Anda di halaman 1dari 70

STUDI LITERATUR GAMBARAN KEBIASAAN JAJAN, PERILAKU

PEMILIHAN MAKANAN JAJAN DAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Diploma III (Tiga) Kesehatan Bidang Gizi

Oleh:
MARIAMA RESTI PUSPANINGRUM
NomorIndukMahasiswa : PO.71.31.0.17.057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-III GIZI
PALEMBANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Motto :

Believe what you see, believe what you hear.


Sesulit apapun, sekuat apapun rintangan itu ingatlah bahwa badai pasti berlalu
dan kan ada pelangi setelah hujan.

Dengan segenap hati dan penuh rasa syukur, kupersembahkan karya


tulis sederhana ini kepada :
Allah SWT yang telah memberikan banyak kesempatan, kenikmatan,
kekuatan serta kesehatan sampai saat ini.
Teruntuk kalian yang teristimewa, Bunda dan Bapak yang dengan segala
kasih, sayang, cinta, dukungan telah menuntun, membawa Mbak untuk
melewati kehidupan perkuliahan hingga mendapatkan gelar tanpa kenal
letih.
Teruntuk kalian yang tersayang,saudaraku (mbak Fia, dek Wulan, dek
Zahra dan dek Aryo) yang selalu memberikan semangat, mendukung,
menghibur, menemani bahkan menjadi korban moodswing nya mbaklu
sewaktu-waktu tapi cukup sering.
Sahabat since 2017 and still counting, (The Chubis, Xii-Cited) yang selalu
memberi semangat dan dukungan untuk terus berjuang.
Sahabat sejiwa-seraga, sefrekuensi, Anjay A.Md.Gz (Nadea, Pirda, Kak
Syafwan, Yusta), yang selalu bersedia kapanpun dimanapun untuk
mendengarkan dan dijadikan tempat bertukar pikiran, keluh kesah,
gundah gelisah, rumah kedua yang sudah seperti rumah utama dengan
segala rasa dan rintangan. Walaupun jarang ada solusi, but how lucky
I’m to have you!
 Dear, Arin Yusi si gadis Prabumulih, yang siap sedia kapanpun
dimanapun untuk dimintai bantuan dalam hal apapun. Selmuchil dan
Oka yang turut mengukir banyak cerita dan kenangan di masa ini.
 Kalian para Anak Mami Sadar Karya (Agung, Mitut, Dindy, Amal, Erna,
Ucik, Juju, Rani), terimakasih untuk suka-duka, duka-duka selama 30
hari yang amat berkesan.
 Ngak-Ngok Sq (RS Muhammadiyah Bandung), terimakasih untuk waktu
yang amat singkat namun memberi banyak pengalaman, pelajaran.
Keluarga Poliuri serta kakak tingkat yang amat baik (kak Vivi, kak Berli,
kak Kiky).
Teman seperjuangan Gizi’17 serta Masaga FC dan team.
Almamaterku

iii
PANITIA SIDANG UJIAN

iv
PANITIA SIDANG UJIAN
UJIAN AKHIR PROGRAM

v
ABSTRAK

PROGRAM STUDI D-III GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR, 8 JUNI TAHUN 2020

MARIAMA RESTI PUSPANINGRUM

STUDI LITERATUR GAMBARAN KEBIASAAN JAJAN, PERILAKU


DALAM PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN DAN ASUPAN ZAT GIZI
MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

(xiii + 55 halaman, 10 tabel, 2 bagan)

Status gizi merupakan cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan


gizi.Status gizi secara parsial dapat diukur dengan antropometri
(pengukuruan bagian tertentu dar itubuh) atau biokimia atau secara klinis.
Prevalensi status gizi pada anak usia 5-12 tahun terdiri dari gizi kurang
sebanyak 7,2%. Gizi lebih sebanyak 10,8%.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai
gambaran kebiasaan jajan, perilaku dalam pemilihan makanan jajan dan
asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak, dan karbohidrat) dengan
status gizi siswa sekolah dasar.Metode penelitian ini adalah naratif
dengan rancangan studi literatur melalui situs jurnal yang terakreditasi
seperti google scholar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 5 jurnal yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan jajan, perilaku dalam
pemilihan makanan jajan dan asupan zat gizi makrodengan status gizi
anak sekolah dasar, dan terdapat 2 jurnal yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara kebiasaan jajan, perilaku dalam pemilihan makanan
jajan dan asupan zat gizi makrodengan status gizi anak sekolah dasar.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah status gizi siswa sekolah
dasar dipengaruhi oleh kebiasaan jajan siswa, perilaku siswa dalam
memilih makanan jajanan dan asupan zat gizi makro (energi, protein,
lemak, dan karbohidrat).Saran dari penelitian ini adalah diharapkan
kepada orangtua untuk lebih memperhatikan jajanan serta makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh anak untuk mencegah terkena penyakit
dan mencegah terjadinya masalah gizi.

Kata Kunci : Status Gizi, Anak Sekolah Dasar, Kebiasaan Jajan,


Perilaku Pemilihan Makanan Jajan, Asupan zat Gizi
Makro

Kepustakaan : 44 (1998-2019)

vi
ABSTRACT

D-III NUTRITIONAL STUDY PROGRAM


POLYTECHNIC OF HEALTH PALEMBANG
FINAL EXAM REPORT, JUNE 8th , 2020

MARIAMA RESTI PUSPANINGRUM

STUDY LITERATURE DESCRIPTION OF TEACHING HABITS,


BEHAVIOR IN SELECTION OF FOOD SERVICES AND MACHINE
NUTRITION INTAKE USING NUTRITIONAL STATUS IN CHILDREN OF
ELEMENTARY SCHOOLS

(xiii +55 pages, 10 tables, 2 charts)

Nutritional status is a reflection of the fulfillment of nutritional


needs. Nutritional status can be partially measured by anthropometry
(measurement of certain parts of the body) or biochemically or clinically.
The prevalence of nutritional status in children aged 5-12 years consists
of malnutrition as much as 7.2%. More nutrition as much as 10.8%.
The purpose of this study was to obtain information about the
description of snack habits, behavior in the selection of snacks and
consumption of macro nutrients (energy, protein, fat, and carbohydrates)
with the nutritional status of elementary school students. This research
method is narrative with the design of literature studies through accredited
journal sites such as Google Scholar.
The results of this study indicate that there are 5 journals stating
that there is a relationship between snacking habits, behavior in snack
food selection and macro nutrient intake with the nutritional status of
elementary school students, and there are 2 journals stating that there is
no relationship between snacking habits, behavior in selection of snacks
and macro-nutrient intake with the nutritional status of elementary school
students.
The conclusion of this study is the nutritional status of elementary
school students is influenced by the habits of student snacks, student
behavior in choosing snacks and intake of macro nutrients (energy,
protein, fat, and carbohydrates). Suggestions from this study are expected
to parents to pay more attention to snacks and food and drinks consumed
by children to prevent disease and prevent nutritional problems.

Keywords : Nutritional Status, Elementary School Children, Snacking


Habits, Snack Food Selection Behavior, Macro Nutrition
Intake

Literature : 44 (1998-2019)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir yang berjudul “Studi Literatur Gambaran Kebiasaan Jajan, Perilaku
Pemilihan Makanan Jajan dan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi
pada Anak Sekolah Dasar” Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya pada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini,
antara lain:
1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt,MM, M.Kes. selaku Direktur Utama
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.
2. Ibu Susyani, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Palembang.
3. Bapak Muzakar, SST, M.PH. selaku Ketua Prodi DIII Gizi Poltekkes
Kemenkes Palembang.
4. Ibu Hana Yuniarti, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Utama yang
sudah memberikan masukan, arahan, bimbingan, saran serta banyak
meluangkan waktunya untuk membantu penulisdalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Muzakar, SST, M.PH selaku Pembimbing Pendamping yang
sudah memberikan masukan, arahan, bimbingan, saran serta banyak
meluangkan waktunya untuk membantu penulisdalam penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Podojoyo, SKM, M.Kes selaku Penguji 1 yang telah bersedia
memberikan ilmu, kritik, saran, motivasidan meluangkan waktunya
dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

viii
7. Bapak Eddy Susanto, SKM, M.Kes selaku Penguji 2 yang telah
bersedia memberikan ilmu, kritik, saran, motivasidan meluangkan
waktunya dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.
8. Seluruh dosen dan staf Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Palembang, atas dukungan dan bekal ilmu yang telah diberikan.
9. Kedua orang tua saya yang mengizinkan saya untuk memilih dan
melanjutkan pendidikan di Poltekkes Jurusan Gizi serta yang tidak
henti-hentinya mencurahkan kasih dan sayang serta selalu
memberikan dukungan dan semangat baik moril maupun spiritual
dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Saudara-saudariku (mbak Fia, dek Wulan, dek Zahra dan dek Aryo)
yang selalu memberikan semangat, mendukung serta menghibur
dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Teman-teman dan sahabat-sahabat di gizi yang masih bertahan untuk
bersama di kampus ini selama 3 tahun.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih
jauh dari kesan sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun bagi kesempurnaan penelitian
selanjutnya.Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis

ix
DAFTAR ISI

BAB Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. ii
PANITIA SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR .................................... iii
PANITIA SIDANG UJIAN AKHIR PROGRAM .................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................ v
ABSTRACT.......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Pendahuluan ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7


A.Telaah Pustaka......................................................................... 7
1. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar ............................. 7
2. Status Gizi ....................................................................... 8
a. Pengertian Status Gizi .............................................. 8
b. Penilaian Status Gizi ................................................. 9
c. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi .................... 12
3. Kebiasaan Jajan .............................................................. 13
4. Perilaku Pemilihan Makanan Jajan ................................. 14
5. Zat Gizi Makro ................................................................. 15
B. Kerangka Teori ........................................................................ 20

x
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 21
A. Desain Penelitian .................................................................... 21
B. Data Penelitian ........................................................................ 21
C. Batasan Istilah ......................................................................... 23
D. Etika Penelitian........................................................................ 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 25


A. Hasil ........................................................................................ 25
B. Pembahasan .......................................................................... 40

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 48


A. Kesimpulan ............................................................................. 48
B. Saran ...................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 51

LAMPIRAN ......................................................................................... 51

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Klasifikasi Status Gizi BB/TB ................................................. 10
2. Angka Kecukupan Gizi .......................................................... 16
3. Kriteria Inklusi Penelitian ....................................................... 23
4. Tabel Review Literatur 1 ........................................................ 25
5. Tabel Review Literatur 2 ........................................................ 27
6. Tabel Review Literatur 3 ........................................................ 29
7. Tabel Review Literatur 4 ........................................................ 32
8. Tabel Review Literatur 5 ........................................................ 34
9. Tabel Review Literatur 6 ........................................................ 36
10. Tabel Review Literatur 7 ........................................................ 38

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman
1. Kerangka Teori ...................................................................... 20
2. Alur Literatur Review .............................................................. 22

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suharjo (2006) menyatakan bahwa sekolah dasar pada
dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan enam tahun bagi anakanak usia 6-12 tahun. Hal ini
juga diungkapkan Fuad Ihsan (2008) bahwa sekolah dasar ditempuh
selama 6 tahun.

Makanan jajanan menurut FAO (Food and Agricultural


Organization)yang biasa disebut food street adalah makanan atau
minuman yang dijual dandihidangkan oleh pedagang kaki lima di
jalanan di tempat umum yang dapatdikonsumsi langsung tanpa
pengolahan atau persiapan lebih lanjut (FAO,2009).

Status Gizi merupakan gambaran keseimbangan antara


kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
produksi energi dan intake zat gizi lainnya. Penilaian status gizi terbagi
menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.Penilaian status
gizi secara langsung meliputi empat penilaian yaitu antropometri, klinis,
biokimia dan biofisik, sedangkan penilaian status gizi secara tidak
langsung meliputi survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor
ekologi (kamus gizi, 2009).Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Dibedakan
antara status gizi kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2009).

Asupan zat gizi makanan jajanan pada anak menjadi salah satu
hal yang memengaruhi keadaan gizi anak. Makanan jajanan dapat
memberikan kontribusi zat gizi dalam tubuh yaitu berkisar antara 10-
20% dan yang didapat dari makanan jajanan adalah energi 26,8%,
protein 25,5%, lemak 32,5% dan karbohidrat 25,5% terhadap konsumsi

1
2

sehari anak (Hanrizon,2016). Asupan makanan yang tidak sesuai dapat


menyebabkan masalah gizi pada anak, baik gizi kurang dan gizi lebih
(Proverawati dan Wati, 2011).

Kebiasaan jajan disekolah membuatnya rentan terpapar pangan


jajanan yang tidak sehat.BPOM (2012) melaporkan bahwa presentase
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di tingkat SD setiap
tahunnya antara 70-79% jauh lebih tinggi daripada jenjang pendidikan
yang lainnya. Hasil penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM, 2013) menemukan 7.200 sampel yang diambil dari 990
pedagang jajanan anak sekolah (PJAS) yang tersebar di 30 kota besar
di Indonesia terdapat 1.720 (23,89%) sampel yang tidak memenuhi
syarat untuk dikonsumsi.

Pengetahuan makanan dan kesehatan sangat penting untuk


dipelajari karena pengetahuan tentang makanan dan kesehatan adalah
faktor internal yang mempengaruhi konsumsi makanan
jajanan.Pengetahuan makanan dan kesehatan adalah penguasaan
anak sekolah dasar tentang makanan bergizi seimbang, kebersihan
dan kesehatan makanan serta penggunaan bahan tambahan makanan
dalam makanan jajanan (Amelia Kindi, 2013).

Makanan jajanan berdampak negatif apabila makanan yang


dikonsumsi tidak mengandung nilai gizi yang cukup dan tidak terjamin
kebersihan serta keamanannya. Selain menimbulkan masalah gizi,
dampak mengkonsumsi jajanan yang tidak baik akan mengganggu
kesehatan anak seperti terserang penyakit saluran pencernaan dan
dapat timbul penyakit-penyakit lainnya yang diakibatkan pencemaran
bahan kimiawi. Sehingga hal ini berdampak pada menurunnya
konsentrasi belajar siswa, meningkatnya absensi dapat berpengaruh
pada prestasi belajar anak (Safriana, 2012).
3

Pada saat ini masih banyak ditemukan penggunaan B2 yang


tidak tepat peruntukannya, seperti penggunaan Formalin, Boraks, dan
Rhodamin-B terutama pada produk pangan. Hasil uji sample Pangan
Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dari mobil laboratoriun keliling di DKI
Jakarta pada ahun 2012 menunjukkan bahwa 17 % PJAS mengandung
B2, berupa boraks, formalin dan rhodamin B. Kondisi tersebut diatas
membuktikan bahwa pengawasan distribusi B2 belum efektif. Untuk
mempermudah peredaran/pendistribusian/penjualan B2 dikemas dalam
ukuran kecil dan dalam bentuk/gambar kemasan yang serupa antara
bahan baku untuk produk pangan dan non pangan dengan produsen
yang sama (BPOM, 2012)

Pemilihan jajanan merupakan perwujudan perilaku.Sedangkan


faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku berupa faktor
intern dan ekstern.Pengetahuan merupakan faktor intern yang memiliki
pengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan.Pengetahuan ini
meliputi pengetahuan gizi makanan, kecerdasan, persepsi, emosi, dan
motivasi dari luar. Selain pengetahuan, faktor lain yang mempengaruhi
pemilihan jajanan adalah sikap dan tindakan, jika sikap dan tindakan
anak masih kurang memadai, maka pemilihan makanan jajanan akan
menjadi kurang tepat. Berdasarkan hasil penelitian Nurul (2017) di SDN
babakan Sentral Bandung didapatkan 57,3% anak sekolah dasar
memilih makanan jajanan yang tidak baik dan hanya 42,7% anak
memilih makanan jajanan yang baik.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)2018,


prevalensi anak usia sekolah dengan status gizi kurus ada sebanyak
10,2% terdiri dari 3,5% sangat kurus dan 6,7% kurus). Prevalensi anak
usia sekolah gemuk 8% (Balitbang Kesehatan Kemenkes RI, 2018).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Febry (2006) di


Palembang, sebagian besar responden (73,5%) mengkonsumsi
4

makanan jajanan tradisional dengan komposisi yang kurang baik.


Makanan jajanan dengan komposisi zat gizi yang kurang baik bisa
mengakibatkan tingkat kecukupan zat gizi tidak terpenuhi. Berdasarkan
hasil penelitian Iklima (2017) di SDN Babakan Sentral Bandung
didapatkan 57,3% anak sekolah dasar memilih makanan jajanan yang
tidak baik dan hanya 42,7% anak memilih makanan jajanan yang baik,
54,5% dari responden mempunyai kebiasaan pemilihan jajanan yang
tidak baik terkait dengan faktor makanan. Sedangkan data pemilihan
jajanan terkait rasa didapatkan hasil bahwa sebanyak 93,6% dari
responden yaitu memilih jajanan yang tidak baik yaitu anak cenderung
memilih jenis makanan yang mengandung vetsin berlebihan yang
menimbulkan rasa sangat gurih dan anak juga memilih makanan
makanan pedas yang mengandung saos sambal yang berlebihan,
sedangkan efek samping dari penggunaan vetsin dan saos sambal
yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan pada organ
pencernaan, sehingga memengaruhi keadaan gizi anak (Iklima, 2017).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, masih tingginya
prevalensi anak usia sekolah dasar dengan status gizi kurus 6,7%,
sangat kurus 3,5%, gemuk 8%, dan masih rendahnya tingkat
pengetahuan dalam perilaku pemilihan makanan jajan yang baik
57,3% (Nurul 2017), 54,5% (Febry, 2006). Maka dari itu memberikan
dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian tentang
“Studi Literatur Gambaran Kebiasaan Jajan, Perilaku Pemilihan
Makanan Jajan dan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi pada
Anak Sekolah Dasar”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperolehnya informasi gambaran mengkonsumsimakanan
jajanan yang sering dikonsumsi, perilaku dalam pemilihan makanan
5

jajan dan asupan zat gizi makro (E, P, L, dan KH) dengan status
gizi siswa Sekolah Dasar.

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi penelitian/artikel implementasi kebiasaan
konsumsi jajan, perilaku dalam pemilihan makanan jajan dan
asupan zat gizi makro dengan status gizi.
b. Menganalisis hasil penelitian/artikel implementasi kebiasaan
konsumsi jajan, perilaku dalam pemilihan makanan jajan dan
asupan zat gizi makro dengan status gizi.
c. Dirumuskannya rekomendasi hasil penelitian/artikel tentang
kebiasaan konsumsi jajan, perilaku dalam pemilihan
makanan jajan dan asupan zat gizi makro dengan status gizi.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan khususnya mengenai status gizi anak
yang dipengaruhi oleh jenis makanan jajan, frekuensi jajan, perilaku
dalam pemilihan makanan jajan dan asupan zat gizi makro.

b. Bagi Institusi
Dapat menambah referensi dibidang kajian gizi masyarakat
khususnya mengenai jenis makanan jajan, frekuensi jajan, perilaku
dalam pemilihan makanan jajan dan asupan zat gizi makro pada
anak sekolah dasar dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut WHO (World Health Organization) anak usia sekolah
ialah golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di
Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun. Masa anak usia
sekolah adalah masa tenang atau masa latent dimana apa yang
telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan
berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya. Tahap usia ini
disebut juga sebagai usia kelompok dimana anak mulai
mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga
kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar
(Gunarsa, 2008).

Anak usia sekolah dasar merupakan anak yang sedang berada


pada periode usia pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun
(Santrock, 2008). Sedangkan menurut Yusuf (2011) anak sekolah
dasar merupakan anak usia 6-12 tahun yang sudah dapat
mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-tugas
belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
kognitif (seperti: membaca, menulis dan menghitung).

Karakteristik anak usia SD berkaitan aktivitas fisik yaitu


umumnya anak senang bermain, senang bergerak, senang bekerja
dalam kelompok, dan senang praktik langsung (Abdul Alim, 2009:
82).

7
8

2. Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2012).

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status


keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah
yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan lainnya) (Suyanto, 2009).

Status gizi secara parsial dapat diukur dengan


antropometri (pengukuran bagian tertentu dari tubuh) atau
biokimia atau secara klinis (Persagi, 2009). Status gizi normal
merupakan keadaan gizi seseorang menurut indeks massa
tubuh (IMT) menurut umur sesuai dengan acuan baku/normal.
Biasanya acuan baku WHO. Keadaan gizi normal terjadi karena
adanya keseimbangan jumlah makanan yang dimakan dan yang
dibutuhkan tubuh.Status gizi kurang/kurus merupakan kurang
gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam
waktu yang cukup lama.Gemuk/obesitas merupakan keadaan
gizi seseorang yang pemenuhan kebutuhannya melampaui batas
lebih dari cukup (kelebihan) dalam waktu cukup lama (Persagi,
2009). Anak yang memiliki status gizi lebih cenderung memiliki
kebiasaan mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih
banyak setiap kalinya, mengunyah makanan dalam jumlah yang
sama dalam sehari dapat menyebabkan 8 system enzyme tubuh
untuk menggunakan lebih efisien akibatnya disimpan menjadi
lemak (Damapolii, dkk, 2013).
9

b. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui beberapa
cara, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan tidak
langsung.
a. Penilaian status gizi secara langsung
1. Antropometri :
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh
manusia.Ditinjaudari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.(Supariasa dkk,
2016).
Dalam penggunaannya pengukuran dengan
menggunakan antropometri memiliki keunggulan dan
kelemahan (Dep. Gizi FKMUI, 2011).
a) Keunggulan antropometri :
1. Relatif murah.
2. Cepat
3. Objektif.
4. Tidak menimbulkan rasa pada responden.
b) Kelemahan antropometri
1. Membutuhkan data referensi yang relavan.
2.Kesalahan yang muncul dapat disebabkan oleh
kesalahanperalatan dan kesalahan observer
(kesalaha pengukuran,pembacaan, dan pencatatan).
3.Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas,
malnutrisikarena KEP, tidak dapat memperoleh
informasi karenadefisiensi zat gizi mikro.
2. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Parameter yang akan dibahas pada penilaian status gizi ini
ialah parameter yang paling sering digunakan
10

a. Tinggi Badan (TB)


Menurut Snell (2006) yang dikutip oleh Dinda Carissa
(2015), tinggi badan didefinisikan sebagai hasil pengukuran
maksimum panjang tulang-tulang tubuh yang membentuk
poros tubuh (the body axist), yang diukur dari titik tertinggi
kepala yang disebut vertex (puncak kepala) ke titik terendah
dari tulang kalkaneus (tuberositas calcanei) yang disebut heel.

b. Berat Badan (BB)


Antropometri paling sering digunakan adalah berat
badan Berat badan menggambarkan jumlah dari protein,
lemak, air dan mineral pada tulang.Faktor penting lainnya
untuk penilaian status gizi adalah umur, maka perhitungan
berat badan terhadap tinggi badan merupakan parameter
yang tidak tergantung pada umur.Pengukuran berat badan
dilakukan dengan menimbang. Alat yang digunakan sebaiknya
memenuhi beberapa persyaratan yaitu: mudah dibawa dari
satu tempat ke tempat yang lain dan mudah digunakan
harganya relatif murah dan mudah diperoleh; skalanya
mudah dibaca dan ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg
(Supariasa dkk, 2012).
Tabel 1
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan BB/TB
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-Szore)
Berat Badan menurut Tinggi Badan Sangat Kurus <-3 SD
(BB/TB) Kurus -3 SD s/d<-2 SD
Anak Umur 5-18 tahun Normal -2 SD s/d 2 SD
Gemuk >2 SD

Sumber: Kemenkes RI. (2011).


11

3. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan metode yang sangat
penting dimana untuk menilai status gizi masyarakat.Metode ini
umumnya digunakan untuk survey klinis secara cepat.Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tandatanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.Selain itu
metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala
penyakit (Supariasa, 2016).

4. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain: darah, urine, tinja, juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Metode ini digunakan sebagai suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, 2016).

5. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(kususnya jaringan) dan melihat pertumbuhan struktur dari
jaringan.Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu
seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of right
blindness).Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap
(Supariasa, Bakri, & Fajar, 2012).

b. Penilaian status gizi secara tidak langsung


1. Survei konsumsi makanan
12

Survei konsumsi makanan adalah salah satu metode


untuk menentukan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jenis dan jumlah zat gizi yang dikonsumsi.Pengumpulan
data konsumsi memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada individu, keluarga dan masyarakat serta
survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat
gizi (Supariasa, 2016).

2. Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah
dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur penggunaanya
dipertimbangkan sebagi bagian dari indicator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa, 2016).

3. Faktor ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagi hasil
interaksi beberapa factor fisik, biologis dan lingkungan
budaya.Dimana jumlah makanan yang tersedai tergantung
pada keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi,
dll.Pengukuran factor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui 10 penyebab malnutrisi di suatu masyarakat
sebagaidasar dalam program intervensi gizi (Supariasa, 2016).

c. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


Status gizi dipengaruhi secara langsung oleh pola konsumsi dan
penyakit infeksi.Pola konsumsi dipengaruhi oleh faktor ekonomi, social
budaya, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan yang secara tidak
langsung.Penyakit infeksi dipengaruhi oleh kesehatan perorangan,
lingkungan dan pelayanan kesehatan yang juga secara tidak langsung
mempengaruhi status gizi (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat FKM UI, 2007).
13

Menurut Alatas (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi


antara lain:
a. Penyebab langsung:
1. Asupan makan
2. Penyakit infeksi yang diderita

b. Penyebab tidak langsung:


1. Ketahanan pangan keluarga, adalah kemampuan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dengan
baik secara kuantitas maupun kualitas.
2. Pola pengasuhan anak, meliputi sikap ibu atau pengasuh lain
dalam hal berhubungan dengan anak, memberi makan, merawat,
menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan lain.
3. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, semakin mudah
akses dan keterjangkauan anak dan keluarga terhadap pelayanan
kesehatan dan ketersediaan air bersih, semakin kecil resiko anak
terkena penyakit dan kekurangan gizi.

3. Kebiasaan Jajan
Anak sekolah dasar mengalami pertumbuhan dan perkembangan
secara fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk menunjang
kehidupannya di masa datang.Guna mendukung keadaan tersebut,
anak sekolah dasar harus sehat dan jauh dari gangguan kesehatan
terutama masalah gizi. Pada usia seperti ini anak sangat suka
mengonsumsi jajanan, sehingga mereka menolak untuk makan pagi di
rumah dan lebih memilih membeli makanan jajanan di sekolah maupun
di luar sekolah. Saat ini beragam jenis makanan jajanan anak sekolah
dasar yang dijual di lingkungan sekolah terutama di kantin yang dapat
menarik perhatian anak usia sekolah (Paratmanitya & Aprilia, 2016).

Anak sekolah tidak bisa terlepas dari makanan jajanan di sekolah.


Makanan jajanan adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan energy
14

karena aktivitas fisik di sekolah yang sangat tinggi (apalagi bagi anak
yang tidak sarapan pagi), pengenalan berbagai jenis makanan jajanan
akan menumbuhkan kebiasaam penganekaragaman pangan sejak
kecil, memberikan perasaan meningkatkan gengsi anak di mata teman-
teman di sekolah (Devi, 2012).

Makanan jajanan dapat dibagi menjadi tiga kelompok:


a. makanan utama: nasi goreng, nasi rawon, nasi soto, mie ayam,
bakso dan lain-lain.
b. panganan atau kue: martabak telur, onde-onde, pisang goreng,
jelly, tahu bakso danlain-lain.
c. minuman: es teller, es buah, teh, kopi, es sirup, es teh dan lain-
lain.
(Depkes, 2011).

Kebiasaan jajan merupakan kegiatan membeli makanan jajanan


meliputi jenis, frekuensi dan jumlah kandungan gizi dari makanan
jajanan setiap hari. Kebiasaan jajan mempunyai beberapa fungsi:
a. sebagai sarapan pagi
b. sebagai makanan selingan yang dimakan diantara makanan utama
c. sebagai makan siang
d. memberikan kontribusi nyata terhadap sekelompok konsumen yang
tidak sempatmakan dirumah (Muhilal, 1998).

4. Perilaku Pemilihan Makanan Jajan


Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Secara singkat
aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu aktivitas
yang dapat diamati oleh orang lain dan aktivitas yang tidak dapat
diamati oleh orang lain (Notoadmojo, 2010). Salah satu perilaku
individu yang perlu dipertahankan atau diperbaiki adalah perilaku
sehat.Perilaku sehat dapat disimpulkan yaitu semua kegiatan atau
15

aktifitas seseorang yang terkait dengan upaya mempertahankan


kesehatan, meningkatkan kesehatan dan menghindari sakit atau
penyakit.Salah satu perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku
gizi yaitu minum dan makan dengan menu seimbang.Hal ini berarti pola
makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan gizi baik menurut jumlah
atau jenisnya sesuai kebutuhan tubuh seseorang.Makanan jajanan
merupakan salah satu penyumbang gizi bagi tubuh seseorang.Di dalam
makanan jajanan juga terdapat zat-zat gizi yang bisa mempengaruhi
kesehatan seseorang. Kebiasaan konsumsi makanan jajanan sudah
menjadi bagian dari budaya keseharian sebagian besar masyarakat
dan makanan jajanan juga sangat identik dengan anak usia sekolah
baik sekolah dasar, sekolah menengah maupun sekolah tingkat atas.
Berkaitan dengan hal ini, perilaku dalam memilih makanan jajanan
pada anak sekolah dapat diartikan sebagai suatu tindakan mencari dan
memilih makanan jajanan di sekitar sekolah (Notoatmodjo, 2010).

5. Zat Gizi Makro


Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar
dengan satuan gram yang di butuhkan oleh tubuh.Zat gizi makro yang
dibutuhkan oleh tubuh adalah karbohidrat, lemak, dan
protein.Berdasarkan penelitian Nila (2013) rata-rata konsumsi makanan
jajanan siswa sudah melebihi 20% energi, yaitu sebesar 426 kkal.
Makanan jajanan siswa memberikan kontribusi terhadap total konsumsi
masing-masing sebesar 26.0% energi, 18.7% protein, 22.9% lemak,
20.0% .
16

Tabel 2
Angka Kecukupan Gizi Makro Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang
Per Hari) Anak Umur 7-12 Tahun
Golongan Umur Berat Tinggi Energi Protein Lemak KH
(kg) (cm) (Kkal) (g) (g) (g)
7-9 tahun 27 130 1650 40 55 250
10-12 tahun (anaklaki-laki) 34 142 2000 50 65 300
10-12 tahun (anak 36 145 1900 55 65 280
perempuan)
Sumber: Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019
a. Energi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,
menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik.Energi
diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak yang ada dalam
bahan makanan.Kandungan karbohidrat, lemak, dan protein
suatu bahan makanan menentukan nilai energinya (Almatsier,
2010).

Satuan energi dinyatakan dalam unit panas atau kilo kalori


(Kkal).Satu kilo kalori adalah jumlah panas yang diperlukan
untuk menaikkan suhu 1 kg air sebanyak 1ºC. Kebutuhan energi
menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari
makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi
seseorang ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan
tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang
dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas yang dibuhkan
secara sosial dan ekonomi (Almatsier, 2009).

Klasifikasi tingkat kecukupan energi (AKG, 2019), sebagai


berikut :
1. Baik, jika ≥ 80% AKG
2. Kurang, jika ≤ 80% AKG
17

a.7-9 tahun : 1650 kkal (1320 kkal)


b.10-12 tahun (laki-laki) : 2000 kkal (1600 kkal)
c.10-12 tahun (perempuan) : 1900 kkal (1520 kkal)

b. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan
bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein adalah molekul makro
yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa
juta. Protein terdiri atas rantairantai panjang asam amino, yang
terikat satu sama lain dalam ikatan peptida (Almatsier, 2010).

Menurut Almatsier (2009), protein berguna untuk


pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan
air, memelihara netralitas tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan,
pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, sumber energi dan
mengatur keseimbangan air. Sedangkan Irianto (2014)
mengemukakan protein dalam tubuh diperlukan untuk pertahanan
tubuh atau imunisasi, pengendalian pertumbuhan, pengatur
pergerakan, penunjang mekanis serta sebagai media perambatan
impuls saraf.Protein berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi
hewani dan nabati. Bahan makanan hewani kaya yang protein tinggi
seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan
protein nabati yang kaya protein adalah kacang-kacangan seperti
kacang kedelai dan hasil olahannya yakni tahu dan tempe, serta
kacang-kacangan lainnya seperti kacang hijau dan lain-lain
(Almatsier, 2009).

Klasifikasi tingkat kecukupan protein (AKG, 2019) sebagai


berikut:
1. Baik, jika ≥ 80% AKG
2. Kurang, jika ≤ 80% AKG
a.7-9 tahun : 40 gr (32 gr)
18

b.10-12 tahun (laki-laki) : 50 gr (40 gr)


c.10-12 tahun (perempuan) : 55 gr (44 gr)

c. Lemak
Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas
unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen yang mempunyai sifat
dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti
petroleum benzene, ester (Sediaoetama, 2010).
WHO (1990), menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 20-
30% kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Diantara
lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 8% dari
kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh dan 3-7% dari lemak
tidak jenuh-ganda (Almatsier, 2009).
Klasifikasi tingkat kecukupan lemak (AKG, 2019) sebagai berikut :
1. Baik, jika ≥ 80% AKG
2. Kurang, jika ≤ 80% AKG
a.7-9 tahun : 55 gr (44 gr)
b.10-12 tahun (laki-laki) : 65 gr (52 gr)
c.10-12 tahun (perempuan) : 65 gr 52 gr)

d. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom,
karbon, hidrogen dan oksigen.Karbohidrat atau hidrat arang adalah
zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil energi, dimana
setiap gramnya menghasilkan 4 kalori (Hutagalung, 2004).
Karbohidrat merupakan salah satu dari tiga golongan utama
“makro-nutrien”. Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdapat
pada tanaman mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O) dengan perbandingan 2 : 1 (Irianto, 2014).
Menurut Irianto (2014), klasifikasi karbohidrat terdiri dari :
1. Monosakarida : Glukosa (dekstrosa), fruktosa (gula
buah), dan galaktosa.
19

2. Disakarida : Sukrosa (gula meja), maltosa (gulamalt), dan


laktosa (gula susu)
3. Polisakarida : Pati, dekstrin, glikogen, selulosa,
hemiselulosa dan pektin.

WHO (1990) menganjurkan agar 20-65% konsumsi energi


total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya
10% berasal dari gula sederhana (Almatsier, 2009).
Klasifikasi tingkat kecukupan karbohidrat (AKG, 2019) sebagai
berikut:
1. Baik, jika ≥ 80% AKG
2. Kurang, jika ≤ 80% AKG
a.7-9 tahun : 250 gr (200 gr)
b.10-12 tahun (laki-laki) : 300 gr (240 gr)
c.10-12 tahun (perempuan) : 280 gr (224 gr)
20

B. Kerangka Teori
“Studi Literatur Gambaran Kebiasaan Jajan, Perilaku Pemilihan Makanan
Jajan dan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Siswa Sekolah
Dasar”

Pengetahuan
Sikap
Perilaku

Kebiasaan Penyakit infeksi


konsumsi jajan

Asupan gizi Sumbangan energi Status gizi

Uang saku Aktivitas fisik


Keluarga
Teman sebaya
Media massa
Akses ke
pedagang

Sumber : Modifikasi dari Almatsier (2011), Mulia (2010) dan Notoatmodjo


(2010)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian naratif studi literatur yang
menggambarkan Gambaran Kebiasaan Jajan, Perilaku dalam
Pemilihan Makanan Jajan dan Asupan Zat Gizi Makro dengan
Status Gizi Anak Sekolah Dasar. Studi literatur ini dimaksudkan
untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Teknik ini dilakukan dengan
cara membaca, mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang
berhubungan dengan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
status gizi anak sekolah dasar.

B. Data Penelitian
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah beberapa
jurnal yang didapatkan dari jurnal literatur review yang berisikan
tentang kebiasaan jajan, perilaku dalam pemilihan makanan jajan
dan asupan zat gizi makro dengan status gizi anak sekolah dasar.
Adapun kriteria pengumpulan jurnal sebagai berikut:
1. Tahun sumber literatur yang diambil mulai dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2020, dengan menetapkan kata kunci
yaitu kebiasaan jajan, perilaku dalam pemilihan jajan, asupan
zat gizi makro, anak sekolah dasar, status gizi kurus.
2. Strategi dalam pengumpulan berbagai jurnal literatur dengan
menggunakan situs jurnal yang sudah terakreditasi.
3. Cara penulisan yang efektif untuk setting jurnal dengan
memasukkan kata kunci sesuai dengan judul penulisan dan
melakukan penelusuran berdasarkan advance search dengan
penambahan notasi and/or atau menambahkan simbol + pada
google scholar.

21
22

4. Melakukan pencarian berdasarkan full text.


5. Melakukan penelitian terhadap jurnal dari abstrak apakah
berdasarkan tujuan penelitian dan melakukan critical appraisal
dengan tool yang ada.
Secara sistematis, langkah-langkah dalam penulisan literatur
review seperti berikut :

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Konsep yang Diteliti

Konsep Tualisasi

Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Bagan 2. Alur lieratur review

Setiap jurnal yang telah dipilih berdasarkan kriteria akan


diidentifikasi dalam bentuk ringkasan secara singkat berupa
tabel yang berisi nama peneliti, judul penelitian, tahun
penulisan, rancangan studi, sampel, hasil, maka akan dibuat
23

kesimpulan yang menggambarkan penjelasan mengenai


kebiasaan jajan, perilaku dalam pemilihan makanan jajan dan
asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa sekolah dasar.
Kriteria inklusi pada literatur ini yaitu:

Tabel 3
Kriteria Inklusi Penelitian
Kriteria Inklusi

Jangka Waktu Tanggal publikasi 5 tahun terakhir mulai dari tahun


2015 sampai dengan tahun 2020

Bahasa Bahasa Indonesia

Subjek Anak usia sekolah dasar (8 – 10 tahun)

Jenis Artikel Artikel original tidak dalam bentuk publikasi tidak


asli seperti surat ke editor
Tidak dalam bentuk abstrak saja maupun buku
Artikel dalam bentuk full text

C. Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan adalah :
1. Kebiasaan jajan adalah seberapa sering siswa
mengkonsumsi makanan jajan per-harinya.
2. Perilaku dalam pemilihan makanan jajan adalah untuk
mengetahui bagaimana perilaku siswa dalam memilih
makanan jajanan terkait dengan pengetahuan, sikap dan
tindakan siswa.
3. Asupan energi adalah banyaknya energi dalam makanan
dan minuman yang dikonsumsi.
24

4. Asupan protein adalah banyaknya protein dalam makanan


dan minuman yang dikonsumsi.
5. Asupan lemak adalah banyaknya lemak dalam makanan dan
minuman yang dikonsumsi.
6. Asupan karbohidrat adalah banyaknya karbohidrat dalam
makanan dan minuman yang dikonsumsi.
7. Status gizi adalah keadaan tubuh yang diukur secara
antropometri dengan cara mengukur berat badan dan tinggi
badan yang dinyatakan dalam BB/TB (mengetahui status
gizi kurus).

D. Etika Penelitian
Penelitian studi literatur ini mengimplementasiakan aspek
etik berupa penghargaan atas karya orang lain, atas hal ini peneliti
melakukan pencantuman sumber atas setiap kutipan baik langsung
maupun tidak langsung yang dilakukan peneliti. Penghindaraan
atas plagiatisme peneliti akan melakukan uji plagiarism setelah
laporan penelitian ini dibuat dan sebelum kegiatan ujian akhir
penelitian dilaksanakan. Implementasi aspek kejujuran dilakukan
peneliti dengan menyampaikan hasil studi dari sejumlah artikel
secara objektif, jujur dan tanpa kebohongan serta peneliti akan
melampirkan yang digunakan sebagai data hasil studi kasus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pencarian literatur maka didapatkan 7 artikel
yang memenuhi beberapa kriteria. Artikel peneltian tersebut
mengidentifikasi kebiasaan jajan, perilaku dalam pemilihan makanan
jajan serta asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa sekolah
dasar.
Tabel 4
Hasil Analisis Review Literatur Artikel 1

Artikel 1
Sumber Penelitian Google Scholar
Peneliti Nurul Iklima (2017)
Judul Penelitian Gambaran Pemilihan Makanan Jajanan pada Anak
Usia Sekolah Dasar
Tujuan penelitian Mendapatkan gambaran pemilihan jajanan pada
anak usia sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Babakan Sentral kota Bandung

Desain Penelitian Cross-sectional


Sampling 110 siswa (kelas IV-V)

Hasil Penelitian Sebanyak 57,3% (63 anak) memilih makanan jajan


yang tidak sehat/kurang.
Sebanyak 54,5% (60 anak) memilih makanan jajan
yang tidak sehat/kurang terkait makanan.
Sebanyak 64,5% (71 anak) memilih makanan jajan
yang tidak sehat/kurang terkait personal.
Sebanyak 55,4% (62 anak) memilih makanan jajan
yang tidak sehat/kurang terkait social ekonomi.

25
26

Kesimpulan Ada hubungan antara perilaku pemilihan makanan


jajan siswa dengan status gizi. Faktor yang
mempengaruhinya adalah terkait makanan,
personal, sosial ekonomi, dan ketersediaan
makanan di sekolah.
Saran Sebaiknya lebih diperhatikan lagi terkait pemilihan
makanan jajan pada anak untuk menghindari efek
yang akan terjadi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Untuk penelitian selanjutnya
diharapkan penelitian ini dapat menjadi data awal
untuk penelitian selanjutnya, yaitu upaya yang
efektif dalam meningkatkan pemilihan jajanan yang
baik pada anak usia sekolah.
27

Tabel 5
Hasil Analisis Review Literatur Artikel 2

Artikel 2

Sumber Penelitian Google Scholar


Peneliti Dwikani Oklita Anggiruling, dkk (2018)
Judul Penelitian Analisis Faktor Pemilihan Jajanan, Kontribusi Gizi
dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar
Tujuan penelitian Menganalisis faktor-faktor yang mempengerahui
pemilihan jajanan, hubungan pemilihan jajanan
dengan frekuensi jajan serta hubungan kontribusi
jajan dengan status gizi anak sekolah

Desain Penelitian Cross-sectional


Sampling 109 siswa (kelas V SD di tiga SD)

Hasil Penelitian Sebanyak 87,2% (95 anak) memiliki kebiasaan


jajan yang sering.
Sebanyak 12,8% (14 anak) memiliki kebiasaan
jajan yang jarang.
Rata-rata asupan zat gizi makro siswa diantaranya
asupan energi sebesar 637±325 kkal, asupan
protein sebesar 13±8,4 g, asupan lemak 24±15,3 g,
dan asupan karbohidrat sebesar 90,3±44,4 g.
Persentase kontibusi asupan zat gizi makro dengan
status gizi siswa diantaranya persentase kontribusi
energi sebesar 51,01% dengan status gizi gemuk,
persentase kontribusi protein sebesar 40,92%
dengan status gizi gemuk, persentase kontribusi
lemak sebesar 17,48% dengan status gizi gemuk,
persentase kontribusi karbohidrat sebesar 28,68%
dengan status gizi gemuk.
28

Hasil uji korelasi dengan nilai (p<0,05), yang artinya


ada hubungan mengkonsumsi makanan jajan
dengan status gizi.
Kesimpulan Ada hubungan antara kebiasaan jajan siswa
dengan status gizi. Frekuensi jajan anak tergolong
sering dan rata-rata kontribusi asupan zat gizi
jajanan terhadap asupan harian melebihi anjuran
selingan yakni >20%. Faktor yang
mempengaruhinya dikarenakan ketersediaan
jajanan dengan kandungan energi dan lemak yang
tinggi, kebiasaan siswa yang tidak sarapan dirumah
dan didukung oleh uang saku yang diberikan
orantua.
Saran Penyediaan jajanan perlu mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam
memilih jajanan. Selain yang bergizi dan aman,
perlu juga penyediaan jajan yang teksturnya empuk,
jajanan yang menarik, harga yang murah, dan
jajanan yang beraneka ragam sehingga anak-anak
cenderung akan memilih jajanan tersebut.
Familiaritas menjadi faktor yang paling dominan
yang mempengaruhi anak dalam memilih makanan
jajanan, maka dianjurkan bagi pihak sekolah untuk
mengingatkan anak-anak untuk memilih jajanan
yang aman dan bergizi dan memberi tahu jenis
jajanan-jajanan yang bergizi.
29

Tabel 6
Hasil Analisis Review Literatur Artikel 3

Artikel 3

Sumber Penelitian Google Scholar


Peneliti Made Pathya Danti Purnawijaya (2018)
Judul Penelitian Pola Konsumsi Makanan Jajanan dan Status Gizi
Anak Sekolah Dasar

Tujuan penelitian Untuk mengetahui pola konsumsi makanan jajanan


dan status gizi anak sekolah dasar di SD N 17
Dangin Puri dan SD N 3 Penatih kota Denpasar

Desain Penelitian Cross-sectional


Sampling 78 siswa (40 siswa SD N 17 Dangin Puri, 38 siswa
SD N 3 Penatih kelas IV-V)

Hasil Penelitian • SD N 17 Dangin Puri :


Sebanyak 100% (1 anak) mengkonsumsi makanan
jajan yang kurang beragam dengan status gizi
kurus
Sebanyak 71,4% (10 anak) mengkonsumsi
makanan jajan yang kurang beragam dengan status
gizi gemuk
Sebanyak 76% (19 anak) mengkonsumsi makanan
jajan yang kurang beragam dengan status gizi
normal
Sebanyak 24% (6 anak) mengkonsumsi makanan
jajan yang beragam dengan status gizi normal
Sebanyak 28,6% (4 anak) mengkonsumsi
makanan jajan yang beragam dengan status gizi
gemuk
30

Hasil analisis deskriptif, ada kecenderungan antara


jenis makanan jajan dengan status gizi di SD N 17
Dangin Puri
• SD N 3 Penatih :
Sebanyak 33,3% (1 anak) mengkonsumsi makanan
jajan yang kurang beragam dengan status gizi
kurus
Sebanyak 23,8% (5 anak) mengkonsumsi makanan
jajan yang kurang beragam dengan status gizi
gemuk
Sebanyak 50% (7 anak) mengkonsumsi makanan
jajan yang kurang beragam dengan status gizi
normal
Sebanyak 66,7% (2 anak) mengkonsumsi makanan
jajan yang beragam dengan status gizi kurus
Sebanyak 76,2% (16 anak) mengkonsumsi
makanan jajan yang beragam dengan status gizi
normal
Sebanyak 50% (7 anak) mengkonsumsi makanan
jajan yang beragam dengan status gizi gemuk
Hasil analisis deskriptif, tidak ada kecenderungan
antara jenis makanan jajan dengan status gizi di SD
N 3 Penatih
Kesimpulan Ada kecenderungan terkait jenis makanan jajan
dengan status gizi di SD N 17 Dangin Puri,
sedangkan di SD N 3 Penatih tidak ada
kecenderungan antara jenis makanan jajan dengan
status gizi. Ada kecenderungan keterkaitan antara
nilai gizi dengan status gizi anak sekolah dasar di
SD N 17 Dangin Puri dan SD N 3 Pentatih. Hal ini
dipengaruhi karena adanya kecenderungan
31

perbedaan jenis makanan, konsumsi energy dan


protein dan keterkaitan jenis makanan jajanan dan
status gizi anak sekolah dasar di SD N 17 Dangin
Puri dan SD N 3 Penatih kota Denpasar.
Saran Masih terdapat masalah gizi di kedua sekolah
dasar, sehingga disarankan pihak sekolah dan
orang tua lebih mengendalikan asupan makanan
anak. Makanan jajanan anak sekolah kurang
bervariasi, sehingga disarankan agar kantin sekolah
lebih memvariasikan makanan jajanan yang dijual
dan sesuai syarat kesehatan dan kandungan gizi
yang baik.
32

Tabel 7
Hasil Analisis Review Literatur Artikel 4

Artikel 4

Sumber Penelitian Google Scholar


Peneliti Kurnia Noviani, dkk (2016)
Judul Penelitian Kebiasaan Jajan dan Pola Makan serta
Hubungannya dengan Status Gizi Anak Usia
Sekolah Dasar di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta
Tujuan penelitian Untuk mengetahui hubungan kebiasaan jajan dan
pola makan dengan status gizi di SD Sonosewu
Bantul Yogyakarta
Desain Penelitian Cross-sectional
Sampling 65 siswa (kelas III, IV dan V )
Hasil Penelitian Sebanyak 81% (27 anak) memiliki kebiasaan jajan
yang sering dengan status gizi normal.
Sebanyak 21,9% (7 anak) memiliki kebiasaan jajan
yang jarang/tidak sering dengan status gizi kurus.
Sebanyak 75% (9 anak) memiliki pola makan yang
baik (≥80% AKG) dengan status gizi kurus.
Sebanyak 66% (34 anak) memiliki pola makan yang
tidak baik (<80% AKG) dengan status gizi normal.
Hasil uji korelasi hubungan kebiasaan jajan dengan
status gizi diperoleh nilai (p>0,05), yang artinya
tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan
status gizi. Hasil uji korelasi hubungan pola makan
dengan status gizi diperoleh nilai (p<0,05), yang
artinya ada hubungan antara pola makan dengan
status gizi.
Kesimpulan Tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan
status gizi. Hal ini disebabkan karena dalam
33

penelitian ini hanya melihat frekuensi jajan saja


tanpa melihat kualitas dan kuantitas makanan
jajanan tersebut. Sedangkan untuk pola makan ada
hubungan dengan status gizi. Hal ini disebabkan
karena adanya pengaruh dari orangtua untuk
terbiasa sarapan pagi sebelum berangkat sekolah.
Saran Disarankan kepada pihak sekolah untuk
mengadakan program pemantauan status gizi dan
kesehatan secara rutin serta memberikan
penyuluhan atau edukasi terkait konsumsi makanan
yang bergizi seimbang, menyeleksi dan
mengedukasi para penjaja makanan di sekolah
mengenai higiene dan sanitasi makanan serta untuk
menyediakan makanan jajan yang bergizi seimbang
turut berpartisipasi terhadap perbaikan status gizi
siswa. Untuk siswa sebaiknya memilih makanan
jajan yang yang bersih dan sehat serta bergizi.
Untuk orangtua agar lebih memperhatikan dan
menyediakan pemenuhan kebutuhan gizi anak
sesuai kebutuhannya.
34

Tabel 8
Hasil Analisis Review Literatur Artikel 5

Artikel 5

Sumber Penelitian Google Scholar


Peneliti Rizka Anggrainy, dkk (2018)
Judul Penelitian Hubungan Mengkonsumsi Jajan dengan Status Gizi
pada Anak Sekolah Dasar di SDN 42 Pekanbaru
Tujuan penelitian Untuk mengetahui apakah ada hubungan
mengkonsumsi makanan jajan dengan status gizi
pada anak sekolah dasar di SDN 42 Pekanbaru
Desain Penelitian Cross-sectional
Sampling 82 siswa(kelas V)
Hasil Penelitian Sebanyak 63,4% (52 anak) memiliki kebiasaan
jajan yang sering dan tidak sehat dengan sttaus gizi
normal.
Sebanyak 36,6% (30 anak) memiliki kebiasann
jajan yang sering dan sehat dengan status gizi
normal.
Hasil uji korelasi antara hubungan mengonsumsi
makanan jajan dengan status gizi diperoleh nilai
(p<0,05), yang artinya ada hubungan
mengkonsumsi makanan jajan dengan status gizi
pada anak sekolah dasar di SD N 42 Pekanbaru.
Kesimpulan Ada hubungan yang bermakna antara
mengonsumsi makanan jajan dengan status gizi
siswa SDN 42 Pekanbaru. Makanan jajan
memberikan kontribusi masing-masing sebesar
22,9% dan 15,9% terhadap keseluruhan asupan
energi dan protein anak sekolah dasar. Survei awal
menunjukkan 8 dari 10 siswa mengaku sering jajan
35

di sekolah.
Saran Untuk orangtua dan pihak sekolah diharapkan untuk
lebih memperhatikan kebersihan dan kandungan
gizi jajanan yang biasa dikonsumsi oleh anak
sekolah, karena apa yang mereka makan akan
memengaruhi status gizi pada anak.
36

Tabel 9
Hasil Analisis Review Literatur Artikel 6

Artikel 6

Sumber Penelitian Google Scholar


Peneliti Nasrudin, dkk (2016)
Judul Penelitian Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan
dengan Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak
Sekolah Dasar Negeri Malalayang kota Manado
Tujuan penelitian Untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi
makanan jajanan dengan status gizi dan prestasi
belajar anak Sekolah Dasar Negeri Malalayang kota
Manado
Desain Penelitian Cross-sectional
Sampling 77 siswa (kelas IV-V)
Hasil Penelitian Sebanyak 13% (10 anak) memiliki kebiasaan jajan
sering dengan status gizi kurus.
Sebanyak 53,2% (41 anak) memiliki kebiasaan
jajan sering dengan status gizi normal.
Sebanyak 3,9% (3 anak) memiliki kebiasaan jajan
sering dengan status gizi gemuk.
Sebanyak 9% (7 anak) memiliki kebiasaan jajan
yang jarang/tidak sering dengan status gizi kurus.
Sebanyak 21% (16 anak) memiliki kebiasaan jajan
yang jarang/tidak sering dengan status gizi normal.
Hasil uji korelasi hubungan kebiasaan jajan dengan
status gizi diperoleh nilai (p<0,05), yang artinya ada
hubungan antara frekuensi mengkonsumsi
makanan jajan dengan status gizi anak SD N
Malalayang Manado.
Kesimpulan Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi
37

konsumsi makanan jajanan dengan status gizi


siswa di SD N Malalayang kota Manado. Walaupun
demikian makanan jajanan yang tidak sehat
bukanlah makanan yang disarankan untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
Saran Bagi orangtua siswa yang mempunyai anak dengan
kebiasaan jajan yang sering agar dapat memantau
anak dalam memilih makanan jajanan sehingga
tidak terjadi gangguan gizi ataupun gangguan
kesehatan lainnya.
38

Tabel 10
Hasil Analisis Review Literatur Artikel 7

Artikel 7

Sumber Penelitian Google Scholar


Peneliti Hastutik, dkk (2018)
Judul Penelitian Deskripsi Kebiasaan Jajan pada Anak Sekolah
Dasar Negeri 03 Kragilan Mojolaban Sukoharjo
Tujuan penelitian Untuk mengetahui gamabran kebiasaan jajan pada
anak sekolah dasar (SD)
Desain Penelitian Cross-sectional
Sampling 29 siswa (kelas V – VI)
Hasil Penelitian Sebanyak 96,6% (28 anak) memiliki kebiasaan
jajan yang sering dan sebanyak 3,4% (1 anak) yang
tidak memiliki kebiasaan jajan.
Sebanyak 55,2% (16 anak) memiliki pengetahuan
terkait gizi dengan kategori yang baik.
Sebanyak 82,8% (24 anak) memiliki kebiasaan
sarapan pagi dan sebanyak 17,2% (5 anak)
memiliki kebiasaan tidak saran pagi.
Sebanyak 65,5% (19 anak) membawa bekal ke
sekolah dan sebanyak 44,9% (10 anak) tidak
membawa bekal ke sekolah.
Hasil p value yaitu p<0,05, yang artinya ada
hubungan antara kebiasaan jajan dengan status
gizi.
Kesimpulan Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
jajan dengan status gizi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua siswa mendapat uang
saku dari orangtua lebih dari Rp 5.000,00 per-
harinya. Siswa yang jajan disekolah mayoritas
39

menghabiskan uang jajan sebesaar Rp 1.000,00 –


Rp 3.000,00, begitu juga dengan siswa yang jajan
diluar sekolah.
Saran Bagi orangtua siswa agar dapat memantau anak
dalam memilih makanan jajanan sehingga anak
tidak sembarangan membeli makanan jajananyang
dapat menimbulkan gangguan gizi ataupun
gangguan kesehatan lainnya.
40

B. Pembahasan
Tabel diatas menunjukkan artikel penelitian memberikan
gambaran kebiasan jajan, perilaku dalam pemilihan makanan jajan
dan asupan zat gizi makro dengan status gizi siswa sekolah dasar :

1. Kebiasaan jajan dengan status gizi


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizka A,
dkk pada tahun 2018 dapat diketahui bahwa untuk korelasi antara
kebiasaan jajan dengan status gizi didapat nilai probabilitas
sebesar 0,042 (<0,05) yang artinya ada hubungan antara
kebiasaan jajan dengan status gizi siswa. Sebanyak 63,4% (52
anak) memiliki kebiasaan jajan yang sering dan sebanyak 36,6%
(30 anak) memiliki kebiasaan jajan yang jarang.
Hasil penilitian yang dilakukan oleh Hastutik, dkk pada tahun
2018 didapatkan hasil uji korelasi p <0,050. Sebanyak 96,6% (28
anak) memiliki kebiasaan jajan yang sering dan sebanyak 3,4% (1
anak) yang tidak memiliki kebiasaan jajan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Dwikani O.A, dkk pada
tahun 2018 dapat dengan hasil uji korelasi hubungan kebiasaan
jajan dengan status gizi yang menujukkan adanya hubungan yang
signifikan antara kebiasaan jajan dengan status gizi, karena nilai r
= 0,220 dan nilai p (sig) = 0,022.Sebanyak 87,2% (95 anak)
memiliki kebiasaan jajan yang sering dan sebanyak 12,8% (14
anak) memiliki kebiasaan jajan yang jarang.
Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian yang
dilakukan oleh Nasrudin, dkk pada tahun 2016 yang mendapatkan
hasil uji korelasi 0,012 (<0,05) yang berarti ada hubungan antara
kebiasaan jajan dengan status gizi siswa sekolah dasar.
Sebanyak 71,4% (54 anak) memiliki kebiasaan jajan yang sering
dan sebanyak 28,6% (23 anak) memiliki kebiasaan jajan yang
jarang.
41

Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Kurnia N, dkk tahun 2016 yang menyatakan tidak ada hubungan
antara kebiasaan jajan dengan status gizi siswa dengan hasil uji
korelasi 0,781 (>0,050). Sebanyak 81% (27 anak) memiliki
kebiasaan jajan yang sering dengan status gizi normal dan
sebanyak 21,9% (7 anak) memiliki kebiasaan jajan yang
jarang/tidak sering dengan status gizi kurus.
Penelitian Kurnia N, dkk sejalan dengan penelitian Made
P.D.P tahun 2018 menyatakan bahwa tidak ada kecenderungan
antara kebiasaan jajan dengan sttaus gizi anak sekolah dasar.
Perbedaan hasil penelitian terkait kebiasaan jajan ini bisa
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya dorangan dari
orangtua untuk membiasakan anak sarapan dirumah sebelum
berangkat sekolah, uang saku, ikut-ikutan teman (faktor
lingkungan).
Kebiasaan jajan dapat mempengaruhi status gizi dilihat dari
frekuensi/seberapa sering siswa membeli dan mengkonsumsi
jajanan per-harinya. Kebiasaan jajan dapat meingkatkan asupan
energi yang dikeluarkan. Konsumsi jajanan dalam porsi besar
akan menyumbangkan asupan energi yang tinggi begitu juga
sebaliknya. Makanan dan minuman olahan pabrik lebih
mengutamakan bentuk, rasa dan hasil olahannya sehingga terlihat
menarik, terutama dikalangan anak usia sekolah yang tertarik
terhadap warna-warna serta bentuk yang menarik dan mencolok,
akan tetapi kandungan zat gizi pada makanan jajanan tersebut
tidak beragam. Sedangkan makanan jajanan olahan pedagang
pada umumnya tidak memiliki higiene yang cukup baik, terutama
makanan dan minuman yang dijual dipinggir jalan.
Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian budaya dari satu
keluarga. Makanan jajanan diluar/didalam sekolah seringkali tidak
memperhatikan mutu gizi, kebersihan, dan keamanan bahan
42

pangan. Tidak sedikit juga masalah yang timbul akibat orangtua


kurang peduli terhadap makanan yang dikonsumsi anak di
sekolah. Makanan yang tidak aman dan tidak bergizi dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti diare bahkan
kanker.
Sehingga kebiasaan jajan berkaitan erat dengan pemenuhan
kebutuhan gizi terutama pada saat sekolah, hal inilah yang
menjadikan salah satu alasan bahwa siswa biasa jajan dengan
alasan untuk mengisi perut karna lapar di jam istirahat.

2. Perilaku dalam pemilihan makanan jajan dengan status gizi


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul I, tahun 2017
terkait perilaku siswa dalam memilih makanan jajanan didapatkan
hasil ada hubungan antara perilaku pemilihan makanan jajan
siswa dengan status gizi.
Hasil penelitian Rizka A, tahun 2018 menyatakan ada
hubungan terkait perilaku pemilihan makanan jajanan dengan
status gizi. Sebanyak 63,4% (52 anak) memiliki kebiasaan jajan
yang sering dan tidak sehat dengan sttaus gizi normal dan
sebanyak 36,6% (30 anak) memiliki kebiasann jajan yang sering
dan sehat dengan status gizi normal.
Hasil penelitian Hastutik, dkk tahun 2018 menyebutkan
bahwa Sebanyak 55,2% (16 anak) memiliki pengetahuan terkait
gizi dengan kategori yang baik.
Pemilihan jajanan merupakan perwujudan dari perilaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku berupa
faktor intern dan faktor ekstern. Pengetahuan merupakan faktor
intern yang paling berpengaruh terhadap pemilihan makanan
jajanan. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan terkait gizi
makanan, kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi dari luar.
Faktor yang mendukung dalam memilih makanan dibagi menjadi
43

tiga, yaitu faktor terkait makanan, personal dan sosial ekonomi.


Dari ketiga faktor tersebut, yang termasuk faktor ekstern adalah
faktor terkait makanan yaitu gizi makanan dan komponen kimia
yang terkandung di dalam makanan dan faktor terkait sosial
ekonomi yaitu merk, harga, ketersediaan, dan lingkungan.
Sedangkan faktor terkait personal termasuk dalam faktor intern.
Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan
konsumsi pangan. Individu yang memiliki pengetahuan baik akan
mempunyai kemampuan dalam menerapkan pengetahuan gizinya
dalam memilih ataupun mengolah pangan sehingga konsumsinya
mencukupi kebutuhan.
Tingkat pengetahuan gizi sangat berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi keadaan gizi individu yang bersangkutan.

3. Asupan energi dengan status gizi


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwikani O.A, tahun
2018 menyebutkan persentase kontribusi energi sebesar 51,01%
dengan status gizi gemuk.
Penelitian yang dilakukan oleh Made P.D.P, tahun 2018
yang menyebutkan di SD N 17 Dangin Puri persentase kontribusi
energi yang kurang sebesar 64% (16 anak) dengan status gizi
normal, persentase kontribusi energi yang kurang sebesar 100%
(1 anak) dengan status gizi kurus, sedangkan persentase
kontribusi energi yang baik sebesar 100% (14 anak) dengan
status gizi gemuk dan sebear 36% (9 anak) dengan status gizi
normal. Hasil di SD N 3 Penatih persentase kontribusi energi yang
kurang sebesar 33,3% (7 anak) dengan status gizi normal,
persentase kontribusi energi kurang sebesar 100% (3 anak)
dengan status gizi kurus, sedangkan persentase kontribusi energi
baik dengan status gizi baik sebesar 66,7% (14 anak) dengan
44

status gizi normal dan sebesar 100% (14 anak) dengan status gizi
gemuk.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih M, tahun 2018
didapatkan hasil persentase kontribusi energi yang kurang
sebesar 66,6% (8 anak) dengan status gizi kurus, sebesar 16,7%
(2 anak) dengan status gizi normal dan sebesar 16,7% (2 anak)
dengan status gizi gemuk, sedangkan persentase kontribusi
energi yang baik dengan status gizi sebesar 7,4% (4 anak)
dengan status gizi kurus, sebesar 51,9% (28 anak) dengan status
gizi normal dan 40,7% (22 anak) dengan status gizi gemuk.
Makanan jajanan yang baik memberikan kontribusi terhadap
energi ≥20% terhadap keseluruhan energi anak sekolah dasar
dengan tujuan untuk menggantikan kontribusi terhadap asupan
anak di pagi hari apabila mereka tidak sarapan dirumah sebelum
berangkat ke sekolah. Namun, kualitas jajanan belum baik
dikarenakan jajanan umumnya tinggi energi, lemak namun rendah
protein. Disisi lain, terdapat penelitian yang menyatakan bahwa
kontribusi jajanan tidak melebihi anjuran.
Anak yang gemuk bahkan obesitas cenderung lebih tinggi
kontribusi jajannya dibandingkan anak yang kurus. Sebagian
besar jajanan yang ada di sekolah diolah secara digoreng. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya sumbangan yang tinggi pada
energi dan lemak. Anak dengan status gizi normal lebih menyukai
jajanan jenis kue, biskuit, minuman kemasan dan soda,
sedangkan anak dengan status gizi gemuk lebih menyukai jenis
makanan yang digoreng, minuman kemasan dan fastfood.
Kebiasaan mengonsumsi jajanan berhubungan dengan
peningkatan asupan energi dan signifikan terhadap berpengaruh
terhadap asupan energi.
Asupan energi diperoleh dari bahan makanan yang
mengandungkarbohidrat, lemak dan protein.Energi dibutuhkan
45

untuk memilihara fungsidasar tubuh yang disebut metabolisme


basal. Tingkat kecukupan energi iniakan mempengaruhi status
gizi.Status gizi seseorang dapat dikatakan baik jika tingkat
asupanenergi nya baik.Semakin meningkatnya jumlah asupan
energi, semakin meningkat nilai Z-Score.

4. Asupan protein dengan status gizi


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwikani O.A, tahun
2018 menyebutkan persentase kontribusi protein sebesar 40,92%
dengan status gizi gemuk.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Made P.D.P, tahun
2018 menyebutkan bahwa di SD N 17 Dangin Puri persentase
kontribusi protein kurang sebesar 56% (14 anak) dengan status
gizi normal, sebesar 100% (1 anak) dengan status gizi kurus,
sedangkan persentase kontribuai protein baik sebesar 44% (11
anak) dengan status gizi normal dam sebesar 100% (14 anak)
dengan status gizi gemuk. Hasil yang didapat di SD N 3 Penatih
persentase kontribusi protein kurang sebesar 33,3% (7 anak)
dengan status gizi normal, sebesar 100% (3 anak) dengan status
gizi kurus, sedangkan persentase kontribusi protein baik sebesar
66,7% (14 anak) dengan status gizi normal dan sebesar 100% (14
anak) dengan status gizi gemuk.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih M, tahun 2018
didapatkan hasil persentase kontribusi protein yang kurang
sebesar 29,4% (5 anak) dengan status gizi kurus, sebesar 53% (9
anak) dengan status gizi normal dan sebesar 17,6% (3 anak)
dengan status gizi gemuk, sedangkan persentase kontribusi
protein yang baik dengan status gizi sebesar 14,2% (7 anak)
dengan status gizi kurus, sebesar 42,9% (21 anak) dengan status
gizi normal dan 42,9% (21 anak) dengan status gizi gemuk.
46

Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak


berperansebagai sumber energi, tetapi berfungsi untuk mengganti
jaringan dan seltubuh yang rusak.Untuk pertumbuhan dan
perkembangan secara normal,anak harus mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup. Rahayu dalam Febry, (2006)
menyatakan bahwa tinggirendahnya sumbangan asupan zat gizi
makro berhubungan erat denganragam makanan yang dikonsumsi
dan jumlah yang dikonsumsi, makinbanyak jumlah dan makin
beragam jenis jajanan yang dikonsumsi makamakin tinggi
sumbangan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan.

5. Asupan lemak dengan status gizi


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwikani O.A, tahun
2018 menyebutkan persentase kontribusi lemak sebesar 17,48%
dengan status gizi gemuk.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih M, tahun 2018
didapatkan hasil persentase kontribusi lemak yang kurang
sebesar 43,7% (7 anak) dengan status gizi kurus, sebesar 37,6%
(6 anak) dengan status gizi normal dan sebesar 18,7% (3 anak)
dengan status gizi gemuk, sedangkan persentase kontribusi lemak
yang baik dengan status gizi sebesar 10% (5 anak) dengan status
gizi kurus), sebesar 48% (24 anak) dengan status gizi normal dan
42% (21 anak) dengan status gizi gemuk.
Asupan lemak dalam sehari didapatkan dari total asupan
lemakyang dikonsumsi di rumah ditambah asupan lemak di
sekolah. Banyakjajanan yang mengandung tinggi lemak dapat
menambah asupan lemaksiswa yang jarang mengkonsumsi
makan tinggi lemak dirumah.
47

6. Asupan karbohidrat dengan status gizi


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwikani O.A, tahun
2018 menyebutkan persentase kontribusi karbohidrat sebesar
28,68% dengan status gizi gemuk.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih M, tahun 2018
didapatkan hasil persentase kontribusi karbohidrat yang kurang
sebesar 30% (3 anak) dengan status gizi kurus, sebesar 20% (2
anak) dengan status gizi normal dan sebesar 50% (5 anak)
dengan status gizi gemuk, sedangkan persentase kontribusi
karbohidrat yang baik dengan status gizi sebesar 16,1% (9 anak)
dengan status gizi kurus, sebesar 50% (28 anak) dengan status
gizi normal dan 33,9% (19 anak) dengan status gizi gemuk.
Konsumsi karbohidrat lebih banyak dikonsumsi karena
sesuaidengan teori yang mengatakan bahwa karbohidrat
merupakan penyedia energi utama dan sumber makan relative
lebih murah dibandingkan denganzat gizi lain. Bervariasinya
makanan sumber karbohidrat dapat memudahkanresponden
untuk mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat,
dimanakecukupan asupan karbohidrat responden dapat dikatakan
baik karenakeragaman makanan sumber karbohidrat yang
dikonsumsi responden,dimana siswa sekolah dasar
selainmengkonsumsi nasi, mereka juga seringmengkonsumsi
biskuit, mie, makanan berbahan dasar tepung terigu, dan roti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan pencarian berbagai sumber jurnal/hasil
penelitian didaptkan 7 jurnal dari sumber Google Scholaryang
memiliki relevansi terhadap topikmasalah yang akan diteliti
terkait“Gambaran Kebisaan Jajan, Perilaku dalam Pemilihan
Makanan Jajan dan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi
pada Siswa Sekolah Dasar” dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari ke-7 jurnal, ada 5 jurnal yang memiliki hubungan antara
mengonsumsi makanan jajan dengan status gizi siswa
sekolah dasar (BB/TB), dan ada 2 jurnal yang tidak memiliki
hubungan antara mengonsumsi makanan jajan dengan
status gizi siswa sekolah dasar.
2. Rata-rata siswa yang memiliki kebiasaan jajan yang sering
dengan status gizi normal sebesar 54,5%, sebesar 13%
dengan status gizi kurus dan sebesar 32,5% dengan status
gizi gemuk. Persentase rata-rata siswa yang memiliki
kebiasaan jajan yang jarang dengan status gizi normal
sebesar 12,1%, sebesar 87,9% dengan status gizi kurus.
Faktor yang mempengaruhinya adalah terkait makanan,
personal, sosial ekonomi, ketersediaan makanan di sekolah,
uang saku, kebiasaan tidak sarapan dirumah, ikut-ikutan
teman, mudahnya menjangkau/mendapat akses untuk
membeli jajanan, harga yang murah untuk dijangkau.
3. Sebanyak 56,25% masih kurang dalam pemilihan makanan
jajan (pengetahuan, sikap dan tindakan). Siswa/i masih
memilih dan membeli makanan jajan melihat dari aspek
warna yang menarik, makanan dan minuman yang manis-

48
49

manis, makanan jajan yang dibungkus dengan


koran/plastik.Sebanyak 43,75% anak sekolah dasar sudah
memiliki kemampuan yang baik dalam perilakunya memilih
makanan jajanan (pengetahuan, sikap dan tindakan).
4. Rata-rata asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
cukup untuk menyumbang dalam kebutuhan
sehari.Makanan jajanan yang dikonsumsi dengan frekuensi
jajan yang sering memberikan kontribusi zat gizi terhadap
asupan gizi harian melebihi anjuran kebutuhan selingan
yakni >20%. Ada hubungan antara asupan zat gizi makro
dengan status gizi.
50

B. SARAN
1. Para guru sebaiknya memberikan penyuluhan kepada siswa
terkait makanan jajan yang baik untuk dikonsumsi baik dari segi
kemasan, tampilan maupun rasa.
2. Pihak sekolah agar lebih mengawasi para pedagang terkait
kemasan yang digunakan agar tidak membahayakan siswa.
3. Para orang tua agar bisa lebih memantau sang anak dalam
memilih makanan jajan yang baik untuk menghindari anak
terkena gangguan kesehatan bahkan gangguan gizi.
4.Para penyedia jajan (pedagang) agar lebih mempertimbangkan
faktor-faktor yang bisa mempengaruhi anak untuk
mengkonsumsi makanan jajan.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, S.S.S. (2011). Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) Dan
Hubungannya Dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian Di
Yayasan Kampung Kids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009.
Jakarta. Available:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314222S_Sarah%20Salim%
20S.%20Alatas.pdf.E.(Skripsi). (diakses : 5 Desember 2019)

Almatsier, S. (2009).Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Gramedia Pustaka: Jakarta.


(diakses : 19 Oktober 2019)

Almatsier, S. (2011).Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Utama. (diakses : 19 Oktober 2019)

Angka Kecukupan Gizi (2019). Available :https://pergizi.org/peraturan-


pemerintah-tentang-gizi-dan-pangan/ (diakses : 19 Oktober
2019)

Anggiruling, D.O., Ekayanti, I. dan Khomsan, A. (2018). Analisis


FaktorPemilihan Jajanan, Kontribusi Gizi dan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal MKMI: Vol 15, No 1.
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian
Bogor.Available:http://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/artic
le/view/5914/pdf (diakses : 17 April 2020)

Anggrainy, R., Yanti, P.D. dan Yuhelmi, D. (2018).Hubungan


Mengonsumsi Jajan dengan Status Gizi pada Anak Sekolah
Dasar Negeri 42 Pekanbaru.Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of
Midwifery Sciences): Vol 8, No 1. Available:
https://jurnal.stikesalinsyirah.ac.id/index.php/kebidanan/article/
view/118/76(dikakses : 4 Mei 2020)

Aprillia, B.A. (2011), Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan


Makanan Jajanan pada Anak Sekolah Dasar, Skripsi.
Semarang: Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro
Available:http://eprints.undip.ac.id/32606/1/403_Bondika_Aria
ndani_aprilia_G2C007016.pdf. E-Artikel Penelitian (diakses : 2
Januari 2020)

Awaliyah, N dan Listyani H, (2018) Hubungan Kebiasaan Sarapan dan


Asupan Protein dengan Daya Ingat Sesaat Siswa SDN
Totosari I dan SDN Tulungsari I di Surakarta. Skripsi tesis,
Universitas Muhammadiyah

51
52

Surakarta.Available:https://eprints.ums.ac.id/65904/ (diakses :
2 Januari 2020)

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Food


watch sistem keamanan pangan terpadu : kejadian luar biasa
keracunan pangan. Available from:
http://www.pom.go.id/surv/events/FW2ndedition/pdf(diakses :
21 Oktober 2019)

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.(2013).


Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) serta upaya
penanggulangannya. Info POM 2008 : Vol 9 No.6 Available
from :
http://perpustakaan.pom.go.id/koleksiLainnya/InfoPom/0608.p
df(diakses : 21 Oktober 2019)

Damapolii, W., N. Mayulu,, G. Masi. (2013). Hubungan Konsumsi Fast


Food Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak SD di Kota
Manado.ejournal Keperawatan. Available/
:http://eprints.ums.ac.id/52185/11/NASKAH%20PUBLIKASI%
20TIMESNEWROMAN.pdf (diakses : 2 Januari 2020)

Depatermen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2007).Gizi dan


Kesehatan Masyarakat.PT.Raja Grafindo Perkasa. Jakarta
(diakses : 29 Oktober 2019)

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia.(2011). Gizi dan kesehatan
Masyarakat.PT Rajagrafindo Persada. Jakarta (diakses : 19
Oktober 2019)

Depkes RI (2011). Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) [serial online].


Available:http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2011/11/LEMBAR-INFORMASI-NO-2-
2011.PDF (diakses : 19 Oktober 2019)

Devi, N. (2012). Gizi Anak Sekolah. Jakarta : PT. Kompas Media


Nusantara.

Dini, N. I., Fatimah, S., dan Suyatno.(2016). Hubungan Konsumsi


Makanan Jajanan Terhadap Status Gizi (Kadar Lemak Tubuh
dan IMT/U) Pada Siswa Sekolah Dasar (Studi di Sekolah
Dasar Negeri 01 Sumurboto Kota Semarang). Available:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/15568/
15060 (diakses : 19 Januari 2020)
53

Fahleni, R dan Tahlil, T. (2016). Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan


pada Anak Usia Sekolah di Aceh Besar. Vol 1, No 1.
Available:http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/1677/2904
(diakses : 17 April 2020)

Febry, F. (2006).Penentuan Kombinasi Makanan Jajanan Tradisional


Harapan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi Dan Protein
Anak Sekolah Dasar Di Kota
Palembang.Palembang.Available:http://eprints.undip.ac.id/173
40/1/FATMALINA_FEBRY.pdf. E. (Tesis). (diakses : 19
Oktober 2019)

Fitriani, L dan Andriyani S. (2015).Hubungan Antara Pengetahuan Dengan


Sikap Anak Usia Sekolah Akhir (10-12 Tahun) tentang
Makanan Jajanan di SD Negeri II Tagog Apu Padalarang
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia, 2015. Available
:https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/1184/829
(diakses : 22 Januari 2020)

Food and Agricultural Organization.(2009), Food safety and quality


(Streetfood).Available :www.fao.org (diakses : 19 Oktober
2019)

Gunarsa, S.D. (2008). Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan Anak dan


Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hanrizon, M. (2016).Kebiasaan Jajan dan Kontribusinya terhadap Asupan


Zat Gizi pada Siswa Sekolah Dasar di Bogor (Skripsi). Bogor:
58 Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Available :https://gizi.fema.ipb.ac/ujian-sidang-skripsi-
meiliana-hanrizon-i14134016(diakses : 2 Januari 2020)

Hapsari, R.N. (2013). Kontribusi Makanan Jajanan Terhadap Tingkat


Kecukupan Zat Gizi Makro Anak Sekolah Dasar Negeri Plalan
1 Surakarta.(Jurnal).Available
:http://eprints.ums.ac.id/27111/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
(diakses : 2 Januari 2020)

Hastutuk dan Putri, N.K.S.E. (2018).Deskripsi Kebiasaan Jajan pada Anak


Sekolah Dasar Negeri 03 Kragilan Mojolaban
Sukoharjo.Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.9
No.2 (2018) 162-167. Available:
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/467/
328 (diakses : 6 Mei 2020)
54

Iklima, N. (2017). Gambaran Pemilihan Makanan Jajanan Pada Anak


UsiaSekolah Dasar Babakan Sentral Kota
Bandung.(Jurnal).Available:http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/inde
x.php/jk (diakses : 19 Oktober 2019)

Irianto, K. (2014). Gizi Seimbang Dlam Kesehatan Reproduksi.Bandung :


Alfabeta. (diakses : 2 Januari 2020)

Kemenkes RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor:1995/MENKES/SK/XII/2010. Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak. (diakses : 10 Desember 2019)

Nasrudin, Rumagit, F.A. dan Pascoal, M.E. (2016). Hubungan Frekuensi


Konsumsi Makanan Jajanan dengan Status Gizi dan Prestasi
Belajar Anak Sekolah Dasar Negeri Malalayang kota Manado.
Available: https://ejurnal.poltekkes-
manado.ac.id/index.php/gizi/article/download/91/75 (diakses :
4 Mei 2020)

Notoatmodjo S. (2003). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta (diakses : 5 Desesmber 2019)

Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka


Cipta. (diakses : 5 Desember 2019)

Noviani, K., Afifah, E., dan Astiti, D. (2016).Kebiasaan Jajan dan Pola
Makan serta Hubungannya dengan Status Gizi Anak Usia
Sekolah di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta. Available:
http://www.ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/
334/305 (diakses : 19 Januari 2020)

Paratmanitya, Y dan Aprilia, V. (2016).Kandungan bahan tambahan


pangan berbahaya pada makanan jajanan anak sekolah dasar
di Kabupaten Bantul.Available
:http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/329(d
iakses : 10 Desember 2019)

PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia).(2009). Kamus Gizi Pelengkap


Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas Media Nusantara.
(diakses : 19 Oktober 2019)

Proverawati, A dan Wati, E.K. (2012).Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Available
:http://eprints.ums.ac.id/34389/15/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf(
diakses : 10 Desember 2019)
55

Purnawijaya, M.P.D. (2018). Pola Konsumsi Makanan Jajanan dan Status


Gizi Anak Sekolah Dasar SD N 17 Dangin Puri dan SD N 3
Penatih Kota Denpasar.Available: http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/796/ (diakses : 2 Januari 2020)

Riskesdas.(2018). Riset Kesehatan Dasar 2018.Jakarta: Departemen


Kesehatan RI (diakses : 19 Oktober 2019)

Rosa, R (2011). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan serta


kebiasaan jajan siswa di sekolah dasar di Depok dan
sukabumi.Skripsi.Depatermen Gizi Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.Available
:http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-08/S46513-
Nikita%20Dewayani(diakses : 21 Desember 2019)

Rosyidah, C (2015). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku


anak SD mengenai pemilihan makanan jajanan dengan status
gizi di SD Negeri Kudu 02 Baki Kabupaten
Sukoharjo.Skripsi.Surakarta: Program Studi Ilmu Gizi,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta Available
:http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/39816/1/(diakses : 21
Desember 2019)

Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta:


Kencana.

Satrio, D. (2017). Pelaksanaan Pengawasan Peredaran Bahan Berbahaya


(B2) oleh BPOM Provinsi Jawa Timur dan Dinas Terkait (Studi
Kasus di Malang).Undergraduate (S1) thesis, University of
Muhammadiyah Malang.Available
:http://eprints.umm.ac.id/37821/(diakses : 22 Januari 2020)

Snell, R.S. (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-
6. EGC: Jakarta.

Supariasa, dkk (2012).Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC. (diakses : 22 Desember 2019)

Supariasa, dkk (2016).Penliaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC. (diakses : 22 Desember 2019)

Yusuf, S. (2011).Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:


Remaja Rosdakarya.
2
3
4

Anda mungkin juga menyukai