OLEH
KELOMPOK 15 :
1. MOCH. FAQIH FATCHUR (P1721295043)
2. HARTINA ROLOBESSY (P1721295011)
3. THEZA AYU WARDANI
OLEH
KELOMPOK 15 :
1. MOCH. FAQIH FATCHUR P1721295043
2. HARTINA ROLOBESSY P1721295011
3. THEZA AYU WARDANI
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar asuhan keperawatan
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Gangguan Mobilitas Fisik di Ruang
Stroke Center Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi” sebagai salah satu syarat
tugas akhir Praktik Klinik Keperawatan Dasar Profesi di Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang Program Studi Profesi Ners Jurusan Keperawatan Malang.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan
dukungan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat diatasi. Oleh
karena itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Pembimbing Akademik Program Studi Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang yang telah membimbing kami.
2. Perseptor Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi yang telah
membimbing kami.
3. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya dalam menyelesaikan
laporan ini.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, sehingga kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaanlaporan ini.
Kelompok 15
DAFTAR ISI
Sampul Luar
Sampul Dalam
Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................
1.4 Manfaat............................................................................................................
BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan......................................................................................................
4.2 Saran................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dalam rangka
peningkatan pengetahuan berkaitan dengan gangguan mobilitas fisik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
b. Perubahan metabolisme
f. Kekauan sendi
g. Kontraktur
h. Gangguan musculoskeletal
i. Gangguan neuromuskular
j. Nyeri
k. Kecemasan
2.1.3 Klasifikasi
1. Mobilisasi penuh
2. Mobilisasi sebagian
2.1.4 Patofisiologi
Perubahan sistem
muskuloskeletal
Immobilisasi
Kelemahan
Rentang gerak (ROM)
menurun
Sulit menggerakan
Tirah baring yang lama ekstremitas
Nyeri saat bergerak
Fisik lemah
Tidak mampu mandi/ Sendi kaku
Jaringan kulit tertekan mengenakan pakaian/ ke
toilet secara mandiri
d. Gerakan terbatas
e. Fisik lemah
1) Kesejajaran Tubuh
Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangangkat
klien dengan benar, menggunakan teknik posisi yang tepat, dan memindahkan
klien dengan posisi yang aman dari tempat tidur ke kursi atau brankar.
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-
posisi tersebut, yaitu : posisi fowler (setengah duduk), posisi litotomi, posisi
dorsal recumbent, posisi supinasi (terlentang), posisi pronasi (tengkurap), posisi
lateral (miring), posisi sim, posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
2) Mobilisasi Sendi
2) Riwayat Kesehatan
Sejak kapan timbul keluhan apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang
menimbulkan gejalan. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan serta
timbul untuk pertama kalinya atau terulang. Perlu ditanya pula tentang ada
tidaknya gangguan pada sistem lain, masalah-maslaah lain. Adakah alat
bantu gerak, jika ada mencapat alat bantu ambulasi seperti kursi roda,
tongkat dan lain-lain serta mengkaji pola ambulasi.
Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tantang adanya efek
langsung maupun tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misal riwayat
trauma/kerusakan tulang rawan, riwayat artitis, osteomielitis. Riwayat obat
berikut efek sampaingnya misalnya krotikosteroid dapat menimbulkan
kelemahan otot.
b. Nutrisi/ metabolik
Makanan kesukaan
c. Pola eliminasi
Nyeri
Kuantitas
5) Kemampuan Mobilisasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Derajat kekuatan otot ditentukan dengan :
Edukasi :
Kolaborasi :
BAB 3
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn.J
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Umur : 68 tahun
d. Status Kawin : Kawin
e. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
f. Agama : Islam
g. Pendidikan : SD
h. Alamat : Kesamben, Blitar
i. Sumber Biaya : BPJS
2. Keluhan utama
Klien mengeluh tangan dan kaki kiri lemah
3. Riwayat Penyakit sekarang
Tn.J dibawa ke UGD RS Ngudi Waluyo Wlingi pada hari kamis (29/8/19) dengan
keluhan kepala pusing saat beraktivitas, kaki dan tangan kiri terasa lemah.
Kelemahanekstremitas sudah dirasakan sejak hari rabu (28/8/19). Hasil pemeriksaan
TTV di UGD yaitu : TD = 160/90 mmHg, N= 90x/m, RR= 20x/m, S= 37 0c. dan terapi
yang didapatkan di UGD antara lain IVFD NS 15 tpm, injeksi IV omeprazole 40mg,
dan injeksi IV penitoin 100mg.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Tidak mempunyai riwayat
alergi makanan maupun obat dan tidak pernah memiliki riwayat operasi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit sama seperti yang dialami pasien.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki : Garis Keturunan
: Perempuan : Garis Perkawinan
: Tinggal Serumah
: Meninggal
: Klien
Kekuatan otot : 5 1
5 1
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn.J
No. Register : 248314
Hari/
Tgl/Ja DATA ETIOLOGI MASALAH
m
Kamis, DS : Px mengatakan kaki dan tangan Gangguan Neuromuskular Gangguan Mobilitas Fisik
29/8/19
kiri terasa lemah dan tidak bisa Kelemahan (hemiparesis)
(17.00) digerakan
Penurunan kekuatan otot
DO :
Immobilisasi
Rentang gerak (ROM)
menurun Sulit menggerakan
Gerakan terbatas ekstremitas
Terjadi hemiparesis
Gangguan Mobilitas Fisik
Kekuatan otot 5,5,1,1
1. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot ditandai dengan sulit menggerakan
ekstremitas (D.0054)
2. Defisit perawatan diri b.d kelemahan ditandai dengan tidak mampu mandi secara mandiri
(D.0109)
3. Risiko luka tekan tekan b.d penurunan mobilisasi (D.0144)
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Kamis, Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakukan 1. Dukungan perawatan diri 1. Memberikan kenyamanan
Observasi :
29/8/19 kelemahan ditandai tindakan asuhan kepada pasien
1) Monitor kebersihan
Observasi :
(17.00) dengan tidak mampu keperawatan selama
tubuh 1) Untuk mengetahui keadaan
mandi secara mandiri 7x24 jam diharapkan 2) Monitor integritas tubuh
personal hygiene pasien
Teraupetik :
masalah defisit 2) Mencegah terjadinya luka
1) Sediakan peralatan
perawatan diri teratasi tekan
mandi
Teraupetik :
dengan kriteria hasil : 2) Fasilitasi menggosok
1) Memfasilitasi personal
Kemampuan mandi gigi sesuai kebutuhan
cukup 3) Fasilitasi mandi sesuai hygiene pasien
Kemampuan 2) Membersihkan mulut dan
kebutuhan
mengenakan pakaian 4) Berikan bantuan sesuai gigi agar tidak terjadi
meningkat tingkat kemandirian infeksi
Edukasi : 3) Memberikan rasa nyaman
1) Jelaskan manfaat mandi
karena badan terasa bersih
dan dampak tidak mandi 4) Memudahkan pasien dalam
terhadap kesehatan memenuhi kebutuhan
2) Ajarkan kepada keluarga
personal hygiene
cara memandikan pasien Edukasi :
1) Agar pasien mengerti dan
paham kebersihan diri itu
sangat penting
2) Agar keluarga bias
memfasilitasi kebutuhan
personal hygiene pasien
3. Kamis, Resiko luka tekan b.d Setelah dilakukan 2. Pencegahan luka tekan 1. Agar tidak terjadi luka tekan
Observasi : Obsrevasi :
29/8/19 penurunan mobilitas tindakan asuhan
4) Periksa luka tekan 1) Untuk mengetahui derajat
(17.00) keperawatan selama
dengan menggunakan resiko terjadi luka tekan
1x24 jam diharapkan 2) Suhu yang tinggi dapat
skala Norton
risiko luka tekan tidak 5) Monitor suhu kulit menunjukkan adanya
6) Monitor mobilitas dan
terjadi dengan kriteria tanda infeksi
aktivitas pasien 3) Penurunan mobilisasi
hasil :
Terapeutik :
dapat menyebabkan
Nyeri menurun 4) Keringkan daerah kulit
Kemerahan menurun ternjadinya luka tekan
yang lembab akibat
Suhu kulit sedang keringat, cairan luka, Terapeutik :
1) Kulit yang kering dan
dan inkontenensia
bersih dapat terhindar dari
fekal/urin
5) Gunakan barrier seperti resiko luka tekan
2) Menjaga elastisitas kulit
lotion
3) Mencegah terjadinya luka
6) Ubah posisi dengan
tekan pada daerah yang
hati-hati setiap 1-2 jam
tertekan
Edukasi :
1) Jelaskan tanda-tanda Edukasi :
1) Tanda-tanda kerusakan
kerusakan kulit
2) Anjurkan melapor jika kulit menjadi salah satu
menemukan tanda- factor pencetus terjadinya
tanda kerusakan kulit luka teka
3) Ajarkan cara merawat 2) Menentukan intervensi
kulit yang tepat
3) Kulit yang terawat dengan
baik akan terhindar dari
resiko luka tekan
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Kamis, 2. 17.30 1. Dukungan perawatan diri : Mandi 18.00 S : Px mengatakan masih belum
Observasi :
29/8/19 mampu melakukan perawatan diri
1) Memonitor kebersihan tubuh
(siang) Mulut sedikit kotor : mandi secara mandiri
Terapeutik :
O:
1) Menyediakan peralatan mandi
Tissue basah Px belum mampu mandi
Listerin
secara mandiri
Sabun cair
Kaki dan tangan kiri masih
2) Memfasilitasi menggosok gigi
Melakukan oral hygiene lemas
ADL dibantu total
menggunakan listerin
Mulut bersih
3) Memfasilitasi mandi sesuai kebutuhan
Badan bersih
Menyeka tubuh pasien
A : Masalah teratasi sebagian
menggunakan tissue basah hingga
P : Lanjutkan intervensi
bersih
Edukasi :
1) Menjelaskan manfaat mandi dan
tidak mandi terhadap kesehatan
Px dan keluarga paham tentang
penjelasan yang diberikan
2) Mengajarkan kepada keluarga cara
memandikan px
Kamis, 3. 18.10 1. Pencegahan luka tekan 18.50 S : Px mengatakan belum mampu
Observasi :
29/8/19 melakukan mobilisasi
1) Melakukan pemeriksaan luka tekan
(siang) O:
dengan menggunakan skala Norton
Skala luka tekan 13 (resiko Elastisitas kulit sedang
Tidak ada kerusakan lapisan
sedang)
2) Memonitor suhu kulit kulit
Suhu 37,50C Tidak ada kemerahan
3) Monitor mobilitas dan aktivitas Suhu kulit 370C
pasien A : Masalah teratasi
Mobilisasi menurun karena
P : Hentikan intervensi
terjadi hemiparesis
Terapeutik :
1) Mengeringkan daerah kulit yang
lembab akibat keringat, cairan luka,
dan inkontenensia fekal/urin
2) Memberikan barrier seperti lotion
3) Mengubah posisi dengan hati-hati
setiap 1-2 jam
Edukasi :
1) Menjelelaskan tanda-tanda
kerusakan kulit
Px dan keluarga paham dengan
penjelasan yang diberikan
2) Menganjurkan untuk melapor jika
menemukan tanda-tanda kerusakan
kulit
3) Mengajarkan cara merawat kulit
Px dan keluarga sudah mengerti
bagaimana cara merawat kulit
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus gangguan mobilitas fisik pada pasien stroke di atas pemberian
asuhan keperawatan mobilisasi merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal dalam
memulihkan pasien tersebut. Mobilisasi yang awaal juga dapat mengurangi semua
komplikasi yang berhubungan dengan immobilisasi fisik pada tempat tidur seperti
pneumonia, Deep Vena Trombosis (DVT), emboli pulmoner, decubitus, dan masalah
tekanan darah orthostatic. Mobilisasi awal kemungkinan juga memiliki efek psikologis
yang penting. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa mobilisasi yang sangat awal
adalah salah satu faktor kunci dalam perawatan pasien dengan gangguan mobilisasi
fisik khusunya pada penderita stroke.
Pada pengelolaan kasus tersebut bebe rapa masalah kebutuhan dasar yang dialami
oleh pasien, seperti gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan diri, dan resiko luka
tekan. Melalui pengkajian, observasi penulis mengambil prioritas masalahnya adalah
gangguan gangguan mobilitas fisik karena pada gangguan ini pasien sangat
membutuhkan perawatan yang teratur dan intensif setiap hari guna mendukung
pemulihan dari kelumpuhan fisik pasien, mencegah komplikasi immobilisasi fisik
yang alin serta pemenuhan kebutuhan dasar yang lain pasien yang berkaitan dengan
masalah mobilisasi tersebut.
4.2 Saran
Saran penulis dalam tindakan keperawatan selanjutnya yaitu pastikan dahulu data
yang didapat di dalam pengkajian yang kemudian dirumuskan menjadi masalah
keperawatan. Dan berikan penanganan atau tindakan keperawatan yang selalu
terupdate dengan mengacu pada jurnal jurnal terbaru.
Namun selalu koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya untuk mengurangi
adanya kesalahan atau justru merugikan pasien.
BAB 5
REVIEW JURNAL
ABSTRAK.
Stroke merupakan merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Jumlah
penduduk penderita stroke di Indonesia sebagian besar berada pada usia produktif dan
berisiko mengalami stroke ulangan dengan permasalahan yang lebih berat. Stroke berdampak
kepada perubahan-perubahan baik biologis pada tubuh manusia maupun kepada psikis
penderita. Permasalahan yang ditimbulkan oleh stroke tidak hanya dialami penderita tetapi
juga oleh keluarga. Penelitian ini bertujuan menguji metode terpadu biologi- psikologi untuk
meningkatkan kekuatan motorik penderita pasca stroke ulangan yang dapat dilakukan di
rumah penderita oleh keluarga penderita. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
kuasi dengan menggunakan Single Subject Randomized Time Series Design. Subjek adalah
seorang perempuan berusia 64 tahun yang mengalami kelumpuhan akibat stroke ulangan.
Keluarga yang tinggal dengan subjek hanyalah seorang anak perempuan yang bekerja pada
perusahaan swasta. Perlakuan yang diberikan berupa metode terpadu Biopsikologi dengan
memberikan masase pada jalur-jalur akupunktur dikombinasi dengan mendengarkan,
membaca, dan memahami ayat-ayat Al Quran, serta pengaturuan diet. Penelitian dilakukan
selama 2 bulan di rumah penderita di Bandung. Pelaksanaan dilakukan oleh keluarga yang
telah dilatih oleh peneliti dengan pengamatan setiap 3 hari. Data hasil penelitian dianalisis
menggunakan analisis statistik deskriptif berupa grafik. Hasil penelitian menunjukkan terjadi
peningkatan kemampuan motorik pada subjek. Penelitian ini dapat digunakan sebagai
landasan untuk penelitian terapi biopsikologi di rumah pada subjek yang lebih luas.
Stroke sering berlanjut dengan stress hingga depresi karena faktor mental Hal ini terjadi
pada awal terapi subjek. Kondisi kesepian yang dialami subjek membuat subjek sering melamun
dan bersedih. Membaca Al Fatihah dengan menghayati maknanya dan dilakukan setiap hari
dapat memberikan motivasi dan pemahaman mengenai pandangan terhadap pegangan hidupnya,
dalam hal ini penderita pasca stroke ulangan. Diharapkan mereka dapat meneguhkan pegangan
hidupnya (anchor) mereka kepada Allah. Ketika sudah membaca Al Fatihah maka mereka dapat
mengembalikan semua hal yang terjadi dalam hidupnya kedalam ketentuan Allah. Mereka juga
tidak lagi merasa berputus asa dan memahami janji dan ketentuan Allah dari Surat Al Fatihah
yang mereka baca. Belzen (dalam Chizanah 2011) menyatakan bahwa religiusitas berkaitan
dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), kegiatan-kegiatan keagamaan dan keyakinan yang
mendasarinya. Religiusitas memberikan pengaruh positif dalam masa penyembuhan dan
rehabilitasi
Ketika subjek sudah memiliki semangat hidup dan stresor kehidupannya telah dimaknai
positif maka akan direspons oleh hipotalamus. Imunitas yang tadinya terganggu akibat rusaknya
keseimbangan sistem endrokin menjadi terkontrol karena hipotalamus mensekresi realising
hormone. Realising hormone ini berfungsi merangsang sistem endokrin yang dapat mengontrol
kerja kelenjar hipofisis (Abbas, 2000). Kelenjar Hipofisis yang dikontrol tersebut akan
mengurangi sekresi hormon ACTH sehingga kelenjar sasaran tidak mensekresi hormon kortisol
(Abbas, 2000).
Mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Quran yang dibacakan 10 ayat per hari
memengaruhi keseluruhan fisiologis tubuh. Hal ini diproses pada basis aktivasi korteks sensori
dengan aktivitas sekunder lebih dalam pada neokorteks dan beruntun ke dalam sistem limbik,
hipotalamus, dan sistem saraf otonom. Saraf kranial kedelapan dan kesepuluh membawa impuls
suara melalui telinga. Dari sini, saraf vagus, yang membantu regulasi kecepatan denyut jantung,
respirasi dan bicara, membawa impuls sensorik motorik ke tenggorokan, laring, jantung, dan
diafragma.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, K. A. (2000). Cellular and molecular immunology (4th). Philadelphia: W.B. Saunders
Company.
Chizanah, L. (2011). Ikhlas = Proposional (Studi Komparasi Berdasar Caps). Jurnal Psikologi
Islam, 8(2), 145-164.
Mubarak, Wahit & Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Kriteria Hasil
Keperwatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.