Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ramadani

Npm : 17010510

Hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada usia remaja 19-22 di desa alue sagoe
weng

A .latar belakang

Penyakit asam lambung (Gastritis) adalah suatu gangguan yang bersifat pada peradangan
dinding lambung yang disebabkan produksi asam lambung yang meningkat. Penyakit asam
lambung yang disebabkan oleh berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan
rangsangan atau iritasi mukosa lambung secara terus menerus, yang akhirnya asam lambung
semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat keadaan emosi, ketegangan pikiran
dan tidak teraturnya jam makan. Pengaturan makanan dalam perut (metabolisme pencernaan)
dilaksanakan oleh sejumlah hormon dan syaraf yang ada disepanjang sistem pencernaan,
karena ada gangguan dari pengaturan syaraf dan hormonal inilah yang menyebabkan
peningkatan pengeluaran asam lambung yang mengakibatkan luka pada lambung (Endang,
2011)

Angka kejadian gastritis menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2013 di
berbagai negara memiliki angka yang relativ tinggi diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang
14,5%, Kanada 35% dan Prancis 29,5%. Menurut Depkes RI pada tahun 2014 di Indonesia
didapatkan data penyakit gastritis yang dialami oleh remaja sebesar 40,8% dengan kasus di rawat
inap berjumlah 30,154 kasus atau 4,9% yang menempati urutan ke 4 dari 50 peringkat utama
kasus penyakit di Rumah Sakit seluruh Indonesia.

Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI,
angka kejadian gastritis pada tahun 2012-2013 di beberapa Kota di Indonesia ada yang tinggi
mencapai 91,6% yaitu kota Medan, Surabaya (31,4), Denpasar (46%), Jakarta (50%), Bandung
(30,5), Palembang (35,5), Pontianak 31,5, hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang
sehat. Presentase dari angka kejadian penyakit asam lambung di Indonesia menurut WHO tahun
2014 adalah 45,9%. Angka kejadian penyakit asam lambung (gastritis) pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk
(WHO, 2014). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2014 penyakit asam lambung
merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat
inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 45,154 kasus (5,6%) (Depkes RI, 2014)

Berdasarkan data di Aceh sendiri angka penyakit asam lambung (Gastritis) mencapai
34,7%, ini disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan kurang sehat (Profil Dinkes Aceh,
2014). Kabupaten Aceh Barat bahwa kasus penyakit asam lambung sebanyak 27540 orang pada
tahun 2015, dengan perbulan rata-rata yang menderita mencapai 2540 orang (11,8%) (Profil
Dinas Kesehatan Aceh Barat, 2015).

Remaja diera globalisasi, modernisasi dan urbanisasi saat ini, gayap hidup atau life style
sangat mempengaruhi kehidupan terutama pada generasi milenial yang biasa di sebut remaja.
Remaja cenderung memiliki aktivitas lebih banyak dan memiliki kebiasaan makan buruk yang
mengakibatkan gaya hidup tidak sehat, misalnya ketidaktepatan waktu makan, kebiasaan makan
junk food, fast food, spicy food, merokok dan sering mengalami stress. Kesibukan yang
berlebihan dan kebiasaan makan yang kurang baik seperti di atas jika di lakukan secara terus
menerus akan menimbulkan masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan saat ini yang
sedang trend di kalangan remaja yaitu gastritis (Milwati, 2019).

Kebiasaan makan yang kurang teratur dapat mengakibatkan lambung sulit beradaptasi dan
jika terjadi dalam waktu yang lama lambung akan memproduksi asam secara berlebihan yang
dapat mengiritasi dinding mukosa lambung. Kadar glukosa dalam darah akan banyak di serap
dan terpakai setelah 4-6 jam usai makan sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu
lambung akan terstimulus,lambung akan terus memproduksi asam lambung dengan jumlah yang
kecil setiap waktu. Terlambat waktu makan selama 2-3 jam lambung akan memproduksi asam
lambung yang berlebihan sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung yang dapat menimbulkan
rasa nyeri di epigastrium (Angkow, 2014).

Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang
dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi
frekuensi makan, porsi makan, dan jenis makan yang berdasarkan faktor-faktor sosial, budaya
dimana mereka hidup (Hudha, 2006)

Berdasarkan wawancara dengan sebagian masyarakat Gampong alue sagoe weng bahwa
masyarakat mengatakan mereka sering mengalami keluhan dari penyakit asam lambung, diantara
pada saat mereka terlambat makan, mengkonsumsi makanan pedas, mengkonsumsi makan yang
berlebihan/takaran yang berlebihan, maka mereka mengalami seperti sering kembung pada perut,
mual-mual, dan gangguan saluran pencernaan, muntah, nyeri, pendarahan, rasa lemah, nafsu
makan menurun dan sakit kepala dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Pola
Makan dengan kejadian Gastritis pada remaja di Gampong alue sagoe weng.

B . variable penelitian
Dependen : Gastritis

Independen : pola makan

C . Desain penelitian

Desain yang di gunakan dalam penelitian adalah cross sectional.

D . Populasi dan Sampel

Populasi : pasien Gastritis

Sampel : pengambilan sampel yang dilakukan dengan teknik purposive sample

E .Instrument penelitian

Instrument yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

F .Analisis

Bivariate : Analisis data hasil penelitian disajikan secara univariat (deskriptif) untuk
mengetahui proporsi masing-masing variable.

Univariat : Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < α (0.050) maka
hipotesis kerja h1 diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan
dengan kejadian gastritis. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,636 yang
termasuk kedalam kategori kuat (0,60 – 0,799).

Anda mungkin juga menyukai