KLARIFIKASI ISTILAH
a. MCV
Mean Corpuscular Volume yaitu volume rata-rata eritrosit.
(Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31.2014.Jakarta:EGC)
Nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel darah
merah,
dan
oleh
karenanya
menentukan
kuantitas
warna
g. Sulfat ferrous
Merupakan suatu obat yang mengandung zat besi yang dibutuhkan
oleh tubuh untuk menghasilkan sel darah merah.
(Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, B., dkk.2009.Buku Ajar:Ilmu Penyakit
Dalam.Jakarta:EGC)
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa Ny. Annisa berwajah pucat, lemas, dan mudah lelah?
2. Mengapa Ny Annisa diberikan Sulfat Ferrous dan diijinkan pulang
oleh dokter?
3. Bagaimana nilai normal dari sel sel darah?cara pengukuran
MCV,MCH,MCHC dan TIBC dan intrepetasi data hasil laboratorium?
4. Bagaimana Farmakodinamik dan farmakokinetik dari sulfat ferous ?
5. Mengapa konjungtiva Ny Annisa anemis, sklera tidak pucat, tangan
dan kaki Ny Annisa pucat?
6. Bagaimana proses pembuatan sel darah merah (eritropoesis) ?
7. Mengapa dokter menyarankan Ny Annisa untuk memperbaiki pola
makan dan jenis makanan yang dikonsumsi?
8. Apa fungsi HB dalam tubuh manusia ?
BAB III
BRAINSTORM
1. Mengapa Ny Annisa berwajah pucat, lemas, dan mudah lelah?
Dalam proses metabolisme pembentukan energi dalam tubuh,
diperlukan proses perombakan glukosa dan oksigen dalam darah,
dengan cara:
a) Fosfolirasi oksidatif : dengan menggunakan O2 ( Aerob )
b) Glikolisis : Tanpa menggunakan O2 ( Anaerob )
Pada penderita anemia, tubuh kekurangan oksigen dalam
darah, sehingga metabolisme pembentukan energi yang dihasilkan
menggunakan proses anaerob, hal ini berakibat dalam banyaknya
penimbunan asam laktat.
Hemoglobin (g/dL)
Hemoglobin
Wanita
12 - 16 g/dL
adalah
yang
SI unit : 8,1 -
SI unit : 7,4
11,2 mmol/L
9,9 mmol/L
40% - 50 %
35% - 45e%
SI unit : 0,4 -
SI unit : 0.35
0,5
- 0,45
komponen
transportasi
(O2)
oksigen
dan
karbon
dioksida
(CO2).
Penetapan
anemia
yang
berbeda
secara
individual
karena
ketinggian,
penyakit
paru-paru,
olahraga).
Secara
umum,
jumlah
Pada
penentuan
status
lebih
daripada
jumlah eritrosit.
Hematokrit (PCV) %
Hematokrit
menunjukan persentase
sel
darah
merah
Hitung Eritrosit
3,8-5,0 x 106
sel/mm3
sel/mm3
SI unit: 4,4 -
SI unit: 3,5 -
ke
5,6 x 1012
5,0 x 1012
dan
sel/L
sel/L
untuk
mengangkut
dari
oksigen
paru-paru
jaringan
tubuh
oleh
Hb.
Jika
eritropoetin
akan
menstimulasi
produksi
eritrosit.
Proses
eritropoiesis
pada
Hemocytoblast
darah);
Prorubrisit
2.
(sintesis
4.
Metarubrisit
(disintegrasi
inti,
sintesa Hb meningkat;
5.
Retikulosit
(inti
diabsorbsi); 6. Eritrosit
(sel dewasa tanpa inti).
Nilai Normal
80 100 (fL)
adalah
indeks
untuk
tunggal
Normositik
apakah
(ukuran
sebagai
normal),
28 34 pg/ sel 14
menentukan
kuantitas
Konsentrasi
Hemoglobin
32 36 g/dL
0,5-2%
tidak
berinti
merupakan
di
Peningkatan
sumsum
jumlah
tulang.
retikulosit
Ny Annisa
(35 tahun)
Datang ke poliklinik
Anamnesis
Keluhan
Waktu
Sosial ekonomi
Kebiasaan pribadi
: Lemas,pucat,mudah lelah
: 6 bulan terakhir
: Buruh Pabrik
: Tidak pernah sarapan
BAB IV
Analisis Masalah
Pemeriksaan fisik
1.Konjungtiva anemis
2.Sklera tidak ikterik
3.Kaki dan tangan tidak pucat
Pemeriksaan laboratorium
1.MCV (<)
2.MCH (<)
3.MCHC(<)
10
4.
TIBC(<)
Diagnosis banding
Anemia karena penyakit kronik
Thalassemia
Anemia sideroblastik
Diagnosis kerja
Anemia defisiensi besi
Gejala khas :
Etiologi : Pemeriksaan laboratorium
1.Atrofi papil 1.perdarahan
lidah
menahun.
MCV(<)
Prevalensi ADB di Indonesia
2.Koilonikia 2.Faktor nutrisi
MCH(<)
1.Laki-laki : 16-50%
3.Stomatis3.Peningkatan
angularis
kebutuhan
zat
besi
MCHC(<)
2.Wanita tak hamil : 25-48%
4.Disfagia
4.Gangguan absorbsi
besi
TIBC(<)
3.Wanita hamil : 46-92%
5.Pica
Terapi
Terapi supportif
Terapi oral
Terapi besi parenteral
Terapi khas pada masing masing
anemia
1.Ferrous gluconat
Terapi
Kausal
1.Iron dextron complex
2.Ferrous lactate2.Iron sorbitol citric acid complex
3.Ferrous fumarat
3.Iron ferric gluconate
11
4.Ferrous succinate
Iron sucrose
Ferrous sulfat
BAB V
MENENTUKAN SASARAN BELAJAR
1. Bagaimana proses destruksi eritrosit?
2. Bagaimana prosedur pemeriksaan MCV, MCH, MCHC, dan TIBC?
3. Mengapa Ny. Annisa tidak mengalami nafas cuping hidung dan
retraksi dinding dada?
4. Bagaimana proses eritropoiesis?
5. Bagaimana proses farmakokinetik dan farmakodinamik dari sulfat
ferrous?
6. Apakah fungsi Fe dalam eritrosit?
7. Bagaimana gambaran dari penyakit thalassemia?
8. Bagaimana terapi oral dan parenteral dari anemia defisiensi besi
(ADB)?
9. Jelaskan mengenai golongan darah dan transfusi darah (indikasi, jenis,
sediaan darah, dan transfusi yang tepat pada masing masing anemia!
12
prevalensi,
diagnosis
banding,
penatalaksanaan anemia!
BAB VI
BELAJAR MANDIRI
13
diagnosis
kerja,
BAB VII
BERBAGI INFORMASI
1. Bagaimana proses destruksi eritrosit?
Destruksi eritrosit adalah proses penghancuran sel darah
merah. Eritrosit rata-rata berumur 120 hari semenjak terbentuknya
melalui proses eritropoeisis. Eritrosit tidak memiliki nukleus pada
selnya sehingga tidak dapat untuk mensintesis protein yang berfungsi
untuk perbaikan sel-selnya. Sehingga pada saat eritrosit tua, sel ini
menjadi tua dan rapuh.
Eritrosit yang tua dan rapuh ini sebagian besar pecah di dalam
limpa tepatnya di dalam pulpa merah karena jaringan kapiler organ ini
yang sempit dan berkelok-kelok dapat merusak eritrosit yang sudah
rapuh. Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit terurai menjadi
komponen globin dan heme. Komponen protein globin yang
mengandung asam amino akan dikembalikan kembali ke pool protein
dan dipakai kembali. Sedangkan komponen heme akan pecah menjadi
14
dua yaitu besi dan bilirubin. Besi akan dikembalikan kembali ke pool
besi dan dipakai ulang. Bilirubin akan dieksresikan melalui hati dan
empedu.
Hemoglobin
Globin
Asam amino
Pool protein
Heme
Fe
CO
Protoporfirin
pool besi
Bilirubin Indirect
HATI
digunakan lagi
digunakan lagi
Bilirubin direct
EMPEDU
Feses
Urine
15
b. MCHC
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)
merupakan konsentrasi hemoglobin pada volume eritrosit, dimana
nilai konsentrasi normal adalah 31,5-36 g/dL (gram/100 ml)
(Larry, 2011).
c. MCV
MCV (Mean Corpuscular Volume) merupakan rata-rata
volume eritrosit, dengan nilai volume normal adalah 82-98 fl
(femtoliter atau mikrometer kubik)
(Sumber : Larry, 2011). Buku Saku Hematologi. Edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
d. TIBC
Menurut Hoffbrand & Moss (2013), TIBC (Total Iron
Binding Capacity) merupakan jumlah besi yang dapat diikat,
dengan nilai normal adalah 300-360 g/dl (mikrogram/100 ml).
Ketika terjadi anemia defisiensi besi, saat cadangan besi habis,
besi serum mulai menurun, maka sedikit demi sedikit nilai TIBC
mulai meningkat.
(Sumber : Hoffbrand, A.V., & Moss, P.A.H. 2013. Kapita Selekta
Hematologi. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.)
B. Cara pemeriksaan:
1) MCH (hemoglobin eritrosit rata-rata)
hemoglobin x 10
MCH = jumlah eritrosit
2) MCHC (konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata)
hemoglobin x 100
MCHC =
hematokrit
3) MCV (volume eritrosit rata-rata)
hematokrit x 10
MCV = juml ah eritrosit
4) TIBC (jumlah besi yang diikat)
(Sumber : Price dan Wilson.2005.Patofisiologi:Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit.Jakarta:EGC)
C. Cara pemeriksaan Hb
16
instrumen
laboratorium
untuk
menentukan
kadar
17
18
40 48 vol %
Wanita
37 43 vol %
19
20
21
22
Tablet
Flemen
Tiap Tablet
23
Besi Dosis
Dewasa
untuk
Ferrous sulphat
325 mg
65 mg
3-4
Ferrous gluconate
325 mg
56 mg
3-4
Ferrous fumarat
200 mg
66 mg
3-4
24
25
pada
perdarahan
akut
setelah
didahului
dalam
darah.
Penolakan
ini
ditandai
dengan
Sistem
penggolongan
darah
yang
lain
adalah
tahun
1972
k.landsteiner
dan
P.levine
telah
28
sebagai
penurunan
massa
ditandai
dengan
gambaran
eritrosit
dengan
29
derajat
bervariasi,
granulositopenia,
dan
trombositopenia.
7) Anemia pada penyakit kronik, yaitu anemia yang ditemukan
pada
pasien
dengan
infeksi,
peradangan,
dan
salah satu
primer
atau
malabsorbsi
akibat
tindakan
30
31
eritrosit
sudah
dapa
mengalami
Apusan
darah
menunjukkan
Pada
kasus ankilostomiasissering
dijumpai eosinofilia.
b) Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan
kelompok-kelompok
normo-blast
basofil.
Bentuk
32
lain
gastroduodenografi,
:
colon
endoskopi,
in
loop,
kolonoskopi,
pemeriksaan
ginekologi.1
h. Epidemiologi
Menurut data WHO tahun 2001 diperkirakan hampir
seluruh anak balita dan wanita hamil mengalami defisiensi
besi. Jumlah ini lebih rendah pada negara berkembang, yaitu
sebesar 30-40 persen dari populasi. Setiaknya setengah dari
wanita hamil di seluruh dunia diperkirakan menderita anemia,
52 % pada negara berkembang dan 23% pada negara maju.
Angka anemia defisiensi besi di Indonesia diperkirakan
sebesar 25-35 persen. Secara sosio-konomi, prevalensi anemia
defisiensi lebih tinggi pada golongan ekonomi rendah .
Oenyakit
ini
juga
realtifemnurun/diturunkan,
yang
33
kausal:
pengobatan
tergantung
cacing
tambang,
penyebabnya,misalnya
pengobatan
hemoroid,
34
PENUTUP
Kesimpulan
Anemia didefinisikan sebagai penurunan massa eritrosit (red cell
mass) sehingga tidak dapat membawa O2 dalam jumlahyang cukup ke
jaringan perifer. Dari segi praktis, hal tersebut ditunjukkan dengan
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau eritrosit.
Patofisiologi anemia berdasarkan proses patofisiologi terjadinya
anemia, dapat digolongkan pada tiga kelompok:
a) Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
b) Anemia akibat penghancuran sel darah merah
c) Anemia akibat kehilangan darah
Sedangkan anemia defisiensi besi yaitu kondisi dimana tidak ada
cadangan besi yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk diikutkan dalam
proses hematopoiesis sebagai
untuk
pembuatan
hemoglobin
(Hb).Kekurangan
Fe
peptikum,
kolik
ulserativa,
atau
keganansan
kolon)
dan
uterus
menyampaikan
hasil
belajarnya
masing-masing.
Namun
36
dasarnya
untuk
memperjelas
dan
memperdalam
khazanah
Daftar Pustaka
Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Bakta IM. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: penerbit buku
kedokteran. EGC
Dunn, A., Carter, J., Carter, H., 2003. Anemia at the end of life:
prevalence, significance, and causes in patients receiving palliative
care. Medlineplus. 26:1132-1139
Gandasoebrata, R. 2008. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian
Rakyat
Hikmat.2013.Macam-Macam Golongan Darah.
Hoffbrand, A.V., & Moss, P.A.H. (2013). Kapita Selekta Hematologi.
Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. Buku Ajar Respirologi Anak.
Jakarta : IDAI
Larry, 2011. Buku Saku Hematologi. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Lubis, D.A. 2012. Anemia Defisiensi Besi. Medan : Divisi Hemato
Onkologi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Martini, Frederic H. Judi L. Nath. And Edwin F. Bartholomew. 2012.
Fundamentals of Anatomy & Physiology. San Francisco: Pearson
Education
Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31.2014.Jakarta:EGC
Kapita Selekta Kedokteran UI edisi IV jilid I
Setiabudy, Rianto.2012.Farmakologi dan Terapi.Jakarta:Balai Penerbit
FKUI
Tjahyadi, Cindy A. 2015. Buku Saku Hematologi, Jakarta : Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya.
37
38