Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I

KASUS CEDERA OTAK BERAT


MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
TERAPI RANGE OF MOTION

Dosen Pembimbing :

Nugroho Ari S.Kep. NS. M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Shofwa Salsabila 20171660023
Diah Ayu Nurhandini 20171660047
Arum Puspita Dewi 20171660060
Arsinela Virsa Ramadhanti 20171660101
Averose Millania Tsani 20171660117

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami, dimana kami diberikan kesehatan jasmani
maupun rohani sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “ Makalah Keperawatan Gawat Darurat I “.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya
bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai
dengan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa buku dan sumber lainnya.
Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau
kata-kata di dalam makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Surabaya, 01 Juni 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3

1.3 Tujuan ................................................................................................. 3

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 3

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 3

1.4 Manfaat ............................................................................................... 3

BAB II LITERATUR REVIEW PRISMA

2.1 Rancangan.......................................................................................... 4

2.2 Strategi Pencarian .............................................................................. 4

2.3 Kriteria Inklusi ................................................................................... 4

2.4 Ekstrasi Data....................................................................................... 5

2.5 Sistesis Tematik.................................................................................. 5

2.6 Pencarian ........................................................................................... 6

BAB III LITERATUR REVIEW MATRIX

3.1 Tabel Matrix ..................................................................................... 9

BAB IV ASKEP

4.1 WOC COB....................................................................................... 15

4.2 Manifestasi Klinis............................................................................. 16

iii
4.3 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 16

4.4 Penatalaksanaan COB....................................................................... 17

4.5 Pengkajian ........................................................................................ 18

4.6 Analisa Data...................................................................................... 28

4.7 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 30

4.8 Intervensi Keperawatan..................................................................... 31

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ..................................................................................................37

5.2 Saran .........................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................38

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cedera otak berat adalah cedera pada kepala yang mengenai otak dengan

tingkat kesadaran <8 yang diukur dengan menggunakan skala GCS (Glasgow

Coma Scale). Penyebab dari cedera otak berat oleh benturan keras secara

traumatis pada kepala seperti kecelakaan lalu lintas atau kekerasan fisik pada

kepala yang dapat mengakibatkan perubahan saraf otak, dan mempengaruhi

integritas fisik, aktivitas metabolism, atau kemampuan fungsional sel-sel saraf

pada otak. Kerusakan susunan saraf pusat yang mengontrol dan mencetuskan

gerak dari sistem neuronmuskulukeletal mengakibatkan gangguan keseimbangan

termasuk kelemahan otot, penurunan fleksibilitas jaringan lunak, serta gangguan

kontrol motorik mengakibatkan hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan

keseimbangan tubuh dan postur (kemampuan untuk mempertahankan posisi

tertentu) dan juga cedera otak berat dapat beresiko menimbulkan cacat fisik yang

permanen (Yurida Oliviani, dan Mahdalena, 2017).

Trauma yang paling banyak terjadi pada saat kecelakaan lalu lintas adalah

trauma kepala, merupakan penyebab utama disabilitas dan mortalitas di negara

berkembang. jumlah tersebut 100.000 diantaranya mengalami kecacatan dan

50.000 orang meninggal dunia. Saat ini di Amerika terdapat sekitar 5.300.000

orang dengan kecacatan akibat cedera kepala. Data insiden cedera kepala di

Eropa pada tahun 2010 adalah 500 per 100.000 populasi. Insiden cedera kepala di

Inggris pada tahun 2005 adalah 400 per 100.000 pasien per tahun (Irawan, 2010).

1
Prevalensi cedera kepala nasional adalah 8.2 persen, pravalensi tertinggi

ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%) dari survey

yang dilakukan pada 15 provinsi. Riskesdas 2013 pada provinsi Jawa Tengah

menunjukkan kasus cedera sebesar 7,7% yang disebabkan oleh kecelakaan

sepeda motor 40,1%. Cedera mayoritas dialami olehkelompok umur dewasa yaitu

sebesar 11,3% (Depkes RI, 2013). Di negara berkembang seperti Indonesia,

perkembangan industri dan perekonomian memberikan dampak terhadap cedera

kepala yang semakin meningkat dan merupakan salah satu kasus yang sering

dijumpai di ruang Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit (Miranda, 2014).

Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki-laki berumur antara 15-24 tahun,

dimana angka kejadian cedera kepala pada laki laki (55,4%) lebih banyak

dibandingkan perempuan, ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi

dikalangan usia produktif (Riskesdas, 2015).

Cedera otak berat mengakibatkan perubahan saraf otak, dan

mempengaruhi integritas fisik, aktivitas metabolism, atau kemampuan fungsional

sel-sel saraf pada otak. Kerusakan susunan saraf pusat yang mengontrol dan

mencetuskan gerak dari sistem neuronmuskulukeletal mengakibatkan gangguan

keseimbangan termasuk kelemahan otot penurunan fleksibilitas jaringan lunak,

serta gangguan kontrol motorik mengakibatkan hilangnya koordinasi. Range Of

Motion (ROM) merupakan latihan yang digunakan untuk mempertahankan atau

memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan untuk menggerakkan persendian

secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.

Menurut Yurida (Yurida Oliviani, Mahdalena, 2017), Pemberian terapi ROM

pasif berupa latihan gerakan pada bagian pergelangan tangan, siku, bahu, jari-jari

2
kaki atau pada bagian ektermitas yang mengalami hemiparesis sangat bermanfaat

untuk menghindari adanya komplikasi akibat kurang gerak, seperi kontraktur,

kekakuan sendi menurut Irfan (dalam Eka Nur So’emah, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Efektifitas dari Range of Motion dalam memberikan

terapi terhadap pasien yang terdiagnosa COB dalam perawatanya?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Efektifitas dari Range Of Motion dalam memberikan

terapi terhadap pasien yang terdiagnosa COB dalam perawatanya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menggambarkan konsep Range Of Motion dalam memberikan terapi

terhadap pasien yang terdiagnosa COB dalam perawatanya.

2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keberhasilan Range Of

Motion sebagai terapi keperawatan.

1.4 Manfaat

1. Bagi perawat

Dapat digunakan sebagai ajang optimalisasi dari pemberian asuhan

keperawatan pada pasien COB

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan mampu digunakan sebagai bahan dalam peningkatan

keilmuan dan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada pasien

COB.

3
BAB II
LITERATUR REVIEW PRISMA

2.1 Rancangan

Penggunaan literatur review atau kajian pustaka pada makalah ini untuk

penunjang penggunaan terapi pada pasien COB. Literatur review adalah sebuah

penulisan ilmiah yang menyajikan kumpulan beberapa literatur pengetahuan,

penelitian, penemuan terbaru yang berhubungan pada topik tertentu dan bisa

didapat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, internet, dan pustaka lain.

2.2 Strategi Pencarian

Literatur review membutuhkan artikel yang sesuai dalam bahasan topik

tertentu, diperlukan pengumpulan data untuk mencari artikel yang akan direview.

Strategi yang digunakan mencari data dalam database jurnal penelitian dan

pencarian melalui internet. Database yang digunakan adalah NCBI PubMed

literatur yang digunakan dari tahun 2010 sampai tahun 2020. kata kunci yang

digunakan untuk mencari artikel yaitu “Passive Range Of Motion, ROM, PROM,

TBI, Traumatic Brain Injury”. jumlah artikel yang akan direview adalah 5 artikel.

2.3 Kriteria Inklusi

Hasil dari pencarian pertama kali akan muncul ratusan artikel sehingga

perlu adanya limitasi dengan adanya kriteria inklusi untuk menghomogenkan

artikel yang dicari tidak terlalu banyak dan dapat memilah dengan baik. Kriteria

inklusi yang digunakan adalah:

 Artikel menggunakan bahasa Inggris

 Diterbitkan dari tahun 2010 hingga 2020 (10 tahun teakhir)

 Ketersediaan teks yaitu Full Text

4
 Atribut pada artikel yaitu associated data

 Type artikel clinical trial, meta-analysis, randomized controlled trial

2.4 Ekstrasi Data

Ekstraksi data yang digunakan dalam meriview literatur yaitu dengan

mengekstraksi semua hasil penelitian pada artikel yang sesuai dengan terapi

range of motion pada masalah mobilisasi, tujuan peneliti yaitu efektifitas dari

Range Of Motion dalam memberikan terapi terhadap pasien yang terdiagnosa

COB dalam perawatanya.

2.5 Sistesis Tematik

Database Search:
NCBI PubMed
(n: 292)
Artikel yang di
eksklusikan
(n: 136)

Publication Date
yang memenuhi (n:156)
Artikel yang di
eksklusikan
(n: 83)
Text Avaibility
yang memenuhi (n: 73)

(n: 18) Artikel yang di


eksklusikan
(n: 54)

Article Attribute, Article


Type yang memenuhi (n: 19)
Artikel yang di
eksklusikan
(n: 14)
Artikel yang dimasukan pada review lebih
lanjut (sesuai dengan tujuan peneliti)
(n: 5)

Gambar 3.1 Sintesis tematik literatur review terapi Range Of Motion

5
2.6 Pencarian

6
7
8
BAB III
LITERATUR REVIEW MATRIX

3.1 Tabel Matrix


Penulis, Hasil
Judul Perlakuan Kontrol Sampel (n) Setting Metode Komentar
Tahun Yang diukur Temuan
The Mohamat Ya, program Ya, n = 34 Pasien stroke Quasi- Kekuatan otot Kekuatan otot 1. Peneliti tidak
effectiveness of Iskandar, perencanaan perencanaa Pasien non-hemoragik experimental dan kontraktur meningkat secara menjelaskan
discharge Mardiyono, pemulangan n stroke non- kesadaran studi sendi signifikan pada hari tentang proses
planning and Hotma bersamaan pemulangan hemoragik, berdasarkan ekstremitas ke-7 dan terus terapi dan
range of motion Rumahorbo, dengan standar kesadaran penilaian meningkat pada hari jenis ROM
(ROM) training 2018 pelatihan yang berdasarkan Glasgow ke-14. Kekuatan yang
in increasing informasi tersedia di penilaian Coma Scale otot tungkai atas dan digunakan.
muscle strength stroke dan rumah sakit. Glasgow (GCS) 13-15 bawah pada 2. Pelatihan
of gerakan Coma Scale yang dipilih di kelompok kontrol ROM
nonhemorrhagi (ROM) (GCS) 13- RSUD RAA meningkat pada titik dikombinasika
c 15. Soewondo 0,588 dan 0,882, n dengan
sedangkan pada perencanaan
kelompok yang pemulangan,
menerima pelatihan Program ini
ROM mencapai nilai akan
1,472 dan 1,412. mempercepat
pemulihan
kekuatan otot
stroke
nonhemoragik
pasien.
3. Kategori
sampel yang
digunakan
tidak
menentukan
kriteria umur
yang jelas.
4. Penelitian
hanya pada
pasien stroke
non
hemoragik
5. Teknik
pengambilan
sampel
dilakukan
dengan cara
Cluster
Random
Sampling
berdasarkan
ruang yang
dirawat.
Effect of Ankle Seong-Gil Ya, Ya, n : 55 orang Mengecualikan Studi Menyelidiki 1. Kekuatan otot 1. ROM diukur
Range of Kim , Terapi Pengukuran dewasa orang dengan eksperimen efek ROM ekstremitas bawah hanya pada
Motion (ROM) Wan-Soo ROM ROM muda (pria: penyakit pergelangan dan ROM bidang
and Lower- Kim .2018 19, wanita: tertentu yang kaki dan plantarflexion sagital, dan
Extremity 36). akan kekuatan otot pergelangan kaki inversi dan
Muscle mempengaruhi ekstremitas memengaruhi eversi harus
Strength on penelitian, bawah pada kemampuan dinilai dalam
Static Balance gangguan kemampuan kontrol penelitian
Control Ability penglihatan kontrol keseimbangan selanjutnya
in Young atau keseimbangan statis, dengan 2. Dorsofleksi
Adults: A pendengaran, statis pada orang PROM ankle tidak
Regression sistem saraf dewasa muda. plantarflexion memiliki
Analysis atau masalah menunjukkan korelasi yang
vestibular, atau pengaruh terbesar signifikan
yang tidak 2. Kemampuan tetapi ROM
dapat kontrol plantarflexion
memahami keseimbangan berkorelasi
percobaan statis ketika berdiri positif
diam pada orang dengan
dewasa muda panjang
berkorelasi dengan goyang dan
ROM pergelangan kecepatan.
kaki dan kekuatan 3. Sample yang
otot digunakan
lowerextremity. hanya pada
3. Kontrol postural kelompok
dalam posisi usia dewasa
berdiri dapat muda
dianggap 4. Teknik
dipengaruhi oleh pengambilan
kekuatan otot sampling
lowerextremity, yang
yang digunakan
mencerminkan yaitu Simple
fungsi struktur Random
kontraktil, dan Sampling
ROM, yang yang diambil
mencerminkan dari
keadaan struktur Universitas di
non-kontraktil Provinsi
yang berfungsi Gyeongsangb
untuk uk-do
menstabilkan sendi
pergelangan kaki.
Effects of a 4- Donghwan Ya, Self- Ya, S- n = 28 Dua puluh A Membandingkan 1. Setelah 4 1. Teknik
Week Self- Park, MS, PT, mobilizatio MWM pasien delapan pasien randomized efek dari minggu Sampling
Ankle Ji-Hyun Lee, n lengan 10 ° stroke rawat inap controlled mobilisasi pelatihan, Purposive
Mobilization PhD, PT, Tae- with kronis stroke kronis assessor- pergelangan semua variabel dipakai dalam
with Movement Woo Kang, movement dengan dari Rumah blind trial kaki 4 minggu dependen pengambilan
Intervention on MS, PT, (S-MWM) hemiplegia Sakit Gyeong- dengan gerakan meningkat sample,
Ankle Passive and Heon- in, Incheon program secara dengan
Range of seock Cynn, pelatihan signifikan di kriterian yang
Motion, PhD, PT dengan kedua diambil pasien
Balance, Gait, (2018) mobilisasi kelompok stroke kronis
and Activities pergelangan dibandingkan dengan
of Daily Living kaki sendiri dengan nilai hemiplegia
in Patients with dengan gerakan awal mereka 2. Hasil
Chronic Stroke: 10 ° papan 2. Relatif mendukung
A Randomized miring pada terhadap hipotesis
Controlled pasien dengan mobilisasi bahwa
Study stroke kronis. gerakan kombinasi
pergelangan antar
kaki dan keduanya
lengan, lebih unggul
mobilisasi daripada
pergelangan mobilisasi
kaki diri pergelangan
dengan gerakan kaki sendiri
dengan lengan dengan
papan miring gerakan yang
10 ° dikombinasika
mendemonstras n dengan
ikan standar
peningkatan rehabilitasi
yang signifikan sehubungan
pada dengan
pergelangan peningkatan
kaki dorsi fungsi
eksiefleksi motorik pada
jarak gerak pasien dengan
pasif, stroke kronis.
kemampuan 3. Sampel yang
keseimbangan diambil tidak
statis, menentukan
kecepatan kriteria umur.
berjalan, irama,
dan
terpengaruh
panjang
langkah-
samping
The effect of Zahra-Sadat Ya, early Ya, n= 52 Pasien diatas studi RCT Menguji 1.waktu rata-rata 1. Peneliti ini
early passive Hosseini, passive program pasien 18 tahun (Uji Coba pengaruh evaluasi terapi meningkatkan
range of motion Hamid range of terapi rutin merupakan dengan Terkontrol rentang latihan (kisaran 1-3 bulan) kekuatan otot atas
exercise on Peyrovi, motion penderita diagnosis acak) gerak pasif dini dalam kelompok dan bawah selama
motor function Mahmoodreza stroke (33 stroke iskemik terhadap fungsi kontrol 1 bulan bulan pertama.
of people with Gohari, 2019 pada yang dirujuk di motorik (P=0,012) dan 3 2. perubahan
stroke: a kelompok Rumah Sakit penderita strok bulan setelah dalam skor fungsi
randomized eksperimen) Pendidikan intervensi (P= motorik
controlled trial & (19 pada Poursina 0,004) mengkonfirmasi
kelompok dikota Rasht, 2. tidak signifikan efektivitas
kontrol) Iran. secara statistik intervensi dalam
dengan antara kelompok interval
kisaran (45- eksperimen dan 3. terdapat
84 tahun) kontrol 3 bulan beberapa
setelah intervensi keterbatasan
3. terapi ini dalam sesi terapi
menunjukan yang mungkin
meningkatkan mempengaruhi
fungsi motorik pada hasil penelitian
ekstremitas atas dan
bawah reatif 4. teknik
pengukuran ruang pengambilan
bawah tanah. sample yang
digunakan adalah
purposive
sampling dengan
kriteria pasien
merupakan
penderita stroke.
Passive range Satya Pal Ya, Passive Ya, Tanpa n = 50 Pasien dengan Randomized Memeriksa Intertester keandalan 1. Keandalan
of motion in Sharma, range of passive pasien diagnosis controlled reliabilitas tetap sangat baik di intertester antara
patients with Anders motion range of dengan klinis trial intertester dari ketiga kunjungan dua penguji sangat
adhesive Bærheim and motion capsulitis capsulitis bahu ROM pasif pada untuk pemeriksaan baik di tiga
shoulder Alice Kvåle bahu adhesif adhesif dirujuk sendi bahu sisi yang sakit. kunjungan selama
capsulitis, an (2015) ke klinik selama delapan Lengan yang tidak periode delapan
intertester perawatan minggu pada terpengaruh minggu
reliability study primer oleh pasien dengan memiliki menggunakan
over eight dokter dan perekat pengukuran yang sebuah plurimeter.
weeks fisioterapis capsulitis stabil dari waktu ke
pada periode stadium II. waktu, sementara 2. Penguji
2010-2012. yang terpengaruh memiliki dua
lengan berubah kriteria, nyeri dan
seiring waktu, kekakuan, untuk
mungkin karena menilai akhir
perawatan atau gerakan dan ini
perbaikan umum. mungkin juga
merupakan
beberapa sumber
pengukuran
variasi, meskipun
kecil.

3. Pengambilan
sample
menggunakan
purposive
sampling dengan
kriteria inklusi
yang ada.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 WOC COB


4.2 Manifestasi Klinis
a. Penurunan kesadaran dengan nilai GCS ≤ 8
Otak mengalami kerusakan pada sel saraf pusat kesadaran akan terganggu
b. Pola nafas abnormal
Cedera pada otak pons (pusat pernapasan) atau terjadi peningkatan tekanan
intracranial yang menekan pusat pernapasan menjadikan pola napas
abnormal
c. Kehilangan koordinasi tubuh, ekstermitas kaku
Kerusakan otak akan mempengaruhi system saraf sensorik dan motoric
sehingga tubuh tidak bisa digerakan
d. Kejang
Peningkatan tekanan intracranial akan menekan bagian otak lain sehingga
terjadi kejang
e. Pelebaran pupil, respon pupil tidak ada mengalami deteriorasi karena
penurunan kesadaran
f. Terdapat cairan keluar melalui hidung atau telinga dikarenakan pembuluh
darah pecah akibat terjadi peningkatan tekanan intrakranial
g. Perubahan perilaku, kognif, dan fisik pada gerakan motorik dan berbicara
h. Amnesia terjadi kerusakan pada otak yang menyimpan memory

4.3 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menunjang diagnose


yang tepat, yaitu:

a. X-Foto Servikal
Dikerjakan pada pasien COB sebagai penunjang adanya kemungkinan
cedera servikal. Sensitivitas x foto servikal 70%-80%
b. CT Scan kepala direkomendasikan dikerjakan pada semua pasien cedera
otak dengan GCS ≤ 14. CT Scan evaluasi dapat dikerjakan bila didapatkan
deteriorisasi neurologis.
c. CT-Scan Whole Body
Whole Body CT (WBCT) digunakan pada kasus multitrauma untuk
mengurangi waktu diagnosis, dapat digunakan pada pasien dengan
hemodinamik tidak stabil
d. MRI digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif. Serebral angiography: menunjukan anomalia sirkulasi serebral ,
seperti perubahan jarigan otak sekunder menjadi udema, perubahan dan
trauma.
e. Serial EEG dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis.
f. X-Ray mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
g. BAER untuk mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
h. Pemeriksaan laboratorium, dokter umumnya akan merekomendasikan
pemeriksaan darah tetapi lengkap, gula darah sewaktu, ureum-kreatinin,
analisis gas darah dan elektrolit.
i. Pemeriksaan neuropsikologis (sistem saraf kejiwaan) adalah komponen
penting pada penilaian dan penatalaksanan cedera (Anurogo dan Usman,
2014).

4.4 Penatalaksanaan COB

1) Pastikan jalan napas bersih tanpa ada sumbatan, berikan oksigenasi 100%
dan jangan terlalu memanipulasi gerakan leher karena dicurigai terdapat
cedera servikal
2) Posisikan kepala 30º atau gunakan posisi Trendelenburg untuk
mengurangi tekanan intracranial dan menambah drainase vena
3) Lakukan intubasi digunakan sebagai fasilitas untuk oksigenasi, proteksi
jalan nafas dan hiperventilasi bila diperlukan.
4) Berikan cairan secukupnya (normal saline) untuk resusitasi korban agar
tetap normovolemia, atasi hipotensi yang terjadi dan berikan transfuse
darah jika Hb kurang dari 10 gr/dl.
5) Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota tubuh lain,
GCS dan pemeriksaan batang otak secara periodik.
6) Berikan Cairan hipertonik (mannitol 20%), bila tampak edema atau cedera
yang tidak operable pada CT Scan. Manitol dapat diberikan sebagai bolus
0,5 – 1 g/kg. BB pada keadaan tertentu, atau dosis kecil berulang,
misalnya (4-6) x 100 cc manitol 20% dalam 24 jam. Penghentian secara
gradual.
7) Berikan Phenytoin (PHT) profilaksis pada pasien dengan resiko tinggi
kejang dengan dosis 300 mg/hari atau 5-10 mg kg BB/hari selama 10 hari.
Bila telah terjadi kejang, PHT diberikan sebagai terapi.
8) Operasi cito pada perkembangan ke arah indikasi operasi.

4.5 Pengkajian
1. Format pengkajian keperawatan gawat darurat

A. Data Pasien

Nama : No Rekam medik :


Jenis Kelamin : Tanggal lahir : Umur :

B. Primary Survey
Waktu kedatangan : Transportasi : Kondisi datang :

Tindakan Pre Hospital :


CPR             O2             Infus             Bidai                  Bebat                 Urin
Kateter
Lain – lain :

TRIAGE
Kesadaran Kategori Triage : Klasifikasi Kasus
Allert         Verbal Trauma    Non
Pain           Unrespon Merah Kuning Hijau Hitam Trauma
Dx Medis :
Keluhan Utama
Tanda dan gejala : Karakteristik :
Waktu kejadian : Faktor yg meringankan :

Lokasi :
Tindakan pre-hospital :
Durasi :

Faktor Pencetus :
Riwayat penyakit sekarang :

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Allergi   :

Tanda vital : Tensi :  N: RR:  Suhu :

AIRWAY CIRCULATION
Paten Obstruksi(gurgling, snoring) Irama jantung : reguler  ireguler        
Tindakan : Akral : HKM      dingin basah  Pucat
Membran mukosa :
 Sianosis Jaundice Normal           
BREATHING CRT :        < 2 Dtk        > 2Dtk
Pergerakan dada : simetris   asimetri, Turgor kulit : Baik    sedang    jelek
Irama pernapasan : Reguler  Ireguler
Suara napas tambahan : - Edema :
SPO2 : Perdarahan :

DISABILITY
Fraktur  : Tidak ada     ada   
Lokasi :
Paralisis : tidak ada     ada
Lokasi :
GCS : E V M
Total GCS :
Kesadaran :

C. Secondary Survey
PEMERIKSAAN FISIK B1-B6
Breathing :

Blood :

Brain :

Bladder :
Bowel :
Bone :

D. Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Pemeriksaan Hasil :
Darah Lengkap Kimia Klinik  Gula darah
Acak
Blood Gas Analisa Kultur Urin   EKG
BUN Kreatinin  Foto Thorak
CT-Scan
Lain – lain ..................................................

Tindak lanjut : KRS  MRS   PP  DOA  OPERASI PINDAH   LAIN LAIN

2. Petunjuk penggunaan format

a. Data pasien

Identitas pasien meliputi Nama, No rekam medik, Jenis kelamin, Tanggal

lahir, Umur.

b. Primary Survey

1. Waktu kedatangan : waktu kedatangan pasien ke instalasi gawat

darurat dengan format tanggal, bulan , tahun dan jam

2. Transportasi : transportasi yang digunakan pasien saat datang ke IGD

seperti berjalan kaki, diantar, naik ambulans atau kendaraan lainnya

3. Kondisi datang : kondisi pasien saat datang seperti penurunan

kesadaran, delirium, nyeri hebat

4. Tindakan pre hospital : tindakan yang telah dilakukan kepada pasien

sebelum datang ke IGD baik tindakan di fasilitas kesehatan lain

maupun di rumah.

5. Triage
a. Kesadaran : tingkat kesadaran pasien secara cepat dengan

pengkajian AVPU

 Allert : pasien dalam keadaan sadar penuh, orientasi

 Verbal : pasien dalam penurunan kesadaran yang merespon

rangsangan dengan suara verbal

 Pain : pasien hanya merespon rangsangan nyeri yang diberikan

 Unrespon : bila pasien tidak memberikan respon apapun

terhadap rangsangan yang telah diberikan pemeriksa baik

dengan suara keras sampai pada rangsang nyeri

b. Kategori triage : triage mengelompokan pasien untuk

penanganan utama berdasarkan tingkat kegawatdaruratan.

Berikut kategori triage adalah :

 Merah : pasien prioritas utama (area resusitasi) yang butuh

pertolongan pertama dan mengalami kondisi kritis

 Kuning : pasien prioritas kedua (area tindakan) juga butuh

pertolongan segera tapi tidak dalam kondisi kritis

 Hijau : pasien prioritas ketiga (area observasi) mengalami

cedera ringan dan masih mampu berjalan.

 Hitam : pasien yang sudah tidak mungkin ditolong lagi atau

sudah meninggal.

c. Klasifikasi kasus : diagnosa medis kasus pasien apakah

termasuk trauma (cedera kepala, cedera medula spinalis, dll)

atau non-trauma (Ketoasidosis, CVA , dll)

6. Keluhan utama : keluhan utama yang dirasakan pasien sampai


membuat pasien datang ke IGD yang meliputi :

 Tanda dan gejala : hal utama yang dirasakan pasien( nyeri dada,

sakit kepala, sesak napas)

 Waktu kejadian : waktu awal pertama kali kapan tanda dan gejala

mulai dirasakan pasien seperti sejak pagi hari, sejak malam hari, dll

 Lokasi : lokasi bagian tubuh yang muncul tanda dan gejala di

rasakan pasien. Misal nyeri dirasakan di perut sebelah kanan

bawah, perasaan ampek di dada bawah.

 Durasi : lama durasi tanda dan gejala dirasakan pasien seperti nyeri

dada dirasakan setiap 3 menit,  nyeri perut dirasakan setiap waktu

dan lain lain

 Karakteristik : Gambarkan karakteristik keluhan tanda dan gejala

yang dirasakan pasien seperti nyeri dirasakan seperti terhimpit,

nyeri dirasakan seperti diremas, mulas, dll

 Faktor meringankan : faktor yang meringankan keluhan tanda dan

gejala yang muncul misal nyeri dirasakan mereda disaat pasien

duduk membungkuk, sesak napas dirasakan berkurang ketika

posisi fowler tinggi, dll

 Tindakan yang telah dilakukan sebelum ke RS : tindakan yang

telah dilakukan pasien untuk meredakan keluhan yang dirasakan

sebelum datang ke rumah sakit, misal kompres hangat, minum obat

yang dijual bebas, dll.

 Faktor pencetus : faktor awal yang mendasari timbulnya keluhan

yang dirasakan seperti aktivitas berat, kecelakaan, dll.  


7. Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit yang pernah di derita

pasien sebelum dirawat atau masuk ke IGD , Usahakan riwayat

penyakit ada kaitannya dengan keadaan yang diderita saat ini misal

Diagnosa medis pasien adalah CVA, maka kaji apakah ada riwayat

hipertensi?

8. Riwayat Allergi : riwayat alergi pasien terkait makanan, obat- obatan

dan lain – lain.

9. Tanda vital : tanda vital pasien sesuai dengan pengukuran yang telah

anda lakukan meliputi tekanan darah, heart rate, respiratory rate, dan

suhu serta lokasi pengukurannya

10. Airway : Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi

kondisi airway pasien saat datang apakah paten atau obstruksi

(snoring, gargling, crowing) yang dapat disebabkan benda asing,

fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur larinks

atau trachea , bila obstruksi maka tuliskan tindakan apa yang telah

dilakukan untuk membebaskan jalan napas. Dalam hal ini dapat

dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan

memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh

dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.

11. Breathing : Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.

Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk

pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.

Ventilasi yang baik meliputi : fungsi yang baik dari paru, dinding dada

dan diafragma. Isikan pengkajian breathing yang telah anda dapatkan


meliputi : Pergerakan dada, irama pernapasan, suara napas tambahan

seperti ronkhi, wheezing, crackels, saturasi oksigen.

12. Circulation : Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus

dianggap disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam

hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai keadaan

hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi dan Kontrol

Perdarahan. Isikan pengkajian kondisi sirkulasi pasien saat datang

meliputi irama jantung apakah reguler atau tidak, akral, warna kulit,

capilarry refill time, turgor kulit, edema (gambarkan dengan skema),

perdarahan.

13. Disability : Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran,

ukuran dan reaksi pupil. isikan kondisi disability pasien saat datang

meliputi apakah ada fraktur, paralisis, dislokasi dan pengkajian GCS.

c. Secondary Survey

1. Pemeriksaan fisik yang berkaitan erat dengan cedera otak adalah:

a. Pemeriksaan kepala, Mencari tanda :

 Jejas di kepala meliputi; hematoma sub kutan, sub galeal, luka

terbuka, luka tembus dan benda asing.

 Tanda patah dasar tengkorak, meliputi; ekimosis periorbita (brill

hematoma), ekimosis post auricular (battle sign), rhinorhoe, dan

otorhoe serta perdarahan di membrane timpani atau leserasi kanalis

auditorius.

 Tanda patah tulang wajah meliputi; fraktur maxilla (Lefort), fraktur

rima orbita dan fraktur mandibula


 Tanda trauma pada mata meliputi; perdarahan konjungtiva,

perdarahan bilik mata depan, kerusakan pupil dan jejas lain di

mata.

 Auskultasi pada arteri karotis untuk menentukan adanya bruit yang

berhubungan dengan diseksi karotis.

b. Pemeriksaan pada leher dan tulang belakang

Mencari tanda adanya cedera pada tulang servikal dan tulang

belakang dan cedera pada medula spinalis. Pemeriksaan meliputi

jejas, deformitas, status motorik, sensorik, dan autonomik.

Pemeriksaan Status Neurologis Pemeriksaan status neurologis

terdiri dari :

 Tingkat kesadaran : berdasarkan skala Glasgow Coma Scale

(GCS). Cedera kepala berdasar GCS, yang dinilai setelah

stabilisasi ABC GCS 3 – 8 termasuk Cedera otak berat (COB)

 Saraf kranial, terutama: Saraf II-III, yaitu pemeriksaan pupil : besar

& bentuk, reflek cahaya, reflek konsensuil bandingkan kanan-kiri

Tanda-tanda lesi saraf VII perifer.

 Fundoskopi dicari tanda-tanda edema pupil, perdarahan pre retina,

retinal detachment.

 Motoris & sensoris, bandingkan kanan dan kiri, atas dan bawah

mencari tanda lateralisasi.

Autonomis: bulbocavernous reflek, cremaster reflek, spingter

reflek, reflek tendon, reflek patologis dan tonus spingter ani.

2. Pemeriksaan B1-B6
a. B1 ( Breathing )

 Inspeksi     : sianosis, penggunaan otot bantu nafas, dan

peningkatan frekuensi pernafasan.

 Palpasi       : Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain

akan didapatkan apabila melibatkan trauma pada rongga thoraks.

 Perkusi       : Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan

melibatkan trauma pada thoraks.

 Auskultasi : Bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, ronkhi

pada klein dengan pengingkatan produksi sekret dan kemampuan

batuk yang menuurn sering didapatkan pada klien cedera kepala

dengan penurunan tingkat kesadaran koma.

Klien biasanya terpasang ETT dengan ventilator dan biasanya klien

dirawat diruang perawatan intensif sampai kondisi klien menjadi stabil

pada klien dengan cedera otak berat dan sudah terjadi disfungsi

pernafasan.

b. B2 ( Blood )

Pada sisitem kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik yang sering

terjadi pada klien cedera otak sedang sampa cedera otak berat. Dapat

ditemukan tekanan darah normal atau berubah, bradikardi, takikardi,

dan aritmia.

c. B3 ( Brain )

Cedera otak menyebabakan berbagai defisit neurologi terutama

disebabkan pengaruh peningkatan tekanan intrakranial akibat adanya

perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma,


dan epidural hematoma. Pengkajian tingkat kesadaran dengan

menggunakan GCS.

d. B4 ( Bladder )

Kaji keadaan urin meliputi warna, jumlah, dan karakteristik.

Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi urine dapat terjadi

akibat menurunnya perfusi ginjal. Setelah cedera kepala, klien

mungkin mengalami inkontinensia urin karena konfusi,

ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan

ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol

motorik dan postural.

e. B5 ( Bowel )

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,

mual, muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan

dengan adanya peningkatan produksi asam lambung. Pola defekasi

biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

f. B6 ( Bone )

Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada seluruh

ekstremitas. Kaji warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit.

d. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan diagnostik : beri tanda cecklist pada jenis pemeriksaan

yang dilakukan lalu tuliskan hasilnya di kolom sebelah kanan.

2. Tindak lanjut : Isi kolom tindak lanjut terkait kondisi pasien keluar

dari IGD diantaranya


 KRS : Pasien keluar dari rumah sakit dan menjalani rawat jalan

 MRS : Pasien masuk rumah sakit

 PP : Pasien memutuskan untuk pulang paksa

 DOA : Death of Arrival (Pasien meninggal saat datang)

 Operasi : Pasien masuk ke OK dan langsung menjalani operasi

 Pindah : Pasien memutuskan untuk pindah dan dirawat di RS lain.

4.6 Analisa Data

DATA ETIOLOGI PROBLEM


Mayor : Benda asing dalam Bersihan jalan napas
jalan napas tidak efektif
DS :
 Dyspnea

DO :
 Tidak mampu batuk
 Mengi, wheezing dan
ronkhi kering

Minor :
DS :
 Ortopnea
 Sulit berbicara

DO :
 Sianosis
 Bunyi napas menurun
 Frekuensi napas berubah
 Pola napas berubah

Mayor : Gangguan neurologis Pola napas tidak efektif


karena cedera kepala
DS :
 dispnea
DO :
 penggunaan otot bantu
pernapasan
 fase ekspirasi memanjang
 pola napas abnormal

Minor :

DS :

 ortopnea

DO :

 pernapasan cuping hidung


 diameter thorax menigkat
 ventilasi semenit menurun
 kapasitas vital menurun
 tekanan ekspirasi dan
inspirasi menurun
 ekskursi dada berubah

Mengalami cedera pada kepala Factor Resiko : Risiko perfusi serebral


beresiko terjadi penurunan tidak efektif
Cedera kepala
sirkulasi darah ke otak
Mayor : Gangguan Gangguan mobilitas
neuromuscular fisik
DS :
 mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas

DO :
 kekuatan otot menurun
 rentang gerak (ROM)
menurun

Minor :
DS :
 Tidak dapat melakukan
pergerakan
DO :

 sendi kaku
 gerakan tidak terkoordinasi
 gerakan terbatas
 fisik lemah

4.7 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam
jalan napas dibuktikan dengan

Mayor : DS : Dyspnea
DO : tidak mampu batuk, mengi, wheezing dan ronkhi kering
Minor : DS : Ortopnea , sulit berbicara
DO : sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas
berubah
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis cedera
kepala dibuktikan dengan

Mayor : DS : dispnea
DO : penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola
napas abnormal
Minor : DS : ortopnea

DO : pernapasan cuping hidung, diameter thorax menigkat, ventilasi


semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi dan inspirasi
menurun, ekskursi dada berubah.

3. Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan cedera kepala


4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
dibuktikan dengan

Mayor :DS : mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas


DO : kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun
Minor :DS : tidak dapat melakukan pergerakan
DO :sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
4.8 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan &


Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
kriteria hasil
1. Bersihan jalan Setelah Observasi  Memonitoring
napas tidak dilakukan 1. Monitor pola untuk mengetahui
efektif intervensi napas penyebab dari
berhubungan bersihan jalan 2. Monitor bunyi obstruksi jalan
dengan benda napas menjadi napas tambahan napas.
asing dalam efektif. Dengan Terapeutik
jalan napas kriteria hasil : 1. Pertahankan
1. Terbebas dari kepatenan jalan  Membuka jalan
obsutruksi napas dengan napas untuk
jalan napas head-tilt dan chin membebaskan
2. Gurgling, lift jalan napas
snoring 2. Posisikan semi  Memposisikan
menurun fowler atau fowler tubuh pasien
3. Pola napas 3. Lakukan mempermudah
membaik penghisapan pembebasan jalan
lender/cairan napas
kurang dari 15  Pembebasan jalan
detik napas yang
4. Lakukan disebabkan oleh
hiperoksigenasi cairan, sputum,
sebelum darah
penghisapan  Pembebasan jalan
endotrakeal napas tersumbat
5. Keluarkan benda padat seperti
sumbatan benda biji buah, kelereng
padat dengan  Pemberian
forsep McGill oksigenasi
6. Berikan oksigen, menjaga kepatenan
jika perlu jalan napas

2. Pola napas Setelah Observasi


tidak efektif dilakukan 1. Monitor frekuensi,  Memonitoring
berhubungan intervensi Pola irama, kedalaman keadaan system
dengan nafas dan upaya napas respirasi untuk
gangguan menunjukkan 2. Monitor pola mengetahui
neurologis frewkensi nafas napas penyebab
cedera kepala yang efektif. 3. Monitor adanya keabnormalitas dari
Dengan kriteria sumbatan jalan pernapasan pasien
hasil : napas
1. Dispnea 4. Palpasi  Mengetahui
menurun kesimetrisan terdapat fraktur
2. Penggunana ekspansi paru pada daerah thorax.
otot bantu 5. Auskultasi bunyi  Pemeriksaan
napas napas terdapat bunyi
menurun 6. Monitor saturasi napas tambahan
3. Pemanjangan oksigen  Mengetahui kadar
fase ekspirasi 7. Monitor nilai oksigen pada tubuh
menurun AGD
4. Frekuensi 8. Monitor hasil x-
napas ray toraks
membaik Tarapeutik  System pernapasan
5. Kedalaman 1. Atur intervensi harus selalu
napas pemantauan dipantau untuk
membaik respirasi sesuai kepatenan napas
kondisi pasien  Mencatat hasil dari
2. Dokumentasi hasil pemantauan
pemantauan respirasi
3. Resiko perfusi Setelah Observasi
serebral tidak dilakukan 1. Identifikasi penyebab  Untuk mengetahui
efektif intervensi peningkatan TIK (mis penyebab dari TIK
dibuktikan diharapkan lesi, gangguan pada cedera kepala
dengan cedera perfusi jaringan metabolisme, edema
kepala serebral tetap serebral)
optimal, dengan 2. Monitor tanda/gejala  Memantau tanda
kriteria hasil : peningkatan TIK dari terjadinya
1. Tingkat (mis. Tekanan darah peningkatan TIK
kesadaran meningkat, tekanan
meningkat nadi melebar,
2. Kognitif bradikardi, pola napas
meningkat ireguler, kesadaran
3. Tekanan menurun)
intrakranial 3. Monitor MAP (mean  Memonitoring
menurun arterial pressure), jika apakah terdapat
4. Kesadaran perlu tekanan pada intra
membaik 4. Monitor CVP (central cranial dan
vennous pressure), beberapa
jika perlu penyebabnya yang
5. Monitor PAP, jika bisa dilihat dari
perlu tanda gejala
6. Monitor ICP (intra peningkatan TIK
cranial pressure), jika
perlu
7. Monitor CPP(cerebral
perfusion pressure)
8. Monitor status
pernafasan
9. Monitor intake/output
cairan
10. Monitor cairan
serebro spinalis (mis.
Warna, konsistensi)
terapeutik  Menciptakan
11. Minimalkan stimulus Lingkungan yang
dengan menyediakan aman dan nyaman,
lingkungan yang terhindar dari
tenang keramaian atau
12. Berikan posisi semi stimulus lainya
fowler yang mempengaruhi
13. Petahankan suhu otak
tubuh noral  Ventilator akan
14. Atur ventilator agar membantu pasien
paCo2 optimal dalam kebutuhan
pernapasan
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian  Obat sedasi akan
sedasi dan anti meminimalisir
konvulsan, jika perlu stimulus yang akan
16. Kolaborasi pemberian direpon oleh otak
diuretik osmosis, jika
perlu  Diuretic obat untuk
pengeluaran cairan
melalui urin, untuk
menurunkan
tekanan.
4. Gangguan Setelah Observasi
mobilitas fisik dilakukan 1. Identifikasi toleransi  Mengetahui gerakan
berhubungan intervensi fisik melakukan yang tidak atau
dengan diharapkan pergerakan dapat dilakukan
gangguan pasien tetap 2. Monitor frekuensi oleh pasien
neuromuscular mempertahankan jantung dan tekanan  Pengukuran
pergerakannya. darah sebelum dilakukan untuk
Dengan kriteria memulai mobilisasi pemantauan kerja
hasil : 3. Monitor kondisi jantung selama
1. Pergerakan umum selama dilakukan
ekstermitas melakukan mobilisasi mobilisasi
meningkat 4. Fasilitasi aktivitas  Alat bantu akan
2. Kekuatan mobilisasi dengan alat membantu pasien
otot bantu (mis. Pagar dalam melakukan
meningkat tempat tidur) mobilisasi
3. Rentang 5. Fasilitasi melakukan  Latihan ROM pasif
gerak (ROM) latihan ROM aktif untuk pasien dalam
meningkat maupun pasif keadaan koma, dan
6. Libatkan keluarga aktif jika sudah
untuk membantu dalam masa
pasien dalam rehabilitasi
meningktkan mobilisasi
pergerakan
7. Jelaskan prosedur dan  Pasien dapat
tujuan mobilisasi mempersiapkan diri
8. Anjurkan melakukan untuk dilakukan
mobilisasi dini mobilisasi
9. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus  Mobilisasi

dilakukan (mis. sederhana melatih

Duduk di tempat kemampuan dalam

tidur, duduk di sisi pergerakan

tempat tidur, pindah


dari tempat idur ke
kursi)
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Cedera otak berat adalah cedera pada kepala yang mengenai otak dengan
tingkat kesadaran <8 yang diukur dengan menggunakan skala GCS (Glasgow
Coma Scale). Penyebab dari cedera otak berat oleh benturan keras secara
traumatis pada kepala seperti kecelakaan lalu lintas atau kekerasan fisik pada
kepala yang dapat mengakibatkan perubahan saraf otak, dan mempengaruhi
integritas fisik, aktivitas metabolism, atau kemampuan fungsional sel-sel saraf
pada otak. Range Of Motion (ROM) merupakan latihan yang digunakan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan untuk
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot.

5.2 Saran

Dalam keadaan kegawatdaruratan penanganan harus secara cepat dan tepat


karena menyangkut dengan nyawa. Diharapkan kedepanya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat di amalkan secara baik.

DAFTAR PUSTAKA

Putri, N. Cemy. 2018. Ketepatandan Kecepatan Terhadap Life Saving Pasien


Trauma Kepala: STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

Arifin, Muhammad Zafrullah.2015. HEAD INJURY MANAGEMENT


PENGELOLAAN PENDERITA CEDERA KEPALA.

Seong Gil Kim. 2018. Effect of Ankle Range of Motion (ROM) and Lower-
Extremity Muscle Strength on Static Balance Control Ability in Young Adults: A
Regression Analysis. Med Sci Monit ; 24: 3168-3175

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU BEDAH SARAF


UNIVERSITAS AIRLANGGA .2016. MODUL TRAUMA: UNIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA.

Iskandar M, Mardiyono, Rumahorbo H. 2018. The ffectiveness of discharg


planning and range of motion (ROM)trainingin increasing muscle strength of
nonhemorrhagic stroke patients. Global Health Management Journal. 2018; 2(3):
57-62

Dohwan, Park. 2018. Effects of a 4-Week Self-Ankle Mobilization with


Movement Intervention on Ankle Passive Range of Motion, Balance, Gait, and
Activities of Daily Living in Patients with Chronic Stroke: A Randomized
Controlled Study. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases, 2018: pp 19

Hosseini, Zahra-Sadat. 2019. The Effect of Early Passive Range of Motion


Exercise on Motor Function of People with Stroke: a Randomized Controlled
Trial. Journal of Caring Sciences 2019; 8 (1): 39-44

Sharma, Satya Pal. 2015. Passive range of motion in patients with adhesive
shoulder capsulitis, an intertester reliability study over eight weeks. Sharma et al.
BMC Musculoskeletal Disorders (2015) 16:37

Anda mungkin juga menyukai