Anda di halaman 1dari 31

By

ESSY SONONTIKO SAYEKTI


DEFINISI
• Penyakit yang ditandai adanya respon
berlebihan dari trakhea dan bronkus
terhadap berbagai macam rangsangan yang
mengakibatkan penyempitan saluran
pernafasan yang tersebar luas di seluruh
paru dan yang derajatnya dapat berubah
secara spontan setelah pengobatan
• Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan
obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan
obsktrusi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus.
• Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif
3

Patologis
• Penyakit Asma (Asthma)
adalah suatu penyakit
kronik (menahun) yang
menyerang saluran
pernafasan (bronchiale)
pada paru dimana terdapat
peradangan (inflamasi)
dinding rongga bronchiale
sehingga mengakibatkan
penyempitan saluran nafas
yang akhirnya seseorang
mengalami sesak nafas.
. Skema Terjadinya Asma Bronkiale
Hereditary Predisposition

Specific Extrinsik Respiratory Infection

Allergen
Responsive

Bronchi

Specific Respiratory Physical- Respiratory Emotional,


Allergen Infection Chemical Strain Stress

Irritant (exertion)
ASTHMA
Asthma Triggers:
• Viral/Bacterial infections
• Chemical irritants: industrial, household
•Air pollution: CO, ozone
•Tobacco smoke
•Dust mite/cockroach allergens
•Animal dander, urine
•Exercise, cold air, emotion, stress

Inflammation

Airway Hyper-responsiveness Airflow Obstruction

Asthma Symptoms
Epidemiologi

 Determinan :
 Host :
 Riwayat alergi
 Faktor Keturunan :
 Ayah ibu alergi : 75% anak alergi

 Ayah atau ibu alergi : 50% anak alergi


Epidemiologi
 Determinan :
 Agen :
 Alergen inhalasi :

 Tungau debu rumah


 Tepung sari
 Bulu binatang
 Air liur
 Kecoa
 jamur
 Determinan :
 Agen :
 Alergen ingestan :
 Bahan makanan
 Obat-obatan
 Alergen kontaktan :
 Salep
 Logam (perhiasan, dll)
PENYEBAB
Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
 Reaksi antigen-antibodi
 Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang
Faktor Intrinsik (asma non imunologi /
asma non alergi)
 Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
 Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
 Iritan : kimia
 Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
 Emosional : takut, cemas dan tegang
 Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
TANDA DAN GEJALA
Stadium dini
 Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
o Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
o Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
o Whezing belum ada
o Belum ada kelainan bentuk thorak
o Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
o BGA belum patologis
 Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
o Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
o Whezing
o Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
o Penurunan tekanan parsial O2
Stadium Lanjut
o Batuk, ronchi
o Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
o Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
o Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
o Thorak seperti barel chest
o Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
o Sianosis
o BGA Pa O2 kurang dari 80%
o Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler
kanan dan kiri
o Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
Penyempitan saluran nafas, terjadi ok :
1. Kontraksi otot polos bronkus
2. Edema mukosa bronkus
3. Akumulasi dahak yang kental
Airway Inflammation and Smooth Muscle
Reactivity
Merck Pharmaceuticals
 Asma allergen/asma ekstrinsik
 Asma non allergen/intrinsik
Klasifikasi
Asma ekstrinsik
 Allergen p.u. diketahui
 Test kulit positif
 IgE meningkat pada 60% penderita
 Onset biasanya pada anak-anak dan dewasa muda
 Asma intermitten
 Derajat asma bervariasi
 Riwayat alergi keluarga positif
Asma intrinsik
◦ Allergen tidak diketahui
◦ Test kulit negatif
◦ IgE normal atau rendah
◦ Onset biasanya pada orang tua
◦ Asma terus menerus
◦ Asma pada umumnya berat
◦ Jarang ada riwayat alergi pada keluarga

Klasifikasi
 PEMERIKSAAN SPUTUM
 PEMERIKSAAN DARAH
 PEMERIKSAAN RADIOLOGI
 FAAL PARU
 SCANNING PARU

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Komplikasi
 Pneumotoraks
 Pneumodiastinum dan erofirema subkutis
 Atelektasis
 Gagal nafas
 Bronkitis
 Fraktur iga
Fisioterapi
bertujuan :
 menghilangkan bronkospasme
 membantu relaksasi & meningkatkan pengaturan pernafasan
 membantu / menghilangkan / mengeluarkan dahak
 mengatur gerakan pernafasan
 Pengobatan Asma dapat dilakukan
dengan
 Menghindari rangsangan
 Mengurangi / meniadakan akibat rangsangan
 Pengobatan serangan sesak
 Pencegahan serangan sesak dengan obat
 Menghindari Rangsangan
 Hal-hal yang dapat mengakibatkan
seseorang sesak, antara lain :
 Keradangan / infeksi jalan nafas
 Rangsangan bahan yang berakibat alergik
 Rangsangan bahan non alergik
 Stress / kelelahan psikis – fisik

Pengobatan Asma
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengumpulan data
 Identitas klien
 Keluhan utama: Biasanya pada klien dengan asma bronchiale
mengeluh sesak nafas, nafas berat dan sulit bernafas
 Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit yang pernah diderita
sebelumnya seperti sesak nafas batuk dan disertai dahak dan alergi.
 Riwayat kesehatan sekarang Ditanyakan : -
Kapan terjadinya
Sering / kadang-kadang
Batuk produktif atau non produktif
sputum dan warna
Riwayat kesehatan keluarga: Biasanya merupakan faktor keturunan
dari salah satu anggota keluarga.
Riwayat Penyakit Dahulu: ISPA, riwayat asma dan alergen yg
dicurigai, riwayat pengobatan
POLA FUNGSI KESEHATAN
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
• Meliputi persepsi klien terhadap kesehatan dan penyakitnya.
• Apa yang dilakukan klien bila merasa sakit
• Gaya hidup sesuai dengan kondisi yang tidak menimbulkan serangan asma
Pola nutrisi dan metabolisme
• Meliputi makanan klien dalam sehari
Pola aktivitas dan latihan
• Gangguan aktivitas / kebutuhan istirahat, akibat sesak nafas
dan batuk sehingga dapat menghambat aktivitas sehari-hari
termasuk pekerjaan harus dibatasi.
Pola eliminasi
• Pada pola ini klien tidak mengalami gangguan
Pola tidur dan istirahat
• Pada pasien ini mengalami gangguan pada pola tidur yang
diakibatkan sesak nafas dan batunya
Pola sensori dan kognitif
 Bagaiman Klien dalam menghadapi penyakitnya, apakah dapat
mengerti cara penanggulangan pertama jika kambuh penyakitnya
Pola persepsi dan konsep diri
 Persepsi klien tentang penyakitnya dan bagaiman konsep diri
dalam menghadapi penyakit yang dideritanya
Pola hubungan dan peran
 Dalam hal ini hubungan dan peran klien terganggu karena klien
mungkin merasa bahwa dirinya orang yang sakit-sakitan
Pola reproduksi dan sexual
 Mengalami gangguan akibat penurunan libido yang diakibatkan
sesak nafas yang ia alami.
Pola penanggulangan stress
 Bagaimana klien menghadapi masalah yang membebaninya
sekarang, cara penanggulangannya. Stres sebagai pencetus faktor
ekstrinsik terjadinya serangan dan cara menanggulanginya
PEMERIKSAAN FISIK
BREATHING
Keadaan umum: Yang perlu dikaji kesadaran, TTV, sesak nafas dan batuk, suara
tambahan (whezing, ronchi)
Dada
Inspeksi : Pada klien asma terlihat pergerakan
otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung, sifat
irama pernafasan
Palpasi : Meliputi pergerakan dada kanan + kiri
simetris atau tidak, ada atau tidaknya nyeri tekan. Taktil
fremitus normal
Perkusi : Klien asma suara ketok sonor antara
dada kanan dan kiri.
Auskultasi : ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih
dari 3 kali inspirasi, Terdapat suara tambahan, berupa
whezing ronchi.
• B2 (Blood): status kardiovaskuler keadaan
hemodinamik seperti nadi, TD, dan CRT
• B3 (Brain): kesadaran
• B4 (Bladder): vol output urine, oliguri tanda
syok
• B5 (Bowel): dispnea saat makan,
hipermetabolisme
• B6 (Bone): aktifitas pencetus asma
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme :
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi
kental : penurunan energi/kelemahan
• Ketidakefektifan pola nafas b.d hioksemia, gagal nafas dan
peningkatan kerja nafas
• Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen,
kerusakan alveoli
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan masukan oral
• Gangguan ADL b.d kelemahan fisik umum keletihan
• Kecemasan berhubungan dengan sesak nafas.
• Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal
sumber informasi
Intervensi dx 1
• Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki
• Kaji/pantau frekuensi pernafasan
• Catat adanya/derajat diespnea mis : gelisah, ansietas, distres pernafasan,
penggunaan otot bantu
• Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
• Pertahankan polusi lingkungan minimum
• Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir
• Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah
• Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan
memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makanan
• Berikan obat sesuai indikasi
• Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada
Intervensi dx 3
• Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori,
nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang
• Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai
kebutuhan / toleransi individu.
• Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.
• Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi
tambahan.
• Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.
• Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
• Awasi tanda vital dan irama jantung.
• Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.
• Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien
Intervensi Dx 4
– Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan,
evaluasi BB.
– Avskultasi bunyi usus.
– Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
– Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan
makan porsi kecil tapi sering.
– Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
– Hindari maknan yang sangat panas / dingin.
– Timbang BB sesuai induikasi.
– Kaji pemeriksaan laboratorium, ex : alb.serum

Anda mungkin juga menyukai