Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Shofwa Salsabila 20171660023
Diah Ayu Nurhandini 20171660047
Arum Puspita Dewi 20171660060
Arsinela Virsa Ramadhanti 20171660101
Averose Millania Tsani 20171660117
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami, dimana kami diberikan kesehatan jasmani
maupun rohani sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “ Makalah Keperawatan Gawat Darurat I “.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya
bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai
dengan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa buku dan sumber lainnya.
Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau
kata-kata di dalam makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Rancangan.......................................................................................... 4
BAB IV ASKEP
iii
4.3 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 16
BAB V PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera otak berat adalah cedera pada kepala yang mengenai otak dengan
tingkat kesadaran <8 yang diukur dengan menggunakan skala GCS (Glasgow
Coma Scale). Penyebab dari cedera otak berat oleh benturan keras secara
traumatis pada kepala seperti kecelakaan lalu lintas atau kekerasan fisik pada
pada otak. Kerusakan susunan saraf pusat yang mengontrol dan mencetuskan
tertentu) dan juga cedera otak berat dapat beresiko menimbulkan cacat fisik yang
Trauma yang paling banyak terjadi pada saat kecelakaan lalu lintas adalah
50.000 orang meninggal dunia. Saat ini di Amerika terdapat sekitar 5.300.000
orang dengan kecacatan akibat cedera kepala. Data insiden cedera kepala di
Eropa pada tahun 2010 adalah 500 per 100.000 populasi. Insiden cedera kepala di
Inggris pada tahun 2005 adalah 400 per 100.000 pasien per tahun (Irawan, 2010).
1
Prevalensi cedera kepala nasional adalah 8.2 persen, pravalensi tertinggi
ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%) dari survey
yang dilakukan pada 15 provinsi. Riskesdas 2013 pada provinsi Jawa Tengah
sepeda motor 40,1%. Cedera mayoritas dialami olehkelompok umur dewasa yaitu
kepala yang semakin meningkat dan merupakan salah satu kasus yang sering
Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki-laki berumur antara 15-24 tahun,
dimana angka kejadian cedera kepala pada laki laki (55,4%) lebih banyak
sel-sel saraf pada otak. Kerusakan susunan saraf pusat yang mengontrol dan
secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.
pasif berupa latihan gerakan pada bagian pergelangan tangan, siku, bahu, jari-jari
2
kaki atau pada bagian ektermitas yang mengalami hemiparesis sangat bermanfaat
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Bagi perawat
COB.
3
BAB II
LITERATUR REVIEW PRISMA
2.1 Rancangan
Penggunaan literatur review atau kajian pustaka pada makalah ini untuk
penunjang penggunaan terapi pada pasien COB. Literatur review adalah sebuah
penelitian, penemuan terbaru yang berhubungan pada topik tertentu dan bisa
didapat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, internet, dan pustaka lain.
tertentu, diperlukan pengumpulan data untuk mencari artikel yang akan direview.
Strategi yang digunakan mencari data dalam database jurnal penelitian dan
literatur yang digunakan dari tahun 2010 sampai tahun 2020. kata kunci yang
digunakan untuk mencari artikel yaitu “Passive Range Of Motion, ROM, PROM,
TBI, Traumatic Brain Injury”. jumlah artikel yang akan direview adalah 5 artikel.
Hasil dari pencarian pertama kali akan muncul ratusan artikel sehingga
artikel yang dicari tidak terlalu banyak dan dapat memilah dengan baik. Kriteria
4
Atribut pada artikel yaitu associated data
mengekstraksi semua hasil penelitian pada artikel yang sesuai dengan terapi
range of motion pada masalah mobilisasi, tujuan peneliti yaitu efektifitas dari
Database Search:
NCBI PubMed
(n: 292)
Artikel yang di
eksklusikan
(n: 136)
Publication Date
yang memenuhi (n:156)
Artikel yang di
eksklusikan
(n: 83)
Text Avaibility
yang memenuhi (n: 73)
5
2.6 Pencarian
6
7
8
BAB III
LITERATUR REVIEW MATRIX
3. Pengambilan
sample
menggunakan
purposive
sampling dengan
kriteria inklusi
yang ada.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
a. X-Foto Servikal
Dikerjakan pada pasien COB sebagai penunjang adanya kemungkinan
cedera servikal. Sensitivitas x foto servikal 70%-80%
b. CT Scan kepala direkomendasikan dikerjakan pada semua pasien cedera
otak dengan GCS ≤ 14. CT Scan evaluasi dapat dikerjakan bila didapatkan
deteriorisasi neurologis.
c. CT-Scan Whole Body
Whole Body CT (WBCT) digunakan pada kasus multitrauma untuk
mengurangi waktu diagnosis, dapat digunakan pada pasien dengan
hemodinamik tidak stabil
d. MRI digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif. Serebral angiography: menunjukan anomalia sirkulasi serebral ,
seperti perubahan jarigan otak sekunder menjadi udema, perubahan dan
trauma.
e. Serial EEG dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis.
f. X-Ray mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
g. BAER untuk mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
h. Pemeriksaan laboratorium, dokter umumnya akan merekomendasikan
pemeriksaan darah tetapi lengkap, gula darah sewaktu, ureum-kreatinin,
analisis gas darah dan elektrolit.
i. Pemeriksaan neuropsikologis (sistem saraf kejiwaan) adalah komponen
penting pada penilaian dan penatalaksanan cedera (Anurogo dan Usman,
2014).
1) Pastikan jalan napas bersih tanpa ada sumbatan, berikan oksigenasi 100%
dan jangan terlalu memanipulasi gerakan leher karena dicurigai terdapat
cedera servikal
2) Posisikan kepala 30º atau gunakan posisi Trendelenburg untuk
mengurangi tekanan intracranial dan menambah drainase vena
3) Lakukan intubasi digunakan sebagai fasilitas untuk oksigenasi, proteksi
jalan nafas dan hiperventilasi bila diperlukan.
4) Berikan cairan secukupnya (normal saline) untuk resusitasi korban agar
tetap normovolemia, atasi hipotensi yang terjadi dan berikan transfuse
darah jika Hb kurang dari 10 gr/dl.
5) Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota tubuh lain,
GCS dan pemeriksaan batang otak secara periodik.
6) Berikan Cairan hipertonik (mannitol 20%), bila tampak edema atau cedera
yang tidak operable pada CT Scan. Manitol dapat diberikan sebagai bolus
0,5 – 1 g/kg. BB pada keadaan tertentu, atau dosis kecil berulang,
misalnya (4-6) x 100 cc manitol 20% dalam 24 jam. Penghentian secara
gradual.
7) Berikan Phenytoin (PHT) profilaksis pada pasien dengan resiko tinggi
kejang dengan dosis 300 mg/hari atau 5-10 mg kg BB/hari selama 10 hari.
Bila telah terjadi kejang, PHT diberikan sebagai terapi.
8) Operasi cito pada perkembangan ke arah indikasi operasi.
4.5 Pengkajian
1. Format pengkajian keperawatan gawat darurat
A. Data Pasien
B. Primary Survey
Waktu kedatangan : Transportasi : Kondisi datang :
TRIAGE
Kesadaran Kategori Triage : Klasifikasi Kasus
Allert Verbal Trauma Non
Pain Unrespon Merah Kuning Hijau Hitam Trauma
Dx Medis :
Keluhan Utama
Tanda dan gejala : Karakteristik :
Waktu kejadian : Faktor yg meringankan :
Lokasi :
Tindakan pre-hospital :
Durasi :
Faktor Pencetus :
Riwayat penyakit sekarang :
Riwayat Allergi :
AIRWAY CIRCULATION
Paten Obstruksi(gurgling, snoring) Irama jantung : reguler ireguler
Tindakan : Akral : HKM dingin basah Pucat
Membran mukosa :
Sianosis Jaundice Normal
BREATHING CRT : < 2 Dtk > 2Dtk
Pergerakan dada : simetris asimetri, Turgor kulit : Baik sedang jelek
Irama pernapasan : Reguler Ireguler
Suara napas tambahan : - Edema :
SPO2 : Perdarahan :
DISABILITY
Fraktur : Tidak ada ada
Lokasi :
Paralisis : tidak ada ada
Lokasi :
GCS : E V M
Total GCS :
Kesadaran :
C. Secondary Survey
PEMERIKSAAN FISIK B1-B6
Breathing :
Blood :
Brain :
Bladder :
Bowel :
Bone :
D. Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Pemeriksaan Hasil :
Darah Lengkap Kimia Klinik Gula darah
Acak
Blood Gas Analisa Kultur Urin EKG
BUN Kreatinin Foto Thorak
CT-Scan
Lain – lain ..................................................
a. Data pasien
lahir, Umur.
b. Primary Survey
maupun di rumah.
5. Triage
a. Kesadaran : tingkat kesadaran pasien secara cepat dengan
pengkajian AVPU
sudah meninggal.
Tanda dan gejala : hal utama yang dirasakan pasien( nyeri dada,
Waktu kejadian : waktu awal pertama kali kapan tanda dan gejala
mulai dirasakan pasien seperti sejak pagi hari, sejak malam hari, dll
Durasi : lama durasi tanda dan gejala dirasakan pasien seperti nyeri
penyakit ada kaitannya dengan keadaan yang diderita saat ini misal
Diagnosa medis pasien adalah CVA, maka kaji apakah ada riwayat
hipertensi?
9. Tanda vital : tanda vital pasien sesuai dengan pengukuran yang telah
anda lakukan meliputi tekanan darah, heart rate, respiratory rate, dan
10. Airway : Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi
atau trachea , bila obstruksi maka tuliskan tindakan apa yang telah
11. Breathing : Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.
Ventilasi yang baik meliputi : fungsi yang baik dari paru, dinding dada
meliputi irama jantung apakah reguler atau tidak, akral, warna kulit,
perdarahan.
ukuran dan reaksi pupil. isikan kondisi disability pasien saat datang
c. Secondary Survey
auditorius.
mata.
terdiri dari :
retinal detachment.
Motoris & sensoris, bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah
2. Pemeriksaan B1-B6
a. B1 ( Breathing )
pada klien dengan cedera otak berat dan sudah terjadi disfungsi
pernafasan.
b. B2 ( Blood )
terjadi pada klien cedera otak sedang sampa cedera otak berat. Dapat
dan aritmia.
c. B3 ( Brain )
menggunakan GCS.
d. B4 ( Bladder )
e. B5 ( Bowel )
f. B6 ( Bone )
d. Pemeriksaan Diagnostik
2. Tindak lanjut : Isi kolom tindak lanjut terkait kondisi pasien keluar
DO :
Tidak mampu batuk
Mengi, wheezing dan
ronkhi kering
Minor :
DS :
Ortopnea
Sulit berbicara
DO :
Sianosis
Bunyi napas menurun
Frekuensi napas berubah
Pola napas berubah
Minor :
DS :
ortopnea
DO :
DO :
kekuatan otot menurun
rentang gerak (ROM)
menurun
Minor :
DS :
Tidak dapat melakukan
pergerakan
DO :
sendi kaku
gerakan tidak terkoordinasi
gerakan terbatas
fisik lemah
Mayor : DS : Dyspnea
DO : tidak mampu batuk, mengi, wheezing dan ronkhi kering
Minor : DS : Ortopnea , sulit berbicara
DO : sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas
berubah
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis cedera
kepala dibuktikan dengan
Mayor : DS : dispnea
DO : penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola
napas abnormal
Minor : DS : ortopnea
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Cedera otak berat adalah cedera pada kepala yang mengenai otak dengan
tingkat kesadaran <8 yang diukur dengan menggunakan skala GCS (Glasgow
Coma Scale). Penyebab dari cedera otak berat oleh benturan keras secara
traumatis pada kepala seperti kecelakaan lalu lintas atau kekerasan fisik pada
kepala yang dapat mengakibatkan perubahan saraf otak, dan mempengaruhi
integritas fisik, aktivitas metabolism, atau kemampuan fungsional sel-sel saraf
pada otak. Range Of Motion (ROM) merupakan latihan yang digunakan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan untuk
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Seong Gil Kim. 2018. Effect of Ankle Range of Motion (ROM) and Lower-
Extremity Muscle Strength on Static Balance Control Ability in Young Adults: A
Regression Analysis. Med Sci Monit ; 24: 3168-3175
Sharma, Satya Pal. 2015. Passive range of motion in patients with adhesive
shoulder capsulitis, an intertester reliability study over eight weeks. Sharma et al.
BMC Musculoskeletal Disorders (2015) 16:37