Anda di halaman 1dari 9

RIWAYAT MAKANAN YANG MENINGKATKAN ASAM LAMBUNG

SEBAGAI FAKTOR RISIKO GASTRITIS PADA MAHASISWA INSIDE


DAN OUTSIDE DI UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA

FOOD HISTORY THAT INCREASES GASTRIC ACID AS A RISK


FACTOR FOR GASTRITIS IN INSIDE STUDENTS AND OUTSIDE AT
THE ADVENTIST UNIVERSITY OF INDONESIA

Alin Sandra Tfukain


Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Advent Indonesia
E-Mail: alinsandra17@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Riwayat makanan adalah informasi yang diberikan tentang jenis
makanan dan frekuensi makanan yang dikonsumsi secara berulang- ulang dalam
waktu yang lama, sehingga hal ini sangat mempengaruhi peningkatan asam
lambung sebagai faktor risiko Gastritis, Yatmi (2017). Gastritis adalah gangguan
atau peradangan dinding lambung yang disebabkan oleh peningkatan produksi
asam lambung, Murjayanah (2011). Metode: Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini kuesioner tentang riwayat makanan. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mahasiswa inside atau yang tinggal asrama dan mahasiswa
outside atau yang tinggal diluar asrama yang memiliki diagnosa Gastritis di
Universitas Advent Indonesia. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 28
mahasiswa yang terdiri dari 14 mahasiswa inside dan 14 lainnya adalah
mahasiswa outside. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata riwayat
makanan mahasiswa inside adalah 75.5 yaitu risiko tinggi menderita Gastritis dan
pada mahasiswa outside adalah 79 juga risiko tinggi menderita Gastitis.
Sedangkan hasil perhitungan independent sample test menunjukkan bahwa nilai
P-Value (0,382) > 0.05, maka hipotesis nol diterima. Sehingga hasil penelitian ini
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada riwayat makanan
mahasiswa inside atau yang tinggal di asrama dan mahasiswa outside atau yang
tinggal diluar asrama. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
juga para dosen dalam pertimbangan memilih makanan yang sehat, dan juga bagi
peneliti untuk dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut.

Kata Kunci: Riwayat Makanan, Gastritis, Mahasiswa inside dan outside

ABSTRACK
The Problem: Food history is information provided about the type of food and the
frequency of food consumed repeatedly for a long time, so this greatly affects the
increase in stomach acid as a risk factor for gastritis, Yatmi (2017). Gastritis is a
disorder or inflammation of the stomach wall caused by an increase in stomach
acid production, Murjayanah (2011). Methode: The method used in this study is
descriptive quantitative. The instrument used in this study was a questionnaire
about food history. The population used in this study were students inside or who
lived in dormitories and students outside or who lived outside the dormitory who
had a diagnosis of gastritis at the Adventist University of Indonesia. The sample in
this study amounted to 28 students consisting of 14 students inside and 14 others
were outside students. Result: The results showed that the average Food history
of students inside was 75.5, which was a high risk of suffering from Gastritis and
outside students was 79 also a high risk of suffering from Gastritis. While the
results of the calculation of the independent sample test indicate that the value of
P-Value (0.382)> 0.05, then the null hypothesis is accepted. So that the results of
this study indicate that there is no significant difference in the food history of
students inside or who live in dormitories and outside students or who live outside
the dormitory. The results of this study can be useful for students and also lecturers
in consideration of choosing healthy food, and also for researchers to be able to
develop further research.
Keywords: food history, Gastritis, inside students and outside students

Berdasarkan hasil penelitian


dan pengamatan yang dilakukan oleh
PENDAHULUAN Departemen Kesehatan RI, angka
Gastritis adalah salah satu kejadian gastritis tertinggi mencapai
gangguan pencernaan yang banyak 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di
diderita masyarakat dunia dan beberapa kota lainnya seperti
merupakan masalah kesehatan Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,
saluran pencernaan yang paling Jakarta 50%, Bandung 32,5%,
sering terjadi (Gustin, 2011). Menurut Palembang 35,35%, Aceh 31,7%,
World Health Organization (WHO, dan Pontianak 31,2%. Berdasarkan
2017), insiden gastritis di dunia data dari Dinas Kesehatan Propinsi
sekitar 1,8 - 2,1 juta dari jumlah Jawa Barat angka kejadian penderita
penduduk setiap tahunnya, di Inggris gastritis mencapai 31,2%, dan di
(22%), China (31%), Jepang (14,5%), daerah kota Bandung sendiri
Kanada (35%), dan Perancis penderita gastritis terdapat 32,5%,
(29,5%). (kemenkes 2015). Hal ini
Berdasarkan profil kesehatan menunjukan bahwa angka penyakit
Indonesia tahun 2011, gastritis Gastritis yang dialami masyarakat
merupakan salah satu penyakit dari cukup tinggi dan ini harus mendapat
10 penyakit terbanyak pada pasien perhatian.
rawat inap di rumah sakit di Indonesia Gastritis adalah masalah
dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) kesehatan yang sering terjadi pada
(Depkes, 2012). Angka kejadian masyarakat Indonesia. Gastritis atau
gastritis pada beberapa daerah di “maag” atau sakit ulu hati adalah
Indonesia cukup tinggi dengan peradangan pada dinding lambung.
prevalensi 274,396 kasus dari Gastritis merupakan gangguan yang
238,452,952 jiwa penduduk. paling sering ditemui dalam praktek
Didapatkan data bahwa di kota sehari-hari karena diagnosis penyakit
Surabaya angka kejadian Gastritis ini hanya berdasarkan gejala klinis.
sebesar 31,2%, Denpasar 46%, Biasanya penyakit gastritis terjadi
sedangkan di Jawa Tengah angka pada orang-orang yang memiliki pola
kejadian infeksi cukup tinggi sebesar makan tidak teratur dan memakan
79,6%. Puskesmas Gatak selama 3 makanan yang merangsang produksi
bulan terakhir (Juli – September asam lambung. Beberapa infeksi
2014) sebanyak 690 pasien, dengan mikroorganisme juga dapat
231 orang terjadi pada usia 20-44 menyebabkan terjadinya gastritis.
tahun (Dinkes Kabupaten Sukoharjo, Gejala-gejala sakit gastritis selain
2015). nyeri di daerah ulu hati adalah mual,
muntah, lemas, kembung, terasa
sesak, nafsu makan menurun, wajah paling sering diakibatkan oleh
pucat, suhu badan naik, keluar ketidakteraturan diet, misalnya
keringat dingin, pusing, selalu makan terlalu banyak dan cepat atau
bersendawa dan pada kondisi yang makan makanan yang terlalu
lebih parah, bisa muntah darah berbumbu. Pernyataan tersebut
(Darmawan, 2014). sejalan dengan hasil penelitian yang
Secara garis besar penyebab dilakukan oleh Yunita pada tahun
gastritis dibedakan atas faktor 2010 yang menemukan bahwa
internal yaitu adanya kondisi yang adanya hubungan antara gastritis
memicu pengeluaran asam lambung dengan keteraturan makan,
yang berlebihan, dan zat eksternal frekuensi makan, kebiasaan makan
yang menyebabkan iritasi dan infeksi. pedas, kebiasaan makan asam, dan
Beberapa faktor resiko gastritis frekuensi minuman iritatif (Yunita,
adalah menggunakan obat aspirin 2010).
atau anti radang non steroid, infeksi Hal ini juga sesuai dengan
kuman Helicobacter pylori, memiliki penelitian yang dilakukan oleh
kebiasaan minum minuman Nakamura pada tahun 2006,
beralkohol, memiliki kebiasaan menyatakan bahwa sekresi asam
merokok, sering mengalami stress, lambung dapat berkurang dengan
kebiasaan makan yaitu waktu makan memperbaiki faktor konsumsi atau
yang tidak teratur, serta terlalu kebiasaan makan (Nakamura, 2006).
banyak makan makanan yang pedas Dengan demikian konsumsi makanan
dan asam (Khomsam dan Anwar, dan minuman yang memicu tingginya
2008). sekresi asam lambung adalah
Salah satu penelitian penyebab penting terjadinya gastritis.
menunjukan bahwa beberapa kasus Selain konsumsi tinggi protein,
adanya faktor risiko Gastritis pada kebiasaan mengkonsumsi makanan
mahasiswa yang tinggal sendiri tanpa pedas dan ketidaktepatan waktu
orang tua, ataupun tinggal di kos- makan juga dapat memicu terjadinya
kosan. Namun tidak menutup gastristis. Hal ini disebabkan
kemungkinan bahwa faktor risiko makanan pedas bersifat merangsang
juga ada pada mahasiswa yang organ pencernaan dan dapat
tinggal di asrama ataupun tinggal menimbulkan iritasi pada lapisan
bersama orang tua, Pratiwi (2013). mukosa lambung, sedangkan
Satu faktor pemicu gastritis adalah ketidaktepatan waktu makan juga
konsumsi tinggi protein dalam menu memicu sekresi asam lambung.
harian. Hal ini dikarenakan pola Produksi asam lambung berlebihan
makan tinggi protein dapat memicu inilah yang dapat mengakibatkan
tingginya sekresi asam lambung. terjadinya gastritis karena
Faktor asam lambung sangat peradangan pada dinding lambung.
berperan pada penyakit gastritis. Oleh sebab itu peneliti ingin
Penyakit ini timbul akibat mengetahui faktor risiko terjadinya
ketidakseimbangan asam lambung Gastritis melalui riwayat makanan
sebagai faktor agresif dan mukosa pada mahasiswa Universitas Advent
lambung sebagai faktor protektif. Indonesia. Menurut pengamatan
Faktor agresif lebih dominan peneliti pada beberapa mahasiswa
sehingga mengakibatkan terjadinya dikampus UNAI, ternyata banyak
iritasi mukosa pada dinding lambung. mahasiswa yang mengeluh
Kesehatan lambung sangat mengalami masalah pencernaan
erat kaitannya dengan makanan yang sehubungan dengan mengonsumsi
kita konsumsi. Seperti yang dikatakan makanan yang meningkatkan asam
Brunner dan Suddarth (2001), bahwa lambung. Berdasarkan uraian diatas
gastritis adalah suatu penyakit yang peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “RIWAYAT Gastritis akut merupakan
MAKANAN YANG MENINGKATKAN peradangan pada mukosa lambung
ASAM LAMBUNG SEBAGAI yang menyebabkan erosif dan
FAKTOR RISIKO GASTRITIS PADA pendarahan pada mukosa lambung
MAHASISWA INSIDE DAN setelah terpapar oleh zat iritan.
OUTSIDE DI UNIVERSITAS Gastritis disebut erosif apabila
ADVENT INDONESIA, BANDUNG” kerusakan yang terjadi tidak lebih
dalam daripada mukosa muskularis.
1. Pengertian Gastritis Erosinya juga tidak mengenai lapisan
otot lambung.
Gastritis adalah gangguan atau Gastritis akut terdiri dari
peradangan dinding lambung yang beberapa tipe yaitu gastritis stress
disebabkan oleh peningkatan akut, gastritis erosif kronis, dan
produksi asam lambung, Murjayanah gastritis eosinofilik. Pada gastritis
(2011). Menurut Angkow, J. Robot, F. erosif terdapat perdarahan dengan
Onibala, F. (2014), Gastritis darah segar, apabila erosi meluas
merupakan suatu peradangan maka dapat berkembang manjadi
mukosa lambung yang bersifat akut, tukak. Selain itu, terdapat nekrosis
kronik difus atau lokal, dengan yang bersifat fokal pada permukaan
karakteristik anoreksia, perasaan sel foveolar. Kejadian gastritis akut
penuh di perut, tidak nyaman pada yang berulang dapat menyebabkan
epigastrium, mual, muntah. gastritis kronis. Gambaran
Sedangkan Yatmi (2017) histopatologis gastritis akut
mengatakan bahwa gastritis ditemukan sel inflamasi akut dan
merupakan peradangan lokal atau neutrofil mukosa edema, merah dan
menyebar pada mukosa lambung terjadi erosi kecil dan perdarahan.
yang berkembang bila mekanisme Pada gastritis akut, epitel
protektif mukosa dipenuhi dengan masih intak sehingga gastritis akut
bakteri atau bahan iritan lain, dan ringan sulit ditemukan. Gambaran
merupakan inflamasi mukosa gastritis akut terbatas pada lapisan
lambung yang sering terjadi karena muskularis mukosa, hiperplasia
diet yang sembarangan, makan foveolar, lamina propria edema dan
terlalu banyak, terlalu cepat, makan pembuluh darah kongesti.
makanan yang berbumbu.
Dari definisi-definisi di atas, maka 2) Gastritis kronik.
dapat disimpulkan bahwa gastritis Gastritis kronik adalah
adalah suatu peradangan atau peradangan mukosa kronis yang
perdarahan pada mukosa lambung akhirnya menyebabkan atrofi
yang disebabkan oleh factor iritasi, mukosa dan metaplasia epitel.
infeksi dan ketidakteraturan dalam Gastritis kronik bersifat menahun dan
pola makan, misalnya makan terlalu berulang, sering bersifat multifaktor
banyak, telat makan, terlalu makan yang akhirnya menyebabkan atrofi
makanan yang berbumbu dan pedas. mukosa dan metaplasia epitel.
Hal tersebut dapat menyebabkan Penyebab utama dari gastritis kronik
gastritis. adalah Helicobacter pylori.
2. Jenis-jenis Gastritis Gastritis kronik ditandai
dengan dua hal yaitu adanya sel-sel
Menurut Pratiwi (2013), radang limfosit dan atropi progresif
Gastritis dibagi menjadi dua bagian epitel kelenjar disertai hilangnya sel
yaitu: parietal dan chief cell di lambung. Hal
1) Gastritis akut ini menyebabkan dinding lambung
menjadi tipis dan permukaan mukosa
menjadi rata. Atrofi kelenjar ditandai Streptococci, Staphylococci,
dengan hilangnya kelenjar dan Proteus spesies, Clostridium
digantikan oleh fibroblast dan matriks spesies, Esobericia Coli,
ekstraseluler. Epitel kelenjar mukosa Tuberculosis, Salmonella,
lambung juga dapat mengalami dan lain-lain.
metaplasia intestinal karena 6) Infeksi virus oleh
digantikan oleh epitel jenis intestinal Situmegalovirus.
yang mengandung sel goblet, 7) Pengunaan antibiotik,
sehingga kehilangan kelenjar dapat terutama untuk infeksi paru,
menyebabkan erosi atau ulserasi turut mempengaruhi
yang diikuti oleh proses inflamasi penularan kuman di
yang lama. komunitas, karena antibiotic
tersebut mampu
3. Penyebab Gastritis mengeradikasi infeksi
Menurut Yatmi (2017), Helicobacter pylori, walaupun
penyebab terjadinya gastritis adalah persentase keberhasilannya
sebagai berikut: sangat rendah.
8) Jamur dari spesies Candida,
1) Komunikasi obat-obatan seperti Histoplasma
kimia digitalis Capsulaptum, dapat
(Asetamenofen/Aspirin, menginfeksi mukosa gaster
Asteroid, kortikosteroid). hanya pada pasien
Asetamenofen dan immunocompomized. Pada
kortikosteroid dapat pasien yang system imunnya
mengakibatkan iritasi mukosa baik, biasanya tidak terinfeksi
lambung. NSAIDS (Non oleh jamur.
Steroid Anti Inflamasi Drugs) 9) Makanan dan minuman yang
dan kortikosteroid dapat bersifat iritan. Makanan
menghambat berbumbu dengan
sintesisprostaglandin kandungan kafein, dan
sehingga sekresi HCL alkohol merupakan penyebab
meningkat dan membuat iritasi mukosa lambung.
suasana lambung menjadi 10) Iskemia, hal ini berhubungan
sangat asam dan dengan akibat penurunan
menimbulkan iritasi mukosa aliran darah ke lambung.
lambung. 11) Trauma langsung lambung,
2) Konsumsi alkohol secara berhubungan dengan
terus- menerus dapat keseimbangan antara agresi
menyebabkan kerusakan dan mekanisme pertahanan
mukosa lambung. untuk menjaga integritas
3) Terapi radiasi, refluk empedu, mukosa, yang dapat
zat-zat korosif (cuka dan lada) menimbulkan respon
dapat menyebabkan peradangan pada mukosa.
kerusakan mukosa gaster
dan menimbulkan edema
serta pendarahan.
4) Kondisi sters atau tertekan BAHAN DAN METODE
dapat merangsang Penelitian ini merupakan penelitian
peningkatan produksi HCL deskriptif kuantitatif. Sugiyono (2012)
lambung. penelitian deskriptif adalah penelitian
5) Infeksi oleh bakteri, seperti ulang dilakukan untuk mengetahui
Helicobacter pylori, nilai variable mandiri, baik suatu
Helicobacter Helmanii, variable atau lebih (perbandingan)
tanpa membuat perbandingan, penelitian sudah berkumpul langkah
menghubungkan dengan variable berikutnya adalah pengolahan data.
lainnya. Penelitian deskriptif dalam
penelitian ini di maksudkan untuk HASIL
mendapatkan gambaran dan
keterangan mengenai riwayat Berdasarkan tabel 4.1 dapat
makanan yang meningkatkan asam diketahui bahwa nilai rata-rata
lambung sebagai faktor risiko riwayat Makanan pada mahasiswa
Gastritis pada mahasiswa inside adalah 3,1. Menurut kategori
Universitas Advent Indonesia. riwayat Makanan yang meningkatkan
risiko Gastritis pada tabel 3.1 maka
Populasi yang diteliti dalam penelitian nilai tersebut termasuk dalam
ini adalah Mahasiswa UNIVERSITAS kategori sering. Berdasarkan tabel
ADVENT INDONESIA yang 4.2 dapat diketahui bahwa nilai rata-
menderita Gastritis. Sampel rata riwayat Makanan pada
penelitian merupakan bagian dari mahasiswa outside adalah 3,17.
populasi. Sampel pada penelitian ini Menurut kategori riwayat Makanan
berjumlah 28, terdiri dari 14 yang meningkatkan risiko Gastritis
mahasiswa outside dan 14 pada tabel 3.1 maka nilai tersebut
mahasiswa inside yang dipilih secara termasuk dalam kategori sering.
probability sampling. Sampel Berdasarkan tabel 4.4 diatas, hasil
tersebut diambil sesuai dengan perhitungan statistik dapat dilihat
kasus yang di teliti. bahwa signifikasi (2 tailed) 0,629
Instrument penelitian yang digunakan lebih besar dari 0,05 artinya Ho
dalam penelitian ini adalah kuesioner diterima. Hal ini berarti bahwa tidak
yang di validkan oleh peneliti yang terdapat perbedaan yang signifikan
terdiri dari 13 pertanyaan. Sebelum pada riwayat makanan mahasiswa
melakukan penelitian, terlebih dahulu inside (Asrama) dan outside (luar
penulis memohon secara tertulis asrama).
kepada Dekan Fakultas Ilmu
Hasil penelitian ini
Keperawatan Universitas Advent
menunjukan bahwa makanan yang
Indonesia (UNAI) Bandung untuk
dikonsumsi mahasiswa inside
memperoleh ijin yang ditujukan
(asrama) dan outside (luar asrama)
kepada Wakil Rektor III, yaitu Bidang
tidak ada perbedaan, sama- sama
Kemahasiswaan. Setelah
mengonsumsi makanan yang
mendapatkan ijin dari Wakil Rektor III,
meningkatkan asam lambung
yaitu Bidang Kemahasiswaan, maka
sebagai faktor risiko Gastritis.
penelitian akan dilakukan. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan
PEMBAHASAN
penelitian, serta etika pengumpulan
Identifikasi masalah pertama:
data. Peneliti memberikan garis besar
riwayat makanan pada mahasiswa
kegiatan yang dilaksanakan. Peneliti
inside di Universitas Advent
menanyakan persetujuan untuk
Indonesia. Analisis data di atas
menjadi informan dengan sukarela.
menunjukkan bahwa nilai rata-rata
Bila informan setuju, maka informan
riwayat makanan pada mahasiswa
diminta untuk menandatangani
inside adalah 3,1 dan dapat
informand concent. Peneliti
diinterpretasikan sebagai resiko
memberikan pertanyaan tentang
tinggi menderita gastritis.
riwayat makanan pada mahasiswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari
yang menderita gastritis berupa
para responden mahasiswa inside
kuesioner. Setelah semua data hasil
atau mahasiswa yang tinggal di
asrama memiliki risiko tinggi
menderita gastritis, dengan kata lain besar dari 0,05 artinya Ho diterima.
mereka mengonsumsi makanan Hal ini berarti bahwa tidak terdapat
yang meningkatkan asam lambung. perbedaan yang signifikan pada
riwayat makanan mahasiswa inside
Riwayat makanan adalah (Asrama) dan outside (luar asrama).
informasi yang di berikan tentang Hasil penelitian ini menunjukan
jenis makanan dan frekuensi bahwa makanan yang dikonsumsi
makanan yang di konsumsi secara mahasiswa inside (asrama) dan
berulang- ulang dalam waktu yang outside (luar asrama) tidak ada
lama. Riwayat makanan yang perlu di perbedaan, sama- sama
cermati adalah tentang frekuensi mengonsumsi makanan yang
makan, jenis makan, dan porsi meningkatkan asam lambung
makan (Hudha, 2006). sebagai faktor risiko Gastritis. Pola
Identifikasi masalah pertama: makan dapat diartikan sebagai cara
riwayat makanan pada mahasiswa seseorang atau sekelompok orang
outside di Universitas Advent untuk memilih makanan dan
Indonesia. Analisis data di atas mengosumsinya sebagai terhadap
menunjukkan bahwa nilai rata-rata reaksi pengaruh– pengaruh fisiologi,
riwayat Makanan pada mahasiswa psikologi, budaya dan social, (Yunita
outside adalah 3,17 dan dapat di (2010). Penelitian lainnya yang
interpretasikan sebagai resiko tinggi dilakukan oleh Rahmawati (2010)
menderita gastritis. Berdasarkan juga menyatakan bahwa sikap dan
data yang diperoleh dari para tindakan makan, salah satunya
responden mahasiswa outside atau frekuensi makan, berpengaruh
mahasiswa yang tinggal dilluar signifikan terhadap kekambuhan
asrama memiliki risiko tinggi gastritis. Menurut Su (2008) makan
menderita gastritis, dengan kata lain diluar frekuensi yang seharusnya juga
mereka mengonsumsi makanan merupakan faktor risiko terkena
yang meningkatkan asam lambung. gastritis kronik.
Riwayat makanan adalah KESIMPULAN
informasi yang di berikan tentang Kesimpulan pada penelitian
jenis makanan dan frekuensi ini adalah:
makanan yang di konsumsi secara Riwayat Makanan pada mahasiswa
berulang- ulang dalam waktu yang inside Universitas Advent Indonesia
lama. Riwayat makanan yang perlu di interpretasi berisiko tinggi
di cermati adalah tentang frekuensi menderita Gastritis
makan, jenis makan, dan porsi Riwayat Makanan pada mahasiswa
makan (Hudha, 2006). Pola makan outside Universitas Advent
dapat diartikan sebagai cara Indonesia di interpretasi berisiko
seseorang atau sekelompok orang tinggi menderita gastritis
untuk memilih makanan dan Tidak ada perbedaan yang signifikan
mengosumsinya sebagai terhadap terhadap riwayat makanan
reaksi pengaruh– pengaruh fisiologi, mahasiswa inside dan outside di
psikologi, budaya dan sosial Universitas Advent Indonesia.
(Sulistyoningsih, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Identifikasi masalah ketiga:
Angkow, J. Robot, F. Onibala, F.
apakah ada perbedaan yang
(2014). Faktor-faktor yang
signifikan pada riwayat makanan
Berhubungan dengan Kejadian
mahasiswa inside dan outside di
Gastritis. Journal-Gastritis-pdf.
Universitas Advent Indonesia. Hasil
Brunner and Suddarth. 2001.
perhitungan statistik dapat dilihat
Medical Surgical Nursing.
bahwa signifikasi (2 tailed) 0,629 lebih
Philadelphia: Lippincott November 2008, Pages 3810-
Company. 3813.
Darmawan, W. D. (2014). Asuhan Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Keperawatan pada Gastritis. Administrasi. Bandung.
Purwokerto: Universitas Alfabeta
Muhammadiyah Purwokerto. Sulistyoningsih. 2012. Gizi Untuk
(Skripsi) Kesehatan Ibu dan Anak. PT
Departemen Kesehatan Republik Graha Ilmu Yogyakarta.
Indonesia 2011. Profil Yatmi, F. (2017). Pola Makan
Kesehatan Republik Indonesia. Mahasiswa dengan Gastritis
Jakarta; 2012. yang Terlibat dalam Kegiatan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Organisasi Kemahasiswaan di
Timur. Profil Kesehatan Universitas Negeri Islam
Kabupaten Sukoharjo ; 2015. Jakarta. Jakarta: Universitas
Gustin. R. (2011). Faktor-faktor yang Islam Jakarta. (Skripsi)
Berhubungan dengan Kejadian Yunita, Ratna. 2010. Hubungan
Gastritis pada Pasienyang antara Karateristik Responden,
Berobat Jalan di Puskesmas. Kebiasaan Makan dan Minum, serta
Padang: Fakultas Kedokteran Pemakaian NSAID dengan terjadinya
(Skripsi) Gastritis pada Mahasiswa
Hudha. (2006). Hubungan Pola Kedokteran. Skripsi. Surabaya:
Makan dan Aktifitas Fisik. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Jakarta: Gramedia Pustaka Universitas Airlangga.
Utama WHO. 2017. Profil Kesehatan dan
Kementerian Kesehatan RI. Pusat Srategi untuk menangani
Data dan Informasi Penyakit kesehatan di Indonesia
Tidak Menular. Jakarta:
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2015.
Khomsan, A. & Anwar, F. (2008).
Sehat Itu Mudah: Wujudkan
Hidup Sehat dengan Makanan
Tepat. Jakarta: Penerbit
Hikmah.
Murjayanah, H. (2011). Faktor-faktor
Risiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Gastritis.
Semarang: Universitas Negeri
Semarang. (Skripsi)
Nakamura. 2006. Influence Of Aging,
Gastric Mucosal Atrophy
Pratiwi, W. (2013). Hubungan Pola
Makan dengan Gastritis pada
Remaja. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. (Skripsi)
Su, ( 2008). Risk Factors for
Heliobacter pylori infection in
Patiens Chronic Gastritis.
World Chinese Journal of
Digestology Volume 16, Issue

Anda mungkin juga menyukai