosstab

SttsAnak Total

obesitas tidak obesitas

Count 24 11 35

lebih Expected Count 17,5 17,5 35,0

% within SttsAnak 80,0% 36,7% 58,3%


A_Energi
Count 6 19 25

tidak leibh Expected Count 12,5 12,5 25,0


% within SttsAnak 20,0% 63,3% 41,7%
Count 30 30 60

Total Expected Count 30,0 30,0 60,0

% within SttsAnak 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 11,589a 1 ,001


Continuity Correctionb 9,874 1 ,002
Likelihood Ratio 12,050 1 ,001
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear Association 11,395 1 ,001
N of Valid Cases 60

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for A_Energi (lebih / tidak leibh) 6,909 2,160 22,098
For cohort SttsAnak = obesitas 2,857 1,373 5,945
For cohort SttsAnak = tidak obesitas ,414 ,242 ,707
N of Valid Cases 60

82
A_Protein * SttsAnak

Crosstab

SttsAnak Total

obesitas tidak obesitas

Count 22 11 33

lebih Expected Count 16,5 16,5 33,0

% within SttsAnak 73,3% 36,7% 55,0%


A_Protein
Count 8 19 27

tidak lebih Expected Count 13,5 13,5 27,0

% within SttsAnak 26,7% 63,3% 45,0%


Count 30 30 60

Total Expected Count 30,0 30,0 60,0

% within SttsAnak 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 8,148a 1 ,004


Continuity Correctionb 6,734 1 ,009
Likelihood Ratio 8,352 1 ,004
Fisher's Exact Test ,009 ,004
Linear-by-Linear Association 8,012 1 ,005
N of Valid Cases 60

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval


Lower Upper

Odds Ratio for A_Protein (lebih / tidak lebih) 4,750 1,584 14,245
For cohort SttsAnak = obesitas 2,250 1,199 4,222
For cohort SttsAnak = tidak obesitas ,474 ,276 ,814
N of Valid Cases 60

83
A_Lemak * SttsAnak

Crosstab

SttsAnak Total

obesitas tidak obesitas

Count 25 15 40

lebih Expected Count 20,0 20,0 40,0

% within SttsAnak 83,3% 50,0% 66,7%


A_Lemak
Count 5 15 20

tidak lebih Expected Count 10,0 10,0 20,0

% within SttsAnak 16,7% 50,0% 33,3%


Count 30 30 60

Total Expected Count 30,0 30,0 60,0

% within SttsAnak 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 7,500a 1 ,006


Continuity Correctionb 6,075 1 ,014
Likelihood Ratio 7,759 1 ,005
Fisher's Exact Test ,013 ,006
Linear-by-Linear Association 7,375 1 ,007
N of Valid Cases 60

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval


Lower Upper

Odds Ratio for A_Lemak (lebih / tidak lebih) 5,000 1,510 16,560
For cohort SttsAnak = obesitas 2,500 1,128 5,542
For cohort SttsAnak = tidak obesitas ,500 ,311 ,803
N of Valid Cases 60

84
A_KH * SttsAnak

Crosstab

SttsAnak Total

obesitas tidak obesitas

Count 23 10 33

lebih Expected Count 16,5 16,5 33,0

% within SttsAnak 76,7% 33,3% 55,0%


A_KH
Count 7 20 27

tidak lebih Expected Count 13,5 13,5 27,0

% within SttsAnak 23,3% 66,7% 45,0%


Count 30 30 60

Total Expected Count 30,0 30,0 60,0

% within SttsAnak 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 11,380a 1 ,001


Continuity Correctionb 9,697 1 ,002
Likelihood Ratio 11,789 1 ,001
Fisher's Exact Test ,002 ,001
Linear-by-Linear Association 11,191 1 ,001
N of Valid Cases 60

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for A_KH (lebih / tidak lebih) 6,571 2,109 20,479
For cohort SttsAnak = obesitas 2,688 1,367 5,286
For cohort SttsAnak = tidak obesitas ,409 ,233 ,719
N of Valid Cases 60

85
A_serat * SttsAnak

Crosstab

SttsAnak Total

obesitas tidak obesitas

Count 23 11 34

kurang Expected Count 17,0 17,0 34,0

% within SttsAnak 76,7% 36,7% 56,7%


A_serat
Count 7 19 26

baik Expected Count 13,0 13,0 26,0

% within SttsAnak 23,3% 63,3% 43,3%


Count 30 30 60

Total Expected Count 30,0 30,0 60,0

% within SttsAnak 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9,774a 1 ,002


Continuity Correctionb 8,213 1 ,004
Likelihood Ratio 10,082 1 ,001
Fisher's Exact Test ,004 ,002
Linear-by-Linear 9,611 1 ,002
Association
N of Valid Cases 60

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for A_serat 5,675 1,841 17,494


(kurang / baik)
For cohort SttsAnak = 2,513 1,280 4,933
obesitas
For cohort SttsAnak = tidak ,443 ,258 ,759
obesitas
N of Valid Cases 60

86
Fastfood * SttsAnak

Crosstab

SttsAnak Total

obesitas tidak obesitas

Count 23 12 35

sering Expected Count 17,5 17,5 35,0

% within SttsAnak 76,7% 40,0% 58,3%


Fastfood
Count 7 18 25

tidak sering Expected Count 12,5 12,5 25,0

% within SttsAnak 23,3% 60,0% 41,7%


Count 30 30 60

Total Expected Count 30,0 30,0 60,0

% within SttsAnak 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 8,297a 1 ,004


Continuity Correctionb 6,857 1 ,009
Likelihood Ratio 8,526 1 ,004
Fisher's Exact Test ,008 ,004
Linear-by-Linear Association 8,159 1 ,004
N of Valid Cases 60

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Fastfood (sering / tidak sering) 4,929 1,612 15,071
For cohort SttsAnak = obesitas 2,347 1,198 4,598
For cohort SttsAnak = tidak obesitas ,476 ,283 ,801
N of Valid Cases 60

87
SttsAyah_G * SttsAnak
Crosstab

SttsAnak Total

obesitas tidak obesitas

Count 20 10 30

obesitas Expected Count 15,0 15,0 30,0

% within SttsAnak 66,7% 33,3% 50,0%


SttsAyah_G
Count 10 20 30

tidak obesitas Expected Count 15,0 15,0 30,0

% within SttsAnak 33,3% 66,7% 50,0%


Count 30 30 60

Total Expected Count 30,0 30,0 60,0

% within SttsAnak 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 6,667a 1 ,010


Continuity Correctionb 5,400 1 ,020
Likelihood Ratio 6,796 1 ,009
Fisher's Exact Test ,019 ,010
Linear-by-Linear Association 6,556 1 ,010
N of Valid Cases 60

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval


Lower Upper

Odds Ratio for SttsAyah_G (obesitas / tidak obesitas) 4,000 1,367 11,703
For cohort SttsAnak = obesitas 2,000 1,136 3,522
For cohort SttsAnak = tidak obesitas ,500 ,284 ,880
N of Valid Cases 60

88
SttsIbu_G * SttsAnak
Crosstab

SttsAnak Total

obesitas tidak obesitas

Count 21 10 31

obesitas Expected Count 15,5 15,5 31,0

% within SttsAnak 70,0% 33,3% 51,7%


SttsIbu_G
Count 9 20 29

tidak obesitas Expected Count 14,5 14,5 29,0

% within SttsAnak 30,0% 66,7% 48,3%


Count 30 30 60

Total Expected Count 30,0 30,0 60,0

% within SttsAnak 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 8,076a 1 ,004


Continuity Correctionb 6,674 1 ,010
Likelihood Ratio 8,268 1 ,004
Fisher's Exact Test ,009 ,005
Linear-by-Linear Association 7,941 1 ,005
N of Valid Cases 60

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval


Lower Upper

Odds Ratio for SttsIbu_G (obesitas / tidak obesitas) 4,667 1,571 13,866
For cohort SttsAnak = obesitas 2,183 1,205 3,955
For cohort SttsAnak = tidak obesitas ,468 ,266 ,823
N of Valid Cases 60

89
LAMPIRAN
SURAT PERNYATAAN

90
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
Jalan Jenderal Sudirman KM 3,5 Nomor 1365 Samping Masjid Ash-Shofa
Komplek RS Moh. Hoesin Palembang 30126 Telepon/Faksimil (0711) 373104
Website : www.poltekkespalembang.ac.id Email : poltekkes_palembang@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI
PENULISAN SKRIPSI

Nama : Andri Syarifudin


NIM : PO.71.31.1.15.004
Judul Skripsi :
HUBUNGAN ASUPAN MAKAN, KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT
SAJI, DAN KETURUNAN DENGAN ANAK SEKOLAH BERISIKO OBESITAS
DI SD NEGERI 127 PALEMBANG
Pembimbing Utama : Eddy Susanto, SKM, M.Kes
Pembimbing Pendamping : Eliza, S.Gz, M.Si
Penguji 1 : Podojoyo, SKM, M.Kes
Penguji 2 : Drs. M. Yusuf, M.Kes
TANDA TANGAN

HARI/ MATERI PEMBIMBING PEMBIMBING PENGUJI PENGUJI


NO
TANGGAL PERBAIKAN UTAMA PENDAMPING 1 2

91
92
93
94
95
96
97
98

Anda mungkin juga menyukai