Anda di halaman 1dari 85

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN POLA MAKAN

DENGAN STATUS GIZI SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan


Diploma III (Tiga) kesehatan bidang gizi

Oleh:
SARI RACHMA
Nomor Induk Mahasiswa: PO.71.31.1.11.057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN GIZI
PALEMBANG
2014
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah berjudul “Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Pola
Makan dengan status gizi siswa SD Negeri 85 Palembang ” telah memperoleh
persetujuan.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Nyimas Nur Khotimah, M.Kes Muzakar, S.ST,M.PH


NIP.19640101 198603 2 004 NIP.19630701 199103 1 002

ii
PANITIA SIDANG
UJIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN POLA MAKAN


DENGAN STATUS GIZI SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Dipersiapkan dan disusun oleh :


SARI RACHMA
NIM. PO.71.31.1.11.057

Telahdipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal :


24 Juli 2014
Dan dinyatakan telah memenuhi syaratuntuk di terima.

Susunan Tim Penguji,


Penguji I, Penguji II,

Hana Yuniarti,SKM,M.Kes Susyani.S.SiT,M.Kes


NIP. 19570603 198201 2 004 NIP. 19650330 198603 2 002

Ketua,

Dra.Nyimas Nur Khotimah,M.Kes


NIP.19640101 198603 2 004

Politeknik Kesehatan Kemenkes RI


Jurusan Gizi Palembang,
Ketua,

Podojoyo, SKM, M.Kes


NIP. 19680225 199303 1 002

iii
PANITIA SIDANG
UJIAN AKHIR PROGRAM

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN POLA MAKAN


DENGAN STATUS GIZI SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Dipersiapkan dan disusun oleh :

SARI RACHMA
PO.71.31.1.11.057
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal :
24 Juli 2014
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk di terima.

Susunan Tim Penguji,


Penguji I, Penguji II,

Hana Yuniarti,SKM,M.Kes Susyani.S.SiT,M.Kes


NIP. 19570603 198201 2 004 NIP. 19650330 198603 2 002

Ketua,

Dra.Nyimas Nur Khotimah,M.Kes


NIP.19640101 198603 2 004
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI
Jurusan Gizi Palembang,
Ketua,

Podojoyo, SKM, M.Kes


NIP. 19680225 199303 1 002

iv
Motto:
- Keberhasilan adalah sebuah proses. Niatmu adalah awal
keberhasilan. Peluh keringatmu adalah penyedapnya. Tetesan air
matamu adalah pewarnanya. Doamu dan doa orang-orang di
sekitarmu adalah bara api yang mematangkannya. Kegagalan di
setiap langkahmu adalah pengawetnya. Maka dari itu, bersabarlah!
Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh kesabaran dalam
proses menuju keberhasilan. Sesungguhnya kesabaran akan
membuatmu mengerti bagaimana cara mensyukuri arti sebuah
keberhasilan
- Saat kau tak dihargai orang lain disitu ada pesan "perbanyaklah
prestasimu sehingga orang tahu siapa dirimu

Ku persembahkan Kepada:
Allah SWT
Orangtuaku (M.Yusuf dan Sastri)
Kakak dan Adikku (M. Saribi dan Khodijah Shafaria)
Keluarga Besarku
Dosen-dosen gizi
Sahabat dan Keluarga gizi tahun 2011
Keluarga Akipolstar
Almamaterku
Poltekkes Kemenkes Palembang

v
ABSTRAK

JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
KARYA TULIS ILMIAH, 24 JULI 2014

SARI RACHMA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN POLA MAKAN


DENGAN STATUS GIZI SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

xiv, 53 halaman, 21 tabel, 8 lampiran


Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Masalah gizi harus ditangani sejak dini.
Dalam jangka panjang kurang gizi membawa dampak bukan hanya pada
kehidupan anak-anak yang masih berusia muda, akan tetapi terjadi pada semua
golongan usia. Status gizi buruk akan mengakibatkan kelainan pada jaringan otak
seseorang yang berpengaruh terhadap kemampuan belajar, kemampuan bereaksi
terhadap rangsangan dari lingkungannya sangat rendah, dan terjadinya perubahan
kepribadian anak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan
zat gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dan pola makan dengan
status gizi siswa SD Negeri 85 Palembang.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah siswa kelas IV dan V yang
berjumlah 325 siswa dan sampel penelitian ini berjumlah 63 siswa. Data status
gizi ditentukan dengan indeks antropometri IMT/U yang di analisis secara
komputerisasi, data asupan energy, protein, lemak dan karbohidrat diperoleh
menggunakan metode recall 3x24 jam, dan data pola makan diperoleh dengan
melalui kuesioner. Analisis yang digunakan adalah uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Setelah dilakukan uji Chi-square
maka didapatkan hasil bahwa status gizi ada hubungan yang bermakna dengan
asupan energi (p= 0,004), lemak (p= 0,009), dan karbohidrat (0,00), Tidak ada
hubungan yang bermakna antara asupan protein (p=0,497) dan pola makan
(p=0,767) dengan status gizi siswa.
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan ada kerjasama dan peran serta
guru dan orang tua dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan status gizi
siswa.
Daftar Pustaka : 35 (1992 – 2013)
Kata Kunci : asupan zat gizi makro, pola makan, status gizi anak sekolah dasar

vi
ABSTRACT

NUTRITIONDEPARTMENT
HEALTH POLITECHNIC OF PALEMBANG
SCIENTIFIC PAPERS, 24 JULY 2014

SARI RACHMA

RELATIONSHIP BETWEEN THE INTAKE OF MACRO-NUTRIENTS


(ENERGY, PROTEIN, FAT AND CARBOHYDRATE) DIET AND
NUTRITIONAL STATUS OF STUDENTS OF SD NEGERI 85 PALEMBANG
xiv, 53 o, pages, 21 tables, 8 attachments
Nutritional status is a condition of the body as a result of food
consumption and use of nutrients. Nutritional problems should be treated early. In
the long term malnutrition impacts not only on the lives of children who are still
young, but occurs in all age groups. Poor nutritional status will lead to
abnormalities in the brain tissue that affect a person's ability to learn, ability to
react to stimuli from the environment is very low, and the change of the child's
personality
The purpose of this study was to determine the relationship between the
intake of macro-nutrients (energy, protein, fat and carbohydrate) diet and
nutritional status of students of SD Negeri 85 Palembang.
This type of research is an observational study with cross-sectional
research design. The population is class IV and V which amounts to 325 students
and a sample of this research consisted of 63 students. Data nutritional status
determined by anthropometric indices IMT / U is in computerized analysis, the
data intake of energy, protein, fat and carbohydrates obtained using 3x24 hour
recall method, and the data obtained through the diet questionnaire. The analysis
used is the Chi-square test.
The results showed that after the Chi-square test showed that the
nutritional status of no significant correlation with energy intake (p = 0.004), fat
(p = 0.009), and carbohydrates (0.00), There is no significant relationship
between protein intake (p = 0.497) and diet (p = 0.767) and nutritional status of
students.
From the results of these studies are expected to be cooperation and
participation of teachers and parents in an effort to improve and maintain the
nutritional status of students.
References: 35 (1992 - 2013)
Keywords: nutrients intake, Diet, Nutritional Status of Elementary School
Children

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Pola Makan Dengan
Status Gizi Siswa SD Negeri 85 Palembang”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya pada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis
untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:
1. Ibu drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palembang.
2. Bapak Podojoyo, SKM, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Palembang.
3. Ibu Dra. Nyimas Nur Khotimah, M.Kes. selaku Pembimbing Utama yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, nasihat,
pengarahan, motivasi serta ilmu yang telah diberikan.
4. Bapak Muzakar, S.ST, M.PH. selaku Pembimbing Pendamping yang telah
banyak memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat, saran serta ilmu yang
telah diberikan.
5. Ibu Hana Yuniarti, SKM, M.Kes selaku Penguji I yang telah banyak
memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat, saran serta ilmu yang telah
diberikan.
6. Ibu Susyani, S.SiT, M.Kes selaku Penguji II yang telah banyak memberikan
pengarahan, bimbingan, nasihat, saran serta ilmu yang telah diberikan.
7. Dosen-dosen dan staf pengajar dan karyawan Jurusan Gizi Poltekkes
Palembang yang telah banyak memberikan bantuan selama ini.
8. Orangtuaku, adik, kakak, serta keluargaku yang telah memberikan doa,
semangat, motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materil.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih telah
memberikan bantuan yang sangat berguna dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.

viii
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran
untuk kesempurnaan KaryaTulis Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya.

Penulis,

ix
DAFTAR ISI

BAB Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ ii
PANITIA SIDANG UJIAN KARYA TULIS ILMIAH ................ iii
PANITIA SIDANG UJIAN AKHIR PROGRAM......................... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................... v
ABSTRAK......................................................................................... vi
ABSTRACT ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1


A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Hipotesis.................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6


A. Telaah Pustaka .......................................................................... 6
1. Status Gizi dan Penilaian Status Gizi ................................... 6
2. Anak Usia Sekolah ............................................................... 9
3. Asupan Zat Gizi Makro........................................................ 10
4. Pola Makan........................................................................... 19
B. Kerangka Konsep ...................................................................... 23
C. Variabel Penelitian……………………………………………. 23
D. Definisi Operasional.................................................................. 23

BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 26


A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 26
B. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................. 26
C. Populasi dan Sampel............................................................... 26

x
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ......................................... 28
E. Pengelolaan dan Analisis Data ............................................... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 33


A. Gambaran Umum Lokasi........................................................ 33
B. Karakteristik Umum Sampel .................................................. 34
C. Analisis Data........................................................................... 35
1. Analisis Univariat .............................................................. 35
2. Analisis Bivariat................................................................. 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 49


A. Kesimpulan ............................................................................... 49
B. Saran.......................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 51
LAMPIRAN................................................................................................ 374754

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Ambang Batas Status Gizi dalam IMT/U............................................ 8


2. Kebutuhan Zat Gizi Anak Menurut Kelompok Umur (AKG 2012).... 15
3. Ambang Batas Konsumsi Berdasarkan AKG……………….......…… 19
4. Jumlah Siswa SD Negeri 85 Palembang Tahun 2013/2014.........…… 34
5. Karakteristik Responden……………………………….....……..…… 34
6. Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa…………….....……………... 35
7. Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa……………….....…………... 36
8. Distribusi Frekuensi Asupan Energi Siswa …………….....………… 37
9. Distribusi Frekuensi Asupan Energi Siswa …………….....………… 37
10. Distribusi Frekuensi Asupan Protein Siswa ……..…………........… 38
11. Distribusi Frekuensi Asupan Protein Siswa ……..…………..…...... 38
12. Distribusi Frekuensi Asupan Lemak Siswa ……………......……… 39
13. Distribusi Frekuensi Asupan Lemak Siswa …………......………… 40
14. Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat Siswa ..………....……… 40
15. Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat Siswa ..………....……… 41
16. Distribusi Frekuensi Asupan Pola Makan Siswa ……......………… 41
17. Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi…………….......…… 42
18. Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi ………….....……… 43
19. Hubungan Asupan Lemak dengan Status Gizi ……….....………… 45
20. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi …….....……… 46
21. Hubungan Asupan Pola Makan dengan Status Gizi ……….....…… 47

xii
DAFTAR BAGAN

Nomor Halaman

1. Penilaian Status Gizi........................................................................ 7


2. Kerangka Konsep................................................ ............................ 23

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan besar sampel............... .................................................... 54


2. Proportional Stratified Random Sampling ......................................... 5
3. Surat Pernyataan Responden.............. ................................................ 5
4. Form recall 24 Jam............................. ............................................... 57
5. Kuesioner Penelitian........................................................................... 58
6. Data Responden.................................................................................. 61
7. Analisis Univariat...................................................... ......................... 64
8. Analisis Bivariat........................... ...................................................... 67

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu agenda pembangunan nasional adalah mewujudkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) yang sehat, cerdas, produktif dan mandiri. Basis
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya adalah
melalui peningkatan status gizi penduduk. Upaya peningkatan kualitas SDM
dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan perhatian utama
pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa
muda. Pada masa tumbuh kembang ini pemenuhan dasar anak-anak seperti
perawatan dan makanan bergizi yang diberikan secara baik dan benar sehingga
nantinya dapat membentuk SDM yang sehat dan produktif (Depkes, 2004
dalam Amelia, 2013).

Usia sekolah seorang anak akan mengalami berbagai perubahan. Pada


awal masa sekolah anak akan mulai masuk ke dunia baru, dia banyak
berhubungan dengan suasana lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini
banyak mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman – pengalaman
baru, kegembiraan anak di sekolah, rasa takut kalau terlamabat tiba di sekolah,
menyebabkan anak –anak sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan
mereka (Moehji, 2003).

Pada umunya anak usia sekolah mempunyai pola makan dan asupan
gizi yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayannya. Anak laki-laki
mengkonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan zat – zat
gizi yang diserapnya lebih besar daripada anak perempuan (Soetardjo dalam
Gizi dalam Daur Kehidupan, 2012).

Anak kelompok usia sekolah (6 – 12 tahun) termasuk salah satu


kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan energi
protein. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) menunjukkan sekitar 44,4 %
anak sekolah, tingkat konsumsi energinya kurang dari 70 % dari Angka

1
2

Kecukupan Gizi ( AKG ). Sebanyak 59,7 % anak usia sekolah tingkat


konsumsi proteinnya kurang dari 80 % berdasarkan AKG.

Menurut data riskesdas 2010, status gizi umur 6-12 tahun (IMT/U) di
Indonesia, yaitu prevalensi sangat kurus sebesar 4,6 %, kurus sebesar 7,6%,
gemuk sebesar 9,2% dan normal sebesar 78,6%. Sedangkan di Sumatera
Selatan, prevalensi sangat kurus sebesar 5,1 %, kurus sebesar 5,6 %, gemuk
sebesar 11,4 % dan normal sebesar 77,8 %. Sementara prevalensi status gizi di
wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu sangat kurus sebesar 2.2%, kurus sebesar
4.13%, normal sebesar 89.7 dan gemuk sebesar 7.5% (Data Puskesmas 7 Ulu,
2013).

Beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara asupan zat


gizi makro dan status gizi yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Yulni dkk
(2013) di wilayah pesisir kota Makassar dengan sampel 150 siswa dengan
melihat hubungan asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak, dan
karbohidrat) dengan status gizi pada anak. Penelitian survey analitik ini
menunjukkan ada hubungan antara zat gizi makro dengan status gizi anak
sekolah dasar.

Gizi buruk atau gizi salah ( malnutrition ) membawa dampak bukan


hanya pada kehidupan anak-anak yang masih berusia muda, akan tetapi terjadi
pada semua golongan usia. Status gizi buruk akan mengakibatkan kelainan
pada jaringan otak seseorang yang berpengaruh terhadap kemampuan belajar,
kemampuan bereaksi terhadap rangsangan dari lingkungannya sangat rendah,
dan terjadinya perubahan kepribadian anak (moehji, 2003).

Kurang gizi pada anak dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan


yang tidak hygiene akan menyebabkan penurunan reaksi kekebalan tubuh yang
berarti kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap serangan infeksi
menjadi turun (Ryadinency, 2012).

Berdasarkan observasi awal, didapatkan bahwa letak SD Negeri 85


Palembang Kecamatan Sebrang Ulu I yang terletak di daerah padat penduduk
3

dan terletak di daerah pinggiran sungai Musi serta di kawasan pasar, oleh
karena letak lokasinya yang strategis sehingga akses untuk mendapatkan
makanan yang mudah dan sanitasi lingkungan yang kurang baik maka peneliti
berminat meneliti mengenai hubungan asupan gizi makro (energi, protein,
lemak dan karbohidrat) dan pola makan dengan status gizi pada siswa SD
Negeri 85 Palembang Kecamatan Sebrang Ulu I.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan prevalensi status gizi di wilayah kerja Puskesmas 7 Ulu
sangat kurus sebesar 2.2%, kurus sebesar 4.13%, normal sebesar 89.7 dan
gemuk sebesar 7.5%.

Masih terdapatnya angka kejadian gizi sangat kurus dan letak lokasi
SD Negeri 85 Palembang Kecmatan Sebrang Ulu I merupakan wilayah kerja
Puskesmas 7 Ulu yang terletak didaerah yang padat penduduk dan terletak di
daerah pinggiran sungai Musi serta di kawasan pasar, oleh karena letak
lokasinya yang strategis sehingga akses mendapatkan makanan yang mudah
dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Maka peneliti berminat meneliti
mengenai hubungan asupan gizi makro (energi, protein, lemak dan
karbohidrat) dan pola makan dengan status gizi pada siswa SD Negeri 85
Palembang.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak dan
karbohidrat) dan pola makan dengan status gizi siswa SD Negeri 85
Palembang.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahui status gizi siswa di SD Negeri 85 Palembang.
b. Diketahui asupan zat gizi makro (energy) siswa di SD Negeri 85
Palembang.
4

c. Diketahui asupan zat gizi makro (protein) siswa di SD Negeri 85


Palembang
d. Diketahui asupan zat gizi makro (lemak) siswa di SD Negeri 85
Palembang
e. Diketahui asupan zat gizi makro (karbohidrat) siswa di SD Negeri 85
Palembang
f. Diketahui pola makan siswa di SD Negeri 85 Palembang.
g. Diketahui hubungan antara asupan zat gizi makro (energi) dengan
status gizi siswa SD Negeri 85 Palembang.
h. Diketahui hubungan antara asupan zat gizi makro (protein) dengan
status gizi siswa SD Negeri 85 Palembang.
i. Diketahui hubungan antara asupan zat gizi makro (lemak) dengan
status gizi siswa SD Negeri 85 Palembang.
j. Diketahui hubungan antara asupan zat gizi makro (karbohidrat) dengan
status gizi siswa SD Negeri 85 Palembang.
k. Diketahui hubungan antara pola makan dengan status gizi siswa SD
Negeri 85 Palembang

D. Hipotesis

1. Ada hubungan antara asupan zat gizi makro (energy) dengan status gizi.
2. Ada hubungan antara asupan zat gizi makro (protein) dengan status gizi.
3. Ada hubungan antara asupan zat gizi makro (lemak) dengan status gizi.
4. Ada hubungan antara asupan zat gizi makro (karbohidrat) dengan status
gizi.
5. Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman penelitian dibidang Gizi
Masyarakat, sekaligus sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah
diperoleh di bangku perkuliahan.
5

2. Bagi Jurusan Gizi


Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk
kepentingan pendidikan dan sebagai tambahan kepustakaan bagi mahasiswa
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Instalasi Terkait (Sekolah)


Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi sekolah
dalam memotivasi murid untuk memperhatikan status gizi dan
kesehatannya.

4. Bagi masyarakat
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk perubahan perilaku masyarakat agar
dapat ikut berperan serta dalam penanggulangan masalah gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Status Gizi dan Penilaian Status Gizi


a. Pengertian Status Gizi
Status gizi (Nutrition Status) merupakan ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari
nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa dkk, 2012).

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari


konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Adapun status gizi
dibedakan antara gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2009).

b. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi adalah upaya mengiterpretasikan semua
informasi yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi
makanan, biokimia dan klinik (Gibson, 1998 dalam Soekatri, 2011).

Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu


secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung meliputi
: antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Penilaian secara tidak
langsung meliputi : survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor
ekologi (Supariasa dkk, 2012).

6
7

BAGAN 1
PENILAIAN STATUS GIZI

Status Gizi

Pengukuran Langsung Pengukuran Tidak Langsung

1. Antropometri 1. Survei Konsumsi


2. Biokimia 2. Statistik Vital
3. Klinis 3. Faktor Ekologi
4. Biofisik

Sumber: Jellife dan Patrice, (1989) dalam Supariasa dkk, (2012)

Penilaian status gizi akan dilakukan dengan menggunakan metode


antropometri dengan alat bantu microtoice untuk mengukur tinggi badan
dan bathroom scale untuk mengukur berat badan.

1) Pengertian Antopometri
Antropometri berasal dari kata anthtropos yang artinya tubuh
dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Pengertian antropometri dari sudut pandang gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi .

Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai


status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Sedangkan indikator yang direkomendasikan untuk


menentukan status gizi anak usia 5-18 tahun yaitu Indeks Massa Tubuh
menurut umur (IMT/U) dalam WHO 2005 (Kemenkes RI, 2011).
8

2) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)


Indikator IMT/U juga dapat memberikan indikasi kekurusan
dan kegemukan (Kemenkes, 2010). Penilaian status gizi responden
dilakukan dengan menggunakan hasil perhitungan Indeks Massa
Tubuh (IMT) menurut Umur (IMT/U) dengan standar antropometri
WHO 2005 (kemennkes RI, 2011).

Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks


Massa Tubuh,terdiri dari :
a) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang
paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari
beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk
mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan
dengan tinggi badan (Gibson, 2005 dalam Khairina, 2008).

b) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat
merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan
Triyanti,2007 dalam Khairina, 2008).
Berikut ambang batas status gizi dalam IMT menurut Umur
(IMT/U) dalam Kemenkes RI (2011):

TABEL 1
AMBANG BATAS STATUS GIZI DALAM IMT/U

Kategori Ambang Batas IMT/U


Obesitas >2 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Kurus -3SD sampai dengan < -2 SD
Sangat Kurus < -3 SD
Sumber: (Kemenkes RI, 2011)
9

Dalam penelitian ini analisis penilaian status gizi dilakukan


dengan sistem komputerisasi. Dimana tahapannya sebagai berikut :
1) Anak ditimbang menggunakan bathroom scale, dan diukur tinggi
badannya menggunakan microtoise.
2) Setelah didapat, buka program WHO Anthroplus kemudian isi data
identitas, tanggal lahir, BB, TB dan LK/PR.
3) Kemudian akan muncul tampilan grafik pertumbuhan, kemudian
pilih jenis grafik, interpretasi grafik dalam persentil atau z-score
(persentil penggambaran data kuantitatif, z-score penggambaran
data kualitatif) dan data single point atau multiple points (single
point untuk melihat data sesaat, multiple points untuk melihat status
gizi anak tersebut).

2. Anak Usia Sekolah


a. Pengertian Anak Usia Sekolah
Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG)
(2012), mengelompokkan anak berdasarkan usia menjadi usia empat
golongan yaitu: usia 1-3 tahun, 4-6 tahun, 7-9 tahun, 10-12 tahun.

Menurut Soetardjo dalam Gizi dalam Daur Kehidupan (2011)


mengelompokkan anak berdasarkan usia menjadi tiga golongan yaitu:
usia 1-3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-9 tahun. Usia 1-3 tahun dan 4-6 tahun
disebut sebagai usia pra-sekolah, sedangkan usia 7-9 tahun sebagai usia
sekolah. Laju pertumbuhan pada ketiga kelompok anak ini menurun
dibandingkan dengan laju pertumbuhan cepat pada waktu bayi. Selama
masa ini, anak memperoleh keterampilan yang memungkinkannya
untuk makan secara bebas dan mengembangkan kesukaan makannya
sendiri. Perkembangan keterampilan otot membuat aktivitas fisiknya
meningkat.

Kelompok umur anak usia sekolah adalah anak yang berusia


antara 5-15 Tahun. Menurut jelliffe (1989) dalam Aritonang (2011),
keadaan anak pada kelompok ini adalah sebagai berikut:
10

1) Anak telah terbebas dari bahaya defisiensi gizi usia kanak-kanak;


2) Pertumbuhan anak selanjutnya berlangsung lebih lambat;
3) Imunitas terhadap penyakit infeksi dan parasit termasuk malaris
meningkat;
4) Beberapa keadaan akibat gizi salah mungkin masih ditemui.

b. Pertumbuhan Anak Usia Sekolah


Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak
dengan kecepatan pertumbuhan sehebat yang terjadi sebelumnya pada
masa bayi atau pada masa remaja nantinya. Rata-rata pertumbuhan tiap
tahun seorang anak pada usia sekolah adalah berkisar 3-3,5 kg untuk
berat dan sekitar 6 cm untuk ketinggian (Behrman, 2004 dalam
Sulistyoningsih, 2011).

Kecepatan pertumbuhan anak wanita dan laki-laki hampir


sama pada usia 9 tahun. Selanjutnya, anatara usia 10-12 tahun,
pertumbuhan anak wanita mengalami percepatan lebih dulu karena
tubuhnya menyebabkan persiapan menjelang usia reproduksi.
Sementara anak laki-laki baru dapat menuyusul dua tahun kemudian
(Arisman, 2004).

Menurut Brown (2005), pertumbuhan fisik anak usia Sekolah


Dasar (SD) cenderung stabil, tetapi perkembangan kognitif, emosional,
dan sosial berkembang pesat. Anak usia 6 sampai 12 tahun mulai
berhubungan tidak hanya dengan keluarga, tetapi juga dengan teman,
guru, pelatih, pengasuh, dan lain sebagainya. Orang di luar keluarga
turut mempengaruhi konsumsi makan anak (Leiliana, 2008).

3. Asupan zat gizi makro


Manusia membutuhkan berbagai zat gizi untuk menjaga kesehatan
dan daya tahan tubuh. Zat gizi adalah bahan kimia yang terdapat dalam
bahan pangan yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi,
11

membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan


(Almatsier, 2009).

Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar
dengan satuan gram (gr). Kelompok zat gizi makro terdiri dari karbohidrat,
lemak dan protein (Sulistyoningsih, 2011).

a. Energi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup
guna menunjang proses pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian.
Energi yang masuk melalui makanan harus seimbang dengan
kebutuhan energi seseorang (Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat FKM UI, 2012).

Sumber energi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti


lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan
makanan sumber karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-umbian dan
gula murni. Semua makanan yang dibuat dari bahan makanan tersebut
merupakan sumber energi (Almatsier, 2009).

Menurut Devi (2012), bila anak sekolah kurang energi


akibatnya :
1) Tidak optimal saat menerima pelajaran dan berpikir.
2) Tidak aktif dalam pergaulan.
3) Badannya kurus karena asupan energi dari makanan tidak
mencukupi. Sedangkan energi yang ada dalam tubuh telah
dipergunakan untuk berpikir dan beraktivitas bahkan persediaan
lemak dalam tubuh pun akhirnya terkuras.

Kelebihan energi diakibatkan bila konsumsi energi melalui


makanan melebihi dari energi yang dikeluarkan atau dipakai, energi
akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga menyebabkan berat badan
berlebih atau kegemukan. Kegemukan akan menyebabkan gangguan
dalam fungsi tubuh dan merupakan risiko terjadinya penyakit kronis,
12

seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit


kanker (Almatsier, 2009).

b. Protein
Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada dalam
otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di
dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh.
Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,
matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein (Almatsier, 2009).

Protein terdapat pada pangan nabati ataupun hewani. Bahan


makanan hewani sumber protein diantaranya adalah ikan, susu, telur,
daging, unggas dan kerang. Sedangkan, bahan makanan nabati sumber
protein adalah kedelai dan olahannya seperti temped an tahu, serta
kacang-kasangan lain (Sulistyoningsih, 2011).

Menurut Devi (2012), bila anak sekolah mengalami kekurangan


protein, maka akan berakibat :
1) Terhambatnya pertumbuhan fisik karena pada usia ini pertumbuhan
tinggi badan sangat pesat dan untuk itu diperlukan protein.
2) Terhambatnya perkembangan otak karena otak membutuhkan
protein untuk membangun dan menjaga sel-sel otak.
3) Menurunnya daya tahan tubuh anak terhadap penyakit karena
protein dibutuhkan untuk antibodi atau zat imun.

Konsumsi protein secara berlebihan tidak menguntungkan


bahkan dapat merugikan karena makanan yang tinggi protein biasanya
tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas (Almatsier, 2009).
Asupan protein yang berlebih, terutama pada bayi akan menyebabkan
kelebihan asam amino yang harus dimetabolisasi dan dieleminasi
sehingga menimbulkan stres berat pada hati dan ginjal tempat
deaminasi berlangsung (Arisman, 2007).
13

c. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori tinggi (1 gram lemak
menghasilkan 9 kilo kalori). Kebutuhan lemak yang dianjurkan 15 – 20
% dari energi total berasal dari lemak (PERSAGI, 2008).

Lemak berperan sebagai sumber dan cadangan energi, sumber


asam lemak essensial, pelarut vitamin A, D, E, K. lemak berguna
makanan mempunyai tekstur khusus, penyebab lamanya waktu
pengosongan lambung, dan sebagai lapisan lemak di bawah kulit.
(Aritonang, 2011).

Lemak merupakan salah satu penyumbang energi. Perlu


diketahui bahwa penyusun otak sebanyak 60 % adalah lemak dan DHA
(docosahexa acid) merupakan asam lemak yang paling banyak di otak
(Devi, 2012).

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak


kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, san
sebagainya), mentega, margarine, dan lemak hewan (lemak daging dan
ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging
dan ayam gemuk, krim susu, keju, kuning telur, serta makanan yang
dimasak dengan lemak atau minyak (Almatsier, 2009).

Menurut Devi (2012) Jika anak sekolah kekurangan lemak, maka


akan menyebabkan:

1) Persedian lemak dalam tubuh berkurang dan tubuh menjadi kurus.


2) Kekurangan lemak atau terjadi ketidakseimbangan antara asam
lemak, maka otak tidak akan berkembang atau berfungsi secara
optimal.
3) Kekurangan asam lemak omega 6 menyebabkan pertumbuhan
menurun, kegaglan reproduktif, perubahan kulit dan rambut sera
patologi hati.
14

4) Kekurangan asam lemak omega 3 menyebabkan penurunan


kemampuan belajar dan menurunya perkembangan kognitif.

d. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam
jumlah besar untuk menghasilkan energi atau tenaga. Kebutuhan yang
besar akan karbohidrat terjadi karena zat gizi ini terpakai habis dan
tidak didaur ulang (Hartono, 2006).

Karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi (1 gram


karbohidrat menghasilkan 4 kilo kalori). Dianjurkan 60-70 % energi
total berasal dari karbohidrat (PERSAGI, 2008)

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-


umbian, kacang-kacang kering dan gula. Sebagian besar sayur dan buah
tidak banyak mengandung karbohidrat (Almatsier, 2009).

Menurut Sulistyoningsih (2011), fungsi karbohidrat antara lain:

1) Membantu pengeluaran feses


2) Sebagai cadangan energi
3) Pemberi rasa manis pada makanan
4) Pengatur metabolisme lemak
5) Sebagai bagian dari struktur sel, dalam bentuk glycoprotein

Asupan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan serta


adanya gangguan terhadap proses metabolismenya dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Masalah yang timbul akibat kurangnya asupan
karbohidrat sebagai sumber energi utama dikenal dengan istilah Kurang
Energi Protein (KEP). Asupan karbohidrat yang melebihi kebutuhan
akan menyebabkan timbulnya berat badan yang berlebih
(Sulistyoningsih, 2011).

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (per orang


per hari) dinyatakan bahwa kebutuhan energi, protein, lemak dan
15

karbohidrat bagi usia anak sekolah dasar menurut umur dan jenis
kelamin sebagai berikut:

Tabel 2
Kecukupan Zat Gizi Anak Menurut Kelompok Umur (AKG 2012)

Jenis Kel BB TB Energi Protein Lemak KH


Kelamin Usia (kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g)
Anak 7-9 27 130 1850 49 72 254
Laki-laki 10-12 34 142 2100 56 70 289

Perempuan 10-12 36 145 2000 60 67 275


Sumber: Widya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG), 2012

Dari tabel 2 maka umur anak 7-9 tahun dengan BB 27 kg dan TB


130 cm, memerlukan energi sebesar 1850 Kalori, dan anak laki - laki
yang berumur 10-12 tahun dengan BB 34 kg dan TB 142 cm,
memerlukan energi sebesar 2100 Kalori, anak perempuan yang berumur
10-12 tahun dengan BB 36 kg dan TB 145cm, memerlukan energi
sebesar 2000 Kalori.

e. Hubungan zat gizi makro dengan status gizi

Kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh


digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini
berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya
terjadi kemerosotan jaringan. Pada hal ini, orang sudah dikatakan
malnutrisi walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan
dan pertumbuhan terhambat (Supariasa dkk, 2012).

Masukan zat gizi yang berasal dari makanan yang dimakan


setiap hari harus memenuhi kebutuhan. Jika masukan zat gizi dari
makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi
defesiensi zat gizi, yang termanifestasi oleh adanya gejala yang timbul.
Pada anak usia sekolah sering ditemukan tanda tanda penyakit
gangguan gizi dalam bentuk ringan maupun berat (Moehji, 2003).
16

Hasil penilitian yang dilakukan oleh Sirajuddin dkk (2012) di


Kecamatan Tallo Kota Makassar dengan melihat hubungan asupan zat
gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dengan status gizi
pada anak. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara zat gizi
makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dengan status gizi anak
sekolah dasar menurut IMT/U.

Penelitian juga dilakukan oleh Pusungulaa (2013) di SD Katolik


St, Malalayang Kota Manado dengan melihat asupan energi dengan
status gizi. Dan hasil analisis menunjukkan ada hubungan asupan energi
dengan status gizi menurut IMT/U.

Penilitian serupa yang dilakukan oleh Yulni dkk (2013) di


wilayah pesisir kota Makassar dengan sampel 150 siswa dengan
melihat hubungan asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak dan
karbohidrat) dengan status gizi pada anak. Penelitian survey analitik
ini menunjukkan ada hubungan antara zat gizi makro dengan status gizi
anak sekolah dasar.

f. Metode pengukuran asupan zat gizi makro

Dalam penelitian ini pengukuran asupan energi dilakukan


dengan metode food recall 24 jam. Menurut Supariasa dkk (2012),
pengukuran asupan zat gizi dengan metode food recall 24 jam yaitu
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi selama 24 jam yang lalu.

Responden diwawancarai dengan menceritakan semua yang


dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dimulai sejak bangun pagi sampai
istirahat tidur malam harinya. Recall 24 jam sebaiknya dilakukan
minimal 2 kali tanpa berurutan agar menghasilkan gambaran asupan zat
gizi optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan
zat gizi harian individu.
17

Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam


Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam yaitu:
1) Petugas menanyakan dan mencatat semua makanan dan minuman
yang dikonsumsi responden dalam Ukuran Rumah Tangga (URT)
selama 24 jam yang lalu.
2) Kemudian melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat
(gram).
3) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
4) Membandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk
Indonesia.

Kelebihan metode recall 24 jam yaitu:

1) Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.

2) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus


dan tempat yang luas untuk wawancara.

3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi


individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Kekurangan metode recall 24 jam yaitu:

1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila


hanya dilakukan recall satu hari.
2) Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh
karena itu responden harus mempunyai daya ingat baik, sehingga
metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia dibawah 7 tahun,
orang tua berusia diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan
atau yang pelupa.
18

3) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang


kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate)
dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih
sedikit (under estimate).
4) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil
dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu
yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
5) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian.
6) Jangan melakukan recall 24 jam pada saat panen, hari pasar, hari
akhir pecan, pada saat melakukan upacar keagamaan, selamatan,
dan lain-lain (Supariasa dkk, 2012).

Setelah dilakukan analisis zat gizi makro (energi, protein,


lemak dan karbohidrat) menggunakan sistem komputerisasi didapat
hasil konsumsi zat- zat gizi makro selama 3 hari, kemudian hasil
tersebut dijumlahkan kemudian dirata-ratakan. Jumlah konsumsi rata-
rata itu kemudian diklasifikasikan menjadi empat kategori dengan cut
of points sebagai berikut:

TABEL 3
AMBANG BATAS KONSUMSI BERDASARKAN AKG

Kategori Cut off point


Baik ≥100% AKG
Sedang 80-99% AKG
Kurang 70-80% AKG
Defisit <70% AKG

Sumber: Supariasa dkk. (2012)


19

4. Pola Makan
a. Pengertian pola makan
Menurut Lie Goan Hong dalam Santoso dkk (1999)
mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi
yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan
yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk
suatu kelompok masyarakat tertentu.

Soehardjo dkk (1986) mengungkapkan bahwa Pola makan


dapat didefinisikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang
dalam memilih makanan dan mengkonsumsi sebagai tanggapan
pengaruh psikologi, fisiologi, budaya, dan sosial. Pola makan disebut
juga kebiasaan makan, kebiasaan pangan, pola pangan.

Menurut Santoso (1999), pola makan di Indonesia yang


mempunyai suatu ciri yang sama,yaitu sekelompok hidangan yang
terdiri atas lima golangan :
1) Makanan pokok ( beras atau pangan sumber karbohidrat lain)
2) Lauk pauk (dari pangan nabai dan hewani)
3) Sayur – sayuran
4) Buah – buahan atau kue – kue jajanan
5) Minuman

Pada umumnya menu di indonesia terdiri atas makanan sebagai


berikut:
1) Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang : nasi, jagung, ubi
jalar, singkong, talas, sagu serta hasil olah seperti mie, bihun,
makaroni dan sebagainya.
2) Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang
pada umumnya sehingga makanan pokok yang pada umumnya
mempunyai rasa netral, lebih terasa enak:
a) Lauk hewani : daging, ayam, ikan dan kerang, telur.
20

b) Lauk nabati : kacang-kacangan dan hasil olah, seperti kacang


kedelai, kacang kedelai, kacang hijau, kacang
merah, tahu, tempe dan oncom.
3) Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan
makanan karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah :
sayur daundaunan, umbi-umbian, kacang-kacangan dan sebagainya.
4) Buah untuk mencuci mulut : pepaya, nanas, pisang, jeruk, dan
sebagainya.
5) Susu sebagai pelengkap. Bila dianalisis secara ilmu gizi, maka
susunan makanan ini dengan kombinasi dan jumlah yang cocok
dapat memberikan semua zat besi yang dibutuhkan tubuh untuk
mencapai derajat kesehatan optimal. Sehingga membantu
mencegah penyakit dan mudah untuk beraktifitas sebagaimana
mestinya. (Almatsir,2011).

Menurut Moehji (1992), hidangan yang sudah cukup


memenuhi kebutuhan zat gizi adalah yang terdiri dari : nasi, sayur, lauk
berupa ikan atau daging, serta buah.

Sedangkan untuk frekuensi makan yang lengkap dalam satu


hari, adalah sebagai berikut :
1) Makan pagi
2) Makan siang
3) Makan Selingan
4) Makan malam
Makanan selingan ini ada yang mengkonsumsinya dua kali
sehari,yaitu antara makan pagi dan makan siang,dan antara makan siang
dan makanan malam.

Menurut Sulistyoningsih (2011) mengatakan bahwa hidangan


dalam satu hari idealnya terdiri dari 3 kali makanan utama dan dua kali
makanan selingan atau snack.
21

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan


asupan zat gizi yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayannya.
Frekuensi makan anak usia sekolah lebih rendah dibandingkan anak
pra-sekolah yaitu masing-masing empat hingga lima kali, dan lima
hingga enam kali sehari (Soetardjo dalam Gizi dalam Daur Kehidupan,
2011).

Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi,


sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur, karena semua zat gizi
di perlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta
perkembangan otak dan produktivitas kerja (Aini, 2013).

b. Faktor yang mempengaruhi pola makan.


Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan
kebiasaan makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama,
pendidikan dan lingkungan.

1) Faktor ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam
mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan
harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk
membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik,
maupun sebaliknya.

2) Faktor sosio budaya


Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa
yang akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan
penyajian, serta untuk siapa, dan dalam kondisi bagaimana pangan
tersebut dikonsumsi.
22

3) Agama
Adanya pantangan terhadap makanan/minuman tertentu
dari sisi agama dikarenakan makanan/minuman tersebut
membahayakan jasmani dan rohani bagi yang mengkonsumsinya.

4) Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan
pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan
dan pemenuhan kebutuhan zat gizi.

5) Lingkungan
Lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap
pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui
media elektronik maupun cetak.

c. Hubungan pola makan dengan status gizi


Pola makan yang seimbang, yaitu sesuai dengan kebutuhan
disertai pemilihan bahan makanan yang tepat akan melahirkan status
gizi yang baik. Asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan
menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan
oleh kelibihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan kurang dari yang
dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan
terhadap penyakit. Kedua keadaan tersebut sama tidak baiknya,
sehingga disebut gizi salah (Sulistyoningsih, 2011).
23

B. Kerangka Konsep
Bagan 2: hubungan asupan zat gizi makro dan pola makan dengan status gizi
siswa sekolah dasar.

Variabel Independen Variabel Dependen

Asupan Zat Gizi Makro


(Energi, Protein,
Lemak, Karbohidrat)

Status Gizi

Pola Makan

C. Variabel Penelitian
 Variabel Dependen : status gizi
 Variabel Independen : asupan zat gizi makro, pola makan,

D. Definisi Operasional
1. Status gizi
Keadaan tubuh yang diukur secara antropometri dengan cara
menimbang berat badan menggunakan bathroom scale dan tinggi badan
menggunakan microtoise. Kemudian hasil tersebut di analisis
menggunakan komputerisasi dengan program WHO Anthroplus
berdasarkan IMT/U.
Alat ukur :Bathroom Scale dengan ketelitian 0,1 kg dan
Microtoise dengan ketelitian 0,1 cm.
Cara pengukuran : Antropometri.
24

Hasil ukur :Obesitas : > 2 SD.


Gemuk : > 1 SD sampai dengan 2 SD.
Normal : - 2 SD sampai dengan < 1 SD.
Kurus : - 3SD sampai dengan < -2 SD.
Sangat Kurus : < -3 SD
Skala ukur :Ordinal.

2. Asupan zat gizi makro


Banyaknya (Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat) dalam
makanan dan minuman yang dikonsumsi responden selama 24 jam baik di
dalam maupun di luar rumah yang diperoleh melalui wawancara dengan
menggunakan form recall 24 jam.
Alat ukur : Form Recall.
Cara pengukuran : wawancara.
Hasil ukur : baik : ≥ 100 % AKG
Sedang : 80 – 99 % AKG
Kurang : 70 – 79 % AKG
Defisit : < 70 % AKG
Skala ukur : Ordinal.
(Supariasa dkk, 2012)

3. Pola makan
Gambaran dari frekuensi dan jenis bahan makanan yang digunakan
atau dikonsumsi oleh responden yang diperoleh melalui wawancara
dengan menggunakan kuesioner.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Pengukuran : Wawancara
Hasil ukur :
Baik : Bila terdiri dari hidangan nasi, lauk – pauk (dari
pangan nabati dan hewani), sayur, dan atau buah
serta ditambah selingan 1-2 kali, atau dengan
frekuensi makan 3-5 kali dalam sehari.
25

Kurang Baik : Bila terdiri dari hidangan nasi dan sayur, nasi dan
lauk- pauk (dari pangan hewani), nasi dan lauk-
pauk (dari pangan nabati), dengan frekuensi < 3
kali dalam sehari ditambah selingan 1-2 kali.
Skala Ukur : Ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 85 Palembang Kecamatan
Sebrang Ulu I yang dilakukan pada tanggal 14-18 Maret 2014 dan dilanjutkan
pada tanggal 11-14 April 2014.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional dimana hubungan antara
variabel bebas (asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat)
dan pola makan) dengan variabel terikat (status gizi) dikumpulkan dan diukur
dalam waktu bersamaan (Ghazali dalam Sastroasmoro, 2011).

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri 85
Palembang kelas IV dan V dengan jumlah sebanyak 325 siswa yang terdiri
dari kelas IV sebanyak 83 siswa dan 82 siswi, dan kelas V sebanyak 97
siswa dan 65 siswi. Sedangkan kelas VI tidak diikut sertakan dalam
penelitian ini karena akan melaksanakan Ujian Nasional.

2. Sampel
Menurut Arikunto (2010) Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari
populasi yang duduk di kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri 85
Palembang.

Pengambilan sampel yaitu pengambilan sampel diambil dari


sebagian murid kelas IVa, IVb, IVc, IVd, IVd, IVe dan Va, Vb, Vc, Vd,
Ve SDN 85 Palembang

26
27

Kreteria sampel:
a. Terdaftar sebagai siswa di SD Negeri 85 Palembang.
b. Duduk di kelas IV dan V (umur 9 – 12 tahun).
c. Bersedia menjadi sampel penelitian.

3. Besar sampel
Perhitungan besar sampel dihitung menggunakan rumus yang
dikemukakan Notoadmojo (2005) sebagai berikut :

. −
= zα
−1

Keterangan :
d = persentase kesalahan yang dikehendaki 5 %
zα = derajat kepercayaan 95 % (1,96)
p = proporsi (5,1%)
q = 1-p
N = jumlah populasi (325)
n = jumlah sampel

Dari hasil perhitungan di peroleh sampel sebanyak 63 siswa yang


diambil dari kelas kelas IVa 6 siswa, kelas IVb 6 siswa, kelas IVc 7 siswa,
kelas IVd 7 siswa, kelas IVe 6 siswa, dan kelas Va 7 siswa, kelas Vb 6
siswa, kelas Vc 6 siswa, kelas Vd 6 siswa, kelas Ve 6 siswa.

4. Cara Pengambilan Besar Sampel


Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional stratified
random sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel di mana
populasi yang bersifat heterogen dibagi-bagi dalam lapisan atau strata.
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pendaftaran pada anak usia sekolah dengan kriteria yang
ditetapkan sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Beri nomor pada populasi secara merata.
28

c. Kemudian tentukan proporsi sampel yang diambil dan selanjutnya


dilakukan pemilihan pertama secara random satu diantara nomor
proporsi yang telah ditentukan untuk menentukan start number (angka
mulai) kemudian sampel kedua diambil lagi dengan menggunakan
interval, rumus yang digunakan :

Keterangan : I = Interval
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
a. Data primer adalah data yang diperoleh lansung dari wawancara dan
kuesioner meliputi : data identitas responden, asupan zat gizi makro
(energi, protein, lemak, karbohidrat), pola makan dan ukuran
antropometri yaitu Berat Badan dan Tinggi Badan.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari SD Negeri 85


Palembang meliputi: data jumlah siswa, profil sekolah setempat, dan
data lain yang mendukung diperoleh dari data sekolah setempat.

2. Cara Pengumpulan Data


a. Data Primer
1) Data identitas responden didapat dengan menggunakan formulir
data identitas responden melalui teknik wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dan dibantu oleh enumerator.

2) Data asupan zat gizi didapat dengan wawancara secara langsung


dengan menggunakan form recall konsumsi makanan selama 3 hari
secara berurutan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh
enumerator.
29

3) Data pola makan didapat dengan wawancara secara langsung


dengan menggunakan kuesioner pola makan.

4) Data status gizi didapat dengan pengukuran antropometri secara


langsung menggunakan microtoice untuk mengukur tinggi badan
dan bathroom scale untuk mengukur berat badan, kemudian
dilakukan pencatatan dalam formulir data identitas responden yang
dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh enumerator.

b. Data Sekunder meliputi:


Berupa data jumlah siswa, profil sekolah setempat, dan data
lain yang mendukung diperoleh dari data sekolah setempat.

3. Alat Pengumpulan Data


Adapun alat pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Microtoice yang memiliki kapasitas 2 meter dan tingkat ketelitian 0,1
cm sebagai alat ukur tinggi badan.
b. Bathroom scale dengan ketelitian 0,1 kg.
c. Form recall 24 jam
d. kuesioner data identitas dan pola makan.
e. Komputer dengan program atau aplikasi soft file yang digunakan
adalah nutri survey untuk menganalisis bahan makanan yang di
konsumsi responden dan who anthroplus untuk menganalisis status
gizi IMT/U.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Data yang didapat, diolah dan dikelompokkan sesuai dengan
kelompok data yang diperoleh untuk mempermudah pengolahan data,
yaitu:
30

a. Asupan zat gizi makro (Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat)


Data asupan zat gizi makro yaitu energy, protein, lemak dan
karbohidrat yang diperoleh dengan cara wawancara recall 24 jam
selama 3 hari kemudian di estimasi, lalu diolah dengan
komputerisasi. kemudian dirata-ratakan sehingga didapat asupan
energi rata-rata, selanjutnya dibandingkan dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) tahun 2004 dan didapatkan data persen AKG. Data
tersebut dikelompokkan kedalam 5 kategori, yaitu baik ≥ 100 %
AKG, Sedang 80 – 99 % AKG, Kurang 70 – 79 % AKG, Defisit
< 70 % AKG selanjutnya data dipindahkan ke master tabel.
Kemudian untuk mempermudah dalam uji statistik data asupan zat
besi dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu baik bila recall asupan
zat gizi makro ≥ 80 % dari AKG dan kurang bila hasil recall asupan
zat besi < 80 % dari AKG.

b. Status Gizi
Data mengenai tinggi badan yang diperoleh dengan pengukuran
tinggi badan dan data berat badan yang dilakukan dengan
penimbangan berat badan, kemudian dihitung diolah menggunakan
komputerisasi dengan program WHO Antroplus. IMT menurut umur
selanjutnya dikelompokkan kedalam 5 kategori yaitu Obesitas > 2
SD , Gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD, Normal - 2 SD sampai
dengan < 1 SD, Kurus - 3SD sampai dengan < -2 SD, Sangat Kurus
< -3 SD. Kemudian untuk mempermudah dalam uji statistik data
status gizi dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu normal jika nilai
-2 SD sampai dengan >2 SD dan kurus jika nilai < -2 SD dan > 1
SD.
.
c. Pola Makan
Data yang didapat dari kuesioner yang diperoleh dengan
wawancara. Data mengenai pola makan yang diperoleh dari
kuesioner,didapatkan hasil frekuensi, dan susuan hidangan yang
31

biasa dikonsumsi oleh siswa sehari-hari. Selanjutnya dikelompokkan


kedalam 2 kategori yaitu baik, bila terdiri dari hidangan nasi, lauk –
pauk (dari pangan nabati dan hewani), sayur, dan atau buah serta
ditambah selingan 1-2 kali, atau dengan frekuensi makan 3-5 kali
dalam sehari. Kurang baik, bila terdiri dari hidangan nasi dan sayur,
nasi dan lauk- pauk (dari pangan hewani), nasi dan lauk- pauk (dari
pangan nabati), dengan frekuensi < 3 kali dalam sehari ditambah
selingan 1-2 kali.

2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel
dependen yaitu status gizi dan variabel independen yaitu asupan zat
gizi makro (energi, protei, lemak dan karbohidrat) dan pola makan
yang kemudian masing-masing dari variabel tersebut dibuat tabel
distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat
Untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan asupan zat
gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat) dan pola makan
dengan status gizi siswa Sekolah Dasar Negeri 85 Palembang, uji
statistik yang digunakan Chi-Square.
Dengan Rumus Sebagai Berikut :
( )
X2 = ∑

Keterangan :
X2 = Nilai pada distribusi frekuensi
E = Frekuensi nilai yang diterapkan
O = Frekuensi nilai obervasi
32

Keputusan statistik diambil dengan melihat nilai p pada tingkat


kepercayaan 95% sebagai berikut
p > 0,05 ( α ) dinyatakan hasilnya tidak bermakna secara statistika.
p < 0,05 ( α ) dinyatakan hasilnya bermakana secara statistika.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

SD Negeri 85 Palembang berlokasi di jalan KH. Azhari Lrg


Manunggal Kecamatan Sebrang Ulu I Palembang. Sekolah ini berstatus
sekolah negeri dengan kepala sekolah sekarang adalah ibu Anna Maria,
S.Pd.SD. Jenjang akreditasi SD Negeri 85 Palembang sekarang adalah B.

1. Sarana Fisik
Sarana fisik yang dimiliki SD Negeri 85 Palembang antara lain terdapat 26
ruangan sekolah, yaitu:
a. Ruang Kelas : 12 ruang kelas
b. Ruang Kepala Sekolah : 1 ruang
c. Ruang Guru : 1 ruang
d. Ruang perpustakaan : 1 ruang
e. Ruang Gugus : 1 ruang
f. WC :10 ruang

2. Kondisi Ketenagaan
Jumlah tenaga pengajar maupun pegawai SD Negeri 85 Palembang
yaitu sebanyak 52 orang yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 34 guru
PNS, 8 orang Guru tidak tetap, 1 orang penjaga sekolah PNS, 2 orang
pustakawan, 1 orang tata usaha, 1 orang penjaga sekolah honor, 2 orang
petugas kebersihan, 1 orang petugas keamanan dan 1 orang pelatih pramuka

3. Jumlah Siswa
Jumlah siswa SD Negeri 85 Palembang tahun 2013/2014 yaitu
sebanyak 993 orang yang terdiri dari 175 kelas I, 186 kelas II, 175 kelas III,
163 kelas IV, 162 kelas V dan 132 kelas VI.

33
34

TABEL 4
JUMLAH SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG
TAHUN 2013/2014

Jumlah Seluruh Siswa


No Kelas
L P Jumlah
1 I 97 78 175
2 II 95 89 184
3 III 92 83 175
4 IV 83 82 165
5 V 97 65 162
6 VI 64 68 132
Jumlah 530 463 993

B. Karakteristik Umum Sampel


TABEL 5
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Jenis Kelamin
No Kelas Total
Laki-laki Perempuan
1. IV a 3 3 6
2. IV b 4 2 6
3. IV c 3 4 7
4. IV d 4 3 7
5. IV e 5 1 6
6. Va 5 2 7
7. Vb 5 1 6
8. Vc 3 3 6
9 Vd 3 3 6
10. Ve 3 3 6
Total 38 25 63

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kela IV dan V di


SD Negeri 85 Palembang. Jumlah sampel yang didapat adalah 63 siswa.
Dari seluruh sampel diketahui bahwa jumlah sampel dengan jenis kelamin
35

laki-laki sebanyak 38 siswa dan sampel dengan jenis kelamin perempuan


sebanyak 25 siswi.

C. Analisis Data
1. Analisis Univariat
a. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden
Menurut hasil pengukuran antropometri dengan
menggunakan indeks IMT menurut Umur ada 5 kategori status
gizi yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obesitas. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 6.

TABEL 6
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Status Gizi n %
Sangat Kurus 6 9.5
Kurus 12 19
Normal 40 63.5
Gemuk 2 3.2
Obesitas 3 4.8
Total 63 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden,


diketahui sebagian besar memiliki status gizi normal yaitu sebesar
63.5%, sedangkan status gizi kurus yaitu sebesar 19% atau
sebanyak 12 responden, status gizi sangat kurus yaitu sebesar 9.5%
atau sebanyak 6 responden, dan status gizi obesitas yaitu sebesar
3.2% atau sebanyak 3 responden, serta sebesar 3.2% atau
sebanyak 2 responden memiliki status gizi sangat gemuk.

Untuk memudahkan analisis statistik maka status gizi


dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu normal dan kurus. Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Tabel7.
36

TABEL 7
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Status gizi n %
Normal 45 71.4
Kurus 18 28.6
Total 63 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 63 responden,


diketahui sebagian besar memiliki status gizi normal yaitu sebesar
71,4% sedangkan status gizi kurus yaitu sebesar 28.6%.

Pada dasarnya status gizi ditentukan oleh faktor internal


dan faktor eksternal. Faktor internal yang berperan pada status gizi
adalah asupan zat-zat makanan kedalam tubuh, penyerapan dan
penggunaan zat gizi, aktivitas yang dilakukan sehari-hari dan pola
konsumsi sehari-hari. Faktor eksternal yang mempengaruhi status
gizi adalah faktor sosial budaya seperti kebiasaan makan dan
larangan mengkonsumsi bahan makanan tertentu, faktor ekonomi
seperti pendapatan keluarga, pengetahuan tentang gizi,
ketersediaan bahan makanan, pelayanan kesehatan setempat,
pemeliharaan kesehatan dan besar keluarga (Riyadi, 2001 dalam
yulni dkk, 2013)

b. Distribusi Frekuensi Asupan Zat Gizi Makro (Energi, Protein,


Lemak dan Karbohidrat) Responden
1) Distribusi Frekuensi Asupan Energi Responden
Asupan energi diperoleh melalui wawancara kepada 63
responden. Kemudian data asupan energi dikelompokkan
menjadi 4 kategori yaitu baik, sedang, kurang dan defisit.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8.
37

TABEL 8
DISTRIBUSI FREKUENSI ASUPAN ENERGI
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Asupan Energi n %
Baik 0 0
Sedang 37 58.7
Kurang 19 30.2
Defisit 7 11.1
Total 63 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 63 responden,


diketahui sebagian besar memiliki asupan energi sedang yaitu
sebesar 58.7%, sedangkan asupan energi kurang yaitu sebesar
30.2 %, dan asupan energi defisit yaitu sebesar 11.1%.

Untuk memudahkan analisis statistik maka asupan energi


dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu baik dan kurang.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9.

TABEL 9
DISTRIBUSI FREKUENSI ASUPAN ENERGI
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Asupan Energi n %
Baik 37 58.7
Kurang 26 41.3
Total 63 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 63 responden,


diketahui sebagian besar memiliki asupan energi baik yaitu
sebesar 58.7% sedangkan asupan energi kurang yaitu sebesar
41.3 %.
38

2) Distribusi Frekuensi Asupan Protein Responden


Asupan protein diperoleh melalui wawancara kepada
responden. Terdapat 63 responden yang diwawancarai yang
dapat dilihat pada tabel 8 berikut.

TABEL 10
DISTRIBUSI FREKUENSI ASUPAN PROTEIN
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Asupan Energi n %
Baik 6 9.5
Sedang 28 44.4
Kurang 13 20.6
Defisit 16 25.4
Total 63 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 63 responden,


diketahui sebagian besar memiliki asupan protein sedang yaitu
sebesar 44.4%, sedangkan asupan protein defisit yaitu sebesar
25.4 %, asupan protein kurang yaitu sebesar 20.6%, serta
asupan protein baik yaitu sebesar 9.5%.

Untuk memudahkan analisis statistik maka asupan energi


dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu baik dan kurang.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 11.

TABEL 11
DISTRIBUSI FREKUENSI ASUPAN PROTEIN
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Asupan Protein n %
Baik 34 54
Kurang 29 46
Total 63 100.0
39

Hasil penelitian pada tabel 8 menunjukkan bahwa asupan


protein responden sebagian besar dalam kategori baik (>80%
dari AKG) sebanyak 54% atau sebanyak 34 orang. Dan
responden yang asupan protein dalam ketgori kurang (<80%
dari AKG) sebesar 44.4% atau sebanyak 29 orang.

3) Distribusi Frekuensi Asupan Lemak Responden


Asupan lemak diperoleh melalui wawancara kepada
responden. Terdapat 63 responden yang diwawancarai yang
dapat dilihat pada tabel 12 berikut.

TABEL 12
DISTRIBUSI FREKUENSI ASUPAN LEMAK
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Asupan Lemak n %
Baik 17 27
Sedang 33 52.4
Kurang 11 17.5
Defisit 2 3.2
Total 63 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 63 responden,


diketahui sebagian besar memiliki asupan lemak sedang yaitu
sebesar 52.4%, sedangkan asupan lemak baik yaitu sebesar
27%, asupan lemak kurang yaitu sebesar 17.5%, serta asupan
lemak defisit yaitu sebesar 3.2%.

Untuk memudahkan analisis statistik maka asupan energi


dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu baik dan kurang.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13.
40

TABEL 13
DISTRIBUSI FREKUENSI ASUPAN LEMAK
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Asupan Lemak n %
Baik 50 79.4
Kurang 13 20.6
Total 63 100.0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 9, diketahui bahwa


sebagian besar responden dengan kategori baik (>80 dari AKG)
sebesar 79.4% atau sebanyak 50 orang dan responden dengan
kategori kurang (>80% dari AKG) sebesar 20.6% atau
sebanyak 13 orang.

4) Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat Responden


Asupan Karbohidrat diperoleh melalui wawancara kepada
responden. Terdapat 63 responden yang diwawancarai yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel 14 berikut.

TABEL 14
DISTRIBUSI FREKUENSI ASUPAN KARBOHIDRAT
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Asupan Karbohidrat n %
Baik 5 7.9
Sedang 37 58.7
Kurang 9 14.3
Defisit 12 19
Total 63 100.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 63 responden,


diketahui sebagian besar memiliki asupan karbohidrat sedang
yaitu sebesar 58.7%, sedangkan asupan karbohidrat defisit
41

yaitu sebesar 19%, asupan karbohidrat kurang yaitu sebesar


14.3%, serta asupan karbohidrat baik yaitu sebesar 7.9%.

Untuk memudahkan analisis statistik maka asupan energi


dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu baik dan kurang.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 15.

TABEL 15
DISTRIBUSI FREKUENSI ASUPAN KARBOHIDRAT
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Asupan Karbohidrat n %
Baik 42 66.7
Kurang 21 33.3
Total 63 100.0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 10, diketahu


bahwa distribusi sebagian besar asupan karbohidrat responden
dalam kategori baik (>80% dari AKG) sebesar 66.7% atau
sebanyak 42 orang. Dan responden dengan kategori asupan
kurang (<80% dari AKG) sebesar 33.3% atau sebanyak 21
orang.

c. Distribusi Frekuensi Pola Makan Responden


Dari hasil wawancara dengan responden diperoleh pola makan
responden seperti pada tabel 16 di bawah ini.

TABEL 16
DISTRIBUSI FREKUENSI POLA MAKAN
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Pola Makan n %
Baik 21 33.3
kurang baik 42 66.7
Total 63 100.0
42

Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden mempunyai pola makan yang kurang baik sebesar 66.7%
atau sebanyak 42 orang. Sedangkan responden yang mempunyai pola
makan yang baik sebesar 33.3% atau sebanyak 21 orang.

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi
1) Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi
Dalam analisis asupan energi menjadi dua kategori yaitu asupan
energi baik dan kurang. Dilihat dari jumlah siswa yang asupan
energinya dalam kategori kurang sebanyak 50% terjadi pada siswa
dengan status gizi kurus.

TABEL 17
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Status Gizi
Asupan Total
Normal Kurus p value
Energi
n % n % n %
baik 32 86.5 5 13.5 37 100
kurang 13 50 13 50 26 100 0.004
Total 45 71.4 18 28.6 63 100

Berdasarkan uji Chi Square didapatkan nilai p = 0.005 sehingga


dapat disimpulkan bahwa hasil uji statistik terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan energi dengan status gizi (p<0.05). hal ini
sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Yulni (2013) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan
energi dengan status gizi. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian di
SD Negeri 1 Tournelet dan SD Katolik St. Monica (Makalew dkk,
2013) .
43

Responden yang memiliki status gizi sangat kurus dan kurus


umumnya mempunyai asupan energi yang kurang dan defisit.
Sementara responden yang memiliki status gizi normal umumnya
mempunyai asupan energi yang sedang dan baik.

Situasi ini mungkin dapat dijelaskan bahwa dari hasil


wawancara yang menyatakan bahwa pola makan sebagian responden
kurang baik, dengan frekuensi makan makanan lengkap hanya <3kali
sehari dan susunan hidangan makanan yang dikonsumsi hanya terdiri
dari makanan pokok(Nasi, mie, dan lain-lain) dan lauk hewani.
Responden juga beralasan tidak mengkonsumsi makanan lengkap
karena tidak menyukai sayuran.

2) Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi


Dalam analisis asupan protein, pembagiannya menjadi dua kategori
yaitu asupan kurang dan baik. Dilihat dari jumlah siswa yang asupan
energinya dalam kategori kurang sebanyak 34.5% terjadi pada siswa
dengan status gizi kurus

TABEL 18
HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI SISWA
SD NEGERI 85 PALEMBANG

Status Gizi
Asupan Total
normal kurus p value
Protein
n % n % n %
baik 26 76.5 8 23.5 34 100
kurang 19 65.5 10 34.5 29 100 0.497
Total 45 71.4 18 28.6 63 100

Berdasarkan uji Chi Square didapatkan nilai p = 0.497 sehingga


dapat disimpulkan bahwa hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan protein dengan status gizi (p>0.05). Dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein tidak ada hubungannya
44

dengan status gizi. Sejalan dengan penelitian yulni (2013) dan juga fidiani
(2007) di SDIT Ar-Raihan Trirenggo Bantul Yogyakarta (Fidiani, 2007)
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan
protein dengan status gizi. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara asupan protein di SD
Arjowinangun I Pacitan (Isdaryanti, 2007) dan juga penelitian yang
dilakukan oleh Nasution (2003), dimana menurut penelitiannya terdapat
hubungan antara konsumsi pangan hewani dengan status gizi anak sekolah
dasar.

Menurut Aeni (2008), terdapat hubungan antara asupan energi dan


protein dengan status gizi, serta ada faktor lain yang mempengaruhi status
gizi yaitu tingkat pendidikan orangtua Selain asupan makanan ada faktor-
faktor lain yang mempengaruhi status gizi seperti, aktivitas fisik,
kebudayaan, sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan ibu.

Protein sangat dibutuhkan unutk anak siswa SD Negeri 85


Palembang, karena fungsi protein yaitu untuk memperbaiki jaringan, dan
untuk pertumbuhan fisik terutama tingi badan serta sebagai cadangan
energi.

3) Hubungan Asupan Lemak dengan Status Gizi


Dalam analisis asupan lemak menjadi tiga kategori yaitu asupan
kurang, sedang dan baik. Dilihat dari jumlah siswa yang asupan energinya
dalam kategori kurang sebanyak 61.5% terjadi pada siswa dengan status
gizi kurus
45

TABEL 19
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN STATUS GIZI
SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Status Gizi
Asupan Total
normal Kurus p value
Lemak
n % n % n %
baik 40 80 10 20 50 100
kurang 5 38.5 8 61.5 13 100 0.009
Total 45 71.4 18 28.6 63 100

Berdasarkan uji Chi-square didapatkan nilai p = 0.009 sehingga


dapat disimpulkan bahwa hasil uji statistik terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan lemak dengan status gizi (p>0.05). Dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa asupan lemak erat kaitannya dengan
status gizi. Sejalan dengan penelitian Sirajudin (2012) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan status
gizi. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian di Sekolah Dasar di wilayah
pesisir kota Makassar.

4) Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi


Dalam analisis asupan karbohidrat menjadi dua kategori yaitu asupan
kurang dan baik. Dilihat dari jumlah siswa yang asupan karbohidratnya
dalam kategori kurang sebanyak 61.9% terjadi pada siswa dengan status
gizi kurus
46

TABEL 20
HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT DENGAN STATUS
GIZI SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Status Gizi
Asupan Total
Normal kurus p value
Karbohidrat
n % n % n %
Baik 37 88.1 5 11.9 42 100
Kurang 8 38.1 13 61.9 21 100 0.00
Total 45 71.4 18 28.6 63 100

Berdasarkan uji Chi-square didapatkan nilai p = 0.00 sehingga dapat


disimpulkan bahwa hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna
antara asupan karbohidrat dengan status gizi (p<0.05). dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa asupan karbohidrat erat kaitannya dengan status gizi.
Sejalan dengan penelitian di SD inpres Pannampu (Permana,2012 dalam
Yulni, 2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
asupan protein dengan status gizi.

Kecukupan asupan karbohidrat ini dikarenakan keragaman makanan


sumber karbohidrat dari responden sudah bervariasi ini dapat dilihat pada
hasil recall 24 jam sebagian besar responden mengkonsumsi sumber
karbohidrat dari nasi, mie, terigu, biskuit dan roti. Konsumsi Karbohidrat
lebih banyak dikonsumsi karena sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa karbohidrat adalah merupakan penyedian energi utama dan sumber
makanan relatif lebih murah dibanding dengan zat gizi lain (Almatsier,
2009).

b. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi


Dalam analisis pola makan menjadi dua kategori yaitu pola makan
baik dan kurang baik. Dilihat dari jumlah siswa yang asupan energinya
dalam kategori pola makan kurang baik sebanyak 31% terjadi pada siswa
dengan status gizi kurus.
47

TABEL 21
HUBUNGAN ASUPAN POLA MAKAN DENGAN STATUS
GIZI SISWA SD NEGERI 85 PALEMBANG

Status Gizi
Total
Pola makan Normal Kurus p value
n % n % n %
Baik 16 76.2 5 23.8 21 100
Kurang 29 69 13 31 42 100 0.767
Total 45 63.5 18 28.6 63 100

Berdasarkan uji Chi-square didapatkan nilai p = 0.767 sehingga


dapat disimpulkan bahwa hasil uji statistik tidak ada hubungan yang
bermakna antara pola makan dengan status gizi (p>0.05). dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa pola makan tidak kaitannya dengan status gizi.
Hal ini tidak sejalan dengan Sulistyoningsih dalam bukunya yang
menyebutkan bahwa asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh
akan menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang
disebabkan oleh kelibihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan kurang
dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan
terhadap penyakit. Kedua keadaan tersebut sama tidak baiknya, sehingga
disebut gizi salah.

Situasi ini mungkin dapat dijelaskan bahwa dari hasil wawancara


yang menyatakan bahwa susunan menu makanan yang disajikan oleh
orang tua di rumah belum baik dan tidak sesuai dengan menu makan
seimbang dan juga sebagian responden kurang beralasan kurang menyukai
sayuran. Menu makanan yang disajikan di rumah meliputi makanan pokok
yaitu nasi, lauk terdiri lauk hewani dan sayur tapi sebagian juga
menyatakan bahwa menu yang disajikan terdiri dari makanan pokok yaitu
nasi, lauk terdiri lauk hewani dan lauk nabati dan sayur.

Dalam pengaturan konsumsi makanan, siswa tidak selalu makan


secara teratur setiap tiga kali sehari sehingga hal tersebut akan berdampak
48

bagi status gizi siswa, seperti cepat merasa kelelahan di saat menjalankan
aktifitas diakibatkan kekurangan energi, dan badan kurus atau gemuk.
Menurut para siswa, makanan yang baik bagi tubuh mereka yang
mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan zat besi untuk
memberikan energi bagi tubuh di saat mereka beraktifitas di sekolah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di lapangan mengenai hubungan asupan zat
gizi makro (energy, protein, lemak dan karbohidrat) dan pola makan dengan
status gizi siswa di SD Negeri 85 Palembang, dapat disimpulkan:
1. Sebagian besar siswa SMA Negeri 85 Palembang memiliki status gizi
normal yaitu 40 responden (63.5%).
2. Sebagian besar siswa SD Negeri 85 Palembang memiliki asupan energi
baik yaitu 37 responden (58.7%).
3. Sebagian besar siswa SD Negeri 85 Palembang memiliki asupan protein
baik yaitu 34 responden (54%).
4. Sebagian besar siswa SD Negeri 85 Palembang memiliki asupan lemak
baik yaitu 50 responden (79.4%).
5. Sebagian besar siswa SD Negeri 85 Palembang memiliki asupan
karbohidrat sedang yaitu 42 responden (66.7%).
6. Sebagian besar siswa SD Negeri 85 Palembang memiliki pola makan
kurang baik yaitu 42 responden (66.7%).
7. Ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi
siswa SD Negeri 85 Palembang (p value = 0.004< 0.05).
8. Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status
gizi siswa SD Negeri 85 Palembang (p value = 0.497>0.05).
9. Ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan status gizi
siswa SD Negeri 85 Palembang (p value = 0.009< 0.05).
10. Ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi siswa SD
Negeri 85 Palembang (p value = 0.00<0.05).
11. Tidak ada hubungan antara pola makan dengan status gizi siswa SD
Negeri 85 Palembang (p value = 0.767<0.05)

49
50

B. Saran
1. Bagi Siswa dan orang tua:
a. Untuk orang tua agar orang tua lebih memperhatikan konsumsi
anaknya untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal.
b. Untuk mencukupi asupan protein, siswa dapat mengkonsumsi
sumber protein seperti protein hewani maupun protein nabati dan
juga perlu diperhatikannya asupan energi yang cukup.

2. Bagi Tenaga Kesehatan:


a. Perlu diadakan pemantauan gizi dan pengukuran secara berkala 6
bulan sekali untuk mengetahui kondisi status gizi siswa karena
masih ditemukannya siswa yang status gizinya kurus.
b. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan mengenai gizi dan kesehatan
ke sekolah-sekolah secara berkala dengan materi penyuluhan,
antaralain: masalah kesehatan akibat malnutrisi, termasuk cara
pencegahan dan penanggulangannya, dampak yang di akibatkan,
pemilihan makanan yang sehat dan seimbang, pola makan yang
baik.
51

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, N.(2008). Hubungan Antara Asupan Energi, Protein dan Faktor Lain
dengan Status Gizi Baduta (0-23 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas
Depok Jaya Tahun 2008. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q
=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBkQFjAA&
rl=http%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F124101
-S-5339-Hubungan%2520antara-HA.pdf&ei=AXfGU-ytLMm8ug
TphICgCw&usg=AFQjCNH3dCX1Qprc5EFg653AB3yHP5rP8Q&bvm=
bv.71126742,d.c2E. (Diakses tanggal 16 Juli 2014)
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia.
Amelia, K. (2013). Hubungan Pengetahuan Makanan Dan Kesehatan Dengan
Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah Dasar
Pembangunan Laboratorium Universitas Negeri Padang.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/view/890/744. (Diakses
tanggal 6 Febuari 2014).

Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian.Yogyakarta: Rineka Cipta.


Arisman. (2007). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Aritonang, I. (2011). Menilai Status Gizi untuk Mencapai Sehat Optimal. Jakarta :
Penerbit Leutika.
Aritonang, I. (2011). Kebiasaan Makan & Gizi Seimbang.Jakarta: Penerbit
Leutika.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2012). Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Devi, N. (2012). Gizi Anak Sekolah. Jakarta :PT.Kompas Media Nusantara.
Fidiani, Asri.2007. Kontribusi Zat Gizi Makro Makan Siang Terhadap Status Gizi
Di SDIT Ar Rahan.Universitas Gajah Mada :Yogyakarta
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/
11/buku-sk-antropometri-2010.pdf. (Diakses : 2 Januari 2014).
Isdaryanti. 2007.Asupan Energi, Protein,Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak
Sekolah Dasar Arjowinnangun I Pacitan Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada: Jogyakarta.
52

Ipa A, Sirajuddin. 2010. Status Gizi Anak Sekolah Keluarga Nelayan Di SDN 40
Lumpangang Desa Biangkeke Kabupaten Bantaeng. Media Gizi Pangan,
Vol. IX, Edisi 1, Januari-Juni 2010 :Jurusan Gizi, Politeknik
Kesehatan,Makassar. Https://Jurnalmediagizipangan.Files.Wordpress.Com
/2012/03/10-Status-Gizi-Anak-Sekolah-Keluarga-Nelayan-Di-Sdn-40-
Lumpangang-Desa-Biangkeke-Kabupaten-Bantaeng.Pdf. (Diakses : 9 Juli
2014)
Kemenkes RI. (2007). LAPORAN RISKESDAS Tahun 2007.;
http://www.litbang.depkes.go.id. (Diakses tanggal 27 Januari 2014).
Kemenkes RI. (2010). LAPORAN RISKESDAS Tahun 2010.;
http://www.litbang.depkes.go.id. (Diakses tanggal 27 Januari 2014).
Khairina, D (2008.) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Berdasarkan IMT Pada Pembantu Rumah Tangga (Prt) Wanita Di
Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008. http://www.lontar.ui.ac.id
/file?file=digital/ 122525-S+5254-Faktor-faktor.pdf. (Diakses tanggal 17
Febuari 2014).
Leiliana, I. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen
Makanan pada Anak Sekolah Kelas IV dan V di SD Islam AL-Husna
Bekasi Selatan Tahun 2008.http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126593-
S-5364-Faktor-faktor+yang-HA.pdf. (Diakses tanggal 6 Febuari 2014).
Moehji, S. (1992). Ilmu Gizi Jilid 2. Jakarta: Bhratara.
Moehji, S. (2003). Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Penerbit
Papas Sinar Papasan.
Nasution M. 2003. Konsumsi Pangan Hewani Dan Status Gizi Siswa SD Negeri
105349, Lubuk Pakam-Deli Serdang. Jurnal Pendidikan Science, Vol.27
No.3, September 2003, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri
Medan.http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMEDJournal21461pendidika
n%20science%20vol%2027%20no%203%20sep%202003M.%20Yusuf%
20Nasution.pdf. Diakese : 9 Juli 2014
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Keshatan. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Pusungulaa, N., Bolang, A., Purba, R B. (2013). Hubungan Antara Asupan Energi
Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 Dan Kelas 5 SD Katolik
St, Malayang Kota Manado. http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2013/08/Jurnal-Natalia-Pusungulaa-091511108.pdf.
Diakses Tanggal 17 Febuari 2014).
RSCM dan PERSAGI. (2008). Penuntun Diit Anak. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
53

Ryadinency, R., Hadju, V., Syam, A. (2012). Asupan Gizi Makro, penyakit infeksi
dan Status Pertumbuhan Anak Usia 6-7 Tahun di Kawasan Pembuangan
Akhir Makassar. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia : Universitas
Hasanuddin. http://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/view/441.
(Diakses Tanggal 6 Febuari 2014).
Santoso, S dan Anne .L.R. (1987). Kesehatan dan Gizi. Jakarta:Penerbit Rineka
Cipta.
Soekarti, M (2011). Dalam Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT.
Gramedia.
Soetardjo, S. (2011). Dalam Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT.
Gramedia.
Sirajuddin, S., Najamuddin, U., Permana, A.G., Faisal, M. (2012). Hubungan
Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Siswa SD Inpres 2 Pannampu
Kecamatan Tallo Kota Makassar. Jurnal Media Gizi Pangan : Universitas
Hasanuddin. http://share.pdfonline.com/7571c46ec79d49a0beaa92513bbbf
448/13.%20SAIFUDDIN%20UNHAS%201.pdf. (Diakses Tanggal 17
Febuari 2014).
Sostroasmoro, S dan Sofyan, I. (2011). Dasar-Dasar Metodologis Penelitian
Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Suhardjo., Harper, L.J., Deaton,B.J., Driskel, J.A., (1986). Pangan, Gizi dan
Pertanian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Graha
Ilmu.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. (2012). Penilaian Status Gizi. EGC:Jakarta.
WNPG X. (2012). Penyempurnaan Kecukupan Gizi untuk Orang Indonesia,
2012. Jakarta : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X. available :
https://dl.dropboxusercontent.com/s/zji1wbi5ld0qwu1/akg%202012.pdf?dl
=1&token_hash=AAHjw2bIGlsPFuiGWqdaahsWn_KLGRjuD5rfN_To7d
YxEQ. (Diakses : 19 Desember 2013).

Yulni., Hadju, V., Virani, D. (2013). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan
Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pesisir Kota Makassar
Tahun 2013. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789
/5823/jurnal%20mkmi%20yulni.pdf?sequence=1. (Diakses : 19 Desember
2013).
54

LAMPIRAN 1

PERHITUNGAN BESAR SAMPEL

. √
d = Zc

√ . . . √
0.05 = 1.96

0.05 0.0484 325 −


=
1.96 324
0.0484 (325 − )
(0.025) =
324

0.000625 324 = 15.73 − 0.0484

0.2025 + 0.0484 = 15.73

0.2509 = 15.73

= 62.69
n = 63
55

LAMPIRAN 2
PROPORTIONAL STRATIFIED RANDOM SAMPLING

PERHITUNGAN SAMPEL KELAS IV:

Kelas IV A = × 63 = 6 siswa

Kelas IV B = × 63 = 6 siswa

Kelas IV C = × 63 = 7 siswa

Kelas IV D = × 63 = 7 siswa

Kelas IV E = × 63 = 6 siswa

PERHITUNGAN SAMPEL KELAS V:

Kelas V A = × 63 = 7 siswa

Kelas V B = × 63 = 6 siswa

Kelas V C = × 63 = 6 siswa

Kelas V D = × 63 = 6 siswa

Kelas V E = × 63 = 6 siswa
56

LAMPIRAN 3

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mendapat penjelasan tentang
tindakan yang akan dilaksanakan untuk ikut serta dalam penelitian:

“Hubungan asupan zat gizi makro dan pola makan dengan status gizi pada
siswa SD Negeri 85 Palembang”
Tindakan yang akan dilakukan adalah:
1. Penimbangan berat badan
2. Pengukuran tinggi badan

Saya mengizinkan data-data tersebut dipergunakan untuk penelitian, sepanjang


penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan kesehatan.

Palembang, 2014
Yang menyatakan

( )
57

LAMPIRAN 4
FORM RECALL 24 JAM

Kode Sampel :
Nama Responden : .................................
Usia : .................................
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
HARI/TANGGAL : /
WAKTU
BERAT
MAKAN MENU
URT GRAM

PAGI

SELINGAN

SIANG

SELINGAN

MALAM
58

LAMPIRAN 5
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN POLA MAKAN
DENGAN STATUS GIZI SISWA SD
NEGERI 85 PALEMBANG

Kode Sampel :
A. Identitas Siswa
1. Nama : ....................................................................................
2. Usia : .............th ............. bln
3. Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
4. Tempat/tanggal lahir :…………………….………………………...……….
5. Alamat :……………………………………………………….
.....................................................................................
6. No. Hp :....................................................................................
7. Asupan energi : ...................................................................................
8. Asupan protein : ...................................................................................
9. Asupan lemak : ....................................................................................
10. Asupan karbohidrat : ...................................................................................
11. Berat badan :…………kg
12. Tinggi badan :…………cm
13. Status gizi (IMT/U)*:
a. Sangat Kurus (< -3 SD) (…….. )
b. Kurus (-3 SD s/d <-2 SD) (…….. )
c. Normal (-2 SD s/d <1 SD) (…….. )
d. Gemuk(> 1 SD s/d 2 SD) (…….. )
e. Obesitas (> 2 SD) (……...)
59

B. Pola Makan
1. Frekuensi makan
1. Berapa kali dalam sehari adik makan makanan lengkap
a. 4 kali c. 2 kali
b. 3 kali d. 1 kali
2. Kapan adik makan makanan lengkap :
a. Pagi hari d. a, b dan c
b. Siang hari e. b dan c
c. Malam hari f. Lain – lain

2. Jenis makanan
3. Terdiri dari apa saja makanan lengkap tersebut
a. Nasi, lauk-pauk (hewani dan nabati), sayur atau buah
b. Nasi, lauk (hewani), sayur atau buah
c. Nasi, lauk (nabati), sayur atau buah
d. Nasi dan sayur atau buah
e. Nasi, lauk, sayur atau buah
f. Lain - lain

3. Kebiasaan makan makanan selingan


4. Apakah adik makan makanan selingan
a. Ya b. Tidak

5. Jika ya, apakah jenis makanan selingan tersebut :


a. Sumber zat tenaga e. 1 dan 2
b. Sumber zat pembangun f. 1 dan 3
c. Sumber zat pengatur g. 2 dan 3
d. 1, 2, dan 3
60

6. Berapa kali adik makan makanan selingan :


a. 1 kali sehari c. 3 kali sehari
b. 2 kali sehari d. 4 kali sehari

7. Kapan adik biasa makan makanan selinagan :


a. Pagi hari
b. Antara pagi dan siang
c. Sesudah makan malam
d. Tidak tentu
61

Jenis IMT/ Status Persen Persen Persen Persen Asupan Asupan Asupan Asupan
No Nama TB BB Umur Pola Makan Energi
Kelamin U Gizi Protein Lemak KH Energi Protein Lemak KH
1 TW Perempuan 120.1 13.1 -2.37 kurus 10.17 kurang baik 56.05 61.28 61.84 51.64 kurang kurang kurang kurang
2 DP Laki-laki 123.6 14.1 -1.65 normal 10.07 kurang baik 64.7 68.75 93.9 99.3 kurang kurang baik baik
3 DN Perempuan 119 12.6 -2.59 kurus 9.48 baik 77.19 80.47 80.04 70.01 kurang baik baik kurang
4 YA Perempuan 126.5 14.6 -0.94 normal 9.28 kurang baik 84.08 71.02 88.65 87.55 baik kurang baik baik
5 ST Laki-laki 119.9 14.5 -1.15 normal 9.4 kurang baik 73.17 87.96 79.96 84.91 kurang baik kurang baik
6 AP Laki-laki 133.7 16.8 -0.07 normal 10.96 kurang baik 83.1 72.68 103.57 75.81 baik kurang baik kurang
7 IB Laki-laki 134.1 16.5 -0.16 normal 10.73 kurang baik 86.95 89.82 97.19 83.47 baik baik baik baik
8 FD Laki-laki 135.6 23.1 2.1 normal 11.16 baik 87.36 68.52 80.86 97.81 baik kurang baik baik
9 SW Perempuan 119 14.1 -1.43 normal 9.62 baik 96.96 113.88 103.51 81.98 baik baik baik baik
10 MR Laki-laki 135.2 15.4 -0.66 normal 9.94 kurang baik 82.28 86.47 70.79 90.14 baik baik kurang baik
11 AD Laki-laki 121.4 13.6 -2.03 kurus 9.74 baik 99.24 97.61 85.42 97.76 baik baik baik baik
12 AH Perempuan 128.7 14 -1.48 normal 9.64 kurang baik 80.9 79.04 103.93 91.77 baik kurang baik baik
13 AS Laki-laki 118.9 12.6 -3.21 kurus 10.07 kurang baik 65.59 51.71 70.33 63.53 kurang kurang kurang kurang
14 DW Perempuan 128.3 19.6 1.29 normal 9.64 kurang baik 92.18 84.76 100.93 99.07 baik baik baik baik
15 DA Perempuan 130.3 14.4 -1.71 normal 11.2 baik 75.08 61.22 96.87 66.75 kurang kurang baik kurang
16 MS Laki-laki 137.5 13 -3.23 kurus 11.61 kurang baik 83.71 81.55 88.9 65.48 baik baik baik kurang
17 TA Perempuan 117.2 13.8 -1.47 normal 9.13 kurang baik 80.49 64.82 85.14 73.66 baik kurang baik kurang
18 DR Perempuan 125 15.8 -0.49 normal 10.25 kurang baik 88.78 88.34 95.12 87.13 baik baik baik baik
19 RH Laki-laki 118.7 15.3 -0.72 normal 9.86 kurang baik 80.18 108.71 82.92 93.81 baik baik baik baik
20 JP Laki-laki 126.6 14 -1.7 normal 9.68 baik 77.8 90 71.01 114.5 kurang baik kurang baik
21 RN Laki-laki 119 14.5 -1.59 normal 10.83 kurang baik 76.86 72.14 99.61 67.28 kurang kurang baik kurang
22 IP Perempuan 122.3 15.8 -0.43 normal 9.97 kurang baik 91.33 75.57 87.74 90.35 baik kurang baik baik
23 NS Perempuan 124.5 12.8 -2.39 kurus 9.44 kurang baik 87.42 71.9 99.31 66.23 baik kurang baik kurang
24 IL Perempuan 119.5 15.6 -0.56 normal 10.11 kurang baik 76.18 59.05 97.57 70.58 kurang kurang baik kurang
25 FP Laki-laki 126.6 18.3 0.96 normal 9.84 kurang baik 99.79 88.63 114.39 84.41 baik baik baik baik
26 ZA Laki-laki 122.6 15 1.43 normal 11.7 baik 74.23 88.5 74.47 93.16 kurang baik kurang baik
27 CN Laki-laki 129 13.6 -2.69 kurus 10.87 kurang baik 67.12 62.98 83.1 61.1 kurang kurang baik kurang
62

Jenis IMT/ Status Persen Persen Persen Persen Asupan Asupan Asupan Asupan
No Nama TB BB Umur Pola Makan Energi
Kelamin U Gizi Protein Lemak KH Energi Protein Lemak KH
28 RO Laki-laki 115.6 14.9 -1 normal 9.91 kurang baik 90.35 109.18 91.07 104.97 baik baik baik baik
29 MK Laki-laki 127 14.8 -1.26 normal 10.47 kurang baik 84.27 77.68 71.47 96.13 baik kurang kurang baik
30 AH Laki-laki 137.7 15 -0.88 normal 9.68 baik 97.62 83.73 89.76 103.45 baik baik baik baik
31 MG Laki-laki 127 15.4 -0.57 normal 9.56 kurang baik 91.46 84.76 98.15 89.17 baik baik baik baik
32 WA Perempuan 128.5 12.1 -3.22 kurus 9.9 kurang baik 82.95 91.76 91.09 80.56 baik baik baik baik
33 AV Laki-laki 131.5 14.7 -1.2 normal 10.09 kurang baik 91.73 81.73 103.76 89.68 baik baik baik baik
34 DA Perempuan 128 12.5 -2.9 kurus 10.1 kurang baik 77.01 91.22 101.09 61.83 kurang baik baik kurang
35 LK Laki-laki 128 18.3 0.99 normal 9.74 kurang baik 95.91 84.84 97.04 94.95 baik baik baik baik
36 RZ Laki-laki 131.4 15.1 -1.02 normal 10.45 baik 84.16 89.11 101.19 92.32 baik baik baik baik
37 FP Laki-laki 128.5 13.9 -2.14 kurus 11.06 kurang baik 82.94 68.27 90.71 83.18 baik kurang baik baik
38 AA Laki-laki 121 16.4 -0.22 normal 10.69 baik 87.88 78.75 87.71 92.25 baik kurang baik baik
39 PM Perempuan 149.1 14.4 -1.36 normal 10.21 baik 75.26 71.05 100.79 82.61 kurang kurang baik baik
40 RF Laki-laki 122.5 16.7 -0.08 normal 10.77 kurang baik 85.85 81.02 86.43 89.96 baik baik baik baik
41 JS Laki-laki 137.1 15.4 -0.85 normal 10.77 baik 69.87 72.98 89.39 101.26 kurang kurang baik baik
42 AN Laki-laki 144.3 24.5 2.3 normal 10.39 baik 84.97 83.27 86.19 90.51 baik baik baik baik
43 GR Laki-laki 131.9 16.1 -0.33 normal 10.48 kurang baik 89.04 82.91 97 90.84 baik baik baik baik
44 TS Laki-laki 115.2 12.8 -3.22 kurus 10.94 kurang baik 54.02 51.43 75.61 59.63 kurang kurang kurang kurang
45 MJ Perempuan 146.4 18.7 0.64 normal 10.82 kurang baik 85.11 89.23 94.63 80.64 baik baik baik baik
46 PF Perempuan 126.1 13.8 -2.07 kurus 11.08 kurang baik 77.39 59.93 90.55 77.95 kurang kurang baik kurang
47 LP Laki-laki 132.3 13.7 -2.25 kurus 10.79 baik 53.48 63.57 89.14 95.35 kurang kurang baik baik
48 PE Perempuan 134.6 15.5 -0.75 normal 10.45 kurang baik 98.44 84.5 102.88 90.46 baik baik baik baik
49 AS Laki-laki 127.6 14.7 -1.21 normal 10.25 kurang baik 78.32 113.04 111.96 91.25 kurang baik baik baik
50 NB Perempuan 126.7 14.3 -1.53 normal 10.58 kurang baik 83.97 69.5 96.46 87.28 baik kurang baik baik
51 RR Laki-laki 131.5 15.6 -1.18 normal 12.19 baik 82.25 84.29 98.14 95.49 baik baik baik baik
52 FJ Laki-laki 133.7 13.4 -2.63 kurus 11.08 baik 73.94 94.7 71.47 76.29 kurang baik kurang kurang
53 DM Perempuan 122 14.8 -1.2 normal 10.53 baik 92.4 104.95 112.64 82.19 baik baik baik baik
54 FR Laki-laki 132.3 27.4 3.15 normal 10.31 baik 89.75 73.33 97.29 103.42 baik kurang baik baik
63

Jenis IMT/ Status Persen Persen Persen Persen Asupan Asupan Asupan Asupan
No Nama TB BB Umur Pola Makan Energi
Kelamin U Gizi Protein Lemak KH Energi Protein Lemak KH
55 SY Perempuan 124 13.7 -2.08 kurus 10.71 kurang baik 71.95 60.28 78.85 67.03 kurang kurang kurang kurang
56 AD Laki-laki 132.3 17.1 0.3 normal 10.31 kurang baik 74.49 118.52 109.86 84.6 kurang baik baik baik
57 PR Perempuan 148.4 15.9 -0.72 normal 11.11 baik 78.66 68 117.42 84.19 kurang kurang baik baik
58 DI Laki-laki 132 12.6 -3.44 kurus 11.08 kurang baik 74.37 81.38 78.19 75.58 kurang baik kurang kurang
59 HM Laki-laki 139.4 18.5 0.73 normal 11.06 baik 89.13 65.84 109.29 79.98 baik kurang baik kurang
60 AF Laki-laki 126.2 13.2 -2.8 kurus 10.85 baik 76.3 80.54 66.39 84.7 kurang baik kurang baik
61 SA Perempuan 123.8 12.4 -3.17 kurus 10.65 kurang baik 76.49 72.88 77.72 78.57 kurang kurang kurang kurang
62 NR Perempuan 122.5 14 -1.76 normal 10.55 kurang baik 83.95 92.22 100.9 66.92 baik baik baik kurang
63 YN Perempuan 125 15.4 -0.73 normal 10.18 kurang baik 73.53 79.55 109.75 60.3 kurang kurang baik kurang
64

LAMPIRAN 7
Analisis Univariat
jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 38 60.3 60.3 60.3

perempuan 25 39.7 39.7 100.0

Total 63 100.0 100.0

kat_stgizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangat kurus 6 9.5 9.5 9.5

kurus 12 19.0 19.0 28.6

normal 40 63.5 63.5 92.1

gemuk 2 3.2 3.2 95.2

obesitas 3 4.8 4.8 100.0

Total 63 100.0 100.0

status gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurus 18 28.6 28.6 28.6

normal 45 71.4 71.4 100.0

Total 63 100.0 100.0

pola_makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 21 33.3 33.3 33.3

kurang baik 42 66.7 66.7 100.0

Total 63 100.0 100.0


65

energi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sedang 37 58.7 58.7 58.7

kurang 19 30.2 30.2 88.9

defisit 7 11.1 11.1 100.0

Total 63 100.0 100.0

energi1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 37 58.7 58.7 58.7

kurang 26 41.3 41.3 100.0

Total 63 100.0 100.0

protein

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 6 9.5 9.5 9.5

sedang 28 44.4 44.4 54.0

kurang 13 20.6 20.6 74.6

defisit 16 25.4 25.4 100.0

Total 63 100.0 100.0

protein1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 34 54.0 54.0 54.0

kurang 29 46.0 46.0 100.0

Total 63 100.0 100.0


66

lemak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 17 27.0 27.0 27.0

sedang 33 52.4 52.4 79.4

kurang 11 17.5 17.5 96.8

defisit 2 3.2 3.2 100.0

Total 63 100.0 100.0

lemak1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 50 79.4 79.4 79.4

kurang 13 20.6 20.6 100.0

Total 63 100.0 100.0

KH

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 5 7.9 7.9 7.9

sedang 37 58.7 58.7 66.7

kurang 9 14.3 14.3 81.0

defisit 12 19.0 19.0 100.0

Total 63 100.0 100.0

KH1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 42 66.7 66.7 66.7

kurang 21 33.3 33.3 100.0

Total 63 100.0 100.0


67

LAMPIRAN 8
Analisis Bivariat

energi1 * status gizi


Crosstab

status gizi

kurus normal Total

energi1 baik Count 5 32 37

% within energi1 13.5% 86.5% 100.0%

kurang Count 13 13 26

% within energi1 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 18 45 63

% within energi1 28.6% 71.4% 100.0%

d
Chi-Square Tests

Asymp. Exact Exact


Sig. (2- Sig. (2- Sig. (1- Point
Value df sided) sided) sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 9.961 1 .002 .002 .002
b
Continuity Correction 8.253 1 .004

Likelihood Ratio 10.032 1 .002 .004 .002

Fisher's Exact Test .004 .002


c
Linear-by-Linear Association 9.803 1 .002 .002 .002 .002

N of Valid Cases 63

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.43.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -3.131.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
68

protein1 * status gizi

Crosstab

status gizi

kurus normal Total

protein1 baik Count 8 26 34

% within protein1 23.5% 76.5% 100.0%

kurang Count 10 19 29

% within protein1 34.5% 65.5% 100.0%

Total Count 18 45 63

% within protein1 28.6% 71.4% 100.0%

d
Chi-Square Tests

Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. Point
Value df sided) (2-sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi-Square .920 1 .337 .407 .248
b
Continuity Correction .462 1 .497

Likelihood Ratio .919 1 .338 .407 .248

Fisher's Exact Test .407 .248


c
Linear-by-Linear Association .905 1 .341 .407 .248 .140

N of Valid Cases 63

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.29.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -.952.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
69

lemak1 * status gizi

Crosstab

status gizi

kurus normal Total

lemak1 baik Count 10 40 50

% within lemak1 20.0% 80.0% 100.0%

kurang Count 8 5 13

% within lemak1 61.5% 38.5% 100.0%

Total Count 18 45 63

% within lemak1 28.6% 71.4% 100.0%

d
Chi-Square Tests

Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. Point
Value df sided) sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 8.723 1 .003 .006 .006
b
Continuity Correction 6.806 1 .009

Likelihood Ratio 8.018 1 .005 .013 .006

Fisher's Exact Test .006 .006


c
Linear-by-Linear Association 8.585 1 .003 .006 .006 .005

N of Valid Cases 63

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.71.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -2.930.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
70

KH1 * status gizi

Crosstab

status gizi

kurus normal Total

KH1 baik Count 5 37 42

% within KH1 11.9% 88.1% 100.0%

kurang Count 13 8 21

% within KH1 61.9% 38.1% 100.0%

Total Count 18 45 63

% within KH1 28.6% 71.4% 100.0%

d
Chi-Square Tests

Asymp. Exact
Sig. (2- Exact Sig. Sig. (1- Point
Value df sided) (2-sided) sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 17.150 1 .000 .000 .000
b
Continuity Correction 14.788 1 .000

Likelihood Ratio 16.810 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000


c
Linear-by-Linear Association 16.878 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 63

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -4.108.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
71

pola_makan * status gizi

Crosstab

status gizi

kurus normal Total

pola_makan baik Count 5 16 21

% within pola_makan 23.8% 76.2% 100.0%

kurang baik Count 13 29 42

% within pola_makan 31.0% 69.0% 100.0%

Total Count 18 45 63

% within pola_makan 28.6% 71.4% 100.0%

d
Chi-Square Tests

Exact Point
Asymp. Sig. Exact Sig. Sig. (1- Probabili
Value df (2-sided) (2-sided) sided) ty
a
Pearson Chi-Square .350 1 .554 .768 .389
b
Continuity Correction .088 1 .767

Likelihood Ratio .357 1 .550 .576 .389

Fisher's Exact Test .768 .389


c
Linear-by-Linear Association .344 1 .557 .768 .389 .201

N of Valid Cases 63

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -.587.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Anda mungkin juga menyukai