Anda di halaman 1dari 12

ANATOMI FISIOLOGI

“ANALISIS FAKTOR GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGAYUH BECAK”

Dosen Pengampun: Bu Santi Sofiyanti, M.kes

Kelompok 6:

Albayina Azri Septia

Dini Septia Khaerunnisa

Dwi Oktaviani

Flora Levisa Fahmi

Meivanka Zachra Alieghna Kosasih

Nabila Sani Azzahra

PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN BANDUNG

POLITEKNIK KEMENKES BANDUNG

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatuhallahi Wabarakatuh. Puji syukur atas rahmat


Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul
‘Menganalisis Faktor Gangguan Muskuloskeletar’ dapat selesai.

Kami pun berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen pengampun


sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan serta makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi nilai mata kuliah Anatomi yang diajar oleh Bu Santi Sofiyanti, M.kes.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bu Santi Sofiyanti, M.kes


selaku dosen mata kuliah Anatomi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima
kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bandung, 25 Juli 2022

Penulis

2
DAFTAR PUSTAKA

ANATOMI FISIOLOGI ..................................................................................................... 1


“ANALISIS FAKTOR GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGAYUH BECAK”.......... 1
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2
BAB I.............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................................... 6
BAB II............................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 7
2.1 Analisis Faktor Aktivitas Pengayuh Becak Terhadap Gangguan Muskuloskeletal.... 7
2.2 Analisis Faktor Kebiasaan Olahraga Terhadap Gangguan Muskuloskeletal ............. 8
2.3 Analisis Faktor Masa Kerja Terhadap Gangguan Muskuloskeletal .......................... 9
2.4 Analisis Faktor Umum Terhadap Gangguan Muskuloskeletal ................................. 9
BAB III.......................................................................................................................... 10
PENUTUP..................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 10
3.2 Saran ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja merupakan suatu upaya pembangunan


kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada tenaga kerja
sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja. Salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas kerja yaitu melalui ilmu ergonomi berupa aturan dalam bekerja yang bertujuan
menciptakan sistem kerja selamat, sehat, aman dan nyaman.

Ergonomi sikap kerja dalam bekerja perlu diperhatikan, jika bertentangan dengan sikap
alami tubuh maka akan menimbulkan kelelahan dan cidera otot. Pada tahun 2014, International
Labour Organization (ILO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya 4 juta orang
meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

1. Penyakit Akibat Kerja yang disebabkan oleh keadaan yang tidak ergonomis adalah
gangguan muskuloskeletal. MSDs merupakan masalah yang signifikan pada pekerja
menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar,
gangguan tidur dan rasa terbakar.
2. Di Amerika, diperkirakan 6 juta kasus/tahun atau rata-rata 300-400 kasus per 100 ribu
orang pekerja. Masalah ini menyebabkan kehilangan hari kerja untuk istirahat.
3. Gangguan MSDs dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja. Bila kesehatan pekerja
terganggu maka pekerja menjadi tidak produktif sehingga tidak dapat bekerja dan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan di Indonesia dari studi Departemen
Kesehatan menunjukkan sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan
dengan pekerjaannnya. Gangguan yang dialami pekerja menurut penelitian yang
dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya berupa
penyakit MSDs (16%), kardiovaskular (8%), gangguan saraf (5%), gangguan pernapasan
(3%) dan gangguan THT (1.5%).
4. MSDs terjadi akibat dari kombinasi berbagai faktor yaitu faktor pekerjaan, faktor
individu, dan faktor lingkungan. Faktor pekerjaan adalah faktor yang berasal dari
pekerjaan itu sendiri termasuk postur tubuh (statis dan dinamis), beban kerja, durasi
kerja, dan gerakan berulang (repetitive). Faktor individu berupa umur, jenis kelamin,

4
lama kerja, masa kerja, kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga. Sedangkan faktor
lingkungan kerja terdiri dari getaran, suhu, dan pencahayaan.
5. Pekerjaan yang aktifitasnya bersifat manual handling seperti mengangkat,
mengangkut, menurunkan, mendorong, membawa, memindahkan, menahan benda
bergerak atau tidak bergerak, manusia dituntut mempunyai kemampuan lebih pada
otot dan tulang yang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja.
6. Pekerjaan mengangkat dan mengangkut pada pengayuh becak jika tidak dilakukan
dengan benar dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja karena aktivitasnya melibatkan otot skeletal yang berpotensi
menimbulkan kerusakan pada tulang belakang.
7. Salah satu transportasi yang sering digunakan di Kabupaten Pemalang adalah Becak.
Sebagian besar desain becak di Indonesia (Jawa) ruang angkutnya berada di depan
dengan dua roda depan sejajar melintang. Kemudi terikat pada badan kendaraan
bagian depan, sehingga menambah beban dan energi yang dikeluarkan oleh
pengemudi untuk mengayuh.
8. Pasar Pagi merupakan salah satu pasar yang berada di Kabupaten Pemalang yang ramai
dikunjungi oleh masyarakat. Kegiatan yang ada di pasar berlangsung mulai dari pagi
hari hingga sore hari. Selain terjadi interaksi antara penjual dan pembeli di pasar,
keberadaan tukang becak juga sangat membantu mobilitas baik penjual maupun para
pengunjung pasar. Tidak hanya untuk mengangkut orang tapi becak juga mengangkut
barang. Peran tenaga manusia sebagai penggerak dalam transportasi becak menjadi
hal utama dalam mengayuh becak. Jenis pekerjaan tersebut memiliki resiko tinggi
terhadap cedera pada anggota tubuh dan otot rangka, selain itu aktivitas ini
memerlukan energi yang cukup besar karena jumlah tukang becak yang berada di Pasar
Pagi yang relatif sedikit.
9. Desain becak yang berada di Kabupaten Pemalang memiliki ukuran yang berbeda
dibandingkan dengan tempat lainnya. Ukuran becak yang berada di wilayah Kabupaten
Pemalang cenderung lebih besar dan tinggi. Desain becak yang kurang baik membuat
kondisi dan posisi kerja yang tidak ergonomis, sehingga akan memberikan beban kerja
statis anggota tubuh.
10. Aktivitas kerja yang dilakukan oleh tukang becak diantaranya mengayuh dan
mengangkat beban. Pada saat aktivitas mengayuh, sikap badan berada pada posisi
duduk tegak atau membungkuk, kaki kanan dan kiri mengayuh pedal secara

5
bergantian, dengan pola gerakan kedua telapak kaki mengayuh, dan anggota badan
yang intens bergerak bagian pinggul, paha, betis, telapak kaki.

Pada saat tukang becak mengangkat beban, sikap badan adalah dalam posisi
punggung tegak atau membungkuk, tangan terangkat, kaki menjadi tumpuan tubuh dengan
pola gerakan tangan memegang beban lalu mengangkatnya, dan anggota badan yang
intens bergerak bagian tangan, punggung dan kaki. Berdasarkan survei studi pendahuluan
dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) pada lima pengayuh becak
diperoleh hasil sebagian besar pengayuh becak mengalami keluhan pada beberapa bagian
anggota tubuh seperti pada bagian leher, bahu, lengan, punggung, paha, lutut, betis, dan
kaki ketika aktifitas fisik mereka terlalu berat. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka sudah
mulai mengalami keluhan MSDs pada tubuhnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
menganalisis faktor risiko gangguan muskuloskeletal pada Pengayuh Becak di Pasar Pagi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu “Apa saja faktor-faktor resiko gangguan muskuloskeletal
pada pengayuh becak di pasar pagi kabupaten Pemalang dan cara pencegahannya."

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis Faktor Penyebab Gangguan Muskuloskeletal pada pengayuh becak di


pasar pagi kabupaten Pemalang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui apa saja faktor-faktor resiko gangguan muskuloskeletal pada pengayuh


becak di pasar pagi kabupaten Pemalang.
2. Mengetahui cara mencegah resiko gangguan muskuloskeletal pada pengayuh becak.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Faktor Aktivitas Pengayuh Becak Terhadap Gangguan Muskuloskeletal

1. Postur Kerja

Postur kerja yang dialami oleh pengayuh becak saat aktivitas mengayuh adalah dalam
keadaan statis dan dinamis. Berdasarkan hasil REBA termasuk risiko tinggi informan 1, 2, 3, dan
4 dengan perlu segera dilakukan tindakan perbaikan, tetapi termasuk aktivitas dengan risiko
sedang informan 5 dengan perlu dilakukan tindakan perbaikan.
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan checklist penilaian risiko MSDs termasuk
dalam postur janggal pada bagian tubuh pergelangan tangan, punggung, dan kaki dengan
pergerakan berulang, durasi yang lama, dan frekuensi yang sering.
Gerakan postur janggal merupakan faktor risiko terjadinya gangguan, penyakit atau cidera pada
sistem muskuloskeletal.
Postur tubuh yang tidak seimbang dalam jangka waktu yang lama juga mengakibatkan adanya
gangguan muskuloskeletal.

2. Beban Kerja

Berdasarkan hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa berat beban yang


diangkut oleh setiap informan berbeda. Beban yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penumpang dan barang pasar seperti keranjang ikan, keranjang tempe, sayuran, buah-
buahan. Berat beban yang diangkut oleh informan berkisar antara 50-100kg.

Hasil observasi menunjukkan bahwa jika beban yang diangkut berat maka pengayuh
becak akan kesulitan dalam menggerakan becak. Hal ini ditemukan pada informan 1, 2, dan 4
pada saat mengayuh dan menyebabkan beberapa keluhan pada bagian tubuh tertentu seperti
bahu, lengan, punggung, pinggang, lutut, betis, dan kaki. Hal ini sejalan dengan penelitian
Aryanto mengenai hubungan berat barang dengan keluhan MSDs sebanyak

7
MSDs. Semakin berat beban yang diangkut oleh pekerja manual handling maka semakin besar
risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal.11

3. Gerakan Berulang

Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan stopwatch rata-rata semua informan


melakukan gerakan berulang 40 kali/menit atau 2400 kali/jam.
Gerakan berulang yang dilakukan berisiko terjadinya gangguan muskuloskeletal. Risiko timbul
bergantung dari berapa kali aktivitas dilakukan, kecepatan dalam pergerakan, dan banyaknya
otot yang terlibat dalam bekerja.2
Aktivitas ini menyebabkan keluhan pada bahu, lengan, punggung, pinggang, lutut, betis, dan
kaki, karena aktivitas tersebut dilakukan secara berulang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian diperoleh informasi bahwa waktu
yang dibutuhkan untuk aktivitas pengangkutan 1,5 jam.

4. Durasi Kerja

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian diperoleh informasi bahwa


waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas pengangkutan ±1,5 jam. Durasi yang dibutuhkan setiap
informan dalam mengantarkan setiap penumpang berbeda tergantung dari jarak yang
ditempuh berkisar 2-7 km dan rata-rata informan mengantarkan penumpang sebanyak 3-7 kali.

Durasi untuk postur janggal yang berisiko terhadap gangguan muskuloskeletal apabila
postur dipertahankan pada pekerjaan selama >10 detik.12 Dapat diartikan bahwa pengayuh
becak melakukan aktivitas yang berisiko dalam menyelesaikan pekerjaan karena membutuhkan
waktu ±1,5 jam dengan frekuensi yang tinggi.

2.2 Analisis Faktor Kebiasaan Olahraga Terhadap Gangguan Muskuloskeletal

Melakukan pengayuh becak setiap pagi mampu dikatakan sebagai dengan aktivitas
olahraga. Pekerjaan yang dilakukan oleh pengayuh becak dikatakan dengan kebiasaan olahraga.
Kebiasaan olahraga tersebut lah yang dilakukan oleh para pengayuh becak di sebelum dan
sesudah berkerja. Menurut informan yang telah kami lansir dari hasil penelitian mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro bahwa 2 dari 5 informan yang
melakukan aktivitas rutin berolahraga, sedangkan untuk informan 3 tidak melakukan olahraga
secara rutin, beliau hanya melakukan secara sesekali olahraga badminton. Melakukan aktivitas

8
olahraga mampu melatih fleksibilitas otot tubuh sehingga dapat untuk melakukan perkerjaan
yang membutuhkan otot dengan tidak mudah merasa lelah.

Dari obeservasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro, pengayuh becak dalam pekerjaannya jarang melakukan peregangan
baik di sebelum baik di sela-sela selama bekerja. Jarangnya melakukan peregangan pada tubuh
dapat mengakibatkan nyeri pada otot serta dapat meningkatkan keluhan nyeri otot akibat dari
beraktivitas fisik serta olahraga tanpa dilakukannya peregangan.

2.3 Analisis Faktor Masa Kerja Terhadap Gangguan Muskuloskeletal

Masa kerja paling lama yang dialami oleh setiap informan berbeda-beda, dimulai dari
yang paling rendah yaitu 9 tahun dan paling lama 32 tahun. Memiliki pekerjaan sebagai
pengayuh becak merupakan sebuah pekerjaan utama bagi setiap informan yang diwawancarai.

Durasi lamanya masa kerja yang dilalui oleh pengayuh becak berbanding lurus dengan
keluhan yang dirasakan oleh pekerja. Menurut para pengayuh, sejauh ini memiliki keluhan yang
dirasakan oleh setiap pekerja hampir sama seperti nyeri, kram, pegal, kesemutan, dan kaku
pada tubuh. Hal tersebut merupakan sebuah akibat dari terlalu ekstranya menggunakan tenaga
disaat masa kerjanya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro menyatakan bahwa pengayuh becak yang memiliki durasi masa kerja
yang lama dapat merasakan keluhan nyeri pada bagian otot skeletal.

2.4 Analisis Faktor Umum Terhadap Gangguan Muskuloskeletal

Dari hasil penelitian ini mendapatkan hasil rentang umur informan yaitu 42-62 tahun.
Seperti yang diketahui, pada umumnya keluhan pada otot skeletal biasanya dialami oleh
kalangan para umur 24-65 tahun. Tidak hanya itu, dari hasil penelitian ini pun seluruh informan
yang telah diwawancarai tengah berada di masa rentang usia resiko mengalami keluhan
terhadap gangguan moskuloskeletal. Dan juga dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur
informan yang diwawancarai maka semakin menurun kekuatan fisik dan kekuatan otot
pengayuh becak.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem muskuloskeletal terdiri dari kata muskulo yang berarti otot dan kata skeletal
yang berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah jaringan otototot tubuh. Ilmu yang
mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah myologi. Skeletal atau
osteo adalah tulang kerangka tubuh, yang terdiri dari tulang dan sendi. Ilmu yang mempelajari
tentang skeletal atau osteo tubuh adalah osteologi.

Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari fascia dan ventrikel.

Fungsi Sistem MuskulerAdapun fungsi sistem muskuler/otot meliputi hal berikut ini.

1. Pergerakan

2.penopang tubuh dan mempertahankan postur

Tulang Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang
rawan sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan
sikap dan posisi.

3.2 Saran

Dari hasil penelitian disarankan agar:

1. Bagi pekerja

Sebaiknya pekerja melakukan peregangan untuk merilekskan otot-otot yang kaku untuk
mengurangi nyeri pada otot skeletal

2. Bagi peneliti

10
Dapat mengidentifikasi lebih lanjut mengenai faktor lain selain usia, masa kerja, dan
posisi kerja. Seperti mengidentifikasi riwayat kesehatan, beban kerja dan kelelahan

Demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran
dari Bapak/Ibu yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini
untuk kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal Pada Pengayuh Becak (Studi Kasus
Di Pasar Pagi Kabupaten Pemalang). Semarang: Universitas Diponegoro.

12

Anda mungkin juga menyukai