Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan
1. PENDAHULUAN
Gastritis merupakan gangguan kesehatan
yang paling sering dijumpai di klinik, karena
diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala
klinis bukan pemeriksaan histopatologi. Pada
sebagian besar kausa inflamasi mukosa gaster
tidak berkorelasi dengan keluhan dan gejala
klinis pasien. Sebaliknya keluhan dan gejala
klinis pasien berkorelasi positif dengan
komplikasi gastritis. Gastritis merupakan
suatu peradangan mukosa lambung yang
disebabkan oleh kuman helicobakteri pylori
yang dapat bersifat akut, kronik difus atau
lokal (Hirlan, 2009).
Dalam ilmu kedokteran penyakit maag
dikenal
sebagai
dispepsia
(dyspapsia).
Dispepsia yang paling dikenal adalah radang
lambung (gastritis) maupun tukak lambung
(papticulcer),
yang
tergantung
pada
keparahan penyakit tersebut. Gastritis terjadi
apabila penyakit tersebut hanya menimbulkan
radang pada lambung, sedangkan peptic ulcer
terjadi apabila penyakit tersebut menimbulkan
borok-borok atau yang kita kenal sebagai
tukak lambung atau ulcer (Nurheti, 2009).
Badan penelitian kesehatan dunia WHO
(2012), mengadakan tinjauan terhadap
beberapa Negara di dunia dan mendapatkan
hasil persentase dari angka kejadian gastritis
di dunia, diantaranya Inggris 22%, China
31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis
sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk
setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di
Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Prevalensi
gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi
pada populasi di Shanghai sekitar 17,2%
yang secara substantial lebih tinggi daripada
populasi di barat yang berkisar 4,1% dan
bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya
dianggap sebagai suatu hal yang remeh
namun gastritis merupakan awal dari sebuah
penyakit yang dapat menyusahkan kita
(Zhaoshen, 2014). Persentase dari angka
kejadian gastritis di Indonesia didapatkan
mencapai angka 40,8%. Berdasarkan profil
kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis
merupakan salah satu penyakit di dalam
sepuluh penyakit terbanyak pada pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%)
(Zhaoshen, 2014). Angka kejadian gastritis
pada beberapa daerah di Indonesia cukup
tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan
menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan
terjadinya gastritis (Srianti, 2014).
Gastritis umumnya terjadi akibat asam
lambung yang tinggi atau terlalu banyak makan
makanan yang bersifat merangsang diantaranya
makanan yang pedas dan asam. Gastritis dapat
disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak
cocok. Makanan tertentu yang dapat
menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah
yang masih mentah, daging mentah, kari, dan
makanan yang banyak mengandung krim atau
mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat
dicerna,
melainkan
karena
lambung
membutuhkan waktu yang labih lama untuk
mencerna
makanan
tadi
dan
lambat
meneruskannya kebagian usus selebih-nya.
Akibatnya, isi lambung dan asam lambung
tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama
sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan
asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas
di ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).
Mukosa yang meradang pada gastritis sering
menimbulkan rasa nyeri, menyebabkan perasaan
nyeri terbakar difus yang dialihkan ke epigastrium
bagian atas. Refleks-refleks yang dimulai pada
mukosa lambung menyebabkan kelenjar saliva
mengeluarkan saliva dalam jumlah besar, dan
sering menelan saliva yang berbusa membuat
udara terkumpul dalam lambung. Sebagai
akibatnya, orang biasanya sering bertahak,
perasaan terbakar sering terjadi pada tenggorokan
setiap kali bertahak (Guyton, 2003).
Salah satu upaya untuk mencegah gastritis
adalah dengan membiasakan pola makan
yang baik.Pola makan yang baik dapat
dilakukan dengan sarapan pagi makan yang
ringan seperti roti dan susu, makan siang
nasi, lauk pauk, lauk pauk diusahkan yang
tinggi protein rendah lemak dan makan
malam diusahakan sebelum jam 8 malam
dengan menu seperti biasa. Pola makan yang
buruk dapat terjadi karna makan terlalu cepat,
mengabaikan sarapan pagi, kebiasan makan
dimalam hari, kecanduaan kopi dan tidak
minum air secukupnya.
Bagi penderita gastritis yang mempunyai
pola makan yang tidak teratur hendaknya
menghilangkan kebiasaan buruk tersebut
untuk menghindari penyakit gastritis dan
upayakan bagi penderita untuk makan secara
sedikit-sedikit tapi sering setiap 4 jam sekali.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang di ambil adalah
Survey cross sectional ialah suatu penelitian
yang mempelajari korelasi antara factor-
Jumlah
1
4
8
9
Presentase (%)
3.8
15.4
30.8
34.6
15.4
26
100,0
Jumlah
12
14
26
Presentase (%)
46.2
53.8
100,0
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan
Jumlah
Presentase (%)
30.8
10
4
38.5
15.4
11.5
1
26
3.8
100,0
Jumlah
Tidak Sekolah
SD
SMP
6
8
Presentase
(%)
23.1
30.8
5
6
1
26
19.2
23.1
3.8
100,0
SMA
PT
Jumlah
Data Khusus
1) Pola Makan responden Gastritis di IGD
RSUD Dr.Soegiri Lamongan
Tabel 4.5 : Pola makan responden Gastritis di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.Soegiri
Lamongan pada bulan Februari sampai April
2016.
Pola Makan
Kurang
Baik
Jumlah
Jumlah
19
7
26
Presentase (%)
73.1
26.9
100,0
Jumlah
Kronis
Akut
Jumlah
9
17
26
Jenis Gastritis
Kronis
Akut
3
16
(15.8%) (84.2%)
6
1
(85.7%) (14.3%)
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan
Presentase
(%)
34.6
65.4
100,0
Total
19
(100.0%)
7
(100.0%)
4
Total
9 (34.6
%)
: 0.652
17
26
(65.4%) (100.0%)
p=0.01
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan
sehingga dapat menyebabkan nyeri pada
lambung.
6. PEMBAHASAN HUBUNGAN POLA
MAKAN
DENGAN
KEJADIAN
GASTRITIS
Setelah dilakukan uji analisa dan menguji
hasil penelitian dengan menggunakan uji
statistic kepada 26 pasien pasien Gastritis di
IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan sebagian
besar pasien berpola makan buruk berjumlah
19 orang atau 73.1% sedangkan sebagian
kecil pasien yang memiliki pola makan baik
sebanyak 7 orang atau 26.9%. Dari hasil
penelitian tersebut terlihat bahwa pola makan
memang mempengaruhi kejadian gastritis.
Sedangkan dari tipe Gastritis dapat
diklasifikasikan sebagian besar pasien
Gastritis dengan Gastritis Akut sebanyak 17
orang atau 65.4 % sedangkan penderita
dengan Gastritis Kronis sebanyak 9 orang
atau 34.6%.
Hasil penelitian dengan uji Phi and
Cramers V yang menggunakan program
SPSS PC for Windows versi 16.0 tentang
hubungan pola makan dengan kejadian
gastritis di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan
pada bulan Februari-April 2016 dapat
diketahui bahwa nilai Phi and Cramers V
n=26, didapatkan koef Phi : 0,652 dan p=0.01
dimana p=<0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima artinya terdapat hubungan Pola
Makan dengan Kejadian Gastritis di IGD
RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan
Februari sampai April 2016, Jika pasien
memiliki pola makan buruk akan semakin
tinggi resiko terkena Gastritis.
Penelitian diatas sejalan dengan teori
yang dikemukakan oleh Ali Khomsan
(2004) makanan yang tidak tercerna dengan
baik menyebabkan lambung bekerja keras
mencerna makanan sehingga hal tersebut
dapat menyebabkan nyeri pada lambung.
Makanan
yang dapat
menyebabkan
grastritis
adalah
makanan pedas (cabe) dan makanan asam
(acar dan buah-buahan muda) serta daging
setengah matang. Pola makan yang baik
adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah dan jenis makanan
dengan
maksud tertentu
seperti
mempertahankan kesehatan , status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan
penyakit. Menurut berbagai kajian frekuentif
makan yang baik adalah 3x sehari, ini berarti
makan pagi hendaknya jangan ditinggalkan.
Pola
makan yang baik dapat dilakukan
dengan sarapan pagi makan yang ringan
seperti roti dan susu, makan siang nasi,
lauk pauk, lauk pauk diusahkan yang tinggi
protein rendah lemak dan makan malam
diusahakan sebelum jam 8 malam dengan
menu seperti biasa. Pola makan yang
buruk dapat terjadi karna makan terlalu cepat,
mengabaikan sarapan pagi, kebiasan makan
dimalam hari, kecanduaan kopi dan tidak
minum air secukupnya.
Berdasarkan penelitian diatas peneliti
berpendapat bahwa pola makan memiliki
hubungan dengan gastritis. Pola makan
yang buruk dapat menyebabkan gastritis
bila seseorang telat makan 2-3 jam maka
asam lambung yang diproduksi
akan
semakin
banyak
dan berlebihan
sehinnga
dapat mengiritasi mukosa
lambung dan menimbulkan nyeri, disekitar
epigastrium. Mengkonsumsi makanan yang
tidak sehat seperti goring-gorengan, asinan
dan terlalu pedas serta terlambat makan dan
langsung makan yang banyak dapat
meningkatkan produksi asam lambung yang
berlebihan dan lambung akan bekerja lebih
keras dan mengakibatkan pengikisan
sehingga menimbulkan rasa nyeri
dan
menyebabkan terjadinya gastritis.
7. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar pasien gastritis di Instalasi
Gawat
Darurat
RSUD
Dr.Soegiri
Lamongan memiliki pola makan yang
buruk , hanya sebagian kecil yang
memiliki pola makan baik.
2. Sebagian besar pasien gastritis di Instalasi
Gawat
Darurat
RSUD
Dr.Soegiri
Lamongan adalah gastritis akut hanya
sebagian kecil saja yang menderita
gastritis kronis.
3. Ada hubungan pola makan pasien dengan
kejadian gastritis di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
Saran
Dengan melihat hasil kesimpulan di atas,
maka ada beberapa saran dari peneliti yakni
sebagai berikut :
1. Bagi Akademik
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan
Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal yang berhubungan
dengan hubungan pola makan dengan
kejadian Gastritis.
2. Bagi Tenaga Keperawatan
Hendaknya petugas kesehatan khususnya
keperawatan
yang berada di wilayah
Kabupaten Lamongan dapat memberikan
promosi kesehatan tentang pentingan pola
makan yang sehat sehingga angka kejadian
Gastritis dapat dikurang.
3. Bagi Responden
Hendaknya responden lebih memperbaiki
pola makanya baik itu Jadwal, Frekuensi dan
Jumlah makanya agar kejadian Gastritis
dapat dicegah.
4. Bagi Peneliti Lain
Hendaknya peneliti lain ntuk lebih cermat
dalam melakukan penelitian Hubungan Pola
Makan dengan kejadian sehingga dapat
memberikan wawasan dan hasil yang lebih
baik serta lebih memperluas area penelitian
serta menggunakan metode baru.
5. DAFTAR PUSTAKA
A, Aziz Alimul Hidayat. (2007). Metode
Penelitian Kebidanan teknik analisa
data. Jakarta: Salemba medika.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Australia Health Management. (2014). Pola
Makan
Sehat.
p.
http://www.ahmoshc.com/.
Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan
Indonesia 2007. Departemen Kesehatan
Indonesia.
Depkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang.
pp. http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2.
Depkes RI. (2014). PMK No 41 Tentang
Pedoman
Gizi
Seimbang.
p.
http://www.depkes.go.id.
Dewi Srianti dan Munawir. (2014). FaktorFaktor yang berhubungan dengan
Kejadian Gastritis Di RSUD Palagimata
Kota
Bau-Bau.
http://library.stikesnh.ac.id/gdl.php?mod=
browse&op=read&id=elibrary%20stikes%20nani%20hasanuddin-dewisriant-592.
Ganong, Stephen J. McPhee & William F.
(2011).
Patofisiologis
Penyakit:
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/
article/view/3405.
Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmodjo . (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soetjiningsih. 2005. Usia Remaja di Tinjau
dari Kebutuhan Aspek Zat Gizi.Majalah
Kesehatan
Indonesia
Departemen
Kesehatan AKZI.
Sulistyoningsih, Heryati. 2010. Zat Gizi
Untuk Diet. Jakarta : Bumi Aksara
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Wahyu, A. (2011). Maag dan gangguan
pencernaan. Jakarta: PT Sunda Kelapa
Pustaka
Widjono
HS.
(2007).
BAHASA
INDONESIA
:
Mata
Kuliah
Pengembangan
Kepribadian
di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
Wijayakusuma, P. H. (2008). Ramuan
Lengkap Herbal Taklukan Penyakit.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Yuliarti. (2009). Maag: Kenali, hindari dan
obati. Yokyakarta: C.V ANDI
Zhaoshen L, Duowu Z, Xiuqiang M, Jie C,
Xingang S, Yanfang G, et al. (2010).
Epidemiology of Peptic Ulcer Disease:
Endoscopic Results of theSystematic
Investigation of Gastrointestinal Disease
in
China.
Tersedia
di
http://www.nature.com/
Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan