Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS SKRIPSI HUBUNGAN POLA MAKAN DAN SINDROM

DISPEPSIA PADA MAHASISWA PRE KLINIK FAKULTAS


KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2019
BERDASARKAN TAHAPAN BERPIKIR ILMIAH INDUKTIF-
DEDUKTIF

DISUSUN
OLEH

KELOMPOK I :
1. RYANDI HAMUNDU (1801024)
2. WITA C.A KAWULUSAN(1801018)
3. KARTINI ABD. MALIK (1801021)
4. HAMZAH TALIPI (1801027)
5. GLORIA DINA (1801030)

Dosen Pengampuh :
Ns. Norman alfiant talibo S.Kep, M.kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
T.A 2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom dispepsia merupakan kumpulan beberapa gejala seperti rasa tidak


nyaman pada saluran pencernaan bagian atas yang bisa dirasakan dalam waktu
tertentu oleh seseorang terutama dirasakan di bagian epigastrium (perut bagian
atas), serta terdapat rasa mual, muntah, cepat kenyang, sendawa, perut kembung,
(1)
dan perut terasa penuh . Secara global, prevalensi dispepsia didapatkan
bervariasi antara 11%-29,2%. Didapatkan prevalensi dispepsia di Amerika
Serikat sebesar 23-25,8%, di India 30,4%, New Zealand 34,2%, Hongkong
18,4%, dan Inggris 38-41%(2). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2010
diketahui dispepsia menduduki peringkat ke 6 dari 10 besar penyakit terbanyak
pada pasien rawat jalan dan peringkat ke 5 pada pasien rawat inap di rumah sakit
(3)
yang berada di Indonesia . Menurut penelitian Asri, C(2016) dispepsia
merupakan salah satu dari 10 besar penyakit yang ada di Provinsi Banten (4).
Sindrom dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, bisa
berlokasi dari dalam lambung, luar lambung, maupun penyakit sistemik yang
bermanifestasi sekunder. Penyebab timbulnya sindrom dispepsia diantaranya
adalah faktor pola makan (diet), sekresi asam lambung, infeksi Helicobacter
(5)
pylori, fungsi motorik lambung, dan persepsi visceral lambung . Penelitian
yang dilakukan oleh Afifah N (2018) yang meneliti tentang hubungan stress dan
pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia didapatkan hasil bahwa pola
makan yang rendah atau tidak teratur dapat mengalami sindrom dispepsia yaitu
sebanyak 20,4%(6). Begitu juga dengan Nasution dkk (2015) yang meneliti
mengenai sindrom dispepsia didapatkan hasil bahwa terdapat sekitar 84% pada
pelajar yang memiliki pola makan tidak teratur cenderung mengalami sindrom
dispepsia lebih besar dibandingkan pelajar yang memilki pola makan teratur.
Secara umum pola makan memiliki 3 komponen utama yaitu jenis,
frekuensi, dan jumlah makanan. Seseorang dengan pola makan yang tidak teratur
akan mempengaruhi proses kerja lambung (8). Kebiasaan mengkonsumsi
makanan dan minuman, misalnya makan pedas atau asam, minum teh atau kopi,
dan minuman berkarbonasi lainnya dapat meningkatkan risiko munculnya
sindrom dispepsia (9). Remaja merupakan salah satu kelompok yang berisiko
untuk terkena sindrom
Dispepsia Menurut Papalia dan Olds remaja adalah masa transisi
perkembangan dari anak-anak menjadi dewasa yaitu berawal dari umur 12-20
tahun termasuk mahasiswa. Pada tahap ini mahasiswa mereka sedang mengalami
perkembangan dan pemantapan pendirian hidup. Mahasiswa juga memiliki
kecerdasan dalam berfikir kritis dan bertindak lebih cepat selain itu mahasiswa
sering disibukkan dengan urusan organisasi maupun urusan tugas kuliah yang
dapat mengurangi waktu sehingga hal tersebut dapat menyebabkan waktu makan
tertunda atau lupa untuk makan.
Berdasarkan latar belakang di atas, kejadian sindrom dispepsia terjadi
cukup banyak dan biasanya pada remaja dengan pola makan yang tidak teratur
maka peneliti tertarik untuk melakukan pembaharuan dan penelitian kembali
pada tempat dan waktu yang berbeda dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Nasution dkk (2015) dengan populasi pada mahasiswa mengenai
“Hubungan Pola Makan dan Sindrom Dispepsia Pada Mahasiswa Pre Klinik
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2019”.
Tahapan berfikir ilmiah pada kasus Dispepsia diatas menggunakan tahapan
berfikir deduktif dan induktif dimana penelituan menjabarkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu dan dihubungkan dengan hal-hal yang khusus (Deduktif), serta
hal-hal yang khusus dihubungkan dengan hal-hal yang umum (Induktif).
1. Pada paragraf pertama menjelaskan tentang pengertian dari dispepsia
dimana menjabarkan dari hal-hal yang bersifat umum kemudian
dihubungkan ke hal-hal yang bersifat khusus ( Deduktif)

Fakta : Sindrom dispepsia merupakan kumpulan beberapa gejala seperti


rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan bagian atas yang bisa
dirasakan dalam waktu tertentu oleh seseorang terutama dirasakan di
bagian epigastrium (perut bagian atas), serta terdapat rasa mual, muntah,
cepat kenyang, sendawa, perut kembung, dan perut terasa penuh. (umum)

Kesimpulan : Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2010 diketahui


dispepsia menduduki peringkat ke 6 dari 10 besar penyakit terbanyak pada
pasien rawat jalan dan peringkat ke 5 pada pasien rawat inap di rumah
sakit yang berada di Indonesia. Menurut penelitian Asri, C(2016)
dispepsia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit yang ada di
Provinsi Banten. (khusus)

2. Pada paragraf kedua menjelaskan tentang penyebab dispepsia dimana


menjelaskan tentang dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang
bersifat khusus (Deduktif).

Fakta : Sindrom dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, bisa


berlokasi dari dalam lambung, luar lambung, maupun penyakit sistemik
yang bermanifestasi sekunder. (umum)

Kesimpulan : Penelitian yang dilakukan oleh Afifah N (2018) yang


meneliti tentang hubungan stress dan pola makan dengan kejadian sindrom
dispepsia didapatkan hasil bahwa pola makan yang rendah atau tidak
teratur dapat mengalami sindrom dispepsia yaitu sebanyak 20,4%. Begitu
juga dengan Nasution dkk (2015) yang meneliti mengenai sindrom
dispepsia didapatkan hasil bahwa terdapat sekitar 84% pada pelajar yang
memiliki pola makan tidak teratur cenderung mengalami sindrom
dispepsia lebih besar dibandingkan pelajar yang memilki pola makan
teratur. (khusus)

3. Pada paragraf ketiga menjelaskan tentang pola makan yang memiliki 3


komponen dimana menjabarkan dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-
hal yang bersifat khusus (deduktif)

Fakta : Secara umum pola makan memiliki 3 komponen utama yaitu


jenis, frekuensi, dan jumlah makanan. Seseorang dengan pola makan yang
tidak teratur akan mempengaruhi proses kerja lambung. (umum)
Kesimpulan : Penelitian yang dilakukan oleh Afifah N (2018) yang
meneliti tentang hubungan stress dan pola makan dengan kejadian sindrom
dispepsia didapatkan hasil bahwa pola makan yang rendah atau tidak
teratur dapat mengalami sindrom dispepsia yaitu sebanyak 20,4%. Begitu
juga dengan Nasution dkk (2015) yang meneliti mengenai sindrom
dispepsia didapatkan hasil bahwa terdapat sekitar 84% pada pelajar yang
memiliki pola makan tidak teratur cenderung mengalami sindrom
dispepsia lebih besar dibandingkan pelajar yang memilki pola makan
teratur. (khusus)

4. Pada paragraf keempat menjelaskan tentang masa transisi perkembangan


anak menuju dewasa dimana menjelaskan dari hal-hal yang bersifat
umum ke hal-hal yang bersifat khusus (deduktif)

Fakta : Dispepsia Menurut Papalia dan Olds remaja adalah masa transisi
perkembangan dari anak-anak menjadi dewasa yaitu berawal dari umur
12-20 tahun termasuk mahasiswa. (umum)

Kesimpulan : Pada tahap ini mahasiswa mereka sedang mengalami


perkembangan dan pemantapan pendirian hidup. Mahasiswa juga memiliki
kecerdasan dalam berfikir kritis dan bertindak lebih cepat selain itu
mahasiswa sering disibukkan dengan urusan organisasi maupun urusan
tugas kuliah yang dapat mengurangi waktu sehingga hal tersebut dapat
menyebabkan waktu makan tertunda atau lupa untuk makan. (khusus)

5. Pada paragraf kelima menjelaskan tentang kejadian sindrom dispepsia


dimana menjelaskan dari hal-hal yang bersifat umum ke hal –hal yang
bersifat khusus (deduktif)

Fakta : Berdasarkan latar belakang di atas, kejadian sindrom dispepsia


terjadi cukup banyak dan biasanya pada remaja dengan pola makan yang
tidak teratur (umum)

Kesimpulan : maka peneliti tertarik untuk melakukan pembaharuan dan


penelitian kembali pada tempat dan waktu yang berbeda dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nasution dkk (2015) dengan populasi
pada mahasiswa mengenai “Hubungan Pola Makan dan Sindrom
Dispepsia Pada Mahasiswa Pre Klinik Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2019”. (khusus)

Anda mungkin juga menyukai