Anda di halaman 1dari 20

PERLEMAKAN HATI NON ALKOHOLIK

DIVISI GASTROENTEROHEPATOLOGI TOD 1 FEBRUARI-12 APRIL 2021

PROGRAM
PROGRAM PENDIDIKAN
PENDIDIKAN DOKTER
DOKTER SPESIALIS
SPESIALIS II
ILMU
ILMU PENYAKIT
PENYAKIT DALAM
DALAM FK
FK UNSRI/RSMH
UNSRI/RSMH
PALEMBANG
PALEMBANG
2021
2021
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
• Dikatakan perlemakan hati apabila kandungan lemak di hati
(sebagian besar terdiri dari trigliserida) melebihi 5% dari
seluruh berat hati

• Karena pengukuran berat hati sangat sulit dan tidak praktis,


diagnosa dibuat berdasarkan analisis spesimen biopsi jaringan
hati, yaitu ditemukan minimal 5-10% sel lemak dari
keseluruhan hepatosit

• Kriteria lain yang juga sangat penting adalah pengertian non


alkoholik, kesepakatan bahwa konsumsi alkohol sampai 20
g per hati  golongan non alkoholik
EPIDEMIOLOGI
• Perlemakan hati non alkoholik 15-20% pada populasi dewasi di
USA, Jepang, dan Italia

• 70% pasien DM tipe 2 mengalami perlemakan hati, sedangkan


pada pasien dislipidemia angka sekitar 60%

• Indonesia  data belum banyak, beberapa studi  rata penderita


42 tahun dengan 29% gambaran histologi hati menunjukan
steatohepatitis disertai fibrosis. Studi lain, 30,6%.

• Faktor risiko  obesitas, DM, dan hipertrigliserida


PATOGENESIS

• 2 kondisi yang sering berhubungan dengan


steatohepatitis non alkoholik  obesitas dan DM, serta
2 abnormalitas metabolik yang sangat kuat kaitannya
dengan penyakit ini adalah peningkatan suplai asam
lemak ke hati serta resistensi insulin
PATOGENESIS
• Two Hit Hypothesis (Day & James)
– First hit  akumulasi trigliserida hepatik (triasigliserol) atau steatosis sehingga menyebabkan kerentanan hati
terhadap injury, yaitu inflamasi yang diperantarai sitokin/adipokin pro inflamasi, disfungsi mitokondria dan stress
oksidatif (second hit) yang menyebabkan terjadinya steatohepatitis/fibrosis.
– Hit pertama terjadi akibat penumpukan lemak di hepatosit yang dapat terjadi karena berbagai keadaan, seperti
dyslipidemia, diabetes melitus, dan obesitas.
– Adanya peningkatan massa jaringan lemak tubuh, khususnya pada obesitas sentral, akan meningkatkan pelepasan
asam lemak bebas di dalam hati yang akan menimbulkan peningkatan oksidasi dan esterifikasi lemak. Proses ini
terfokus pada mitokondria sel hati sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan mitokondria itu
sendiri
PATOGENESIS
• Two Hit Hypothesis (Day & James)
– Ketika stress oksidatif melewati kemampuan perlawanan antioksidan  sel stelata dan sitokin pro inflamasi akan berlanjut
dengan inflamasi progresif, pembengkakan hepatosit, dan kematian sel, pembentukan badan Mallory, serta fibrosis

• The Third Hit Hyhpothesis


– Sebagai penyempurnaan dari two hit hypothesis
  Proliferasi hepatosit yang tidak adekuat saat terjadi apoptosis
– Pada NAFLD, stress oksidatif menghambat replikasi dan maturasi hepatosit, sehingga terjadi ekspansi populasi sel progenitor
dari hepatosit (oval cell). Sel-sel ini dapat berdiferensiasi menjadi hepatocyte like cells. Kedua sel tsb berkolerasi kuat
dengan derajat fibrosis. Aktivitas sel ini diimplikasikan pada terjadinya karsinoma hepatoseluler
PERJALANAN PENYAKIT
• Dalam periode 8-10 tahun, penderita simple steatosis yang
menjadi fibrosis hanya < 5%, sementara 30% dari penderita
dengan NASH akan berkembang menjadi fibrosis dalam
waktu 3-4 tahun dan 25% akan menjadi sirosis setelah 8-10
tahun, sebagian bias berkembang menjadi HCC

• Apabila sudah terjadi sirosis hati, median survival menjadi 6


tahun dengan angka mortalitas 1,5 – 1,75 kali lebih tinggi
dibandingkan simple steatosis
• NAFLD dan DM tipe 2 mempunyai hubungan yang kuat

• Prevalensi NAFLD dan DM tipe 2 sekitar 40-70%, oleh sebab


itu deteksi NAFLD pada DM tipe 2 sangat penting

• Sejauh ini disepakati bahwa ada beberapa tingkatan


gambaran histologi sepanjang perjalanan alamiah penyakit
ini, yaitu simple steatosis (NAFL), steatohepatitis (NASH),
steatohep yang disertai fibrosis dan sirosis
MANIFESTASI
MANIFESTASI KLINIS
KLINIS

• Sebagian besar  asimptomatis

• Pada umumnya sebagian penderita mempunyai 1 atau lebih


komponen sindroma metabolik seperti DM tipe 2, obesitas,
hipertensi, atau dyslipidemia.

  mudah lelah, perut kanan atas terasa tidak nyaman akibat


kapsul hati yang teregang akibat hepatomegali, sebagian
datang dengan komplikasi sirosis seperti asites, perdarahan
varises, atau bahkan sudah berkembang menjadi hepatoma
DIAGNOSIS
• PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
– AST dan ALT meningkat
– Tidak terjadi peningkatan bilirubin maupun albumin, kecuali telah
terjadi sirosis
– Peningkatan GGT
– Peningkatan kadar gula
– Peningkatan trigliserida
– Penurunan jumlah trombosit (sesuai beratnya fibrosis)
– Rasio AST/ALT >0,8 menandakan adanya fibrosis hati yang berat
DIAGNOSIS
• PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
– USG (gambaran hyperechoic/liver brighteness yang
disebabkan oleh refleksi dan penguatan gelombang oleh
lemak)
– CT SCAN
– MRI
– MRS (Magnetic Resonance Spectroscopy)
– Fibroscan
DIAGNOSIS
• Gold standar  biopsi hati  ditandai dengan akumulasi fat
droplet di hepatosit yang terlihat sebgai suatu droplet
makrovesikuler yang besar dan mendesak inti hepatosit ke tepi sel

• Brunt membagi derajat steatosis menjadi :


– Derajat I : fat droplet < 33% hepatosit
– Derajat II : fat droplet 33-66% hepatosit
– Derajat III : fat droplet >66% hepatosit
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN LAIN
LAIN
1. Skor FIB 4 sebagai predictor Fibrosis Hari terkait NAFLD
Merupakan salah satu sistem skoring yang cukup baik dalam
prediksi adanya fibrosis berat pada penderita NAFLD 

Jika nilai < 1,3  tidak ada fibrosis


nilai 1,3-3,25  tidak dapat ditentukan
nilai >3,25  fibrosis haati

McPerson melaporkan bahwa dengan menggunakan skor ini maka


biopsi hati pada 90 orang dari 145 penderita dapat dihindari
karena hasil sesuai dengan prediksi (tidak terdapat fibrosis)
dengan false negative sebesar 5%
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN LAIN
LAIN
2. Hyaluronic Acid sebagai penanda fibrosis hari terkait
NAFLD

HA merupakan salah satu penanda biokimia fibrosis pada


penyakit hati kronik termasuk NAFLD

Intepretasi :
Nilai normal HA serum < 120 ng/ml
Keadaan hepatitis > 160 ng/ml
Sirosis >250 ng/ml
Fibrosis ringan 180±49.83 ng/ml
Fibrosis berat 543±360.45 ng/ml
TATALAKSANA
TATALAKSANA
• Sampai saat ini modalitas pengobatan yang terbukti baik
masih terbatasm belum ada terapi yang secara universal
dapat dikatakan efektif

• Pengobatan lebih ditujukan pada pengendalian faktor risiko,


seperti memperbaiki resistensi insulin dan mengurangi
asupan asam lemak ke hari

• Penggunaan obat hepatoprotektor


PENGENDALIAN
PENGENDALIAN FAKTOR
FAKTOR RISIKO
RISIKO

• Mengurangi berat badan dengan diet dan latihan


jasmani
– Target penurunan BB  mengoreksi resistensi insulin dan
obesitas sentral, bukan untuk memperbaiki bentuk tubuh
– Terbukti memperbaiki AST dan ALT
– Aerobik minimal 30 menit per hari
– Mengurangi asupan lemak total <30% dari total asupan energi
– Mengganti karbohidrat kompleks yang mengandung setidaknya
15 gr serat serta kaya akan buah dan sayuran
• Mengurangi berat badan dengan tindakan
pembedahan
– Gagal diet dan latihan jasmani tidak jarang beraloh pada tindakan
pembedahan
FARMAKOLOGIS
FARMAKOLOGIS
• Antidiabetik dan insulin sensitizer
– Metformin meningkatkan kerja insulin pada sel hati dan
menurunkan produksi glukosa hati
– Tiazolidindion  ADO yang memperbaiki sensitivitas
insulin pada jaringan adiposa
• Antihiperlipidemia
– Gemfibrozil menunjukan perbaikan ALT dan
konsentrasi lipid
• Antioksidan
– Vitamin E  menurunkan konsentrasi TGF
– Vitamin C
– Betain
– N-asetilsistein
FARMAKOLOGIS
FARMAKOLOGIS

• Hepatoprotektor

– UDGA (ursodeoxycholic acid) adalah asam empedu dengan


banyak potensi, seperti immunomodulator, pengaturan lipid, dan
efek sitoproteksi
– Penggunaan 1 tahun terbukti memperbaiki ALT, ALP, GGT, dan
steatosis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai