Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANAJEMEN PROGRAM GIZI

INTERVENSI DAN KERJASAMA LINTAS SEKTOR


CONTINUUM OF CARE (CoC)

KELOMPOK 1 :

1. Lidya Yulanda Sari : 186031010


2. Marlina Silviawaty : 186031011
3. Rita Zulfadillah : 186031024
4. Susana Dwi Astuti : 186031029
5. Yessiana Luthfia Bahri : 186031004

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2019
Lansia

Pelayanan bagi
Continuum of Care anak SMP/A & • Kualitas
• Degenerasi
remaja

Pelayanan
bagi anak • Kespro remaja
• Konseling:
SD Gizi HIV/AIDS,
Pelayanan
NAPZA dll
bagi balita • Fe
•Penjaringan
Pelayanan •Bln Imunisasi Anak
Persalinan,
bagi bayi Sekolah
nifas & •Upaya Kes Sklh
Pemeriksaan neonatal •PMT
• Pemantauan
Kehamilan
pertumbuhan &
Pelayanan perkembangan
PUS & WUS • ASI eksklusif • PMT
• Imunisasi dasar
lengkap
• P4K • Inisiasi Menyusu Dini
• Pemberian makan
• Buku KIA • Vit K 1 inj
• Penimbangan
• ANC terpadu • Imunisasi Hep B
• Vit A
• Kelas Ibu Hamil • Rumah Tunggu
• Konseling • MTBS
• Fe & asam folat • Kemitraan Bidan Dukun
• Pelayanan KB
• PMT ibu hamil • KB pasca persalinan
• PKRT
• TT ibu hamil • PONED-PONEK

1. PELAYANAN PUS DAN WUS


A. KONSELING
a. Intervensi
1) Memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan reproduksi pada PUS dan
WUS untuk mengatasi masalah terlalu muda,terlalu sering dan terlalu tua.
2) Memberikan informasi tentang pemilihan alat kontrasepsi sebagai metode dalam
penundaan dan pemberian jarak kelahiran pada anak.

b. Sektor yang terlibat


1) Puskesmas
2) BKKBN

B. PELAYANAN KB
a. Intervensi
1) Meningkatkan pelayanan KB pasca persalinan sebagai salah satu prioritas
intervensi dalam penurunan angka kelahiran yang diintegrasikandengan program
lain seperti P4K, Buku KIA, Kelas Ibu dan ANC terpadu.
2) Intervensi jumlah anak ideal diupayakan melaluipembinaan akseptor dan
peningkatan advokasi KIE yang difokuskanpada sasaran kelompok khusus
(pasangan usia muda dan memiliki duaanak, PUS dari keluarga miskin)
3) Pelayanan KB di wilayah sulit dankumuh melalui kampanye “2 ANAK CUKUP
” dan “4 TERLALU”.
4) Pengaturan waktu dan jarak kehamilan bagi pasangan usia subur untuk
membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas.

b. Sektor yang terlibat


1) Kementrian Kesehatan
2) Puskesmas
3) BKKBN
4) Kader

C. PKRT (Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu)


a. Intervensi
1) Mengidentifikasi kelompok sasaran (Ibu hamil, remaja, dan kelompok berisiko).
2) Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi pada kelompok sasaran termasuk
rujukan dan kunjungan rumah.
3) Membangun kemitraan dengan LSM, sekolah, panti, tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan kader untuk mendukung pelaksanaan PKRT di Puskesmas.
4) Sosialisasi dan KIE tentang pelayanan kesehatan reproduksi terpadu kepada
masyarakat.
5) Menyediakan media KIE terkait komponen kesehatan reproduksi.
6) Menggerakkan dan melaksanakan (posyandu, poslansia/posbindu, poskesdes, dan
poskestren).
7) Menyediakan saranan dan prasarana pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas.
8) Meningkatkan kemampuan petugas agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang baik.
9) Apabila dalam pelaksanaan pelayanan kepada klien, terdapat kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya (misalnya untuk lanjut usia atau
penderita kanker leher rahim (kanker serviks), pencegahan dan penanganan
infertilitas), maka perlu diupayakan agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat
menambah kegiatan pelayananyang dibutuhkan.

b. Sektor yang terlibat


1) Kementrian kesehatan
2) LSM
3) Sekolah
4) Panti
5) Tokoh agama
6) Tokoh masyarakat
7) Kader

2. PEMERIKSAAN KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN NEONATAL


Kontinuitas pelayanan selama kehamilan dicapai ketika hubungan berkembang dari
waktu ke waktu antara seorang perempuan, keluarga dan tenaga kesehatan.
Pemeriksaan kehamilan harus disediakan oleh kelompok atau orang terdekat sebagai
pendamping dari awal kehamilan sampai menjelang kelahiran. Pendampingan secara
berkelanjutan selama kehamilan harus dipastikan ada dalam waktu 24 jam, untuk itu
pendampingan secara berkelanjutan harus melibatkan orang terdekat dengan
menggunakan prinsip pemberdayaan ibu dan keluarga. Pemeriksaan kehamilan
(antenatal) secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu selama hamil
sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik
dan melahirkan bayi yang sehat. Sedangkan secara khusus pelayanan antenatal
bertujuan untuk mendeteksi ibu hamil dengan faktor risiko tinggi dan menanggulangi
sedini mungkin, merujuk kasus risiko tinggi ke tingkat pelayanan kesehatan yang
sesuai, memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
sehingga terjadi peningkatan cakupan dan merencanakan serta mempersiapkan
persalinan sesuai dengan risiko yang dihadapinya. Pengelolaan anemia pada
kehamilan, tenaga kesehatan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan, dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, seperti adanya pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan,
memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia, mengukur kadar Hb dengan
baik, memberikan tablet zat besi, asam folat, obat anti malaria (didaerah endemis
malaria) dan obat cacing, serta menggunakan KMS Ibu Hamil/Buku KIA/Kartu Ibu.
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pemilik Unit Pelaksana
Teknis/Puskesmas adalah mengupayakan dengan sungguh-sungguh agar Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi untuk semua Puskesmas di
wilayah kerjanya. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan
sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.

Peran Dinas Kesehatan Provinsi


Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan Puskesmas secara umum
adalah memfasilitasi dan mengoordinasikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
wilayah kerjanya untuk berupaya dengan sungguh-sungguh agar Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi di semua Puskesmas. Dalam rangka
pelaksanaan pendekatan keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi juga memiliki tiga peran
utama, yakni: pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta
pemantauan dan pengendalian.

Peran Kementerian Kesehatan


Kementerian Kesehatan sebagai Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan konkuren sebagaimana UU No. 23 Tentang Pemerintahan Daerah
berwenang untuk: (a) menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan; (b) melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah,
selain juga pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan
dan evaluasi.

Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor


Keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga diukur dengan
Indeks Keluarga Sehat, yang merupakan komposit dari 12 indikator. Semakin banyak
indikator yang dapat dipenuhi oleh suatu keluarga, maka status keluarga tersebut akan
mengarah kepada Keluarga Sehat. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara
Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan
akses pelayanan kesehatan diwilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung,
melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga diwilayah kerjanya.
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat
Sementara itu, semakin banyak keluarga yang mencapai status Keluarga Sehat, maka
akan semakin dekat tercapainya Indonesia Sehat. Sehubungan dengan hal tersebut,
disadari bahwa keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
juga sangat ditentukan oleh peran dan tanggung jawab sektor-sektor lain di luar sektor
kesehatan (lintas sektor). Menyukseskan Program Kemitraan ini di masyarakat harus
memperoleh dukungan dari lintas sektoral atau kelompok pendukung seperti
pemerintahan desa (Pemdes), tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), Tim Penggerak PKK, karena juga memegang peranan penting,
mengingat basis program tersebut berada langsung di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, Kementerian dan lembaga yang dapat ikut berperan dalam program ini
misalnya Kementerian PDT, Kemendikbud, Kemenristekdikti, Kemenpan & RB,
Kemenkominfo, Kemendagri/Pemda, Kemenperindag, Kemenaker, Kemenag,
BKKBN, TNI dan POLRI.

3. PELAYANAN BAGI BAYI DAN BALITA

Kegiatan Posyandu
Terdapat berbagai jenis kegiatan yang dilakukan pada Posyandu meliputi 6 kegiatan
posyandu jenis pelayanan yang diberikan antara lain :
a) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita,
b) Penimbangan bulanan,
c) Pemberian makanan tambahan,
d) imunisasai bagi bayi 0-11 bulan,
e) Pemberian oralit untuk penanggulangan diare,
f) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama;

A. Kerjasama Lintas Program


Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja
sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa program
terkait yangada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program adalah
untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja sama
lintas sektoral.

Kegiatan Lintas Program Peran


Penyuluhan gizi dan Promkes Penyediaan media promosi kesehatan.
KIP/K KIA Penyuluhan kaitan Gizi dan KIA
BP Rujukan pasien puskesmas dengan masalah
gizi.
Penilaian Status Gizi ; KIA Deteksi dini tumbuh kembang balita.
Pendataan dan MTBS Rujukan balita dengan masalah gizi.
pemantauan balita
BGM
Penilaian Status Gizi ; Perkesmas Asuhan keperawatan pada balita gizi buruk.
Surveillans dan BP Pemeriksaan lanjutan penyakit penyerta.
pelacakan gizi buruk.
Pemberian kapsul KIA Memberikan vitamin A pada pasien bayi/
vitamin A dan balita.
sweeping. Promkes Memberikan informasi bulan pemberian
vitamin A.
Kesling Ikut Melakukan penilaian hygiene makanan
Promkes Melatih kader melakukan kegiatan posyandu
sesuai prosedur dan
KIA Mendampingi kader melakukan pendataan
Kesling sasaran posyandu.
P2P

Pembinaan posbindu Promkes Melatih kader melakukan kegiatan posbindu


sesuai prosedur.
KIA Melatih kader melakukan kegiatan posbindu
sesuai prosedur
Pendistribusian PMT KIA Melakukan pemantauan pemberian makanan
pemulihan tambahan.
Perkesmas Melakukan pemantauan pemberian makanan
tambahan.
Bulan penimbangan Promkes Memberikan informasi pelaksanaan BPB di
balita pertemuan lintas sektor.
KIA Melakukan pemantauan pelaksanaan BPB.
Kelas ibu hamil, kelas Promkes Penyediaan media promosi kesehatan.
ibu balita, posyandu, Gizi Pemantauan status gizi ibu hamil, bayi dan
SDIDTK, balita.
MTBS Pemeriksaan balita sakit dengan fasilitas
rawat jalan
Pelayanan Imunisasi Kia, Ikut serta dalam Pelayanan Imunisasi
dan Sweeping Promkes, Gizi, Ikut serta dalam Penggerakkan sasaran
imunisasi Kesling
Pembinaan Kualitas KIA, Promkes, Pembinaan Pelayanan Imunisasi di BPS dan
Cold chain ke BPS Kesling Membina Kualitas cpld chain di BPS

B. Kerjasama Lintas Sektor


Untuk menjamin terselenggaranya intervensi program kesehatan ibu dan anak yang
berhasil, diperlukan pendekatan yang dilakukan secara lintas sektoral. Sebelum
melakukan intervensi baik pemerintah atau suatu Lembaga Non Pemerintah perlu
mencari dan menetapkan kerangka pikir mengenai pentingnya pembangunan Sumber
Daya Manusia (capacity building) yang terfokus pada upaya pelayanan kesehatan Ibu
dan Anak serta mencari data-data dan Informasi mengenai Analisa Situasi Kesehatan Ibu
dan Anak (ASIA).

Kegiatan Lintas Sektor Peran


Penyuluhan gizi Kader Melakukan penyuluhan di meja 4 posyandu.
dan KIP/K Camat, Danramil, TP Ikut serta dalam penggerakkan sasaran
PKK, PLKB, untuk mengikuti penyuluhan
Kelurahan, RW
Penilaian Status Kader Melakukan bina keluarga balita.
Gizi ; Pendataan Camat, TP PKK, Ikut serta dalam penggerakkan sasaran balita
dan pemantauan Kelurahan, RW BGM ke posyandu
balita BGM
Penilaian Status Camat, TP PKK, Kemudahan akses mendapatkan pelayanan
Gizi ; Surveillans Kelurahan, RW administrasi.
dan pelacakan gizi Kader Kemudahan akses mendapatkan bantuan
buruk. makanan bergizi.
Pemberian kapsul Kader Mendampingi pelaksanaan sweeping.
vitamin A dan Camat, KApolsek, Ikut serta dalam penggerakkan sasaran balita
sweeping. Danramil, TP PKK , -
Kelurahan, KUA
Pembinaan Lurah Penguatan program posyandu di masyarakat.
posyandu PKK Mendampingi kader dalam
pengadminitrasian posyandu.
Kecamatan, Ikut membina posyandu di wilayah kerja.
Kelurahan, Kapolsek,
Danramil, PLKB,
KUA
Pembinaan Lurah Penguatan program posbindu di masyarakat.
posbindu PKK Mendampingi kader dalam
pengadministrasian posbindu
Pendistribusian Kader Melakukan pendampingan pada keluarga
PMT pemulihan sasaran.
Camat, TP PKK, Memasukkan PMT Balita ke dalam
PLKB, Kelurahan anggaran Kecamatan/ Kelurahan -
Bulan Camat/ Lurah, Mendukung dan menyampaikan himbauan
penimbangan Kapolsek, Danramil, kepada masyarakat.
balita TP PKK, PL KB,
KUA
RT/ RW Mobilisasi sasaran BPB.

4. PELAYANAN BAGI ANAK SD, SMP, SMA DAN REMAJA


A. Masalah Gizi Anak Sekolah
Masalah gizi pada anak umumnya merupakan dampak dari ketidakseimbangan
antara asupan dan keluaran zat gizi ( nutritional imbalance ) yaitu asupan yang melebihi
keluaran atau sebaliknya, disamping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk
disantap. Dari gangguan ini dapat menimbulkan anemia defisiensi besi, berat badan
lebih, berat badan kurang, penyakit kronis, pica, karies dentis dan alergi.
1. Anemia Defisiensi Besi
Keadaan ini terjadi pada anak dengan asupan zat gizi besi yang sedikit atau tidak
mencukupi, terutama pada anak dengan konsumsi susu yang berlebih yang dapat
menyebabkan keinginan makan menurun. Selain itu gangguan penyerapan besi terjadi
pada anak yang mempunyai kebiasaan minum teh setelah makan, karena kandungan
tanin dalam teh mengganggu penyerapan zat besi sampai 80%. Untuk mengatasi hal ini,
selain diberikan suplementasi besi anak juga harus dibiasakan memakan makanan yang
banyak mengandung zat besi, minum teh dianjurkan paling tidak 2 jam sesudah atau
sebelum makan. Sementara, sebagai pengganti susu bisa diberikan air putih atau air
jeruk. Meski tidak mengandung zat besi, air jeruk kaya akan vitamin C sehingga dapat
membantu proses penyerapan besi.

2. Berat Badan Berlebih ( Overweight/Obesitas )


Jika tidak teratasi, anak dengan BB berlebih bahkan obesitas akan berkelanjutan hingga
remaja dan dewasa. Anak dengan BB overweight memiliki resiko 4 kali lebih besar
terkena obesitas daripada anak dengan BB normal. Sama seperti pada umumnya, BB
berlebih pada anak disebabkan karena ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar,
terlalu banyak makan, sedikit olahraga, dan lainnya. Berbeda dengan orang dewasa,
kelebihan BB pada anak tidak boleh diturunkan karena akan menyebabkan pengurangan
zat gizi yang diperlukan untu pertumbuhan. Laju pertambahan BB pada anak dapat
dihentikan atau diperlambat dengan cara mengurangi makan dan memperbanyak
olahraga.

3. Berat Badan Kurang ( Underweight )


Kekurangan BB yang terjadi pada anak yang sedang tumbuh merupakan salah satu
masalah serius. Seperti masalah BB berlebih, langkah penanganan didasarkan pada
penyebab serta pemecahan masalah. Di Indonesia, persoalan gizi buruk menyebabkan 4
dari 100 bayi yang lahir setiap tahun tidak dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun
yang umumnya merupakan korban dari penyakit serta kondisi yang diperparah oleh
persoalan gizi tersebut, 1 dari 3 anak balita mengalami gangguan pertumbuhan (bayi
pendek untuk rata-rata usianya/stunted) dan hampir seperlima jumlah balita mengalami
berat badan kurang, di bawah standar rata-rata (underweight).

4. Penyakit Kronis
Penyakit yang tidak menguras cadangan energi sekalipun. Jika berlangsung lama dapat
menganggu pertumbuhan karena kehilangan nafsu makan anak. Disamping itu ada pula
jenis penyakit yang menguras cadangan zat gizi misalnya campak yang menghabiskan
cadangan vitamin A.

5. Pica
Pica adalah gangguan di mana anak sering mengkonsumsi barang-barang non-makanan.
Contoh makanan non-makanan seperti pasir, perca, debu, pasir, cat, pensil, tanah, es dan
lainnya. Perilaku ini tidak membahayakan hidup anak sejauh dia tidak menyantap zat
toksik tetapi dapat menyebabkan masalah pencernaan dan keterlambatan perkembangan.
Komplikasi yang sering terjadi diantaranya yaitu infeksi, masalah pencernaan, keracunan
dan malnutrisi.
Penyakit Pica tidak ada tanda maupun gejalanya. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya
adalah dengan melakukan tes darah guna mengetahui kandungan besi dan seng.
Meskipun anak-anak memang sering memasukkan semua benda ke dalam mulutnya, tapi
orang tua harus waspada dan curiga jika hal itu menjadi kebiasaan. Untuk
menyembuhkan penderita Pica, dibutuhkan penanganan secara keseluruhan, meliputi
pendidikan perilaku yang benar, lingkungan yang mendukung dan pendekatan keluarga.

6. Alergi
Secara literal, alergi makanan diartikan sebagai respon tidak normal terhadap makanan
yang orang biasa dapat menoleransinya. Alergi makanan tidak jarang terlihat pada anak
(5-8%) dan dewasa (1-2%) terutama mereka yang memiliki riwayat pada keluarganya
yang penderita alergi. Alergi ini akan terus meningkat sama seperti alergi lain seperti
asma dan atopik.
Ada 2 jenis makanan yang dikategorikan penyebab alergi :
a. Alergi sementara. Contoh makanan penyebab alergi ini yaitu susu, kedelai, telur dan
tepung terigu.
b. Alergi tetap. Kacang, ikan dan kerang cenderung menyebabkan alergi ini.

B. Program Gizi Untuk Anak Sekolah (intervensi)

1. Bekal Sekolah
Apabila anak-anak diberi bekal, maka hendaklah diperhatikan bahwa bekal makanan
yang diberikan kepadanya dapat memberikan unsur-unsur gizi yang kurang terdapat
dalam makanannya waktu makan pagi, siang dan malam. Dua unsur yang diutamakan
dalam bekal makananya itu energi dan protein. Kekurangan akan zat gizi lain dapat
diberikan melalui makanan mereka di rumah. Memang bekal makanan yang paling ideal
adalah makanan yang dapat memberikan zat gizi yang diperlukan. Tetapi dalam praktik,
membuat bekal yang memenuhi syarat demikian itu agak sulit.
Bekal makanan untuk anak-anak memberikan keuntungan, antara lain :
a. Anak-anak dapat dihindarkan dari gangguan rasa lapar
b. Pemberian bekal dapat menghindarkan anak itu dari kekurangan energi
c. Pemberian bekal dapat menghindarkan anak dari kebiasaan jajan sehingga
menghindarkan anak dari gangguan penyakit akibat makanan yang tidak higienis.

2. Makanan di Sekolah (School-Feeding)


School-feeding merupakan tindakan umum yang bisa dilaksanakan untuk memperbaiki
keadaan gizi anak sekolah. Praktik penyelenggaraan makanan di sekolah ini sudah lama
dan sudah banyak diselenggarakan di negara-negara baik di Eropa maupun di Asia.
Untuk masing-masing negara baik bentuk maupun cara penyelenggaraan makanan di
sekolah ini berbeda-beda. Nilai kalori dalam suatu susunan hidangan sekolah seyogyanya
sebesar 900 kalori bagi anak-anak di atas umur 11 tahun, 700 kalori di antara 6 dan 11
tahun, serta 600 kalori bagi umur di bawah 6 tahun. Suatu susunan hidangan rata-rata
yang mengandung 700 kalori sudah mencukupi kebutuhan bagi kondisidi daerah tropic.

3. Edukasi Gizi
Edukasi tentang gizi biasanya diajarkan pada ekonomi rumahan (home economic), tetapi
hal yang diajarkan disana bukanlah hal yg mendasar. Edukasi gizi dapat tergabung dalam
ilmu science dan juga teknologi. Edukasi tentang kesehatan merupakan hal yang penting
dari kurikulum pendidikan, makanan dan gizi dapat disisipkan dalam edukasi tentang
kesehatan. Penjagaan makanan dan gizi dalam sekolah dibutuhkan, makan dibutuhkan
pula pengetahuan tentangnya di kelas kelas, yang didukung oleh makanan yang
disediakan pada kantin sekolah.
Target yang dianjurkan untuk pengetahuan tentang makanan dan gizi pada anak usia 5-
11 tahun (National Curiculum Council 1990, with permission of the Qualifications and
Curriculum Authority).
Tahapan Target
Tahapan 1 - Mengetahui adanya banyak jenis makanan untuk
(5-7 tahun) dipilih dan pilihan itu berdasarkan kebutuhan dan budaya.
- Mengetahui bahwa makanan dibutuhkan untuk
kesehatan, dan beberapa makanan lebih baik dari makanan
lain
Tahapan 2 - Mengetahui bahwa menu makanan merupakan
(7-11 tahun) kombinasi dari makanan dan nilai gizi yang berbeda-beda.
- Mengetahui bahwa gizi yang berbeda-beda
memberikan dampak yang berbeda pula bagi tubuh, dan
jumlahnya dalam makanan dan keseimbangannya dapat
mempengaruhi tubuh
- Mengetahui bagaimana menangani makanan dengan
baik.

Sektor yang terlibat :


1. Kementerian Kesehatan
2. Puskesmas
3. UKS (Sekolah)

A. MASALAH GIZI PADA REMAJA


Remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia antara 10-18
tahun dan merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup besar.
Remaja merupakan calon pemimpin dan penggerak pembangunan di masa depan.
Beberapa masalah gizi yang mengancam remaja Indonesia, diantaranya adalah:
1. Kurang zat besi (anemia)
Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien,
yakni sekitar 12 persen remaja laki-laki dan 23 persen remaja perempuan mengalami
anemia yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi. Anemia di kalangan
remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki. Anemia pada remaja
berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran
remaja, dan produktivitas.
(Remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia antara 10-18
tahun dan merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup besar.
Remaja merupakan calon pemimpin dan penggerak pembangunan di masa depan.

2. Tinggi badan
Remaja Indonesia banyak yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki tingi badan
yang pendek atau disebut stunting. Rata-rata anak Indonesia lebih pendek dibandingkan
dengan standar WHO yaitu lebih pendek 12,5 cm pada laki-laki dan lebih pendek 9,8
cm pada perempuan.

3. Kurus atau Kurang Energi Kronis (KEK)


Remaja yang kurus atau kurang energi kronis bisa disebabkan karena kurang asupan zat
gizi,baik karena alasan ekonomi maupun alasan psikososial seperti misalnya
penampilan.

4. Kegemukan atau Obesitas


Obesitas meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit
kardiovaskular, diabetes melitus, kanker, osteoporosis dan lain-lain yang berimplikasi
pada penurunan produktivitas dan usia harapan hidup. “Penanganan masalah remaja
termasuk di dalamnya masalah kesehatan, akan sangat membutuhkan keterlibatan multi
disiplin ilmu, lintas program, lintas sektor, dan masyarakat,” imbuh Menkes.

B. Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja


Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan
masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
a. Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah, khususnya
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA),
karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah
pertumbuhan pada masa balita.
b. Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa
terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke konsumsi
makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan
vitamin A.

c. Program Fortifikasi Bahan Makanan


Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan tujuan
agar masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat
gizi yang ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara
bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada
bahan makanan tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi
oleh masyarakat dan iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.

Sektor yang terlibat :


1. Kementerian Kesehatan
2. Puskesmas
3. Sekolah
4. Perguruan Tinggi

5. PELAYANAN LANSIA
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh
dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya
antara lain:
a. Upaya promotif,
yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan
tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya
promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia
lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan
usia lanjut yang antara lain adalah :
- Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi
kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke
puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
- Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia
lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
- Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
- Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara
teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
- Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
- Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi ,
kelelahan fisik dan mental.
- Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar

b. Upaya preventif
yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun
komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
- Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini
penyakit-penyakit usia lanjut
- Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
- Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat
bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap
merasa berguna
- Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan
pada usia lanjut.
- Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa

c. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
- Pelayanan kesehatan dasar
- Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
d. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
- Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan
berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut
dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan
kemampuan.
- Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita
- Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam
maupun diluar rumah.
- Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.Perawatan
fisioterapi.

Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektor


Komponen pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan dengan kegiatan
antara lain:
- Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas Puskesmas dan pengurus
LKMD dalam mengembangkan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
- Melaksanakan kemampuan dan motivasi terhadap kelompok masyarakat termasuk
swasta yang melaksanakan pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang
kesehatan usia lanjut secara sistematis dan berkesinambungan.
- Mengambangkan, memporoduksi dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan
kesehatan usia lanjut untuk para penyelenggaraan penyuluhan, baik pemerintah
maupun swasta.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM-UI (2012) Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soetjiningsih (2012) Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

Welasasih D.B. dan Wirjatmadi R.B. (2012) Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Gizi Balita Stunting, The Indonesian Journal of Public Health,

Sutomo B dan Anggraini DY. 2010. Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita. Jakarta : PT.
Agromedia Pustaka

Tarigan (2003). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak usia 6-36 bulan
sebelum dan Saat Krisis Ekonomi di Jawa Tengah. Dalam Buletin Penelitian Kesehatan

Fitriani, Inna Sholicha dan Oktobriariani, Rona Riasma. (2017) Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Orang Tua terhadap Pencegahan Penyimpangan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak Balita. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo. IJHS Vol. 1, No. 1, Maret 2017, 01 – 09 Journal homepage:
journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS

Aziz, Nur Azizah. 2016. Gambaran Manajemen Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) di Puskesmas Kampili Kab. Gowa. Skripsi : Makasar

https://www.depkes.go.id/article/print/17070700004/program-indonesia-sehat-dengan-
pendekatan-keluarga.html

https://www.academia.edu/32028602/Makalah_Gizi_anak_sekolah?auto=download

https://www.academia.edu/38015317/MAKALAH_gizi_pada_remaja.docx

https://www.medcom.id/rona/kesehatan/DkqLqQZb-permasalahan-gizi-remaja-indonesia

Anda mungkin juga menyukai