Anda di halaman 1dari 3

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM

DISPEPSIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN

MASYRAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2015

Menurut Djojoningrat (2014) dispepsia merupakan istilah yang umum dipakai

untuk suatu sindroma atau kumpulan gejala/keluhan berupa nyeri atau rasa tidak

nyaman pada ulu hati, mual, kembung, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, dan

perut merasa penuh/begah. Keluhan tersebut dapat secara bergantian dirasakan

pasien atau bervariasi.

Pada tahun 2006 dalam profil kesehatan dispepsia menempati urutan ke 15

dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan

proporsi 1,3 % dan menempati urutan ke 35 dari 50 penyakit penyebab kematian.

Sementara pada Tahun 2010 Profil kesehatan menyatakan bahwa dispepsia

menempati urutan ke 5 dari 10 besar penyakit dengan pasien yang dirawat inap

dan urutan ke 6 untuk pasien yang dirawat jalan.

Penderita saluran pencernaan (Dispepsia) masih menjadi salah satu dari dua

penyakit terbesar di dua rumah sakit besar di Sumatera Utara, di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan jumlah pasien rawat jalan, pada tahun

2012 pasien dispepsia ada sebanyak 991 pasien dan 28 diantaranya meninggal

dunia dan pada tahun 2013, ada sebanyak 806 dan 7 diantaranya keluar dengan

keadaan meninggal dunia (Perangin-angin,2014). Sementara di Rumah Sakit

Umum H.Adam Malik Tahun 2014, Gangguan pencernaan termasuk salah satu

dari sepuluh besar diagnosa terbanyak di Instalasi gawat darurat (Saragih, 2015).
Sedangkan pada mahasiswa FKM USU, Pada 10 orang mahasiswa yang

dilakukan wawancara, didapatkan 7 orang mahasiswa pernah merasakan sindrom

dispepsia seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, perut kembung dalam satu bulan

terakhir, dan 3 orang tidak pernah merasakan hal tersebut. Sementara itu terdapat

delapan dari sepuluh orang yang memiliki pola makan yang kurang teratur, seperti

telat makan, dan makan kurang dari tiga kali sehari.

Penyebab timbulnya dispepsia diantaranya adalah faktor pola makan/diet dan

lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi

viseral lambung, psikologi, dan infeksi Helicobacter pylori (Ganong, 2008).

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis adakah hubungan

pola makan dengan kejadian sindrom dyspepsia pada mahasiswa fakultas

kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan penelitian yang ditelah dilakukan pada 100 mahasiswa FKM

USU, terdapat sebagian besar mahasiswa memiliki jadwal makan yang tidak teratur

yaitu sebanyak 61 mahasiswa (61%), sementara untuk jadwal makan yang teratur

hanya sebanyak 39 mahasiswa (39%). Sebagian besar mahasiswa mengkonsumsi

jenis makanan dan minuman iritatif yaitu sebanyak 59 mahasiswa (59%), dan

mahasiswa mengalami kejadian sindrom dispepsia yaitu sebanyak 64 mahasiswa

(64%), sementara hanya sebanyak 36 mahasiswa (36%) yang tidak mengalami

kejadian sindrom dispepsia.

Hubungan Jadwal Makan dengan Sindrom Dispepsia pada Mahasiswa FKM USU

Sebagian besar mahasiswa memiliki jadwal makan yang tidak teratur yaitu

sebanyak 61%, dari jadwal makan yang tidak teratur terdapat 84% mahasiswa yang

mengalami sindrom dispepsia, dan dari jadwal makan yang teratur terdapat 67%

mahasiswa yang tidak mengalami sindrom dyspepsia.


Hubungan Jenis Makanan dan Minuman dengan Sindrom Dispepsia pada

Mahasiswa FKM USU

Sebagian besar mahasiswa mengkonsumsi jenis makanan dan minuman

bersifat iritatif yaitu sebanyak 59%, dan dari jenis makanan dan minuman iritatif

terdapat 75% mahasiswa yang mengalami sindrom dispepsia, dari jenis makanan

yang tidak iritatif terdapat 51% mahasiswa yang tidak mengalami sindrom

dispepsia.

Aktivitas yang tinggi baik kegiatan di sekolah/kampus maupun di luar

sekolah/kampus menyebabkan makan menjadi tidak teratur (Sayogo, 2007). Salah

satu faktor yang berperan dalam kejadian dispepsia diantaranya adalah pola makan

dan sekresi asam lambung (Djojoningrat ). Selain itu, jenis makanan juga

merupakan salah satu faktor penyebab dari sindrom dispepsia, mengkonsumsi

makanan pedas secara berlebihan dapat merangsang sistem pencernaan, terutama

lambung dan usus untuk berkontraksi (Suratun, 2010).

Kesimpulan Dalam Penelitian Ini Dapat Dipastikan Bahwa

“ Terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian sindrom dyspepsia pada

mahasiswa kesehatan masyarakat universitas sumatera utara”, dimana mahasiswa

yang memiliki jadwal makan teratur dan tidak mengkonsumsi makanan dan

minuman yang bersifat iritatif tidak mengalami sindrom dispepsia, dan mahasiswa

yang tidak memiliki jadwal makan teratur dan mengkonsumsi makanan dan

minuman yang bersifat iritatif cenderung mengalami sindrom dispepsia.

Anda mungkin juga menyukai