Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK


DI RUANG STROKE CENTER RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGUDI WALUYO
WLINGI

OLEH
KELOMPOK 15 :
1. MOCH. FAQIH FATCHUR (P1721295043)
2. HARTINA ROLOBESSY (P1721295011)
3. THEZA AYU WARDANI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
TAHUN 2019
LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK


DI RUANG STROKE CENTER RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NGUDI WALUYO
WLINGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Kelompok Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Dasar Profesi

OLEH
KELOMPOK 15 :
1. MOCH. FAQIH FATCHUR P1721295043
2. HARTINA ROLOBESSY P1721295011
3. THEZA AYU WARDANI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar asuhan keperawatan
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Mobilitas Fisik di Ruang
Stroke Center Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi” sebagai salah satu syarat
tugas akhir Praktik Klinik Keperawatan Dasar Profesi di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang Program Studi Profesi Ners Jurusan Keperawatan Malang.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan
dukungan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat diatasi. Oleh
karena itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Pembimbing Akademik Program Studi Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang yang telah membimbing kami.
2. Perseptor Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi yang telah
membimbing kami.
3. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam menyelesaikan
laporan ini.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, sehingga kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaanlaporan ini.

Wlingi, 2 September 2019

Kelompok 15
DAFTAR ISI
Sampul Luar

Sampul Dalam

Kata Pengantar................................................................................................................

Daftar Isi.........................................................................................................................

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................
1.4 Manfaat............................................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka


2.1 Konsep Penyakit..............................................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................

BAB III Laporan Asuhan Keperawatan


3.1 Pengkajian.......................................................................................................
3.2 Analisis Data....................................................................................................
3.3 Prioritas Masalah.............................................................................................
3.4 Rencana Keperawatan.....................................................................................
3.5 Implementasi dan Evaluasi..............................................................................

BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan......................................................................................................
4.2 Saran................................................................................................................

BAB V Review Jurnal


5.1 Jurnal Ilmiah....................................................................................................
5.2 Review Jurnal..................................................................................................

Daftar Pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan aktivitas merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan aktivitas
gerak. Kebutuhan di atur oleh oleh beberapa system/organ diantaranya, tulang, otot,
tendon, ligament, system saraf, dan sendi. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Gangguan mobilitas fisik didefiniskan oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri. Individu yang mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerakan fisik anatara lain lansia, individu dengan penyakit yang
mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan
fungsi anatomi akibat perubahan fisilogi (kehilangan fungsi motoric, klien dengan
stroke, klien penggunaan kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau
traksi), dan pembatasan gerakan volunteer. Penyebab secara umum yang dapat
mengakibatkan gangguan mobilitas seperti kelainan postur, gangguan perkembangan
otot, kerusakan system saraf pusat, trauma langsung pada musculoskeletal dan
neuromuscular, dan kekuatan otot. Klien yang mengalami ganguuan mobilitas fisik
tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri, dan memiliki ketergantungan pada
orang disekitarnya, sperti pada keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja pengkajian pada pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik?
2. Apa saja diagnosa keperawatan pada pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik??
3. Apa saja rencana intervensi keperawatan pada pasien dengan Gangguan Mobilitas
Fisik?
4. Bagaimana tindakan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Gangguan Mobilitas Fisik.
2. Melakukan perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Mobilitas Fisik.
3. Menyusun rencana intervensi keperawatan pada pasien dengan Gangguan
Mobilitas Fisik.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Mobilitas
Fisik.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Gangguan Mobilitas
Fisik.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dalam rangka
peningkatan pengetahuan berkaitan dengan gangguan mobilitas fisik.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Klien
Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan klien tentang
gangguan mobilitas fisik.
b. Bagi Perawat
Sebagai salah satu tambahan pengetahuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan mobilitas fisik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKIT


2.1.1 Definisi
Kebutuhan aktivitas merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan aktivitas
gerak. Kebutuhan di atur oleh oleh beberapa system/organ diantaranya, tulang, otot,
tendon, ligament, system saraf, dan sendi. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi.
Gangguan mobilitas fisik didefiniskan oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri. (PPNI,2018)
2.1.2 Etiologi

a. Kerusakan integritas struktur tulang

b. Perubahan metabolisme

c. Penurunan kendali otot

d. Penurunan massa otot

e. Penurunan kekuatan otot

f. Kekauan sendi

g. Kontraktur

h. Gangguan musculoskeletal

i. Gangguan neuromuskular

j. Nyeri

k. Kecemasan
2.1.3 Klasifikasi

Berdasarkan jenisnya, menurut Hidayat (2016) mobilisasi dibagi menjadi dua


jenis, yaitu :

1. Mobilisasi penuh

Mobilisasi enuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan


tidak jelas dan mampu bergerak secara bebas tanpa adanya gangguan pada bagian
tubuh.

2. Mobilisasi sebagian

Mobilisasi sebagian adalah ketidakmampuan seseorang untuk bergerak secara


bebas dan aktif karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motoric dan sensorik pada
area tubuhnya. Mobilisasi sebagian terbagi atas dua jenis yaitu :

a. Mobilisasi sebagian temporer

Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang tidak


menetap. Hal tersebut dinamakan sebagai batasan yang bersifat reversible pada
sistem musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi pada sendi ata tulang.

b. Mobilisasi sebagian permanen

Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang bersifat


menetap. Contohnya terjadinya kelumpuhan karena stroke, lumpuh karena
cidera tulang belakang, poliomyelitis karena tergangguanya sistem saraf
motoric dan sensorik

2.1.4 Patofisiologi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem


otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang
bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan
isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot
memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya,
menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi
dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus
mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi
irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.

Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang


bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh
dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan
aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung
tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler
(tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ
vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan
sel darah merah.
2.1.5 Pathway
Gangguan Neuromuskular

Perubahan sistem
muskuloskeletal

Immobilisasi

Penurunan kekuatan otot

Kelemahan
 Rentang gerak (ROM)
menurun
 Sulit menggerakan
Tirah baring yang lama ekstremitas
 Nyeri saat bergerak
 Fisik lemah
Tidak mampu mandi/  Sendi kaku
Jaringan kulit tertekan mengenakan pakaian/ ke
toilet secara mandiri

Gangguan Mobilitas Fisik

 Perubahan sirkulasi Defisit Perawatan Diri


 Kelembapan

Resiko Terjadinya Luka


Tekan
2.1.6 Manifestasi Klinis

a. Sulit menggeraakan ekstremitas

b. Kekuatan otot menurun

c. Rentang gerak (ROM) menurun

d. Gerakan terbatas

e. Fisik lemah

f. Nyeri saat bergerak

g. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/ke toilet secara mandiri

h. Merasa cemas saat bergerak

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan


hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament
atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer
untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang Dll.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT
↑ pada kerusakan otot.
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain menurut Potter and Perry (2015) :

1) Kesejajaran Tubuh
Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangangkat
klien dengan benar, menggunakan teknik posisi yang tepat, dan memindahkan
klien dengan posisi yang aman dari tempat tidur ke kursi atau brankar.
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-
posisi tersebut, yaitu : posisi fowler (setengah duduk), posisi litotomi, posisi
dorsal recumbent, posisi supinasi (terlentang), posisi pronasi (tengkurap), posisi
lateral (miring), posisi sim, posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)

2) Mobilisasi Sendi

Untuk menjamin keadekuatan mobilisasi sendi maka perawat dapat mengajarkan


klien latihan ROM (Range Of Motion). Apabila klien tidak mempunyai control
motorik volunteer maka perawat melakukan latihan rentang gerak pasif.
Mobilisasi sendi juga ditingkatkan dengan berjalan. Latihan ini baik ROM aktif
maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada
sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu, yaitu : Fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan, fleksi dan ekstensi siku, pronasi dan supinasi lengan bawah,
pronasi fleksi bahu, abduksi dan adduksi, rotasi bahu, fleksi dan ekstensi jari-jari,
infersi dan efersi kaki fleksi dan ekstensi pergelangan kaki, fleksi dan ekstensi
lutut, rotasi pangkal paha.

3) Mengurangi Bahaya Mobilisasi

Intervensi keperawatan klien imobilisasi harus berfokus mencegah dan


meminimalkan bahaya imobilisasi. Intervensi harus diarahkan untuk
mempertahankan fungsi optimal pada seluruh sistem tubuh.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1) Identitas
Identitas Pasien meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, No. Reg, Tgl. MRS,
Tgl. Pengkajian, dan Dx Medis

2) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan saat ini

Sejak kapan timbul keluhan apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang
menimbulkan gejalan. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan serta
timbul untuk pertama kalinya atau terulang. Perlu ditanya pula tentang ada
tidaknya gangguan pada sistem lain, masalah-maslaah lain. Adakah alat
bantu gerak, jika ada mencapat alat bantu ambulasi seperti kursi roda,
tongkat dan lain-lain serta mengkaji pola ambulasi.

b. Status kesehatan masa lalu

Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tantang adanya efek
langsung maupun tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misal riwayat
trauma/kerusakan tulang rawan, riwayat artitis, osteomielitis. Riwayat obat
berikut efek sampaingnya misalnya krotikosteroid dapat menimbulkan
kelemahan otot.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Untuk menentukan hubungan genetik misalnya adanya predisposisi, seperti


artritis, spondilitis atritis, gout.

3) Pengkajian Kesehatan Fungsional Pola Gordon :

Pola Fungsi Kesehatan

a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan


 Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit

 Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan

 Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan

b. Nutrisi/ metabolik

 Berapa kali makan sehari

 Makanan kesukaan

 Berat badan sebelum dan sesudah sakit

 Frekuensi dan kuantitas minum sehari

c. Pola eliminasi

 Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari

 Nyeri

 Kuantitas

d. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total.
4) Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk
menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.

5) Kemampuan Mobilisasi

Pengkajian kemampuan mobilisasi dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak


ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah anpa bantuan. Kategori
tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :

Tingkat Aktivitas/Mobilisasi Kategori

Tingkat 0 Mempu merawat diri secara penuh


Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan

6) Kekuatan Otot Dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Derajat kekuatan otot ditentukan dengan :

Skala Presentase Karakteristik


kekuatan normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi
atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi
dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot ditandai dengansulit


menggerakan ekstremitas (D.0054)

2. Defisit perawatan diri b.d kelemahan ditandai dengan tidak mampu


mandi/mengenakan pakaian/ke toilet secara mandiri (D.0109)

3. Risiko gangguan integritas kulit b.d penurunan mobilisasi (D.0144)

2.2.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

Keperawatan (SLKI (SIKI)


1. Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.05173)
Gangguan mobilitas fisik
asuhan keperawatan selama
(D.0054) b.d penurunan kekuatan 1. Latihan Rentang Gerak :
4x24 jam pasien
otot ditandai dengan sulit
menunjukan peningkatan Observasi :
menggerakan ekstremitas
kekuatan otot dengan 1) Identifikasi keterbatasan
kriteria hasil: pergerakan sendi
a. Pergerakan 2) Monitor lokasi
ekstremitas meningkat ketidaknyamanan atau nyeri
b. Kekuatan otot pada saat bergerak
meningkta Teraupetik :
c. Rantang gerak (ROM)
1) Fasilitasi mengoptimalkan
meningkat
posisi tubuh untuk pergerakan
d. Nyeri menurun sendi yang aktif dan pasif
e. Kaku sendi menurun 2) Lakukan gerakan pasif dengan
f. Kelemahan fisik bantuan sesuai dengan indikasi
menurun 3) Beri dukungan positif pada
saat melakukan latihan gerak
sendi

Edukasi :

1) Anjurkan melakukan rentang


gerak pasif dan aktif secara
sistematis

2) Anjurkan duduk di tempat


tidur atau di kursi, jika perlu

3) Ajarkan rentang gerak sesuai


dengan program latihan

Kolaborasi :

1) Kolaborasi dengan fisioterapi


untuk mengembangkan
program latihan

2. Setelah dilakukan tindakan SIKI (I.11352)


Defisit perawatan diri b.d
asuhan keperawatan selama
(D.0109) kelemahan ditandai 1. Dukungan Perawatan Diri :
3x24 jam diharapkan
dengan tidak mampu Mandi
masalah defisit perawatan
mandi secara mandiri
diri teratasi dengan kriteria Observasi :
(D.0109)
hasil: 1) Monitor kebersihan tubuh
a. Kemampuan mandi (mis. Rambut, mulut, kulit,
cukup meningkat kuku)

b. Kemampuan 2) Monitor integritas kulit


mengenakan pakaian Teraupetik :
meningkat
1) Sediakan peralatan mandi
c. Kemampuan ke toilet
2) Fasilitasi menggosok gigi
(BAB/BAK)
sesuai kebutuhan
meningkat 3) Fasilitasi mandi sesuai

d. Verbalisasi keinginan kebutuhan

melakukan perawatan 4) Pertahankan kebiasaan


diri meningkat kebersihan diri

e. Mempertahankan 5) Berikan bantuan sesuai tingkat


kebersihan mulut kemandirian
meningkat Edukasi :

1) Jelaskan manfaat mandi dan


dampak tidak mandi terhadap
kesehatan

2) Ajarkan kepada keluarga cara


memandikan pasien
3. Setelah dilakukan tindakan SIKI (1.14543)
Risiko Luka tekan int b.d
3x24 jam diharapkan risiko
(D.0144) penurunan mobilisasi 1. Pencegahan luka tekan
luka tekan tidak terjadi Observasi :
(D.0144)
dengan kriteria hasil: 1) Periksa luka tekan dengan
a. Nyeri menurun menggunakan skala Norton
2) Monitor suhu kulit
b. Kemerahan menurun 3) Monitor mobilitas dan
c. Suhu kulit sedang aktivitas pasien
Terapeutik :
1) Keringkan daerah kulit
yang lembab akibat
keringat, cairan luka, dan
inkontenensia fekal/urin
2) Gunakan barrier seperti
lotion
3) Ubah posisi dengan hati-
hati setiap 1-2 jam
Edukasi :
1) Jelaskan tanda-tanda
kerusakan kulit
2) Anjurkan melapor jika
menemukan tanda-tanda
kerusakan kulit
3) Ajarkan cara merawat kulit

BAB 3
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn.J
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Umur : 68 tahun
d. Status Kawin : Kawin
e. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
f. Agama : Islam
g. Pendidikan : SD
h. Alamat : Kesamben, Blitar
i. Sumber Biaya : BPJS
2. Keluhan utama
Klien mengeluh tangan dan kaki kiri lemah
3. Riwayat Penyakit sekarang
Tn.J dibawa ke UGD RS Ngudi Waluyo Wlingi pada hari kamis (29/8/19) dengan
keluhan kepala pusing saat beraktivitas, kaki dan tangan kiri terasa lemah.
Kelemahanekstremitas sudah dirasakan sejak hari rabu (28/8/19). Hasil pemeriksaan
TTV di UGD yaitu : TD = 160/90 mmHg, N= 90x/m, RR= 20x/m, S= 37 0c. dan terapi
yang didapatkan di UGD antara lain IVFD NS 15 tpm, injeksi IV omeprazole 40mg,
dan injeksi IV penitoin 100mg.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Tidak mempunyai riwayat
alergi makanan maupun obat dan tidak pernah memiliki riwayat operasi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit sama seperti yang dialami pasien.

Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki : Garis Keturunan
: Perempuan : Garis Perkawinan
: Tinggal Serumah
: Meninggal

: Klien

6. Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan


Sebelum sakit pasien tidak pernah mengonsumsi alcohol, sering merokok 1 pak per
hari, dan tidak pernah berolahraga.
7. Pola Aktivitas Latihan (saat di RS)
0= Mandiri 1= Alat Bantu 2= Dibantu orang lain
3= Dibantu orang lain 4= Ketergantungan/tdk mampu
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan 
Mandi 
Berpakaian/danda 
n
Toileting 
Mobilitas ditempat 
tidur
Berpindah 
Berjalan 
Naik tangga 
Berbelanja 
Memasak 
Memelihara 
Rumah
Kesimpulan : Tn.J memiliki ketergantungan/tidak mampu dalam melakukan perawatan diri
8. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
S = 370C N = 93x/m TD = 165/104mmHg RR = 20x/m

2) Sistem Pernafasan (B1)


 RR = 20x/m
 Tidak ada keluhan pada sistem pernafasan
 Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
MK : Tidak ada masalah
3) Sistem Kardiovasuker (B2)
 TD = 165/104mmHg
 N = 93x/m
 Tidak ada keluhan nyeri dada
 CRT <2 detik
 Tidak ada pembesaran vena jugularis
 ECG dan interpretasinya : Sinus Rhytm
MK : Tidak ada masalah
4) Sistem Persyarafan (B3)
 GCS 4-5-6
 Kesadaran : Compos mentis
 Reflek fisiologis normal dan tidak ada reflek patologis
 Keluhan pusing tidak ada
 Pemeriksaan saraf kranial semua normal, hanya saja ada gangguan pada saraf
spinal yaitu pada Nervus 4 (radialis) dan Nervus 18 (Musculocutaneus)
 Pupil isokor
 Sclera tidak icterus
 Istirahat tidur 9-10 jam/hari, Tidak ada gangguan dalam istirahat tidur
MK : Tiadak ada masalah
5) Sistem Perkemihan (B4)
 Kemampuan berkemih menggunakan alat bantu (folley Cateter) ukuran 14 hari ke
1
 Produksi urin 350cc/5 jam
 Warna urin kuning jernih
 Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih
 Intake cairan oral : 1000-1500cc/hari, parenteral : 1000cc/hari
MK : Tidak ada masalah
6) Sistem Pencernaan (B5)
 TB = 165cm, BB = 60kg, IMT = 22,05 Normal
 Membrane mukosa lembab
 Tidak ada nyeri telan
 Tidak kembung dan tidak ada nyeri tekan abdomen
 Peristaltic usus : 20x/menit
 BAB : 1 kali/hari, terakhir tanggal 28/8/2019 sore hari
 Nafsu makan baik
 Porsi makan habis 1 piring
MK : Tidak ada masalah
7) Sistem Penglihatan
 Normal
MK : Tidak ada masalah
8) Sistem pendengaran
 Normal
MK : Tidak ada masalah

9) Sistem Muskuloskeletal (B6)

 Pergerakan sendi terbatas

 Kekuatan otot : 5 1

5 1

 ROM : rentang gerak terbatas karena ekstremitas kiri mengalami kelemahan

 Tidak ada kelainan ekstremitas dan tulang belakang

 Tidak ada keluhan nyeri

MK : Gangguan Mobilitas Fisik

10) Sistem Integumen


 Penilaian resiko decubitus : 13 beresiko sedang
 Warna ku;it sawo matang, kulit kering
 Pitiing edema tidak ada
MK : Resiko Luka Tekan
11) Sistem Endokrin
 Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
 Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
MK : Tidak ada masalah
12) Personal Hygiene dan Kebiasaan
 Mandi diseka 2 kali/hari
 Sikat gigi jarang saat di rumah sakit
 Kuku kaki panjang
MK : Defisit Perawatan Diri
13) Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
 K+ 3,71 mmol/L
+
 Na 137 mmol/L
 Clorida 98 mmol/L
 Ureum 13 mg/dl
 Creatinin 0,99 mg/dl
 Hb 17,1 mg/dl
 Leukosit 10,1 ribu/ul
 Trombosit 205 ribu/ul
 Pcv 51,6%
 GDA 95 mg/dl
2. ECG : Sinus Rhytm
3. Ct Scan dan Foto Thorak masih menunggu hasil bacaan
4. Terapi Medis
 Infus NS 15 tpm
 Injeksi IV omeprazole 40mg
 Injeksi IV penitoin 100mg, 3 x 1
 Per oral : Neurodex 1 x 1

ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn.J
No. Register : 248314

Hari/
Tgl/Ja DATA ETIOLOGI MASALAH
m
Kamis, DS : Px mengatakan kaki dan tangan Gangguan Neuromuskular Gangguan Mobilitas Fisik
29/8/19
kiri terasa lemah dan tidak bisa Kelemahan (hemiparesis)
(17.00) digerakan
Penurunan kekuatan otot
DO :
Immobilisasi
 Rentang gerak (ROM)
menurun Sulit menggerakan
 Gerakan terbatas ekstremitas
 Terjadi hemiparesis
Gangguan Mobilitas Fisik
 Kekuatan otot 5,5,1,1

Kamis, DS : Px mengatakan tidak mampu Kelemahan (Hemiparesis) Defisit perawatan diri


29/8/19
melakukan aktivitas perawatan Penurunan Kekuatan Otot
(17.00) diri
Immobilisasi
DO :
 Terjadi hemiparesis Tidak mampu mandi secara
 memiliki ketergantungan/tidak mandiri
mampu dalam melakukan
Defisit perawatan diri
perawatan diri
 ADL dibantu total oleh perawat
dan keluarga
 Mandi diseka 2 kali/hari
 Kuku kaki panjang
 Mulut tampak kotor
Kamis, DS : Kelemahan (Hemiparesis) Resiko Luka Tekan
29/8/19
DO : Immobilisasi
(17.00)  Px mengalami penurunan
Tirah baring yang lama
mobilisasi
 Penilaian resiko luka tekan Jaringan kulit tertekan
adalah 13, termasuk resiko
sedang Perubahan sirkulasi, terjadi
kelembapan
 Kulit kering
 Usia >65 tahun
Resiko Luka Tekan

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot ditandai dengan sulit menggerakan
ekstremitas (D.0054)
2. Defisit perawatan diri b.d kelemahan ditandai dengan tidak mampu mandi secara mandiri
(D.0109)
3. Risiko luka tekan tekan b.d penurunan mobilisasi (D.0144)
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.J


No. Register : 248314

Hari/ Tgl/ DIAGNOSA


NO. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Jam KEPERAWATAN
1. Kamis, Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum 1. Keadaan umum pasien dapat
29/8/19 b.d penurunan kekuatan tindakan asuhan pasien menggambarkan kondisi
2. Latihan rentang gerak
(17.00) otot ditandai dengan sulit keperawatan selama kesehatan pasien
Observasi :
2. Membantu mengoptimalkan
menggerakan ekstremitas 7x24 jam pasien 1) Identifikasi keterbatasan
pergerakan pasien
menunjukan peningkatan pergerakan sendi
Observasi :
2) Monitor lokasi
kekuatan otot dengan 1) Menentukan batas gerakan
ketidaknyamanan/ nyeri
kriteria hasil : yang akan dilakukan
saat bergerak 2) Agar dapat memberikan
 Pergerakan ektremitas
Teraupetik :
intervensi seacara cepat
meningkat 1) Fasilitasi
Teraupetik :
 Kekuatan otot
mengoptimalkan posisi 1) Untuk memaksimalkan
meningkat
tubuh untuk latihan
 Rentang gerak
2) ROM pasif dilakukan jika
pergeraakan sendi yang
(ROM) meningkat
pasien tidak dapat
aktif dan pasif
2) Lakukan gerakan pasif melakukan secara mandiri
3) Meningkatkan motivasi
dengan bantuan sesuai
pasien agar melakukan
indikasi
3) Beri dukungan positif latihan
Edukasi :
pada saat melakukan 1) Latihan gerak yang
latihan gerak sendi dilakukan secara bertahap
Edukasi :
dapat membantu proses
1) Anjurkan melakukan
peningkatan kekuatan otot
rentang gerak pasif dan
2) Meminimalisir terjadinya
aktif secara sistematis
cidera
2) Ajarkan rentang gerak
Kolaborasi :
sesuai dengan program 1) Program yang khusus dapat
latihan dikembangkan untuk
Kolaborasi :
menemukan kebutuhan
1) Kolaborasi dengan
yang berarti / menjaga
fisioterapi untuk
kekrangan tersebut dalam
mengembangkan
keseimbangan, koordinasi
program latihan
dan kekuatan

2. Kamis, Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakukan 1. Dukungan perawatan diri 1. Memberikan kenyamanan
Observasi :
29/8/19 kelemahan ditandai tindakan asuhan kepada pasien
1) Monitor kebersihan
Observasi :
(17.00) dengan tidak mampu keperawatan selama
tubuh 1) Untuk mengetahui keadaan
mandi secara mandiri 7x24 jam diharapkan 2) Monitor integritas tubuh
personal hygiene pasien
Teraupetik :
masalah defisit 2) Mencegah terjadinya luka
1) Sediakan peralatan
perawatan diri teratasi tekan
mandi
Teraupetik :
dengan kriteria hasil : 2) Fasilitasi menggosok
1) Memfasilitasi personal
 Kemampuan mandi gigi sesuai kebutuhan
cukup 3) Fasilitasi mandi sesuai hygiene pasien
 Kemampuan 2) Membersihkan mulut dan
kebutuhan
mengenakan pakaian 4) Berikan bantuan sesuai gigi agar tidak terjadi
meningkat tingkat kemandirian infeksi
Edukasi : 3) Memberikan rasa nyaman
1) Jelaskan manfaat mandi
karena badan terasa bersih
dan dampak tidak mandi 4) Memudahkan pasien dalam
terhadap kesehatan memenuhi kebutuhan
2) Ajarkan kepada keluarga
personal hygiene
cara memandikan pasien Edukasi :
1) Agar pasien mengerti dan
paham kebersihan diri itu
sangat penting
2) Agar keluarga bias
memfasilitasi kebutuhan
personal hygiene pasien
3. Kamis, Resiko luka tekan b.d Setelah dilakukan 2. Pencegahan luka tekan 1. Agar tidak terjadi luka tekan
Observasi : Obsrevasi :
29/8/19 penurunan mobilitas tindakan asuhan
4) Periksa luka tekan 1) Untuk mengetahui derajat
(17.00) keperawatan selama
dengan menggunakan resiko terjadi luka tekan
1x24 jam diharapkan 2) Suhu yang tinggi dapat
skala Norton
risiko luka tekan tidak 5) Monitor suhu kulit menunjukkan adanya
6) Monitor mobilitas dan
terjadi dengan kriteria tanda infeksi
aktivitas pasien 3) Penurunan mobilisasi
hasil :
Terapeutik :
dapat menyebabkan
 Nyeri menurun 4) Keringkan daerah kulit
 Kemerahan menurun ternjadinya luka tekan
yang lembab akibat
 Suhu kulit sedang keringat, cairan luka, Terapeutik :
1) Kulit yang kering dan
dan inkontenensia
bersih dapat terhindar dari
fekal/urin
5) Gunakan barrier seperti resiko luka tekan
2) Menjaga elastisitas kulit
lotion
3) Mencegah terjadinya luka
6) Ubah posisi dengan
tekan pada daerah yang
hati-hati setiap 1-2 jam
tertekan
Edukasi :
1) Jelaskan tanda-tanda Edukasi :
1) Tanda-tanda kerusakan
kerusakan kulit
2) Anjurkan melapor jika kulit menjadi salah satu
menemukan tanda- factor pencetus terjadinya
tanda kerusakan kulit luka teka
3) Ajarkan cara merawat 2) Menentukan intervensi
kulit yang tepat
3) Kulit yang terawat dengan
baik akan terhindar dari
resiko luka tekan
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien : Tn.J


No. Register : 248314

Hari/ Tgl/ No.D


Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Shift x
Kamis, 1. 17.00 1. Memantau keadaan umum pasien 17.30 S : Px mengatakan kaki dan tangan
 Keadaan umum lemah, GCS : 4-5-6
29/8/19 kiri masih lemas
 TD = 165/104mmHg, N = 93x/m,
(siang) RR = 20x/m, S = 37,50C O:
2. Latihan rentang gerak
 Gerakan sendi masih terbatas
Observasi :
 Fisik lemah
1) Mengidentifikasi keterbatasan
 Kekuatan oto 5,5,1,1
pergerakan sendi  TD = 160/100mmHg
 Kaki dan tangan kiri sulit  N = 90x/m
 S = 73,50C
digerakkan
 RR = 20x/m
2) Memonitor lokasi ketidaknyamanan
A : Masalah belum teratasi
saat bergerak
Terapeutik : P : lanjutkan intervensi
4) Memfasilitasi pengoptimalan posisi
tubuh untuk pergerakan sendi yang
aktif dan pasif
5) Memberikan dukungan positif pada
saat melakukan latihan gerakan sendi
Edukasi :
1) Menganjurkan untuk melakukan
rentang gerak sendi secara sistematis
Kolaborasi :
1) Berkolaborasi dengan fisioterapi
untuk mengembangkan program
latihan

Kamis, 2. 17.30 1. Dukungan perawatan diri : Mandi 18.00 S : Px mengatakan masih belum
Observasi :
29/8/19 mampu melakukan perawatan diri
1) Memonitor kebersihan tubuh
(siang)  Mulut sedikit kotor : mandi secara mandiri
Terapeutik :
O:
1) Menyediakan peralatan mandi
 Tissue basah  Px belum mampu mandi
 Listerin
secara mandiri
 Sabun cair
 Kaki dan tangan kiri masih
2) Memfasilitasi menggosok gigi
 Melakukan oral hygiene lemas
 ADL dibantu total
menggunakan listerin
 Mulut bersih
3) Memfasilitasi mandi sesuai kebutuhan
 Badan bersih
 Menyeka tubuh pasien
A : Masalah teratasi sebagian
menggunakan tissue basah hingga
P : Lanjutkan intervensi
bersih
Edukasi :
1) Menjelaskan manfaat mandi dan
tidak mandi terhadap kesehatan
 Px dan keluarga paham tentang
penjelasan yang diberikan
2) Mengajarkan kepada keluarga cara
memandikan px
Kamis, 3. 18.10 1. Pencegahan luka tekan 18.50 S : Px mengatakan belum mampu
Observasi :
29/8/19 melakukan mobilisasi
1) Melakukan pemeriksaan luka tekan
(siang) O:
dengan menggunakan skala Norton
 Skala luka tekan 13 (resiko  Elastisitas kulit sedang
 Tidak ada kerusakan lapisan
sedang)
2) Memonitor suhu kulit kulit
 Suhu 37,50C  Tidak ada kemerahan
3) Monitor mobilitas dan aktivitas  Suhu kulit 370C
pasien A : Masalah teratasi
 Mobilisasi menurun karena
P : Hentikan intervensi
terjadi hemiparesis
Terapeutik :
1) Mengeringkan daerah kulit yang
lembab akibat keringat, cairan luka,
dan inkontenensia fekal/urin
2) Memberikan barrier seperti lotion
3) Mengubah posisi dengan hati-hati
setiap 1-2 jam
Edukasi :
1) Menjelelaskan tanda-tanda
kerusakan kulit
 Px dan keluarga paham dengan
penjelasan yang diberikan
2) Menganjurkan untuk melapor jika
menemukan tanda-tanda kerusakan
kulit
3) Mengajarkan cara merawat kulit
 Px dan keluarga sudah mengerti
bagaimana cara merawat kulit

Jumat, 1. 09.00 1. Pemantauan neurologis 10.00 S : Px mengalami penurunan


Observasi :
30/8/19 kesdaran
1) Memonitor tingkat kesadaran pasien
(Pagi)  Px mengalami penurunan O:
kesadaran  Kesadaran sopor
 GCS 2-2-5  GCS 2-2-5
2) Memonitor TTV  TD = 170/90mmHg
 TD = 174/73mmHg  N = 100x/m
 N = 103x/m  RR = 20x/m
 RR = 26x/m  S = 38,50C
 S = 380C  SPO2 = 98%
 SPO2 = 98%
A : Masalah belum teratasi
Terapeutik :
1) Meningkatkan frekuensi pemantauan P : Hentikan intervensi, pasien
status neurologis meninggal
2) Menghindari aktivitas yang dapat
meningkatkan TIK
Edukasi :
1) Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2) Memberikan informasi hasil
pemantauan
 Memberitahukan kepada
keluarga bahwa pasien
mengalami penurunan kesdaran
Jumat, 2. 09.10 1. Dukungan perawatan diri : mandi 10.10 S : Px mengalami penurunan
Observasi :
30/8/19 kesadaran
1) Memonitor kebersihan tubuh pasien
(Pagi) 2) Memonitor integritas kulit O:
Terapeutik :
 Keadaan umum lemah
1) Melakukan oral hygiene
 GCS 2-2-5
2) Menyeka tubuh pasien hingga bersih
 Badan pasien tampak lebih
bersih
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke di atas pemberian
asuhan keperawatan mobilisasi merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal dalam
memulihkan pasien tersebut. Mobilisasi yang awaal juga dapat mengurangi semua
komplikasi yang berhubungan dengan immobilisasi fisik pada tempat tidur seperti
pneumonia, Deep Vena Trombosis (DVT), emboli pulmoner, decubitus, dan masalah
tekanan darah orthostatic. Mobilisasi awal kemungkinan juga memiliki efek psikologis
yang penting. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa mobilisasi yang sangat awal
adalah salah satu faktor kunci dalam perawatan pasien dengan gangguan mobilisasi
fisik khusunya pada penderita stroke.

Pada pengelolaan kasus tersebut bebe rapa masalah kebutuhan dasar yang dialami
oleh pasien, seperti gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan diri, dan resiko luka
tekan. Melalui pengkajian, observasi penulis mengambil prioritas masalahnya adalah
gangguan gangguan mobilitas fisik karena pada gangguan ini pasien sangat
membutuhkan perawatan yang teratur dan intensif setiap hari guna mendukung
pemulihan dari kelumpuhan fisik pasien, mencegah komplikasi immobilisasi fisik
yang alin serta pemenuhan kebutuhan dasar yang lain pasien yang berkaitan dengan
masalah mobilisasi tersebut.

4.2 Saran

Saran penulis dalam tindakan keperawatan selanjutnya yaitu pastikan dahulu data
yang didapat di dalam pengkajian yang kemudian dirumuskan menjadi masalah
keperawatan. Dan berikan penanganan atau tindakan keperawatan yang selalu
terupdate dengan mengacu pada jurnal jurnal terbaru.
Namun selalu koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya untuk mengurangi
adanya kesalahan atau justru merugikan pasien.
BAB 5
REVIEW JURNAL

TERAPI BIOPSIKOLOGI DI RUMAH UNTUK


MENINGKATKAN KEKUATAN MOTORIK PASCA STROKE
ULANGAN

Ambar Sulianti1, Dadang Sahroni2


1,2
Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK.
Stroke merupakan merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Jumlah
penduduk penderita stroke di Indonesia sebagian besar berada pada usia produktif dan
berisiko mengalami stroke ulangan dengan permasalahan yang lebih berat. Stroke berdampak
kepada perubahan-perubahan baik biologis pada tubuh manusia maupun kepada psikis
penderita. Permasalahan yang ditimbulkan oleh stroke tidak hanya dialami penderita tetapi
juga oleh keluarga. Penelitian ini bertujuan menguji metode terpadu biologi- psikologi untuk
meningkatkan kekuatan motorik penderita pasca stroke ulangan yang dapat dilakukan di
rumah penderita oleh keluarga penderita. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
kuasi dengan menggunakan Single Subject Randomized Time Series Design. Subjek adalah
seorang perempuan berusia 64 tahun yang mengalami kelumpuhan akibat stroke ulangan.
Keluarga yang tinggal dengan subjek hanyalah seorang anak perempuan yang bekerja pada
perusahaan swasta. Perlakuan yang diberikan berupa metode terpadu Biopsikologi dengan
memberikan masase pada jalur-jalur akupunktur dikombinasi dengan mendengarkan,
membaca, dan memahami ayat-ayat Al Quran, serta pengaturuan diet. Penelitian dilakukan
selama 2 bulan di rumah penderita di Bandung. Pelaksanaan dilakukan oleh keluarga yang
telah dilatih oleh peneliti dengan pengamatan setiap 3 hari. Data hasil penelitian dianalisis
menggunakan analisis statistik deskriptif berupa grafik. Hasil penelitian menunjukkan terjadi
peningkatan kemampuan motorik pada subjek. Penelitian ini dapat digunakan sebagai
landasan untuk penelitian terapi biopsikologi di rumah pada subjek yang lebih luas.

Kata Kunci : Stroke, terapi, biopsikologi, rumah


ABSTRACT
Stroke is the highest disease cause of disability in the world. The number of people with
stroke in Indonesia is mostly at productive age and at risk of repeated strokes with more
severe problems. Stroke affects both biological changes in the human body and the
psychological sufferer. Problems caused by stroke not only experienced by patients but also
by the family. This research aimed to analyse the integrated method of biology-psychology
to improve motor power post-repeated stroke that can be done in the patient's home by the
patient's family. This research is a quasi-experiment research using Single Subject
Randomized Time Series Design. The subject was a 64-year-old woman who had paralysis
from a repeated stroke. The family living with the subject is just a girl who works for a
private company. The treatment provided in the form of an integrated method of
Biopsychology by providing massage on acupuncture pathways combined with listening,
reading, and understanding Qur’an verses, as well as dietary dieting. The study was
conducted for 2 months at the patient's home in Bandung. Implementation carried out by
families who have been trained by researchers with observations every 3 days. The data of
the research were analysed using descriptive statistical analysis in the form of graph. The
results showed an increase in motor skills in the subject. This research can be used as a
foundation for the study of home bio psychological therapies on a broader subject.

Keywords. Stroke, therapy, biopsychology, home


PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan masase pada titik-titik akupunktur, dilakukan juga olah gerak pada
subjek. Pada akhir penelitian, subjek mencapai kekuatan otot 4 pada tangan dan kakinya. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Sullivan yang menunjukkan bahwa terapi latihan adalah
metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi masalah mobilitas fisik setelah kerusakan
otak. Terapi latihan yang dikerjakan oleh keluarga berbasis titiktitik akupunktur dapat
meningkatkan kekuatan kekuatan otot, dan mengurangi tonus otot (spastisitas) lower extremity
sehingga dapat meningkatkan gait function pada pasien post stroke. Olah gerak dalam hal ini
merupakan gabungan pelatihan kembali kontrol motorik berdasarkan pemahaman tentang
kinematika dan kinetika gerakan normal (biomekanik), kontrol dan latihan motorik (motor
control and motor learning), yang melibatkan proses kognitif, ilmu perilaku dan psikologi,
pelatihan, pemahaman tentang anatomi dan fisiologi saraf. Latihan tersebut dapat memberikan
proses pembelajaran aktivitas fungsional serta menerapkan premis dasar bahwa kapasitas otak
mampu untuk reorganisasi dan beradaptasi (kemampuan plastisitas otak) dan dengan latihan
yang terarah dan membaik

Stroke sering berlanjut dengan stress hingga depresi karena faktor mental Hal ini terjadi
pada awal terapi subjek. Kondisi kesepian yang dialami subjek membuat subjek sering melamun
dan bersedih. Membaca Al Fatihah dengan menghayati maknanya dan dilakukan setiap hari
dapat memberikan motivasi dan pemahaman mengenai pandangan terhadap pegangan hidupnya,
dalam hal ini penderita pasca stroke ulangan. Diharapkan mereka dapat meneguhkan pegangan
hidupnya (anchor) mereka kepada Allah. Ketika sudah membaca Al Fatihah maka mereka dapat
mengembalikan semua hal yang terjadi dalam hidupnya kedalam ketentuan Allah. Mereka juga
tidak lagi merasa berputus asa dan memahami janji dan ketentuan Allah dari Surat Al Fatihah
yang mereka baca. Belzen (dalam Chizanah 2011) menyatakan bahwa religiusitas berkaitan
dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), kegiatan-kegiatan keagamaan dan keyakinan yang
mendasarinya. Religiusitas memberikan pengaruh positif dalam masa penyembuhan dan
rehabilitasi

Ketika subjek sudah memiliki semangat hidup dan stresor kehidupannya telah dimaknai
positif maka akan direspons oleh hipotalamus. Imunitas yang tadinya terganggu akibat rusaknya
keseimbangan sistem endrokin menjadi terkontrol karena hipotalamus mensekresi realising
hormone. Realising hormone ini berfungsi merangsang sistem endokrin yang dapat mengontrol
kerja kelenjar hipofisis (Abbas, 2000). Kelenjar Hipofisis yang dikontrol tersebut akan
mengurangi sekresi hormon ACTH sehingga kelenjar sasaran tidak mensekresi hormon kortisol
(Abbas, 2000).

Mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Quran yang dibacakan 10 ayat per hari
memengaruhi keseluruhan fisiologis tubuh. Hal ini diproses pada basis aktivasi korteks sensori
dengan aktivitas sekunder lebih dalam pada neokorteks dan beruntun ke dalam sistem limbik,
hipotalamus, dan sistem saraf otonom. Saraf kranial kedelapan dan kesepuluh membawa impuls
suara melalui telinga. Dari sini, saraf vagus, yang membantu regulasi kecepatan denyut jantung,
respirasi dan bicara, membawa impuls sensorik motorik ke tenggorokan, laring, jantung, dan
diafragma.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, K. A. (2000). Cellular and molecular immunology (4th). Philadelphia: W.B. Saunders
Company.

Chizanah, L. (2011). Ikhlas = Proposional (Studi Komparasi Berdasar Caps). Jurnal Psikologi
Islam, 8(2), 145-164.

Mubarak, Wahit & Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi

dalam Praktik. Jakarta : EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Kriteria Hasil
Keperwatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai