Anda di halaman 1dari 22

PENATALAKSAANAN

NAFLD ( Non-
alcoholic Fatty Liver
Disease)

By: Kevin Samuel Anthe , NIM : 18710027


DEFINISI

 NAFLD adalah singkatan dari Non-Alcoholic Fatty Liver


Disease (Penyakit perlemakan hati non alkoholik),
merupakan spektrum kelainan hati yang meliputi simple
steatosis (fatty liver atau dikenal sebagai NAFL = Non
alcoholic Fatty Liver) sampai steatohepatitis (Non-alcoholic
steatohepatitis/ NASH) yang terbukti dapat berkembang
menjadi fibrosis, sirosis dan hepatocellular carcinoma
(HCC).
 Dikatakan sebagai perlemakan hati (Fatty Liver) apabila
kandungan lemak di hati sebagian besar terdiri atas
trigliserida melebihi 5% dari seluruh berat hati.
• Karena pengukuran berat hati sangat sulit dan tidak
praktis, diagnosis dibuat berdasarkan analisis
specimen biposi jaringan hati, yaitu ditemukannya
minimal 5-10% sel lemak dan keseluruhan hepatosit.
• banyak ahli yang menyepakati bahwa konsumsi
alkohol sampai 20g per hari masih bisa digolongkan
sebagai non-alkoholik.
• Perlemakan hati bisa ditemukan pada peminum
alkohol (>20g per hari) disebut Alcoholic Fatty Liver
(AFL), bila ditemukan pada bukan peminum alkohol
disebut: Non alcoholic Fatty Liver (NAFL).
ETIOLOGY
FAKTOR RESIKO
PATOGENESIS

 Teori awal dari NAFLD didasrkan pada two-hit


hypothesis atau hipotesis 2-pukulan.
 First Hit adalah akumulasi trigliserida hepatik
(triasilgliserol) atau steatosis sehingga menyebabkan
kerentanan hati terhadap injuri yaitu inflamasi yang
diperantarai stiokin/adipokin pro-inflamasi, disfungsi
mitokondria dan stress oksidatif (second hit) yang
menybabkan terjadinya steatohepatitis/fibrosis.
Hipotesis inilah yang sampai saat ini banyak diterima.
Gambaran Klinis
 Sebagian besar penderita dengan NAFLD tidak
menunjukkan gejala maupun tanda-tanda adanya
penyakit hati.
 Beberapa penderita adanya rasa lemah, malaise,
keluhan tidak enak dan seperti mengganjal di perut
kanan atas.
 Pada kebanyakan penderita, hepatomegaly merupakan
satu-satunya kelainan fisik yang didapatkan.
 Umumnya penderita dengan perlemakan hati non
alkoholik ditemukan secara kebetulan pada saat
dilakukan pemeriksaan lain, misalnya dalam medical
check-up.
Pemeriksaan Penunjang

1.Pemeriksaan Radiologis
2.Pemeriksaan Laboratorium
3.Biopsi Hati
Pemeriksaan Radiologis

• Pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan


untuk membantu diagnosis NAFLD adalah
ultrasonografi, CT Scan, MRI, dan Magnetic
Resonance Spectroscopy (MRS)
• Berdasarkan pertimbangan biaya dan ketersediaan
fasilitas, ultrasonografi (USG) merupakan lini
pertama pemeriksaan radiologis untuk menunjang
diagnosis NAFLD.
• Krteria USG untuk dikatakan sebagai perlemakan
hati (fatty liver) jika didapatkan gambaran
hyperechoic atau liver brightness yang disebabkan
refleksi dari penguatan gelombang oleh lemak
(dibandingkan dengan parenkim ginjal)
Pemeriksaan Laboratorium

• Peningkatan ringan sampai sedang dari AST


(aspartate aminontransferase) dan ALT (alanine
aminotransferase) merupakan kelainan laboratorium
yang paling sering dijumpai pada penderita NAFLD.
• Peningkatan serum transaminase pada NAFLD jarang
melebihi 300 IU/L, tidak didaptkan peningkatan
bilirubin maupun penurunan albumin kecuali telah
terjadi sirosis hepatis.
• Selain AST dan ALT, kelainan laboratorium yang sering
dijumpai adalah peningkatan gamma glutamyl
transpeptidase (GGT),
• peningkatan kadar gula darah dan dislipidemia
terutama trigliserida.
Biopsi Hati

• Baku emas untuk diagnosis dan staging dari NAFLD


adalah biopsi hati.
• Secara histologis, steatosis atau perlemakan hati
(fatty) ditandai oleh akumulasi fat droplet di
hepatosit yang terlihat sebagai suatu droplet
makrovesikular yang besar dan mendesak inti
hepatosit ke tepi sel.
• Brunt membagi derajat steatosis menjadi: derajat 1
jika didapatkan fat droplet < 33% hepatosit; derajat
2 jika fat droplet 33-66% dari hepatosit dan derajat 3
jika fat droplet > 66% hepatosit.
• Secara biokimia, steatosis didefinisikan sebagai
akumulasi lemak di hati lebih dari 5% berat hati.
• Sedangkan steatohepatitis menunjukkan adanya
perlemakan hati dan injurit hepatosit yang disertai
inflamasi.
PENATALAKSANAAN

Pengendalian Faktor Resiko


Terapi Farmakologis
Pengendalian Faktor Resiko

Mengurangi Berat Badan dengan Diet dan Latihan Jasmani


• Intervensi terhadap gaya hidup dengan tujuan mengurangi berat
badan merupakan terapi lini pertama bagi steatohepatitis non
alkoholik/NASH.
• Target penurunan berat badan adalah untuk mengoreksi resistensi
insulin dan obesitas sentral, bukan untuk memperbaiki tubuh.
• Penurunan berat badan secara bertahap terbukti dapat
memperbaiki konsentrasi serum aminotransferase (AST dan ALT)
serta gambaran histologi hati pada penderita dengan
steatohepatitis non alkoholik.
• Aktivitas fisik hendaknya berupa latihan bersifat aerobik paling
sedikit 30 menit sehari.
• Esensi pengaturan diet tidak berbeda dengan diet pada diabetes:
mengurangi asupan lemak total menjadi < 30% dan total asupan
energi, mengurangi asupan lemak jenuh, mengganti dengan
karbohidrat kompleks yang mengandung setidaknya 15 gr serta
kaya akan buah dan sayuran.
Mengurangi berat badan dengan tindakan bedah.
Setelah gagal dengan pengaturan diet dan olahraga tidak
jarang penderita beralih kepada terapi pembedahan.
Beberapa penelitian melaporkan manfaat operasi bariatric
terhadap penderita dengan perlemakan hati. Terlihat adanya
perbaikan pada gambaran histologi hati serta parameter
umum sindrom metabolik. Sekali lagi harus diingat potensial
timbulnya eksaserbasi steatohepatitis pada penurunan berat
badan yang terlalu cepat.
Terapi Farmakologis

Antidiabetik dan insulin sensitizer.


Metformin meningkatkan kerja insulin pada sel hati dan
menurunkan produksi glukosa hati. Lin dkk menunjukkan
perbaikan penyakit perlemakan hati pada model hewan
dengan steatohepatitis nonalkoholik. Hal ini dianggap terjadi
melalui penghambatan TNFa sehingga terjadi perbaikan
insulin, downregulation konsentrasi UCP-2 messenger, RNA di
hati, dan penurunan pengikatan DNA oleh SREBPI pada
ekstrak hati

Tiazolidinedion adalah obat antidiabetic yang berkerja


sebagai ligan untuk PPARg dan memperbaiki sensitivitas
insulin pada jaringan adipose. Selain itu, tiazolidinedion juga
menghambat ekspresi leptin dan TNFa., konstituen yang
dianggap terlibat dalam pathogenesis steatohepatitis non
alkoholik.
Obat anti hiperlipidemia. Studi menggunakan gemfibrozil
menunjukkan perbaikan ALT dan konsentrasi lipid setelah
pemberian obat selama satu bulan, tetapi evaluasi histologi
tidak dilakukan. Uji klinis terhadap statin juga telah dilakukan.
Sebuah studi pendahuluan dengan sampel kecil
memperlihatkan perbaikan parameter biokimiawi dan
histologi pada sekelompok penderita yang mendapat
atorvastatin.

Antioksidan. Berdasarkan patogenesisnya, terapi antioksidan


diduga berpotensi untuk mencegah progresi steatosis menjadi
seteatohepatitis dan fibrosis. Antioksidan yang pernah dievaluasi
sebagai alternative terapi penderita perlemakan hati non
alkoholik antaran lain Vitamin E (a-tokoferol), Vitamin C, betain
dan N-asetilsistein.
Hepatoprotektor. Ursodeoxycholic acid (UDCA) adalah
asam empedu dengan banyak potensi, seperti efek
imunomodulator, pengaturan lipid dan efek sitoproteksi.
Pertama kali digunakan secara empiris pada seorang
perempuan berusia 66 tahun dengan steatohepatitis non
alkoholik yang menunjukkan normalisasi enzim transaminase
setelah terapi UDCA selama satu tahun.
PROGNOSIS

• Steatosis dapat reversibel dengan penurunan berat


badan, penghentian konsumsi alkohol, atau
keduanya.
• Dipercaya sebagai kondisi penyakit ringan yang
jarang berkembang menjadi penyakit hati kronis;
• Namun, steatohepatitis dapat berkembang menjadi
fibrosis dan sirosis hati dan dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas terkait liver itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai