Anda di halaman 1dari 17

TREN DAN ISU SISTEM MUSKULOSKELETAL DENGAN

KASUS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS)


DENGAN INTERVENSI DEEP TISSUE MASSAGE

Dosen Pengampuh :

Ns. Rizkan Halalan Djafar S.Kep., M.Kep

Mata Kuliah :

Trend dan Issue Keperawatan

Oleh :
Kelas 7A Keperawatan Kelompok 3
1. Rahmawati Sasaerila (1801094)
2. Riyandi Hamundu (1801062)
3. Mustika Reni (1801018)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMUKESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAMANADO TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

‫يم‬
ِ ‫س ِم هللاِ ال َّر ْحم ِن ال َّر ِح‬
ْ ‫ِب‬

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji saya haturkan kepada Allah SWT dan semoga hidayah dan
inayah selalu tercurahkan kepada saya sehinggah bisa menyelesaikan makalah ini.
Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa umatnya dari alam yang tidak tahuan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Saya berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi
saya khususnya dan pembaca pada umumnya.
Adapun dalam penyususnan makalah ini terdapat berbagai kesalahan baik
dalam penulisan atau penempatan kata serta dalam mendefinisikan isi makalah.
Oleh karana itu kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Manado, 2021

2
Daftar Isi
KATAPENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1. Latar
Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
2.1 Pengertian Sistem Muskuloskeletal.................................................................6
2.2 Anatomi Sistem Muskuloskeletal.....................................................................6
2.3 Muskuler / Otot.................................................................................................7
a. Fungsi Sistem Muskulos...............................................................................7
b. Jenis-jenis Otot..............................................................................................7
c. Struktur Mikroskopis Otot............................................................................8
d. Tendon..........................................................................................................9
e. Ligamen......................................................................................................10
f. Skeletal / Sistem Rangka............................................................................10
2.4 Trend dan Issue Keperawatan Sistem Muskuloskeletal...............................12

2.4.1 MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)...............................12

2.4.2 PENERAPAN DEEP TISSUE MASSAGE......................................14

BAB III PENUTUP..........................................................................................16

3.1 Kesimpulan............................................................................................16

3.2 Saran.....................................................................................................16
BAB IV DAFTAR PUSTAKA..........................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluhan pada sistem muskuloskeletal telah menjadi trend penyakit terbaru berkaitan
dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara industri
(Chung, 2013). Keluhan muskuloskeletal atau Musculoskeletal Disorder (MSDs) bersifat
kronis, disebabkan adanya kerusakan pada tendon, otot, ligament, sendi, saraf, kartilago,
atauspinal disc biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri, gatal dan pelemahan fungsi.
Keluhan ini dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pekerjaan contohnya
peregangan otot berlebih, postur kerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif, dan lingkungan
seperti getaran, tekanan dan mikroklimat (Tarwaka, 2013).

Pada tahun 2007, perawat di Amerika Serikat menduduki peringkat ketujuh diantara
seluruh pekerja yang menderita MSDs, dan insiden cedera \muskuloskeletal 4.62/100 perawat
per tahun (Shafiezadeh, 2011). Data dari The Taiwan National Health Insurance Research
Database selama tahun 2004 – 2010, dari 3914 perawat, 3004 orang perawat menderita
MSDs (76.24%). Namun keterangan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2007, di Indonesia belum terdapat data yang signifikan sehubungan bahaya di rumah sakit
khususnya keluhan muskuloskeletal. Sedangkan, literatur dan penelitian sebelumnya lebih
banyak dilakukan pada pekerja industri.

Shafiezadeh (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diantara petugas kesehatan


yang bekerja di rumah sakit, perawat memiliki tingkat resiko tertinggi terhadap keluhan
muskuloskeletal karena mereka merupakan kelompok terbesar yang bekerja di rumah sakit.
Perawat memberikan pelayanan keperawatan selama 24 jam penuh terlebih perawat Instalasi
Gawat Darurat (IGD). Perawat IGD dituntut memberikan pelayanan secara sigap, cermat,
cekatan serta tepat baik untuk klien maupun keluarga sesuai dengan standart operasional
prosedur (SOP) yang telah ditentukan. Dalam penelitian Kasmarani (2012) menemukan
bahwa tingkat beban kerja mental 70,1 % berpengaruh pada stress kerja perawat IGD.

Anatomi adalah ilmu yg mempelajari suatu bangun atau suatu bentuk dengan mengurai-
uraikannya ke dalam bagian-bagiannya. Dilihat dari sudut kegunaan, bagian paling penting
dari anatomi khusus adalah yang mempelajari tentang manusia dengan berbagai macam
pendekatan yang berbeda. Dari sudut medis, anatomi terdiri dari berbagai pengetahuan
tentang bentuk, letak, ukuran, dan hubungan berbagai struktur dari tubuh manusia sehat

4
sehingga sering disebut sebagai anatomi deskriptif atau topografis. Kerumitan tubuh manusia
menyebabkan hanya ada sedikit ahli anatomi manusia profesional yang benar-benar
menguasai bidang ilmu ini; sebagian besar memiliki spesialisasi di bagian tertentu seperti
otak atau bagian dalam.

Anatomi tubuh sangat penting untuk dipelajari khususnya bagi mahasiswa kesehatan.
Sebab ketika sudah di rumah sakit sebagai tenaga kesehatan dituntut untuk dapat melayani
pasien. Untuk itulah makalah ini dibuat, sebagai langkah awal untuk mempelajari anatomi
tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Muskuloskeletal
2. Apa saja tren dan isu pada sistemn muskuloskeletal

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi keluhan pada sistem muskuloskeletal

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat mengetahui apa saja tren dan isu Keperawatan Tentang sistem
Muskuloskeletal
1.4 Manfaat penulisan
Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran perawat Instalasi Gawat
Darurat ketika beraktivitas sehingga faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan
muskuloskeletal dapat diminimalisir. dan bagi Isntitusi pendidikan Hasil penelitian dapat
digunakan sebagai bahan bacaan dan pertimbangan perlunya adanya materi Occupational
Health Nursing atau kesehatan dan keselamatan kerja bagi mahasiswa keperawatan.

5
BAB II
PEM BAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo)dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuhyang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik(gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yangmemungkinkan
tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

1. Kerangka tubuh

Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh.

2. Proteksi

Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak


dilindungioleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga
dada (cavum).

3. Ambulasi & Mobilisasi

Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh dan

4. perpindahan tempat.
5. Hemopoesis

Berperan dalam pembentukan sel darah pada red marrow.

6. Deposit Mineral

Tulang mengandung 99 % kalsium & 90 % fosfor tubuh.

2.2 Anatomi Sistem muskuloskeletal

Muskuloskeletal terdiri atas :

1. Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan ligamen

6
2. Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi

2.3 Muskuler / Otot


Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih
dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan
pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di
bawah permukaan kulit.

a. Fungsi sistem muskuler/otot:

1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat
dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.

2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur.Otot menopang rangka dan


mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap
gaya gravitasi.

3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk


mepertahankan suhu tubuh normal.

Ciri-ciri sistem muskuler/otot:

1. Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak
melibatkan pemendekan otot.

2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.

3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihi


panjang otot saat rileks.

4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.

b. Jenis-jenis otot

7
Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
1. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
2. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
3. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.

c. Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka


1) Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut
berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
2) Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak
nukleus ditepinya.
3) Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-macam
organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan myofibril.
4) Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya :
5) yang kasar terdiri dari protein myosin
6) yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem
sirkulasi darah.
1) Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.
2) Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi
pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil.
3) Kontraksinya kuat dan lamban.
Struktur Mikroskopis Otot Polos
• Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-myofilamen.
Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk
berkontraksi.
1) Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah
besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan
lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.

8
2) Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam
lapisan dinding organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu
berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau
miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas
listrik spontan.
Otot Jantung
1) Merupakan otot lurik
2) Disebut juga otot seran lintang involunter
3) Otot ini hanya terdapat pada jantung
4) Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai
masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Struktur Mikroskopis Otot Jantung
• Mirip dengan otot skelet
• Gambar .1

Otot Rangka Otot Polos Otot Jantung

Kerja Otot
1. Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
2. Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
3. Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
4. Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
5. Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
6. Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)

d. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang
terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang dengan
otot atau otot dengan otot.

9
Gambar.2
Tendon

e. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan
elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan
tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
1. Ligamen Tipis
Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang ada di
siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.
2. Ligamen jaringan elastik kuning.
Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat
sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.

Gambar.3
Ligamen

f. Skeletal / sistem rangka

Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh kita
memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian terpenting adalah tulang

10
belakang.

Fungsi Sistem Skeletal :


1. Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
2. Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot-
otot yang.
3. Melekat pada tulang
4. Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah satu
jaringan pembentuk darah.
5. Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium daridalam darah
misalnya.
6. Hemopoesis
Struktur Tulang
1. Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup
(matriks).
2. Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
3. Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam mineral.
4. Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan dibentuk.
5. Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit (sel tulang
dewasa).
6. Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan tulang).

Jaringan tulang terdiri atas

a. Kompak (sistem harvesian matrik dan lacuna, lamella intersisialis)

b. Spongiosa (trabecula yang mengandungsumsumtulang dan


pembuluhdarah)
Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya
1. Tulang Kompak
a. Padat, halus dan homogen
b. Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung ’yellow bone
marrow”.
c. Tersusun atas unit : Osteon  Haversian System
d. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat pembuluh
darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik (lamellae).

11
e. Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang disebut
periosteur, membran ini mengandung:
- Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang
- Osteoblas
2. Tulang Spongiosa
a. Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula.
b. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.
c. Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang mengandung
pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.
d. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada ujung tulang
lengan dan paha.
Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya
1. Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna
2. Tulang pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan
pergelangan kaki
3. Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang rusuk
dan sternum
4. Tulang tidak beraturan contoh : vertebra, tulang muka, pelvis
Pembagian Sistem Skeletal
Axial / rangka aksial, terdiri dari :
1) Tengkorak kepala / cranium dan tulang-tulang muka
2) Columna vertebralis / batang tulang belakang
3) Costae / tulang-tulang rusuk
4) Sternum / tulang dada
Appendicular / rangka tambahan, terdiri dari :
1) Tulang extremitas superior
a. korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang berbentuk segitiga) dan clavicula
(tulang berbentuk lengkung).
b. lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku.
c. lengan bawah, mulai dari siku sampai pergelangan tangan.
d. Tangan

2) Tulang extremitas inferior: korset pelvis, paha, tungkai bawah, kaki.

12
2.4 Tren dan isu Keperawatan Pada Sistem Muskuloskeletal

2.4.1 MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah gangguan yang mempengaruhi fungsi


normal sistem muskuloskeletal akibat paparan berulang berbagai faktor risiko di
tempat bekerja. Sistem muskuloskeletal meliputi tendon, bantalan tendon (tendon
sheath), ligamen, bursa, pembuluh darah, sendi, tulang, otot, dan persarafan. MSDs
terjadi tidak secara langsung melainkan kombinasi dan akumulasi dari cedera yang
terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. MSDs
menyebabkan permasalahan kerja yang signifikan akibat peningkatan kompensasi
biaya kesehatan, penurunan produktivitas, dan rendahnya kualitas hidup. Secara
global, MSDs berkontribusi sebesar 42%–58% dari seluruh penyakit terkait pekerjaan
dan 40% dari seluruh biaya kesehatan terkait pekerjaan. Biaya kerugian akibat MSDs
diperkirakan mencapai ratarata 14.726 dolar pertahun atau sekitar 150 juta rupiah.2,3
Sehingga, permasalahan MSDs bila tidak segera diobati dan dicegah dapat
menyebabkan proses kerja terhambat dan tidak maksimal.

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah penyakit yang mempunyai gejala yang


menyerang otot, syaraf, tendon, ligamen tulang sendi, tulang rawan, dan syaraf tulang
belakang. Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktifitas pekerjaan
sehari-hari, adanya masa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh
memungkinkan kita untuk dapat menggerakan tubuh. Bekerja berarti tubuh akan
menerima beban dari luar tubuhnya, beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun
beban mental.

Keluhan Musculoskeletal Disorders adalah keluhan pada bagian-bagian otot


skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai
sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu
yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen
dan tendon.

Satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160
pekerja mengalami sakit akibat kerja dan angka kematian dikarenakan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Masalah kesehatan di
Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja
berhubungan dengan pekerjaannya diantaranya penyakit MSDs sebanyak 16%.

13
Data dari Puskesmas Rumbio Jaya (2011), dalam pencatatannya menyebutkan
terdapat 10 kasus penyakit pada pekerja informal yang terdiri dari penyakit gangguan
sendi dan musculoskeletal, serta di posisi kedua dengan jumlah kasus 30 dari 146
kasus penyakit yang ada. Hal tersebut dapat menyebabkan masalah kecacatan seperti
dislokasi tulang dan sendi. Muskuloskeletal disorders (MSDs) merupakan gangguan
pada sistem muskuloskeletal yang disebabkan oleh pekerjaan dan performansi kerja
seperti postur tubuh tidak alamiah, beban, durasi dan frekuensi serta faktor individu
(usia, masa kerja, kebiasaan merokok, IMT dan jenis kelamin).

2.4.2 PENERAPAN DEEP TISSUE MASSAGE


Seseorang bisa menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menggunakan gadget,
dan tanpa disadari ada keluhan muskuloskeletal yang mengincar akibat penggunaan
gadget yang tidak ergonomis. Salah satu keluhan musculoskeletal berupa
penyimpangan postur tubuh yang terjadi akibat penggunaan gadget yang tidak
ergonomis adalah forward head posture.
Forward head posture (FHP) adalah penyimpangan postur berupa peningkatan
angular excursion pada aspek upper dan lower cervical spine. FHP berkaitan erat
dengan sindrom muscle imbalance. Muscle imbalance adalah sebuah sindrom yang
ditandai oleh pola spesifik berupa kekakuan otot dan kelemahan otot pada sisi yang
berseberangan antara ventral dan dorsal tubuh. FHP ditandai oleh kelemahan otot deep
flexor muscle dan kekakuan otot sternocleidomastoideus (SCM), suboccipital dan
scalenus.
Penatalaksanaan fisioterapi pada penderita FHP difokuskan pada upaya untuk
mengurangi tightness dan upaya koreksi postur. Salah satu metode yang populer
digunakan oleh fisioterapis untuk mengurangi tightness otot adalah massage. Teknik
massage yang digunakan adalah Deep Tissue Massage (DTM). DTM adalah teknik
massage dengan tekanan yang lebih dalam dan gerakan yang pelan. Teknik ini mampu
menjangkau otot yang lebih dalam sehingga lebih baik dalam mengurangi tightness
otot. Sebagai upaya koreksi postur, fisioterapis dapat menggunakan metode McKenzie
Neck Exercise.

14
Latihan ini mampu meningkatkan fleksibilitas otot leher, membantu mengurangi
spasme pada otot leher, meningkatkan lingkup gerak sendi yang terbatas, serta
mengembalikan postur leher pada posisi yang anatomis. Standar penatalaksaan
fisioterapi di klinik memberikan modalitas berupa Microwave Diathermy (MWD).
MWD adalah modalitas thermal yang mampu menjangkau jaringan yang lebih dalam
yang mampu memberikan efek terapi untuk mengurangi problematika patologis
jaingan lunak.

INTERVENSI
Salah satu metode yang populer digunakan oleh fisioterapis untuk mengurangi
tightness otot adalah massage. Teknik massage yang digunakan adalah Deep Tissue
Massage (DTM) dengan tekanan yang lebih dalam dan gerakan yang pelan. Sedangkan
Massage memiliki beberapa efek secra umum, di antaranya adalah :

1. Menambah kondisi relaksasi


2. Memiliki aksi obat penenang dan sangat bermanfaat untuk menenangkan saraf,
stres dan ketegangan bisa dikurangi, sakit kepala , tegang terhalau dan pola
insomnia rusak.
3. Massage dapat menghidupkan kembali dan merangsang sistem saraf pusat
4. Jaringan akan menghangatkan tubuh dan meningkatkan sirkulasi
5. Aliran getah bening meningkat, membantu untuk menyingkirkan limbah dan zat
beracun.

Deep Tissue Massage memiliki efek yakni mennonaktifkan trigger point pada otot
yang tightness. Tekanan yang diberikan pada teknik deep tissue massage dalam dan
pelan. Sehingga mampu menjangkau lapisan otot yang lebih dalam. Deep tissue
massage sangat efektif untuk mengatasi kasus tightness karena mampu mencapai
trigger point lebih tepat dan lebih dalam. Teknik massage yang diterapkan
memberikan efek relaksasi, ini terjadi karena teknik ini merangsang tubuh
melepaskan senyawa endorphine yang merupakan pereda rasa sakit. Endorphine juga
menciptakan perasaan nyaman. Penurunan nyeri pada teknik ini menstimulasi serabut
kulit sehingga nyeri dapat dihambat dan korteks serebri tidak menerima sinyal
rangsang nyeri tersebut, nyeri yang dirasakan akan berkurang. Ketika rasa nyeri
menghilang dan mendapat efek rileksasi sirkulasi darah akan lancar. Saat nyeri

15
berkurang akibat kerusakan struktur, maka secara fungsional, fungsi leher akan
terkoreksi dengan baik.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

Sebagian besar postur kerja pekerja memiliki tingkat risiko (menggunakan metode
REBA) dengan kategori sangat tinggi, sebagian besar pekerja mengalami keluhan
Musculoskeletal Disorders dengan tingkat keluhan kategori sedang, dan faktor postur
kerja mempunyai keeratan hubungan yang sangat kuat dengan kejadian keluhan
musculoskeletal disorders.

3.2. Saran
Saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah perlunya upaya pembenahan sarana
perkuliahan, khususnya kursi perkuliahan dengan tujuan untuk mengurangi keluhan

16
muskuloskeletal pada mahasiswa. Disamping itu perlunya juga pergerakanpergerakan
kecil dari mahasiswa selama proses belajar mengajar untuk mengurangi kondisi duduk
statis yang biasa dilakukan oleh mahasiswa.
Beberapa hal yang dapat dilaksanakan oleh para pekerja seperti rutin berolahraga,
melakukan peregangan dan istirahat di sela-sela waktu kerja dapat mengurangi kelelahan
dan meningkatkan variasi aktivitas otot selama melakukan pekerjaan yang monoton
dalam waktu yang lama untuk mencegah timbulnya gangguan serta progesivitas dari
gangguan muskuloskeletal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tarwaka, Solichul H.A Bakri dan Lilik Sudiajeng, 2004. Ergonomi Untuk
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
2. Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja, Badan Penerbit Harapan Press: Surakarta.
3. Kemenkes RI, 2014. Data Kecelakaan Kerja. Kemenkes RI : Jakarta. (online)
4. Depkes, 2005. Profil Masalah Kesehatan di Indonesia.
5. Evadariato, Nurdian &Endang Dwiyanti.
6. Asse, A. 2013. Intervensi Transverse Friction dan IFC posisi regang lebih baik
daripada hanya intervensi Transverse Friction dalam menurunkan Nyeri sindroma
Miofasial Trapezius desendens (Skripsi). Universitas Esa Unggul Jakarta
7. Winarti, T.M. 2012, Hubungan Forward Head Posture dengan Gangguan Sendi
Temporomandibula berdasarkan pengukuran linear (Skripsi). Universitas
Padjajaran Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai