Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN SINDROM DISPEPSIA

DI PUSKESMAS RUMBAI
Rahma Nugroho1, Safri2, Sofiana Nurchayati3
Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: rahmanugroh22@gmail.com

Abstract

Health problems can be to every body, often health problems one of them is dyspepsia. Dyspepsia is term used on
syndrome or set of syndrome consisting of pain or unconfertable at epigastrium, nausea, vomiting, bloating, full fast,
full taste, and burp. This research purpose to know descpription of patient characteristic of patient with dyspepsia
syndrome at Puskesmas Rumbai. Design of research used is descriptive. Sample in this reserch is 52 patient used
technique purposive sampling. Equipment to take data used is questioner who done validation test and reliabilitation.
Analysis data used is univariate. Result of research show 25-36 years old (38,5%), women, ethnic Minang (44,2%), and
job as house wife (61,5%), smoker most unsmoker (59,6%), eat shape unmeasured (82,7%), while type of food and
drink iritative (94,2%). It recommended for healthed provider in Rumbai to give counseling about dyspepsia, so that
patient known have increase and can avert arise dyspepsia on patient.

Keywords: Age, diet, dyspepsia, ethnicity, occupation

PENDAHULUAN dispepsia bukanlah suatu penyakit, melainkan


Departemen Kesehatan menyatakan merupakan kumpulan gejala ataupun keluhan
bahwa gambaran Indonesia melalui yang harus dicari penyebabnya (Sofro dan
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, Anurogo, 2013).
bangsa dan negara. Penduduknya hidup Keluhan dispepsia dapat disebabkan
dilingkungan dan perilaku sehat, yang bermutu karena berbagai penyakit, salah satunya
secara adil dan merata serta memilki derajat penyakit pada saluran cerna yaitu gastritis
kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh (Sudoyo, 2009). Gejala awal pada gastritis
Wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, yang memicu sindrom dispepsia berkaitan
2009). dengan ketidakteraturan pada pola makan dan
Kesehatan adalah aset yang paling jeda antara jadwal makan yang lama.
berharga dalam hidup ini. Kekayaan, Ketidakteraturan pola makan sangat
kekuasaan, dan popularitas boleh saja dimiliki, dipengaruhi oleh aktivitas dan kegiatan yang
tetapi semua itu tidak akan berarti apabila padat, keinginan untuk mempunyai bentuk
tidak memikirkan kesehatan. Untuk hidup tubuh ideal, dan melemahnya pengawasan
sehat yang harus diketahui pertama kali yaitu dalam mengatur pola makan (Dwigint, 2015).
apa yang menyebabkan timbulnya penyakit.
Secara global terdapat sekitar 15-40%
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
penderita dispepsia. Setiap tahun keluhan ini
kesehatan adalah gaya hidup dan pola makan
mengenai 25% populasi dunia. Di Asia
yang tidak sehat. Jika hal ini terus menerus
prevalensi dispepsia berkisar 8-30%
dialami akan menimbulkan berbagai macam
gangguan kesehatan, salah satunya akan (Purnamasari, 2017). Di Indonesia
menyebabkan dispepsia (Riani, 2015). diperkirakan hampir 30% pasien dispepsia
Dispepsia merupakan istilah yang yang datang ke praktik umum adalah pasien
digunakan dalam suatu sindrom atau yang keluhannya berkaitan dengan kasus
kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dispepsia (Sudoyo, 2009). Berdasarkan data
dari nyeri atau rasa tidak nyaman di Dinas Kesehatan Provinsi Riau dispepsia
epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat termasuk 10 penyakit terbesar di ruang inap di
kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitas, dan Rumah Sakit Arifin Ahmad Provinsi Riau
rasa panas yang menjalar di dada (Sudoyo, tahun 2009 dengan 11,88% (Profil Kesehatan
2009). Keluhan ini tidak selalu ada pada setiap Provinsi Riau, 2012). Di Pekanbaru, tahun
penderita. Setiap penderita keluhannya dapat 2017 dispepsia termasuk 10 penyakit terbesar
berganti atau bervariasi, baik dari segi jenis dari 20 puskesmas di Pekanbaru sebanyak
keluhan maupun kualitas keluhan. jadi, 14292 orang.
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 823
Beberapa faktor yang mempengaruhi menunjukkan faktor yang paling beresiko
terjadinya dispepsia terbagi 2 kelompok, yaitu terhadap kejadian dispepsia adalah faktor diet
internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dan pola makan karena sering mengkonsumsi
dari usia, jenis kelamin, suku, dan pekerjaan. makanan berbumbu pedas dari cabe skor
Faktor eksternal terdiri dari merokok dan pola jawaban 13,88%.
makan. Abdeljawad, Wehbeh, dan Qayed Faktor eksternal selain pola makan
(2017) didapatkan dispepsia sering dijumpai yaitu perilaku merokok. Menurut penelitian
pada kelompok umur yang lebih muda, yang dilakukan oleh Irwan (2015) tentang
prevalensi 66% pada kelompok umur dibawah faktor resiko terhadap kejadian dispepsia di
55 tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang Instalasi Rawat Inap RSUD Cideres
dilakukan oleh Hemriyantton, Arifin, dan Kabupaten Majalengka tahun 2015
Murni (2017) tentang hubungan depresi menunjukkan bahwa faktor yang yang paling
terhadap tingkat kepatuhan dan kualitas hidup beresiko terhadap kejadian dispepsia pada
pasien sindrom dispepsoa di RSUP Dr. M. gaya hidup adalah salah satunya merokok.
Djamil Padang, didapatkan kelompok umur Berdasarkan data Dinas Kesahatan
penderita terbanyak adalah pada kelompok Provinsi Riau dispepsia terbanyak di
umur 51-60 tahun sebanyak 17 orang (27,9%). Puskesmas Rumbai dengan jumlah pasien
Penelitian di Amerika Serikat 1418 orang (Dinkes Kota Pekanbaru, 2018).
mengenai prevalensi berdasarkan jenis Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Rumbai
kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang pada 24 April 2018 melalui wawancara dan
signifikan antara pria dan wanita. Beberapa observasi kepada 10 pasien dispepsia,
penelitian menunjukkan perbandingan mendapatkan hasil kelompok umur terbanyak
prevalensi penderita dispepsia wanita lebih pada umur 46-55 tahun, pada kelompok jenis
banyak dari pada laki-laki yaitu sebesar 4:1 kelamin yang terbanyak yaitu jenis kelamin
(Abdeljawad et al, 2017). Di Indonesia, hasil perempuan sebanyak 7 orang, sedangkan pada
penelitian didapatkan, penderita dispepsia kelompok pekerjaan yang terbanyak yaitu
paling banyak ditemukan pada laki-laki yaitu dengan pekerjaan wiraswasta, dan pada
sebanyak 55,7% (Hemriyantton et al, 2017). kelompok suku dari hasil wawancara yang
Penelitian di Malaysia menemukan terbanyak yaitu suku melayu.
prevalensi dispepsia fungsional pada suku
Menurut hasil wawancara dari 10
Melayu 14,6%, Cina 19,7%, India 11,2%, dan
pasien dispepsia didapatkan untuk kelompok
lebih umum dijumpai pada suku Cina
perilaku rokok sebanyak 4 orang. Menurut
dibandingkan non-Cina. Penelitian di
hasil wawancara 7 dari 10 pasien dispepsia
Indonesia menunjukkan prevalensi terbesar
mengatakan memiliki jadwal makan yang
pada suku Batak 45,5%, menyusul Karo
kurang teratur, seperti makan kurang dari tiga
27,3%, Jawa 18,2%, dan yang terkecil 4,5%
kali sehari, dan telat makan. Menurut 6 pasien
serta mendailing 4,5% (Muya, Murni, dan
mengatakan setelah makan makanan pedas,
Herman, 2015).
Faktor pekerjaan di Indonesia lebih asam dan sayur yang mengandung gas seperti
tinggi pada kelompok pekerjaan ibu rumah kol. Mereka mengalami rasa sakit perut, mual
tangga yaitu sebanyak 23,6% (Muya et al., dan bersendawa dalam satu bulan terakhir.
2015). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan fenomena diatas, dapat
Sorong, Pangemanan, dan Untu (2013), disimpulkan bahwa banyak yang mengalami
tentang hubungan antara pola makan dengan sindroma dispepsia dan kurangnya
kejadian sindroma dispepsia pada siswa-siswi pengetahuan pasien tentang sindroma
kelas XI di SMA Negeri 1 Manado, dispepsia.
menunjukkan bahwa pola makan yang tidak Tujuan penelitian ini adalah untuk
teratur berhubungan dengan kejadian sindroma mengetahui gambaran karakteristik pasien
dispepsia dibandingkan dengan pola makan dengan sindrom dispepsia di Puskesmas
yang teratur. Menurut penelitian Irawan (2015) Rumbai Pekanbaru.
tentang faktor resiko terhadap kejadian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dispepsia di Instalasi Rawat Inap RSUD memberikan informasi tentang gambaran
Cideres tahun 2015, hasil penelitian karakteristik pasien dengan sindrom dispepsia.
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 824
METODE PENELITIAN - Minang 23 44,2
Peneliti ini dilaksanakan di wilayah Pekerjaan
Puskesmas Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru - Swasta 7 13,5
yang dimulai dari bulan Februari sampai bulan - Wiraswasta 8 15,4
Juli 2018. Peneltian ini menggunakan desain - PNS 5 9,6
penelitian deskriptif korelasi. Desain ini - IRT 32 61,5
dilakukan dengan tujuan untuk membuat Total 52 100
gambaran tentang suatu keadaan objektif.
Populasi dari penelitian ini adalah Tabel 1 menunjukkan bahwa
semua penderita sindrom dispepsia di wilayah karakteristik responden terbanyak berumur
kerja Puskesmas Rumbai Kecamatan Rumbai 26-36 tahun (38,5). Jenis kelamin responden
Pesisir. Pengambilan sampel menggunakan terbanyak adalah perempuan (71,2%). Suku
teknik purposive sampling dengan kriteria responden terbanyak adalah minang (44,2%).
inklusi yaitu didiagnosa Dispepsia, tinggal di Pekerjaan responden terbanyak yaitu IRT
wilayah Puskesmas Rumbai, dan bisa (61,5%).
berkomunikasi.
Alat pengumpulan data yang Tabel 2
digunakan pada penelitian ini adalah berupa Distribusi Frekuensi Responden Menurut
lembar kuesioner skala likert untuk Perilaku Merokok
mengetahui pola makan dan jenis makan dan Variabel Frekuensi Persentase
minuman iritatif terjadinya sindrom dispepsia. (%)
Analisa data menggunakan analisa Perilaku merokok
univariat. Analisa univariat mendeskripsikan - Tidak merokok 31 59,6
tentang karakteristik demografi responden - Perokok ringan 11 21,2
(data umum) yaitu umur, jenis kelamin, suku, - Perokok sedang 6 11,5
pekerjaan, perilaku merokok, pola makan, - Perokok berat 4 7,7
jenis makan dan minuman iritatif. Total 52 100

HASIL PENELITIAN Tabel 2 menunjukkan bahwa perilaku


1. Analisa Univariat merokok responden terbanyak tidak merokok
Distribusi frekuensi responden menurut yaitu berjumlah 31 responden (59,6%)
umur, jenis kelamin, suku, dan pekerjaan
dijelaskan pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pola
Tabel 1
Makan
Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Variabel Frekuensi Persentase
Umur, Jenis Kelamin, Suku, Dan Pekerjaan
(%)
Karaketristik Frekuensi Persentase
Pola makan
(%)
- Teratur 9 17,3
Umur - Tidak teratur 43 82
- Dewasa awal 20 38,5
Total 52 100
26-35 tahun
- Dewasa akhir 3 5,8 Tabel 3 menunjukkan bahwa pola
36-45 tahun makan responden terbanyak tidak teratur yaitu
- Lansia awal 16 30,8
berjumlah 43 responden (82,7%).
46-55 tahun
- Lansia akhir 12 23,1
56-65 tahun Tabel 4
- Manula > 65 1 1,9 Distribusi Frekuensi Responden Menurut jenis
tahun makan dan minum iritatif
Jenis kelamin Variabel Frekuensi Persentase
- Laki-laki 15 28,8 (%)
- Perempuan 37 71,2 Jenis makan dan
Suku minuman
- Batak 5 9,6 - Iritatif 40 76,9
- Jawa 7 13,5 - Tidak iritatif 12 23,1
- Melayu 17 32,7 Total 52 100
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 825
Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis ini yang juga mempengaruhi kerja hormon
makan dan minum iritatif responden terbanyak gastrin, yaitu jenis kelamin. Faktor hormonal
iritatif yaitu berjumlah 40 responden (76,9%). wanita lebih reaktif disbanding pria.
c. Suku
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah
1. Karakteristik Responden dilakukan, didapatkan bahwa mayoritas suku
a. Umur responden yaitu Minang dengan jumlah 23
Berdasarkan hasil penelitian yang orang responden (44,2%). Hal ini juga
dilakukan di Puskesmas Rumbai Pekanbaru, didukung dengan hasil penelitian Muya, Mumi
didapatkan hasil mayoritas umur responden & Herman (2015) yang menyatakan sering
yaitu 26-35 tahun dengan jumlah 20 orang maupun jarang mengalami kekambuhan, lebih
responden (38,5%) yaitu berada pada masa tinggi pada kelompok suku Minang yaitu
dewasa akhir. Hal ini juga didukung dengan sebesar 57,1% dan 40,5%. Berdasarkan
hasil penelitian Harahap (2009) yang penelitian yang dilakukan Putri et al. (2015),
menyatakan bahwa terbanyak pada umur 25- menunjukkan bahwa umumnya pada daerah
35 tahun sebanyak 50%. Sumatra masyarakat cenderung lebih
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menyukai makanan yang pedas. Kebiasaan
Jonnson, Theorell, dan Gatthard (1995) dalam pola makan orang minang dapat memicu
Armi (2014) umur terbanyak pada 24-50 terjadinya dispepsia, hal ini menjadikan suku
tahun. Dari hasil penelitian ditemukan adanya Minang rentan terhadap kejadian sindrom
hubungan yang signifikan antara gejala, stres dispepsia.
pekerjaan, dukungan sosial, dan kepribadian
Orang Minangkabau terkenal dengan
dengan dispepsia fungsional kronik.
makanannya. Pada umumnya makanan orang
Jadi dapat disimpulkan bahwa insiden
Minangkabau memiliki rasa pedas dan
sindrom dispepsia meningkat dengan
pemakaian santan yang kental. Rendang
bertambahnya usia yang disebabkan oleh pola
hidup yang tidak teratur seperti; stres, makan merupakan makanan yang menjadi ciri khas
dan minuman iritatif riwayat penyakit orang Minangkabau. Selain itu juga terdapat
(gastritis dan ulkus peptikum). makanan lain seperti kalio daging, gulai
b. Jenis Kelamin cancan, gulai gazebo, gulai tanjung, gulai
Berdasarkan hasil penelitian yang telah ayam, ayam bakar. Ketika orang Minang
dilakukan, didapatkan bahwa mayoritas adalah merantau ke Jakarta pola makan tersebut tetap
perempuan dengan jumlah 37 orang mereka lakukan (Fitriani, 2012).
responden (71,2%). Hal ini juga didukung d. Pekerjaan
dengan hasil penelitian Rahmaika (2014) yang Berdasarkan hasil penelitian yang telah
menyatakan bahwa kelompok jenis kelamin dilakukan, didapatkan bahwa mayoritas
yang sering mengalami dispepsia banyak pada pekerjaan responden yaitu Ibu Rumah Tangga
perempuan dibanding laki-laki sebanyak (IRT) dengan jumlah 32 orang responden
76,92%. Pria lebih toleran terhadap gejala- (61,5%). Hal ini juga didukung dengan hasil
gejala gangguan lambung seperti nyeri dari penelitian Muya et al. (2015) yang
pada wanita. menyatakan bahwa lebih tinggi pada
Penelitian dikemukakan oleh Dewi kelompok pekerjaan IRT yaitu sebanyak
(2017), bahwa sekresi lambung diatur oleh 23,6%. Stres dapat terjadi karena adanya
mekanisme saraf dan hormonal. Pengetahuan tuntutan kehidupan. Kebanyakan pekerjaan
hormon berlangsung melalui hormon gastrin. dengan waktu sangat sempit ditambah lagi
Hormon ini bekerja pada kelenjar pada dengan tuntutan harus serba cepat dan tepat
kelenjar gastrik dan menyebabkan aliran membuat orang hidup dalam ketegangan/stres.
tambahan lambung yang sangat asam. Sekresi Berdasarkan laporan dari America Institut
tersebut berlangsung selama beberapa jam. disebutkan bahwa stres kerja masih menjadi
Hormon gastrin dipengaruhi oleh bebrapa hal perhatian, dimana 80% dari karyawan
seperti adanya makanan dalam jumlah besar dilaporkan terjadi stres (Seaward, 2009).
yang berada di lambung, juga zat sekretatogue Stres dalam kehidupan dapat
seperti ektrak makan, hasil pencernaan protein, menimbulkan reaksi pada tubuh. Hawari
alkohol, dan kafein. Namun, ternyata ada hal (2001), setiap permasalah kehidupan yang
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 826
menimpa pada diri seseorang (stressor dispepsia memiliki pola makan yang teratur,
psikososial) dapat mengakibatkan gangguan yaitu 9 orang responden (17,3%), sedangkan
fungsi/faal organ tubuh. Stres akut dapat pola makan yang tidak teratur yaitu 43 orang
mempengaruhi gastrointestinal dan responden (82%). Hal ini juga didukung
mencetuskan keluhan pada orang sehat dengan hasil penelitian Andre, Machmud, dan
(Djojoningrat, 2010). Andre (2013), yang Mumi (2013) yang menyatakan bahwa pola
menyatakan keadaan stres yang berat dikaitkan makan penderita dispepsia fungsional yaitu
dengan asupan tinggi lemak, kurang buah dan makan tidak teratur 23 orang (57,5%).
sayuran, lebih banyak cemilan, dan penurunan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
frekuensi sarapan pagi, sehingga pada pola oleh Ervianty (2008) dalam Sorong,
makan yang tidak teratur tersebut dapat Pangemanam, dan Untu (2013) bahwa 48
menyebabkan dispepsia. Hal ini dapat respnden subjek tentang faktor yang
membuat pasien sindrom dispepsia stres akan berhubungan dengan kejadian sindrom
mengakibatkan resiko terhadap sindrom dispepsia, didapatkan salah satu faktor yang
dispepsia. berhubungan dengan kejadian sindrom
e. Perilaku Merokok dispepsia adalah pola makan. Haapalathi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah (2004) dalam Susanti (2011) ditemukan ada
dilakukan, didapatkan bahwa mayoritas pengaruh pola makan terhadap dispepsia. Pola
perilaku merokok yaitu tidak merokok dengan makan yang tidak teratur mungkin menjadi
jumlah 31 orang responden (59,6%). Hal ini predisposisi untuk gejala gastrointestinal yang
juga didukung dengan hasil penelitian menghasilkan hormon-hormon gastrointestinal
Setyono, Prastowo, dan Saryono (2006), yang yang tidak teratur sehingga akan
menyatakan bahwa data perilaku merokok mengakibatkan terganggunya motilitas
menunjukkan sebagian besar penderita tidak gastrointestinal.
merokok yaitu 37 responden (88,1%). Frekuensi makan yang tidak teratur,
Elizabet (2010) dalam Purnamasari (2017) jumlah makan yang tidak sesuai, dan jeda
perokok pasif ialah seseorang yang tidak makan yang terlalu lama dapat mencetuskan
memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa sindrom dispepsia. Jika proses ini terlalu lama,
harus menghisap asap rokok yang maka produksi asam lambung akan berlebihan
dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung
ada didekatnya. dan menimbulkan keluhan berupa mual
Perokok pasif bisa didapatkan oleh (Sorong et al., 2013). Susilawati,
keluarganya sendiri atau orang disekitarnya Biarawan, & Waleleng (2013) yang
yang perokok aktif, sehingga dapat menyatakan produksi asam lambung
menimbulkan terjadinya dispepsia. Perokok berlangsung terus-menerus sepanjang hari.
pasif mempunyai risiko yang sama dengan pengaturan sekresi lambung terdapat beberapa
perokok aktif karena perokok pasif juga fase termasuk fase sefalik yang dimulai
menghirup kandungan karsinogen (zat yang bahkan sebelum makanan masuk ke lambung
memudahkan timbulnya kanker yang ada yang berasal dari korteks serebri yang
dalam asap rokok) dan 4.000 partikel lain yang kemudian diantar oleh nervus vagus ke
ada diasap rokok, sebagaimana yang dihirup lambung yang mengakibatkan kelenjar gastrik
oleh perokok aktif). Setyono Prastowo & terangsang untuk menyekresi HCL,
Saryono (2006) rokok menyebabkan pepsinogen, dan menambahkan mukus.
penurunan tekanan spingter esofagus bagian Djojodiningrat (2009) pola makan merupakan
bawah sehingga menyebabkan refluk salah satu faktor yang berperan pada kejadian
gastroesofagus dan menganggu pengosongan dispepsia. Makan yang tidak teratur, kebiasaan
lambung, hal ini menjadikan perokok pasif makan yang tergesah-gesah dan jadwal yang
rentan terhadap kejadian sindrom dispepsia. tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia.
f. Pola Makan Pola makan tidak teratur berisiko mengalami
Berdasarkan hasil penelitian yang telah berbagai keluhan diantaranya nyeri bagian
dilakukan 52 orang responden tentang pola perut sampai ke ulu hati , mual, muntah dan
makan pasien sidrom dispepsia, menunjukkan bersendawa yang mengakibatkan timbulnya
bahwa sebagian besar pasien sindrom dispepsia.
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 827
g. Jenis Makan dan Minuman Iritatif dari bagian fundus lambung. Faktor yang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah mempengaruhi kebiasaan konsumsi makan
dilakukan terhadap 52 orang responden pada setiap individu diantara dari lingkungan
tentang jenis makan dan minuman iritatif keluarga, sosial dan budaya yang dimiliki
pasien sindrom dispepsia, menunjukkan bahwa setiap individu.
sebagian besar pasien sindrom dispepsia
memilki jenis makan dan minuman kelompok SIMPULAN
iritatif, yaitu 40 orang responden (76,9%), Penelitian yang dilakukan di Wilaya
sedangkan jenis makan dan minuman Puskesmas Rumbai dapat kesimpulan sebagian
kelompok tidak iritatif, yaitu 12 orang besar responden berumur yaitu 26-36 tahun
dengan jumlah 20 orang responden (38,5%).
responden (23,1%). Hal ini juga didukung Mayoritas adalah perempuan dengan jumlah
dengan hasil penelitian Nasution, Aritonang, 37 orang responden (71,2%). Mayoritas suku
dan Nasution (2016) yang menyatakan jenis responden yaitu minang dengan jumlah 23
makan dan minuman iritatif pada pasien orang responden (44,2%). Mayoritas
sindrom dispepsia dari 44 orang (75%). pekerjaan responden yaitu ibu rumah tangga
Berdasarkan penelitian Dewi (2017), dengan jumlah 32 orang responden (61,5%).
yang meneliti tentang hubungan makanan dan Mayoritas perilaku merokok yaitu tidak
minuman iritatif dengan sindrom dispepsia merokok dengan jumlah 37 orang responden
diketahui bahwa jumlah responden yang (88,1%).
Menunjukkan bahwa sebagian besar
mengkonsumsi makanan dan minuman iritatif
pasien sindrom dispepsia memiliki pola makan
lebih banyak mengalami sindrom dispepsia. yang teratur, yaitu 9 orang responden (17,3%),
Makan makanan pedas berlebihan akan sedangkan pola makan yang tidak teratur yaitu
merangsang sistem pencernaan, 43 orang responden (82%). Pasien sindrom
terutamalambung dan usus yang berkontraksi. dispepsia memiliki jenis makan dan minuman
Hal ini akan menimbulkan rasa panas dan kelompok iritatif, yaitu 40 orang responden
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan (76,9%), sedangkan jenis makan dan minuman
muntah. Bila kebiasaan mengkonsumsi iritatif kelompok tidak iritatif, yaitu 12 orang
makanan lebih dari satu kali dalam seminggu responden (23,1%).
selama minimal enam bulan dibiarkan terus
menerus dapat menyebabkan iritasi pada SARAN
lambung. Beberapa jenis makanan timbul 1. Perkembangan ilmu keperawatan
dispepsia adalah makanan yang berminyak dan Bagi perkembangan ilmu keperawatan,
berlemak. Makanan tersebut lambat dicerna hasil penelitian ini dapat menjadikan
dan menimbulkan peningkatan tekanan di salah satu sumber informasi dan
lambung. Proses pencernaan ini membuat memperkaya pengetahuan keperawatan
katup antara lambung dengan kerongkongan mengenai konsep sindrom dispepsia yang
(lower esophageal sphincter/LES) melemah berada di masyarakat.
sehingga asam lambung dan gas akan naik ke 2. Bagi masyarakat
kerongkongan. Bagi masyarakat penelitian ini bisa
Putri (2014) yang menunjukkan meningkatkan ilmu pengetahuan mereka
perbedaan dari presentase frekuensi kebiasaan dan dapat mencegah terjadinya sindrom
mengkonsumsi makanan pedas, asam, dan dispepsia
minuman iritatif (kopi, teh, alkohol dan 3. Institusi kesehatan
minuman berkarbonasi) secara umum pada Hasil penelitian ini dapat digunakan
masing-masing responden dikarenakan setiap sebagai bahan masukan bagi institusi
individu memiliki selera berbeda dalam kesehatan terutama Puskesmas untuk
memilih makanan yang akan dikonsumsi. merencanakan pendidikan kesehatan
Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem mengenai dispepsia.
saraf pusat sehingga dapat meningkatkan
aktivitas lambung dan sekresi hormon gastritis UCAPAN TERIMAKASIH
pada ambung dan pepsin. Hormon gastrin Terima kasih yang tak terhingga atas bantuan
yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
efek sekresi getah lambung yang sangat asam penyelesaian laporan penelitian ini.
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 828
1
Rahma Nugroho: Mahasiswa Fakultas Harahap, Y. (2009). Karakteristik penderita
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. dispepsia rawat inap di RS Marthara
2 Friska Medan tahun 2007. Skripsi.
Safri: Dosen Departemen Keperawatan
Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Riau, Indonesia. Universitas Sumatera Utara, Medan.
3 Hawari, D. (2001). Manajemen stress, cemas,
Sofiana Nurchayati: Dosen Departemen
Keperawatan Medikal Bedah Fakultas dan depresi. Jakarta : Fakultas
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. Kedokteran Universitas Indonesia.
Hemriyantton, B., Arifin, H., & Murni, A. W.
DAFTAR PUSTAKA (2017). Hubungan depresi terhadap
Abdeljawad, K., Wehbeh, A., & Qayed, E. tingkat kepatuhan dan kualitas hidup
(2017). Low Prevalence of Clinically pasien sindrom dispepsia. Jurna Sains
Significant Endoscopic Findings in Farmasi & Klinis, 3(2). Diperoleh
tanggal 17 mei 2017 dari
Outpatients with Dyspepsia.
http://jsfkonline.org.
Gastroenterology Research and Practice,
Irwan, A. T. (2015). faktor resiko terhadap
volume 2017, article ID 3543681, 7
kejadian dispepsia di Instalasi Rawat Inap
pages. Diperoleh tanggal 22 januari 2017
RSUD Cidere Kabupaten Majalengka.
dari
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
http://doi.org/10.1155/2017/13543681. Medisina AKPER YPIB Majelengka, 1(2),
Andre, Y., Machmud, R., & Murni, A. W. 1-10.
(2013). Hubungan pola makan dengan Muya, Y., Murni, A. W., & Herman, R. B.
kejadian depresi pada penderita Dispepsia (2011). Karakteristik penderita Dispepsia
Fungsional. Jurnal Kesehatan Andalas, Fungsional yang Mengalami
2(2), 73–75. Kekambuhan di Bagian Ilmu Penyakit
Armi. (2014). Hubungan stres dengan kejadian Dalam RSUP Dr . M . Jurnal Kesehatan
dispepsia pada karyawan Perum Peruri di Andalas, 4(2), 490–496.
Karawang Barat 2014. Diperoleh tanggal Nasution, K. N., Aritonang. Y. E., & Nasution,
18 januari 2018 dari E. (2016). Hubungan pola makan dengan
http://stikes.wdh.ac.id/media/pdf/manuskr kejadian sindrom dispepsia pada
ip_ns.armi,_m.kep_2014.pdf Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Depkes RI (2009). Pengertian pola makan Masyarakat Universitas Sumatra Utara
menurut Depkes RI. Diperoleh tanggal 19 tahun 2015. Diperoleh tanggal 19 januari
februari 2014. 2016 dari
Dewi. (2017). Hubungan pola makan dan http://jurnal.usu.ac.id/gkre/article/view/12
karakteristik individu terhadap sindrom 364.
dispepsia pada mahasiswa angkatan Purnamasari, L. (2017). Faktor risiko,
2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran klasifikasi, dan terapi sindrom dispepsia.
Universitas Hasanuddin. Skripsi. Continuing Medical Education, 44(12),
Universitas Hasanuddin. Makassar. 870–873.
Djojodiningrat, D. (2014). Pendekatan klinis Putri, R. N., Ernalia, Y., & Bebasari, E.
penyakit gastrointestinal. In: Setiati, S., (2014). Gambaran sindroma dispepsi
Alwi, I., Sudoyo , A. W., Simadibrata, fungsional pada mahasiswa Fakultas
M., Setyohadi, B. editors: buku ajar ilmu Kedokteran Universitas Riau Angkatan
penyakit dalam jilid II. (6th ed). Jakarta : 2014. JOM FK, 2(2), 3-18.
Pusat Dapertemen Ilmu Penyakit dalam Rahmaika, B. D. (2014). Hubungan antara
Fakultas Kedokteran Universitas stress dengan kejadian dispepsia di
Indonesia. Puskesmas Purwodiningrat Jebres
Dwigint, S. (2015). The relation of diaet Surakarta. Naskah Publikasi. Fakultas
pattern to dyspepsia syndrome in college Kedokteran Universitas Muhammadiyah
students. J Majority, 4(1), 73–80. Surakarta.
Fitriani, E. (2012). Pola kebiasaan makan Riani. (2015). Hubungan tidak sarapan pagi,
orang lanjut usia, Humanus, XI(2) hal jenis makanan dan minuman yang
memicu asam lambung dengan kejadian
134-144
JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 829
dispepsia pada remaja usia15-19 tahun di Susilawati, Palar, S., & Waleleng, B. J.,
desa tambang tahun 2015. Jurnal (2013). Hubungan pola makan dengan
Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai kejadian sindrom dispepsia fungsional
Riau, 2(2), 45-51.
Setyono, J., Prastowo, A., & Saryono. (2006). pada remaja di Madrasa Aliyah Negeri
Karakteristik penderita dispepsia di Model Manado. Jurnal Ilmiah
RSUD Prof . Dr. Margono Soekarjo Kedokteran Klinik, 1(2), 23-33.
Purwokerto. Jurnal Keperawatan Sofro, M., & Anurogo, D. (2013). 5 menit
Soedirman, 1(1), 27–31. memahami 55 problematika kesehatan.
Sorong, I. M., Pangemanan, D. H. C., & Untu, Yogyakarta: D-Medika.
F. M. (2013). Hubungan antara pola Sudoyo, AW., dkk. (2009). Buku ajar ilmu
makan dengan kejadian sindroma
dispepsia pada siswa-siswi kelas Xi Di penyakit dalam; edisi V jilid I. Jakarta;
Sma Negeri 1 Manado. Ejournal Interna Publising
Keperawatan, 1(1), 1-6.

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 830

Anda mungkin juga menyukai