Anda di halaman 1dari 2

Nama : Siti Hafsah BIOETIKAGIZI DAN

KESEHATAN Kelas : C – Gizi 2020 NIM : 5203240007

CONTOH PENERAPAN PRINSIP DASAR BIOETIKA DALAM PENERAPAN


PRAKTIK KEGIZIAN 1. NON-MALEFICENCE
Prinsip nonmaleficence (tidak merugikan) berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada pasien. Prinsip nonmaleficence berarti bahwa tenaga
kesehatan dalam memberikan upaya pelayanan kesehatan harus senantiasa dengan
niat untuk membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya. Banyak filosof yang
menjadikan prinsip non-maleficence sebagai satu kesatuan dengan prinsip
beneficence (mengutamakan tindakan untuk kebaikan pasien). Kewajiban terhadap
prinsip nonmaleficence bukan hanya terbatas pada sebuah kesadaran untuk tidak
berupaya melakukan tindakan yang mungkin dapat memberikan rasa sakit atau
membahayakan, namun juga berupaya untuk tidak membiarkannya terjadi.
Contoh:
• Memberikan peluang kepada pasien/klien, walinya dan para tenaga kesehatan
untuk menerima atau menolak suatu tindakan atau terapi setelah menimbang
manfaat dan hambatannya dalam situasi atau kondisi tertentu.
• Agar pasien/klien aman, maka sebelum menangani pasien, ahli gizi sebaiknya
melakukan prinsip keselamatan pasien yaitu mencuci tangan, identifikasi pasien,
mencegah kesalahan dalam memberi diet, dan mencegah kesalahan dalam
berkomunikasi. Pasien mempunyai hak untuk tidak terkena infeksi selama
dirawat, bebas dari bahaya, bebas dari kesalahan penanganan pemberian diet.
• Ahli gizi harus memperhatikan identitas pasien dan kesesuaian dengan label diet,
berkomunikasi dengan perawat atau tenaga kesehatan lain agar tidak terjadi
kesalahan pelayanan.
• Dalam melakukan pelayanan/konseling gizi, ahli gizi juga tidak boleh melukai
perasaan pasien/klien.
2.
Prinsip Justice diterjemahkan sebagai menegakan keadilan atau kesamaan hak kepada
setiap orang (pasien). Definisi lainnya adalah memperlakukan orang lain secara adil,
layak dan tepat sesuai dengan haknya. Situasi yang adil adalah seseorang
mendapatkan mendapatkan manfaat atau beban sesuai dengan hak atau kondisinya.
Situasi yang tidak adil adalah tindakan yang salah atau lalai berupa meniadakan
manfaat kepada seseorang yang memiliki hak atau pembagian beban yang tidak sama.
Prinsip justice lahir dari sebuah kesadaran bahwa jumlah benda dan jasa (pelayanan)
itu terbatas, sedangkan yang memerlukan seringkali melabihi batasan tersebut. Prinsip
justice kemudian diperlukan dalam pengambilan keputusan tersebut.
Contoh:
• Ahli gizi harus adil dalam memberikan pelayanan.
• Tidak memandang suku, ras, agama, status, jabatan, kekayaan dalam melalukan
pelayanan gizi.
• Ahli gizi memberikan pelayanan gizi kepada semua lapisan masyarakat.
• Ahli gizi dalam menangani pasien/klien harus sesuia dengan kebutuhan mereka.
Ketika seseorang membutuhkan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini
harus mendapatkan sumber-sumber yang besar pula.
3. FIDELITY
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Tenaga Kesehatan setia pada komitmen dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien. Ketaatan dan kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan menggambarkan kepatuhan
tenaga kesehatan terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar
dari tenaga kesehatan adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
Contoh:
• Seorang ahli gizi berjanji dengan sungguh untuk menjaga setiap rahasia pasiennya
atau informasi yang bersifat rahasia (protect confidential information),
menghormati hak pribadi orang lain (respect the privacy of others) dan sampai
kapanpun akan tetap menjaga komitmennya untuk menjaga kerahasiaan setiap
pasiennya.
• Seorang ahli gizi menepati janjinya dalam usaha peningkatan dan perbaikan gizi
atau masalah gizi di masyarakat sesuai dengan program yang telah dibuat.
• Ahli gizi bertanggung jawab atas pasiennya, setia mendampingi sesuai kapasitas
dan tanggung jawabnya.

REFERENSI
----------. (2014, November 20). Etika Ahli Gizi terhadap Pasien. Retrieved from Ikatan
Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia: https://www.ilmagiindonesia.org/etika-
ahligizi-terhadap-pasien/
Afandi, D. (2017). Kaidah Dasar Bioetika dalam Pengambilan Keputusan Klinis yang Etis.
Majalah Kedokteran Andalas, 111-121.
Amin, Y. (2017). Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI. Purnama, S. G. (2017). Etika dan Hukum Kesehatan. Universitas Udayana.
Suryadi, T. (2009). Prinsip-Prinsip Etika dan Hukum dalam Profesi Kedokteran. Banda
Aceh.
Tjaronosari, & Herianandita, E. (2018). Etika Profesi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Yuwono, S. R., Taher, A., Minarto, & Irianto, S. E. (2013). Pedoman Pelayanan Gizi
Rumah Sakit (PGRS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai