Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWAT DARURATAN SISTEM PERSYARAFAN :


PADA PASIEN Ny. K. DENGAN STROKE NON HEMORAGIK
DI RUANG ICU RSUD WONOSARI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan


Kegawatdaruratan
Pembimbing :
Rokhib Aryidi, SST.,M. Tr.Kep

Disusun oleh :
Vina Maunatul Laili (P07120218021)
Rizka Octaviani (P07120218022)
Azizah Maulina (P07120218023)
Rifky Aulan Nisa (P07120218050)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN SISTEM
PERSYARAFAN : PADA PASIEN Ny. K. DENGAN STROKE
NON HEMORAGIK DI RUANG ICU RSUD WONOSARI

Diajukan untuk disetujui pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

(Rokhib Aryidi, SST.,M. Tr.Kep ) ( )

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Kegawat
Daruratan Sistem Persyarafan : Pada Pasien Ny. K. Dengan Stroke Non
Hemoragik Di Ruang Icu Rsud Wonosari”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas praktik klinik Kepertawatan Kegawat Daruratan khususnya
asuhan keperawatan pada pasien dengan Stroke Non Hemoragik. Ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada :
1. Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom. selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Ns. Maryana, S.Psi., S.Kep., M.Kep. selaku Ka.Prodi D IV Keperawatan
Poltekkes Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. Rokhib Aryidi, SST.,M. Tr.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
4. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dalam proses menyelesaikan
penyusunan laporan ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih
mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien Ny.“K” dengan diagnosa
medis Stroke Non Hemoragik di ruang ICU RSUD Wonosari. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih kauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharap dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini
lebih sempurna.

Yogyakarta, 5 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................2
D. Metode Penulisan................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
A. Definisi Stroke..................................................................................................3
B. Patofisiologi......................................................................................................4
C. Etiologi.............................................................................................................6
D. Klasifikasi.........................................................................................................8
E. Komplikasi........................................................................................................8
F. Penatalaksanaan Klinis.....................................................................................8
G. Pengkajian Keperawatan Secara.......................................................................9
H. Pemeriksaan Fisik...........................................................................................10
I. Diagnosa, Intervensi, Nursing out come Keperawatan Secara Teori.............15
BAB III..................................................................................................................20
A. Pengkajian Umum..........................................................................................20
B. Analisa Data....................................................................................................26
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan.....................................................................28
D. Rencana Keperawatan....................................................................................28
BAB IV..................................................................................................................48
A. Kesimpulan.....................................................................................................48
B. Saran...............................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................50
LAMPIRAN 1.......................................................................................................51

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah infark
miokard dan kanker serta penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia.
Dampak stroke tidak hanya dirasakan oleh penderita, namun juga oleh
keluarga dan masyarakat disekitarnya. Penelitian menunjukkan kejadian stroke
terus meningkat di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia
(Endriyani, dkk., 2011; Halim dkk., 2013).
Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit
stroke tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia.
Diperkirakan jumlah stroke iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang ada.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke
di dunia. Di Indonesia stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1000
penduduk, 60,7 persennya disebabkan oleh stroke non hemoragik. Sebanyak
28,5 % penderita meninggal dunia dan sisanya mengalami kelumpuhan total
atau sebagian. Hanya 15 % saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke
atau kecacatan (Nasution, 2013; Halim dkk., 2013). Berdasarkan RISKESDAS
(Riset Kesehatan Dasar RI) tahun 2013 terjadi peningkatan angka stroke di
Yogyakarta yaitu 10,3 juta dan penderita stroke khususnya di Sleman
mencapai 13.650 jiwa setiap tahunnya.
Stroke non hemoragik dapat didahului oleh oleh banyak faktor
pencetus dan sering kali berhubungan dengan penyakit kronis yang
menyebabkan masalah penyakit vaskular seperti penyakit jantung, hipertensi,
diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, dan stres.
Pada kenyataannya, banyak klien yang datang ke rumah sakit dalam
keadaan kesadaran yang sudah jauh menurun dan stroke merupakan penyakit
yang memerlukan perawatan dan penanganan yang cukup lama. Oleh karena
itu peran perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada

1
pasien stroke non hemoragik, serta diharapkan tidak hanya fokus terhadap
keadaan fisiknya saja tetapi juga psikologis penderita.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis
mengambil rumusan masalah bagaimana cara memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke, khususnya pada Ny. K dengan
stroke non hemoragik di ICU RSUD Wonosari.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu berpikir secara logis dan ilmiah dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik
dengan menggunakan pendekatan manajemen keperawatan secara benar,
tepat dan sesuai dengan standart keperawatan kegawatdaruratan secara
professional.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan stroke non hemoragik,
b. Menganalisa kasus dan merumuskan masalah keperawatan pada
pasien dengan stroke non hemoragik,
c. Menyusun asuhan keperawatan yang mencakup intervensi pada pasien
dengan stroke non hemoragik,
d. Melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan
pada pasien dengan stroke non hemoragik,
e. Mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dengan stroke non hemoragik,

D. Metode Penulisan
Metode pengambilan kasus untuk penyususnan laporan melakukan
pendekatan studi kasus yang ada di rumah sakit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Stroke
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal dan
atau global, yang muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi
saraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Gangguan saraf tersebut menimbulkan gejala antara lain :
kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas
(pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain
(Riskesdas, 2013). Stroke melibatkan onset mendadak defisit neurologis fokal
yang berlangsung setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari pembuluh darah
(Dipiro, 2015).
Stroke Non Hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan trombosisserebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau di pagi hari dan tidakterjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapattimbul edema sekunder (Arif
Muttaqin, 2008). Sedangkan menurut Padila, (2012) Stroke Non Haemoragik
adalah cedera otak yang berkaitan dengan obtruksi aliran darah otak terjadi
akibat dari pembentukan trombus di artericerebelum atau embolus yang
mengalir ke otak dan tempat lain di dalam tubuh. Stroke Non Haemoragic yaitu
tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. 80 % stroke adalah stroke iskemik atau
Non Haemoragic (NANDA, 2015)
Stroke non hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis
serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau
di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Wijaya
& Putri, 2013). Disartria merupakan motor speech disorder. Otot-otot mulut,
wajah, dan sistem pernapasan menjadi lemah, sulit digerakkan, atau dapat
tidak berfungsi sama sekali setelah kejadian stroke atau cedera otak lainnya.

3
Jenis dan beratnya disartria tergantung pada daerah mana dari sistem saraf
dipengaruhi. Beberapa penyebab dari dysarthria diantaranya stroke, cedera
kepala, cerebral palsy, dan distrofi otot.
Disatria juga dinamakan dengan gangguan artikulasi, pada dysathria hanya
cara mengucapkan kata kata yang terganggu, akan tetapi tata bahasanya baik.
Pada lesi UMN (Upper Mottor Neuron) unilateral , sebagai gejala bagian dari
hemiparesis dijumpai disatria yang ringan sekali. Dalam hal ini lidah sukar
dikeluarkan dan umumnya kaku untuk digerakkan ke seluruh jurusan(Mahar
Mardjono dan priguna Sidharta, 2006).

B. Patofisiologi

4
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan pantdan jantung).
Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus
dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang st
enosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi
(Muttaqin, 2008).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah.Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa
jam ataukadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema
klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak
fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
trombosis.Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh
darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada
pada pembuluh darah yang tersumbat .menyebabkandilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika
aneurisma pecah atau ruptur (Muttaqin, 2008).
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
lebih sering menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit
serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksimassa otak,
peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasiotak pada falk serebri atau lewat foramen magnum (Muttaqin, 2008).

5
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak,
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Per
embesan darah ke ventrikelotak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nukleus kaudatus, talamus, dan pons (Muttaqin, 2008).
Jjika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral:
Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk
waktu 4-6 menit.Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia cerebral dapat terjadi oleh karena gangguan yanang bervariasi, salah
satunya henti jantung (Muttaqin, 2008).
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akanmengakihatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan
tekanan perfusi otak sertagangguan drainase otak. Elernen-elemen vasoaktif
darah yang keluar dan kaskade iskemik akibatmenurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan saraf di area yang terkena darah dan sekitarnyatertekan lagi
(Muttaqin, 2008).
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih
dari 60 cc makarisiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan
71%pada perdarahan lobar, sedangkan jika terjadi perdarahan serebral dengan
vaolume antara 30 -60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 %,
namun volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal (Misbach,
199 dalam Muttaqin).

C. Etiologi
Stroke Non Hemoragik disebabkan karena adanya penyumbatan pada
pembuluh darah yang menuju ke otak. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh
dua hal, yang pertama adalah karena adanya penebalan pada dinding
pembuluh darah yang disebut dengan atheroschlerosis dan bekuan darah yang
bercampur lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah, yang dikenal
dengan istilah thrombus.Yang kedua adalah tersumbatnya pembuluh darah
otak oleh emboli, yaitu bekuan darah yang berasal dari thrombus di jantung.

6
Thrombus atau bekuan darah di jantung ini biasanya terjadi pada
pasien yang terpasang katup jantung buatan, setelah serangan miokard akut,
atau pasien dengan gangguan irama jantung berupa febrilasi atrial, yaitu irama
jantng yang tidak teratur yang berasal dari serambi jantung (Mulyatsih &
Arizia, 2008).
1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher) Stroke
terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran darah
ke jaringanotak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan kongesti
dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya.Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh
darah otak atau leher). Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh
darah, menghentikan aliran darah ke jaringan otak yang disediakan oleh
pembuluh dan menyebabkan kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi
pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan odema dan kongesti di
sekitarnya.
2. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuhyang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah
otak oleh bekuan darah, lemak dan udara.Pada umumnya emboli berasal
dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistemarteri
serebral.Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik.
3. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah. Penyebab lain yang dapat menimbulkan
stroke Non Haemoragic adalah:
a. Stroke Trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan
b. Stroke embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah

7
c. Hypoperfusion sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
D. Klasifikasi
Stroke iskemik atau stroke non hemoragik dapat dijumpai dalam 4 bentuk
klinis berdasarkan perkembangan waktu :
1. Serangan Iskemi Sepintas (Transient Ischemic Attack-TIA)
2. Defisit Neurologis Iskemik Sepintas (Reversible Ischemic Neurology
Deficit-RIND)
3. Stroke Progresif (Progressive Stroke/ Stroke In Evolution)
4. Stroke Komplet (Completed Stroke/ Permanent Stroke)
(Harsono, 2007; Batticaca, 2008; Ariani 2012)

E. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Sudoyo (2006) meliputi :
1. Hipoksia serebral
2. Penurunan aliran darah serebral
3. Luasnya area cidera
4. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
penghentian thrombus local .

F. Penatalaksanaan Klinis
Penatalaksanaan klinis menurut Muttaqin, 2008 adalah :
1. Bantu kepatenan jalan napas, ventilasi dengan bantuan oksigen
2. Pembatasan aktivitas/tirah baring
3. Penatalaksanaan cairan dan nutrisi
4. Obat – obatan seperti antihipertensi, kortikosteroid, analgesic
5. EKG dan Pemantauan jantung
6. Pantau tekanan intracranial
7. Rehabilitasi neurologic

(NANDA, 2015)

8
G. Pengkajian Keperawatan Secara
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas
klien,keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu,riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jeniskelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggaldan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau
kesehatanadalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
tidakdapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi ny
eri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan
di dalam intracranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan terdapat disebabkan 
perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi,tidak
responsif, dan konia.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,
diabetesmelitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsioral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin,vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian
pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat

9
anti hipertensi, anti lipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya
riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obatkontrasepsi
oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian ari riwayat
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untukmengkaji lebih jauh dan
untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetesmelitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi bebera pa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelasmengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien.
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting
untuk menilairespons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.

H. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per
system (B1-B6) dengan focus pemeriksaan
fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengank
eluhan-keluhan dari klien.
a. B1 (Breathing) Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan
produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu
napas,dan peningkatan frekuensi pernasan. Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan
pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.Pada

10
klien dengan tingkat kesadaran compos mentis, pengkajian inspeksi
pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil
premitus seimbang kanan dan kiri.Auskultasi tidak didapatkan bunyi
napas tambahan.
b. B2 (Blood) Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan
(syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke.
Tekanandarah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi
hipertensimasif (tekanan darah >200 mmHg).
c. B3 (Brain) Stroke menyebabkan berbagai defisit
neurologis, bergantung pada lokasi lesi (pebuluh darah mana yangtersu
mbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah
kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusaktidak dapat
membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan
fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
d. B4 (Bladder) Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia
urine sementara karena konfusi, ketidak mampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidak mampuan untuk mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan kontrol motoric dan postural. Kadang kontrol
sfingter urine eksternal hilang
atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten
dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis luas.
e. B5 (Bowel) Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan,
nafsumakan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual
sampaimuntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam
lambungsehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
f. B6 (Bone)Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.
Oleh karena neuron motor atas menyilang, gangguan kontrol
motorvolunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan

11
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis padasalah
satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tandayang lain. Pada kulit, jika
klien kekurangan 02 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan memburuk .Selain itu, perlu juga dikaji
tanda-tanda dekubitus terutama padadaerah yang menonjol karena
klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan
untuk beraktivitas karena kelemahan,kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi, serta mudah Lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
g. Pengkajian Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter
yang paling mendasar dan parameter yang paling penting yang
membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons
terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi
sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untukmembuat
peringkat perubahan dalam kewaspadaan danketerjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa.Jika klien
sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat danya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas. penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi
untuk pemantauan pemberian asuhan.
h. Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi
intelektual,kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer
i. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroketahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.

12
j. Fungsi Intelektual 
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penurunan ke mampuan berhitung
dan kalkulasi. Pada berapa kaus klien mengalami brain damage, yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu
nyata.
k. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesiyang
memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerahhemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girustemporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasatertulis. Sedangkan lesi pada
bagian posterior dari girus frontalisinferior (area Broca) didapatkan
disfagia ekspresif, yaitu kliendapat mengerti, tetapi tidak dapat
menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar.Disartria (kesulitan
berbicara),ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkanoleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.Apraksia (ketidak mampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika
klienmengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
l. Pengkajian Saraf KranialMenurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini
meliputi pemeriksaan sarafkranial I-X11.1)
Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman.
Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras
sensori primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubunganv
isual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objekdalam area
spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegiakiri. Klien
mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuankarena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagiantubuh.

13
Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuangerakan
konjugat unilateral di sisi yang sakit.
Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisissaraf
trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi Gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah ke sisi ilateral, sertak elumpuhan satu sisi
otot pterigoideus internus dan eksternus.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajahasimetris,
dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan
kesulitanmembuka mulut.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dantrapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi danfasikulasi,
serta indra pengecapan normal.
m. Pengkajian Sistem MotorikStroke adalah penyakit saraf motorik atas
(UMN) danmengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap
gerakan motorik.Oleh karena UMN bersilangan, gangguan kontrol
motor volunter padasalah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada UMN di sising berlawanan dari otak.
1. Inspeksi Umum.
Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satusisi) karena lesi pada sisi
otak yang berlawanan. Hemiparesis ataukelemahan salah satu sisi tubuh
adalah tanda yang lain.
2. Fasikulasi.
Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
3. Tonus Otot.
Didapatkan meningkat
a. Fungsi sensorik
Dapat terjadi hemi hipestesiv
b. Reflek patologis

14
1. Reflek Hoffman Tromer biasanya jari tidak mengembang, ketika
diberi reflek (reflek Hoffman Tromer +)
2. Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak mengembang,
(reflek babisnki +)
3. Pada saat dorsum pedis di gores biasanya jatikaki tidak
berespon(reflek caddok +)
4. Pada saat tulang kering di gurut dari atas ke ba4wah biasanya tidak
ada respon fleksi atau ekstensi (reflek oppenheimer +)
5. Pada saat betis di remas , biasanya pasien tidak merasakan apa apa
(reflek Gordon +)
6. Pada saat reflek patella biasanya femjr tidak bereaksi saat
diketukkan (reflek patella +)
c. Reflek fisiologis
Pada pemeriksaaan siku biasanya saat siku diketuk, tidak ada respon
apapun, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bisep -) dan pada
pemeriksaan trisep respon tidak ada fleksi dan supinasi (reflek trisep -)

I. Diagnosa, Intervensi, Nursing out come Keperawatan Secara Teori


Masalah keperawatan yang lazim muncul pada pasien stroke non
hemoragik berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), yakni:
1. Risiko perfusi cerebral tidak efektif dibuktikan dengan dengan Penurunan
kinerja ventrikel kiri, Atrium fibrilasi Tumor otak, stenosis karotis,
aneurisma cerebri, dilatasi kardiomiopati, embolisme, hipertensi, infrak
miokard akut
Standar luaran keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam perfusi cerebral
meningkat dengan kriteria hasil :
a. Tingkat kesadaran meningkat
b. Kognitif meningkat
c. Tekanan intra cranial menurun
d. Sakit kepala menurun

15
e. Gelisah menrun
f. Kecemasan menurun
g. Nilai rata rata tekanan darah membaik
h. Kesadaran membaik
i. Reflek saraf membaik
j. Tekanan darah sistol dan diastol membaik
Intervensi :
a. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
b. Monitor tanda gejala peningkatan TIK
c. Monitor MAP
d. Monitor ICP
e. Monitor CPP
f. Monitor intake dan output cairan
g. Monitor pernafasan
h. Berikan posisi semi fowler
i. Cegah terjadinya kejang
j. Kolaborasi pemberian deuresis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang, penurunan kekuatan otot
Standar luaran keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam mobilitas fisik
meningkat dengan kriteria hasil :
a. Pergerakan ekstermitas meningkat
b. Kekuatan otot meningkat
c. Rentan gerak atau ROM
d. Kelemahan fisik menurun
Intervensi :
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lain
b. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
c. Fasilitasi ambulasi dengan alat bantu

16
d. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik
e. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
f. Anjurkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
g. Ajarkan ambulasi sederhana
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama jantung, perubahan
irama jantung, frekuensi jantung, perubahan pre load dan after load
Standar luaran keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam curah jantung
meningkat dengan kriteria hasil :
a. Kekuatan nadi perifer meningkat
b. Tekanan darah membaik
c. CRT membaik
d. CVP membaik
e. Ejetion fraction meningkat
f. Stroke volume meningkat
g. Palpitasi menurun
h. Bradikardi menurun
i. Gambaran EKG aritmia menurun
j. Edema menurun
k. Distensi vena jugularis menurun
l. Dispnea menurun
m. Mumur jantung menurun
Intervensi :
a. Identifikasi tanda gejala penurunan curah jantung
b. Identifikasi tekanan darah
c. Monitor intake output cairan
d. Monitor saturasi oksigen
e. Monitor keluhan nyeri dada
f. Monitor elektrolit yang dapat menigkatkan risiko aritmia
g. Monitor EKG

17
h. Monitor lab jantung
i. Berikan diet jantung yang sesuai
j. Berikan dukungan emosional
k. Berikan oksigen
l. Kolaborasi pemberian anti aritmia
m. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
n. Kolaborasi pemberian anti platelet
o. Kolaborasi pemberian anti angina
p. Kolaborasi pemberian trombus dengan anti koagulan
4. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nerfus vagus
atau hilangnya refluks muntah.
Standar luaran keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam status
menelan membaik dengan kriteriaa hasil :
a. Mempertahankan makanan di mulut meningkat
b. Reflek menelan meningkat
c. Kemampuan mengosongkan mulut meningkat
d. Muntah menurun
e. Gelisah menurun
f. Usaha menelan meningkat
Intervensi :
a. Monitor kemampuan menelan
b. Monitor status hidrasi pasien
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman selama makan
d. Atur posisi yang nyaman
e. Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah, dan kemampuan menelan
f. Monitor status pernafasan
g. Monitor bunyi nafas
h. Periksa kepatenan selang nasogastrik
i. Pertahankan pengembangan balon ETT

18
j. Hindari pemberian makan melalui selang gastrointestinal jika residu
banyak
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Standar luaran keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
c. Sikap protektif menurun
d. Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur menurun
f. Muntah menurun
g. Mual menurun
h. Frekuensi nadi membaik
i. Pola nafas membaik
j. Tekanan darah membaik
Intervensi :
a. Identifikasi lokasi karateristik durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya
g. Berikan teknik nonf armakologis
h. Kontrol lingkungan
i. Jelaskan strategi meredakan nyeri
j. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
k. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
l. Kolaborasi pemberian analgetik

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN UMUM
Tanggal Pengkajian : Selasa, 5 Oktober 2021
Jam : 08.45 WIB
Sumber : Rekam Medis, Perawat, Keluarga Pasien, Pasien
Metode Pengumpulan Data : Wawancara, Studi Dokumen, Observasi, dan
Pemeriksaan Fisik
Oleh : 1. Vina Maunatul Laili

2. Rizka Octaviana
3. Azizah Maulina
4. Rifki Aulan Nisa

A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. K (63 thn )
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 April 1959
Alamat : Cipinang Melayu, Jakarta Timur
Status Perkawinan : Menikah
Agama/Suku : Islam
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Dx. Medis : Strok Non Hemoragik

B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. H
Hubungan dgn pasien : Anak Kandung
Alamat : Cipinang Melayu, Jakarta Timur
Pekerjaan : Wirausaha

20
PENGKAJIAN DATA DASAR
A. Primary Assessment
1. Airway : Terdapat sekret tertahan di saluran napas karena abses
pleura, suara napas tambahan ronchi.
2. Breathing : Nafas spontan, menggunakan otot bantu pernapasan,
vesikuler menurun, ada , frekuensi pernapasan 24
x/menit, bunyi napas ronchi, Sp02 92%, kanul binasal 4
liter/menit
3. Circulation : TD 117/80 mmHg dan HR 130 x/menit, irama teratur,
denyut nadi kuat, ekstremitas hangat, CRT > 3 detik,
turgor kulit jelek, mukosa mulut kering dan pucat, akral
dingin

B. Fokus Assessment
1. Keadaan Umum : Kesadaran menurun, klien terlihat lemah dan pucat
2. Tingkat Kesadaran : Sopor, GCS (E1 M1 V1)
3. Keluhan Utama : -

C. Sekunder Assessment
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat DM serta HT dan terbiasa mengkonsumsi
metformin 2x500 mg.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk ke IGD dengan keluhan diare dan febris, kesadaran Compos
Mentis, terdapat kelemahan ekstermitas, pasien dirawat diruang wijaya
kusuma dengan diganosa SNH pada tanggal 27 september 2021, lalu
dipindah ke ICU penurunan kesadaran, pada tanggal 1 oktober 2021.
Pasien tampak mengalami penurunan kesadaran dengan nilai GCS 3
diruang ICU pada tanggal 5 oktober 2021, obat obatan yang terakhir yang
dikonsumsi saat pengkajian lansoprazole 30 mg/12 jam IV, levofloxacin
750 mg/48 jam IV, citicolin 500 mg IV, paracetamol 1000 mg/ intravena,
furosemide IV. Pasien saat pengkajian belum diberikan makanan karena
pasien terpasang selang NGT, terdapat residu berwarna hijau ke hitaman,

21
pasien menderita penyakit SNH, hipoalbumin, dan DM.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Angota keluarga tida ada yang memiliki riwayat peyakit yang sama.

D. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Sopor
Vital Sign
- TD : 125/81 mmHg
- HR : 114 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 36,5 ⁰C
- SpO2 : 92%

1. Kepala dan Maksilofasial : Tidak ada jejas dan memar, tidak ada luka
terbuka, kulit kering, rambut hitam
beruban, tidak ada rhinore, tidak ada
otorea. Tidak ada kelaiann tulang wajah .
2. Vertebra Servikalis dan : Tidak terdapat luka/memar, kulit leher
Leher, tidak ada kering
deformitas tulang vertebra
servikalis.
3. Thoraks
a. Inspeksi : Napas cenderung cepat dan dangkal,
frekuensi napas 24 x/mnt, tampak otot
bantu napas minimal.
a. Auskultasi : Ditemukan suara vesikuler yang menurun
pada dada kanan dan kiri, suara napas
tambahan ronchi. Irama jantung irreguler,
denyut jantung lemah, nadi 114 x/menit.
Tidak ada palpitasi, dan tidak ada nyeri
dada.
b. Perkusi : Pada perkusi ditemukan dullness pada
dada kanan dan sonor pada dada kiri, ada
tanda-tanda penumpukan cairan
c. Palpasi : Vocal fremitus simetris kanan kiri
4. Dada
a. Inspeksi : Bentuk dada normal chest, Kulit area dada

22
sama dengan anggota tubuh lain, tidak ada
jejas ataupun memar dan tanda-tanda
infeksi, nafas cepat dan dangkal.
b. Auskultasi : Suara dada vesikuler, tidak ada suara
whezing, S1 S2 tunggal irregular.
c. Perkusi : Resonan
d. Palpasi : Tidak ada deformitas tulang dada, vocal
fremitus seimbang kanan kiri.
5. Abdomen
a. Auskultasi : Bising usus tidak terdeteksi
b. Inspeksi : Dinding dada sejajar dinding perut
DD//DP, tidak ada kelainan, warna kulit
merata, tidak ada perdarahan. Tidak ada
luka.
c. Perkusi : Timpani, tidak terdengar bunyi penumpuk
an cairan pada abdomen, tidak ada nyeri
tekan
d. Palpasi : Tidak teraba massa pada abdomen, otot
perut supel, hepar teraba di kuadran kanan
atas
6. Perineum / Rektum / : Genetalia tidak ada kelainan, terpasang
Vagina kateter, warna urin kuning jernih.
7. Muskuloskeletal : Gerakan ekstremitas tidak ada, tidak ada
fraktur, CRT > 3 detik

0 0
0 0

8. Personal Hygiene : Kondisi klien tampak kotor dan bau.


Mulut klien tampak kotor dan bau. Klien
tidak mampu mandi secara mandiri. Klien
bed rest total.

E. Pola Nutrisi

23
Pasien belum diberikan makanan karena terdapat residu lambung berwarna
hijau kehitaman dan Pasien terpasang NGT, untuk mengetahui apakah
pencernaan pasien masih bisa mengabsorbsi makanan.

F. Skala Braden Skor


Parameter Skor Risiko
1. Persepsi sensori 4
2. Kelembaban 4
3. Aktifitas 1
4. Mobilitas 1
5. Nutrisi 3
6. Gesekan dan cubitan 2
Total 15 RR / RS / RT

G. Terapi (6 Oktober 2021)


No Obat Dosis Rute Fungsi
1. Ceftazidine 1 gr/12 jam IV Antibiotik
2. Lefovloxacim 750 mg/48 jam IV Antibiotik
3. Lansoprazole 30 mg/12 jam IV Untuk mengatasi gangguan pada
lambung
4. Citicolin 500 mg/12 jam IV Untuk mencegah kerusakan otak
(neuroproteksi) dan membantu
pembentukan membran sel di
otak (neurorepair
5. Paracetamol 1000 mg/8 jam IV meredakan nyeri ringan hingga
sedang seperti sakit kepala, sakit
gigi, nyeri otot, serta
menurunkan demam.
6. Digoxin 1x0,25 mg Oral Untuk mengobati aritmia dan
gagal jantung
7. Fenofibrat 1x300 mg Oral Mengurangi kadar
trigliserida dalam tubuh
8. Insulin 4 iu/jam IV membantu mengontrol kadar
gula darah (glukosa) dalam
tubuh
9. Infus D 5% 500 mg IV Digunakan sebagai terapi

24
pengganti cairan tubuh saat
mengalami dehidrasi

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Rongten Thorax
Kesimpulan : BRRN dd odem pulmo cardiomegali, abses pleura
b. Pemeriksaan Laboratorium
No Tanggal Nama Hasil Satuan Nilai
Pemeriksaan Rujukan
1. 1 Oktober 2021 Leukosit 24,8 10^3/uL 4,30-11,40
2. Eritrosit 5,3 10^6/uL 4,0-5,0
3. Hemoglobin 13,4 g/dL 12,0-16,0
4. Trombosit 411 10^3/uL 150-450
5. HCT/IMT 38% % 37%
6. Troponin 4,53 ng/ml < 0,16
7. 5 Oktober 2021 GDS 308 mg/dL 80-140
8. 2 Oktober 2021 Albumin 2,8 g/dL 3,5-5,2
9. 4 Oktober 2021 Kal 4,1 mmol/L 3,4-5,3
10. Nal 163 mmol/L 135-155
11. Clor 133 mmol/L 95-108
12. SGOT 13 V/L 10-50
13. GDS 670 mg/dL 80-140

25
B. ANALISA DATA
DATA MASALAH KEMUNGKINAN
PENYEBAB
DS: Resiko perfusi cerebri Penurunan kerja ventrikel
- Keluarga mengatakan tidak efektif kiri
pasien sudah sulit d (SDKI 2016, D. 0017) Hipertensi
ajak komunikasi
- Keluarga mengatakan
pasien sudah tidak
sadar sejak beberapa
hari yang lalu
DO :
- Keadaan umum
pasien lemah,
kesdaran menurun,
tampak lemah dan
pucat
- Tingkat kesadaran
soporus
- Score GCS 3

DS :
- Keluarga mengatakan Penurunan curah jantung Perubahan after load
pasien suit diajak (SDKI 2016. D. OOO8)
komunikasi
DO :
- Tanda Vital
TD : 113, 78
mmHg
N : 114x/menit
S : 36,5

26
RR : 24x menit
SPO2 : 92 %
- MAP 42 mmHg
- Nadi teraba lemah
- CRT > 3 detik Gangguan toleransi
- Pasien tampak pucat glukosa
Ketidakstabilan kadar
DS : - glukosa darah
- Keluarga mengatakan (SDKI 2016. D.0027)
pasien memiliki
riwayat dan terbiasa
mengkonsumsi
metformin 2x 500 mg
DO :
- GDS 308 mg/Dl
- Pasien terpasang
syringe insulin 4 Penyakit kronis
Iu/Jam Resiko Infeksi
(SDKI 2016, D. 0142)
DS :
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
memiliki riwayat sakit
DM.
DO :
- Leukosit 24 800
- GDS 308 mg/ Dl

27
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Penurunan kerja ventrikel
kiri Hipertensi
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Gangguan
toleransi glukosa
3. Resiko perfusi cerebri tidak efektif berhubungan dengan Penurunan kerja
ventrikel kiri
Hipertensi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan Penyakit kronis

D. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko perfusi cerebri tidak efektif

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui
keperawatan selama 3x24 kesadaran kecenderungan tingkat
jam perfusi cerebri 2. Observasi pupil, kesadaran dan potensial
meningkat dengan kriteria isokor, diameter dan peningkatan TIK
hasil respon cahaya 2. Berguna dalam
1. Nilai rata rata 3. Pemantauan tekanan menentukan apakah
tekanan darah intracranial batang otak masih
membaik 4. Monitor tanda gejala baik.
2. Kesadaran cukup peningkatan TIK 3. Menentukan potensial
membaik 5. Monitor MAP peningkatan TIK
3. Tekanan sistolik 6. Ukur kekuatan otot 4. Mengetahui adakah
cukup membaik 7. Kelola pemberian peningkatan TIK
4. Pola napas membaik terapi 5. Pada perhitungan MAP

28
5. Denyut nadi didapatkan tekanan arteri
membaik rata-rata selama satu
siklus denyut jantung.
6. Digunakan untuk menilai
disfungsi dari kekuatan
otot pasien.
7. Melakukan asuhan
keperawatan sesuai
program

2. Penurunan curah jantung

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi gejala 1. Untuk mengetahui
keperaatan selama 3x24 penurunan curah tanda-tanda vital
jam curah jantung jantung (dispnea, dalam batas normal
meningkat dengan kriteria oedema, peningkatan 2. Untuk mengetahui
hasil CVP) tanda-tanda vital
1. Kekuatan nadi 2. Monitor tekanan dalam batas normal
perifer menigkat darah 3. Untuk
2. Takikardi menurun 3. Monitor intake dan mengumpulkan dan
3. Gambaran EKG output cairan menganalisis data
aritmia cukup 4. Monitor saturasi pasien guna
menurun oksigen mengatur
4. Dispnea menurun 5. Monitor EKG 12 keseimbangan
5. Tekanan darah Lead cairan
cukup membaik 6. Monitor nilai lab 4. Untuk mengetahui
6. CRT membaik jantung tanda-tanda vital

29
7. Berikan dukungan dalam batas normal
emosional dan 5. Guna mengetahui
spiritual gambaran EKG
8. Berikan oksigen seperti aritmia dan
9. Kelola pemberian letak abnormal
terapi jantung
6. Guna mengetahui
jumlah enzim yang
berperan dalam
menunjang kerja
otot jantung
7. Dukungan
emosional dan
spiritual
memungkinkan
pasien dan keluarga
lebih tenang
8. Guna
mempertahankan
tanda-tanda vital
dalam batas normal
9. Melakukan asuhan
keperawatan sesuai
program

3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Setelah dilakukan 1. Monitor kadar 1. Monitor kadar
tindakan selama 2 x 24 glukosa darah glukosa darah
jam kestabilan gula 2. Konsultasi akan memberikan

30
darah meningkat , dengan medis hasil yang
dengan kriteria hasil bila jika tanda memuaskan
1. Kesadaran gejala (stabil) jika
cukup hiperglikemia digunakan dengan
meningkat tetap ada atau benar dan
2. Kadar glukosa memburuk dipelihara dengan
darah cukup 3. Kelola baik.
membaik pemberian 2. Tanda awal
cairan intravena hperglikemia pada
4. Kelola diabetes antara
kolaborasi lain peningkatan
rasa haus, sakit
kepala, lemah,
sering BAK, dan
mudah lapar
3. Untuk
memberikan
hidrasi cairan
tubuh secara
parenteral
4. Melakukan
asuhan
keperawatan
sesuai program

4. Resiko infeksi

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital 1. Untuk
keperawatan selama 3x 24 sign mengetahui
jam tingkat infeksi membaik 2. Observasi angka tanda-tanda vital

31
dengan kriteria hasil leukosit dalam batas
1. Kadar sel darah putih 3. Kelola normal
membaik pemberian terapi 2. Peningkatan
leukosit
berlebihan
termasuk tanda
infeksi
3.Melakukan
asuhan
keperawatan
sesuai program

1.

CATATAN PERKEMBANGAN

1. Resiko perfusi cerebri tidak efektif berhubungan dengan Penurunan kerja


ventrikel kiri Hipertensi
2. Penurunan curah jantung berhubunagn dengan Penurunan kerja ventrikel
kiri Hipertensi
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Gangguan
toleransi glukosa
4. Resiko infeksi berhubungan dengan Penyakit kronis

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Resiko perfusi cerebri tidak efektif


berhubungan dengan Penurunan kerja ventrikel kiri Hipertensi

IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa, 5 Oktober 2021 S:
Jam 10.00 - Keluarga pasien mengatakan pasien
belum sadar penuh
1. Mengobservasi tingkat - Keluarga pasien mengatakan masih sulit

32
kesadaran untuk berkomunikasi
2. Mengobservasi pupil, O:
isokor, diameter dan respon - Tingkat kesadaran soporus
cahaya - Nilai GCS 3 E: 1 V : 1M : 1
- Pupil isokoris 2mm
- Terdapat reflek cahaya

(Kiki)
Selasa, 5 Oktober 2021 S:
Jam 12.00 - Keluarga pasien mengatakan pasien
belum sadar penuh
1. Memonitor tanda gejala - Keluarga pasien mengatakan masih sulit
peningkatan TIK untuk berkomunikasi
2. Memonitor MAP
O:
3. Mengukur kekuatan otot
- Tingkat kesadaran soporus
- Pupil isokoris
- Terdapat reflek cahaya
- Tekanan darah 125/80 mmHg
- Ada reflek cahaya
- MAP 95 mmHg
- Kekuatan otot
0 0
0 0

A: masalah Resiko perfusi cerebri tidak


efektif berhubungan dengan Penurunan
kerja ventrikel kiri Hipertensi belum
teratasi.
P:

33
1. Observasi tingkat kesadaran
2. Observasi pupil, isokor, diameter
dan respon cahaya
3. Pemantauan tekanan intracranial
4. Monitor tanda gejala peningkatan
TIK
5. Monitor MAP
6. Ukur kekuatan otot
7. Kelola pemberian terapi

(Kiki)
Selasa, 5 Oktober 2021 S:
Jam 14.00
1. Mengobservasi tingkat - Keluarga pasien mengatakan pasien
kesadaran belum sadar penuh
2. Memonitor tanda-tanda - Keluarga pasien mengatakan masih sulit
vital untuk berkomunikasi
3. Memonitor MAP - Keluarga pasien mengatakan pasien
4. Mengelola pemberian terapi tidak merespon apabila diajak bicara
- Keluarga pasien mengatakan tidak ada
alergi obat
O:
- Tingkat kesadaran soporus
- Pupil isokoris
- Terdapat reflek cahaya
- Tekanan darah 108/80 mmHg
- MAP 96 mmHg
- Kekuatan otot
0 0
0 0

34
- Ny. K diberi obat injeksi Ceftazidime 1
gr rute IV pukul 14.00
- Ny. K diberi injeksi paracetamol 1000
mg rute IV pukul 14.00
- Ny. K diberi injeksi lansoprazole 30 mg
rute IV pukul 15.00

(Rizka)
Selasa, 5 Oktober 2021 S:
Jam 16.00 - Keluarga pasien mengatakan pasien
Monitor TIK belum sadar penuh
- Keluarga pasien mengatakan masih sulit
untuk berkomunikasi
- Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak merespon apabila diajak bicara
- Keluarga pasien mengatakan tidak ada
alergi obat

O:
- Pernafasan tampak spontan
- Tekanan darah 110/90 mmHg
- MAP 96 mmHg
- N : 164
- Nadi teraba lemah
- GCS : 3
- SPO2 : 98 %
- Tingkat kesadaran soporus
- Pupil isokoris

35
- Terdapat reflek cahaya
- Tekanan darah 108/80 mmHg
- MAP 96 mmHg
- Kekuatan otot

0 0
0 0

- Ny. K diberi obat injeksi Ceftazidime 1


gr rute IV pukul 14.00
- Ny. K diberi injeksi paracetamol 1000
mg rute IV pukul 14.00
- Ny. K diberi injeksi lansoprazole 30 mg
rute IV pukul 15.00

A: masalah Resiko perfusi cerebri tidak


efektif berhubungan dengan Penurunan
kerja ventrikel kiri Hipertensi belum
teratasi.
P:
1. Observasi tingkat kesadaran
2. Observasi pupil, isokor, diameter
dan respon cahaya
3. Pemantauan tekanan intracranial
4. Monitor tanda gejala peningkatan
TIK
5. Monitor MAP
6. Ukur kekuatan otot
7. Kelola pemberian terapi

(azizah)

36
Rabu, 6 Oktober S:
Jam 08.00 - Keluarga pasien mengatakan pasien
8. Mengobservasi tingkat belum sadar penuh
kesadaran - Keluarga pasien mengatakan masih sulit
9. Mengobservasi pupil, isokor, untuk berkomunikasi
diameter dan respon cahaya O:
- Tingkat kesadaran soporus
- Pupil isokoris

(Rizka)

Rabu, 6 oktober
Jam : 10.00 S:
1. Memonitor MAP - Keluarga pasien mengatakan pasien
2. Memonitor tanda-tanda vital belum sadar penuh
3. Mengukur kekuatan otot - Keluarga pasien mengatakan masih sulit
untuk berkomunikasi

O:
- Tingkat kesadaran soporus
- Pupil isokoris
- Tekanan darah : 94/60 mmHg
- SP02 : 96 %
- N : 120 / menit
- MAP 71 mmHg
- Kekuatan otot
0 0
0 0
A : masalah Resiko perfusi cerebri tidak
efektif berhubungan dengan Penurunan
kerja ventrikel kiri Hipertensi belum teratasi

37
P:
1. Observasi tingkat kesadaran
2. Observasi pupil, isokor, diameter
dan respon cahaya
3. Pemantauan tekanan intracranial
4. Monitor tanda gejala peningkatan
TIK
5. Monitor MAP
6. Ukur kekuatan otot
7. Kelola pemberian terapi

(azizah)
Rabu, 6 Oktober S:
Jam : 14.00 - Keluarga pasien mengatakan pasien
1. Memonitor tanda gejala tidak ada mual muntah
peningkatan TIK - Keluarga pasien mengatakan tiap hari
2. Monitor kesadaran mekin menurun kondisi nya
3. Memonitor MAP O:
4. Monitor kesadaran - Tekanan darah 87/50 mmHg
5. Mengelola pemberian terapi - MAP
- Kesadaran soporus GCS 3
- KU lemah
- Ceftazidime 1 gr IV
- Inj lansoprazole 30 mg IV
- Pasien terpasang infus pump cairan
Nacl 0,9%
- Inj furosemide 10 mg IV
A : masalah Resiko perfusi cerebri tidak
efektif berhubungan dengan Penurunan
kerja ventrikel kiri Hipertensi belum teratasi
P:

38
1. Observasi tingkat kesadaran
2. Observasi pupil, isokor, diameter
dan respon cahaya
3. Pemantauan tekanan intracranial
4. Monitor tanda gejala peningkatan
TIK
5. Monitor MAP
6. Ukur kekuatan otot
7. Kelola pemberian terapi

(kiki)
Kamis, 7 Oktober 2021 S:
Jam 08.00 - Keluarga pasien mengatakan pasien
1. Mengobservasi tingkat belum sadar penuh
kesadaran - Keluarga pasien mengatakan masih sulit
2. Mengobservasi pupil, untuk berkomunikasi
isokor, diameter dan respon - Keluarga pasien mengatakan khawatir
cahaya karna tekanan darah pasien sejak
3. Memonitor tekanan darah semalam semakin menurun
4. Memonitor MAP O:
5. Mengukur kekuatan otot - Tingkat kesadaran soporus
6. Kelola pemberian terapi - Pupil isokoris
- Tekanan darah 48/32 mmHg
- MAP 37 mmHg
- Kekuatan otot
0 0
0 0

- Ny. K diberi injeksi lansoprazole 30 mg


rute IV pukul 08.00
- Ny. K diberi injeksi citicolin 500 mg

39
rite IV pukul 08.00
- Ny. K diberi obat injeksi Ceftazidime 1
gr rute IV pukul 08.00
- Ny. K diberi injeksi paracetamol 1000
mg rute IV pukul 08.00
A: masalah Resiko perfusi cerebri tidak
efektif berhubungan dengan Penurunan
kerja ventrikel kiri Hipertensi tidak teratasi,
pasien meninggal pada pukul 09.00
P : hentikan intervensi lakukan perawatan
jenazah

(Rizka)

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Penurunan curah jantung berhubunagn dengan


Penurunan kerja ventrikel kiri Hipertensi

IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa, 5 oktober 2021 S:
Jam 08.00 - Keluarga mengatakan tekanan
2. Memonitor tekanan darah darah pasien tidak stabil
pasien - Keluarga pasien mengatakan
3. Memberikan oksigen optimis dengan kondisi pasien
4. Monitor MAP O:
- Tekanan darah pasien
105/70mmHg
- Nadi 115 x/menit
- Nadi radialis lemah
- MAP 82 mmHg

40
(kiki)
Selasa, 5 Oktober 2021 Pukul 12.15
Pukul 12.00 S:-
- Mengidentifikasi gejala penurunan
curah jantung O:
- Memonitor suhu dan tekanan darah - TD : 92/57 mmHg
- Memonitor saturasi oksigen - RR :24 x/menit
- SPO2 : 92%
- HR : 116 /menit
- S : 37 oC
- CRT > 3 detik, kulit pucat
- Penurunan kesadaran, keadaan
umum lemah
- Kesadaran sopor, GCS : E1M5V1
A:
Masalah penurunan curah jantung
belum tertasi, lanjutkan intervensi
P:
1. Identifikasi gejala penurunan
curah jantung (dispnea,
oedema, peningkatan CVP)
2. Monitor tekanan darah
3. Monitor intake dan output
cairan
4. Monitor saturasi oksigen
5. Monitor EKG 12 Lead
6. Monitor nilai lab jantung
7. Berikan dukungan emosional

41
dan spiritual
8. Berikan oksigen
9. Kelola pemberian terapi

(Vina)
Selasa, 5 Oktober 2021 S:
Jam 14.00 - Keluarga menanyakan kenapa
1. Memonitor tekanan darah tekanan darah pasien semakin
2. Memonitor saturasi oksigen menurun
3. Memberikan oksigen - Keluarga menannyakan kenapa
peranafasan pasien tidak setabil
- Keluarga pasien menagtakan tidak
ada alergi obat
O:
- Tekanan darah 108/80 mmHg
- Terpasang kanul binasal 3 lpm
- SpO2 98 %

(Rizka)
Selasa, 5 Oktober 2021 S:
Jam 16.00
- Memonitor suhu dan tekanan darah - Keluarga menanyakan kenapa
- Memonitor saturasi oksigen tekanan darah pasien semakin
- Kolaborasi pemberian vascon menurun
- Keluarga menannyakan kenapa
peranafasan pasien tidak setabil
- Keluarga pasien menagtakan tidak

42
ada alergi obat

O:
- Tekanan darah 108/80 mmHg
- N : 112 / menit
- SpO2 95 %
- MAP : 90 mmhg
- Diberikan vascon 3,4 cc/ jam
- Tekanan darah 108/80 mmHg
- Terpasang kanul binasal 3 lpm
- SpO2 98 %

A: masalah Penurunan curah jantung


berhubunagn dengan Penurunan kerja
ventrikel kiri Hipertensi belum teratasi
P:
1. Identifikasi gejala penurunan
curah jantung (dispnea,
oedema, peningkatan CVP)
2. Monitor tekanan darah
3. Monitor intake dan output
cairan
4. Monitor saturasi oksigen
5. Monitor EKG 12 Lead
6. Monitor nilai lab jantung
7. Berikan dukungan emosional
dan spiritual
8. Berikan oksigen
9. Kelola pemberian terapi

43
(Azizah)
Rabu, 6 Oktober 2021 S:
Jam 10.00 - Keluarga menannyakan kenapa
1. Monitor tekanan darah tekanan darah pasien semakin
menurun

O:
- Tekanan darah Ny. K 87/50 mmHg
A: masalah Penurunan curah jantung
berhubunagn dengan Penurunan kerja
ventrikel kiri Hipertensi belum teratasi
P:
1. Identifikasi gejala penurunan
curah jantung (dispnea,
oedema, peningkatan CVP)
2. Monitor tekanan darah
3. Monitor intake dan output
cairan
4. Monitor saturasi oksigen
5. Monitor EKG 12 Lead
6. Monitor nilai lab jantung
7. Berikan dukungan emosional
dan spiritual
8. Berikan oksigen
9. Kelola pemberian terapi

(Rizka)
Rabu, 6 Oktober 2021 Pukul 19.45
Pukul 19.40 S:-

44
- Memonitor suhu dan tekanan
darah O:
- Memonitor saturasi oksigen - TD : 93/56 mmHg
- Memonitor intake dan output - RR :24 x/menit
cairan - SPO2 : 92%
- HR : 114 /menit
- S : 37.1 oC
- Cairan : Input 2.056 cc - Output
1.456 cc = 600 cc

(Vina)
Kamis, 7 Oktober 2021 S:-
Jam 09.00 O:
1. Monitor tekanan darah - Tanda-tanda vital :
2. Monitor saturasi oksigen Tekanan darah Ny. K 0 mmHg
3. Monitor EKG 12 Lead Nadi Ny. K 0 x/menit
4. Berikan dukungan emosional SpO2 Ny. K 0 x/menit
dan spiritual RR 0 x/menit
- EKG flat
- Reflek cahaya (-)
- Pupil dilatasi maksimal
- Nadi karotis (-)
- Pasien meninggal pukul 09.00

(Rizka)

45
46
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan Gangguan toleransi glukosa

IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa, 5 Oktober 2021 Pukul 12.15
Pukul 12.00 S:-
- Memonitor GDS
O:
- GDS : 308
- Terpasang insulin syringe pump 6
Iu /jam
A: Masalah ketidakstabilan kadar
glukosa daraah belum tertasi
P : Lanjutkan Intervensi

(Vina)
Selasa, 5 Oktober 2021 S:-
Jam 18.00 O:
1. Memonitor kadar glukosa darah - GDS Ny. K 384 mg/Dl
- Pasien terpasang insulin
syringe pump 6 iu/ jam
A : masalah Ketidakstabilan kadar
glukosa darah berhubungan dengan
Gangguan toleransi glukosa belum
teratasi.
P : lanjutkan intervensi

(azizah)
Rabu, 6 oktober 2021 S: -

47
Jam 18.00 O:
1. Mengukur kadar glukosa darah - GDS Ny. K 57 mg/ dl

Jam 18. 05 S:-


1. Memberikan infus D5 O : Pasien terpasang Infus D5 20 tpm

A: Masalah ketidakstabilan kadar


glukosa darah teratasi sebagian.
P:
- Monitor GDS 2 jam PP
- Kelola pemberia terapi insulin

(kiki)
Kamis, 7 Oktober 2021 Pukul 07.00
Pukul 07.00 S:-
- Memonitor GDS
O:
GDS : 108 mg/Dl
A: Masalah ktidakstabilan kadar
glukosa darah belum tertasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitor glukosa darah
sewaktu
- Kelola pemberian insulin

(Vina)

48
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Resiko infeksi berhubungan dengan Penyakit
kronis

IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa, 5 Oktober 2021 Pukul 09.15
Pukul 09.10 S:-
- Melakukan skin tes antibiotik
Ceftazidime O:
- Tidak muncul gejala alergi
bengkak, merah, panas, nyeri, dan
hilangnya fungsi

(Vina)

Selasa 5 Oktober 2021 S:

09.30 - Keluarga mengatakan pasien

- Memberikan antibiotik tidak memiliki riwayat alergi

ceftazidime 2 gram obat ceftazidime atau atau

- Monitoring suhu tubuh pasien antibiotik lain


O:
- Ceftazidime 2 gram IV pukul
09.30
- suhu tubuh 36,
- Angka leukosit 24.000 (tgl 1 6
oktober 2021)
A: Masalah risiko infeksi tertasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi

49
(kiki)
Selasa, 5 Oktober 2021 S:
Jam 16.00 - Keluarga menannyakan kenapa
1. Memonitor tanda-tanda vital tekanan darah pasien semakin
menurun
O:
- Tekanan darah Ny. K 80/53
mmHg
A : masalah risiko infeksi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi

(Rizka)
Rabu, 6 Oktober 2021 S:
Jam 12.00 - Keluarga menannyakan kenapa
1. Monitor tekanan darah tekanan darah pasien semakin
menurun

O:
- Tekanan darah Ny. K 85/50 mmHg
A : masalah risiko infeksi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi

(azizah)

50
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal dan
atau global, yang muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi
saraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Gangguan saraf tersebut menimbulkan gejala antara lain :
kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas
(pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain
(Riskesdas, 2013). Stroke melibatkan onset mendadak defisit neurologis fokal
yang berlangsung setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari pembuluh darah
(Dipiro, 2015).
Dalam pengelolaan pasien dengan SNH di ruang ICU terhadap pasien
Ny. K, Menggunakan standar diagnosa keperawatan Indonesia dalam
menentukan diagnosa keperawatan, dalam menentukan intervensi keperawatan
menggunakan standar intervensi keperawatan Indonesia, dan menentukan
luaran keperawatan menggunakan standar luaran keperawatan Indonesia.
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diagnosa
keperawatan penurunan curah jantung tidak teratasi, pasien meninggal
dunia. Kriteria hasil yang dicapai kekuatan nadi perifer menigkat tidak
teratasi, Takikardi menurun teratasi sebagian, gambaran EKG aritmia
cukup menurun tidak teratasi, dispnea menurun tidak teratasi, tekanan
darah cukup membaik tidak teratasi, CRT membaik teratasi sebagian.
Intervensi keperawatan dihentikan pada hari Kamis 7 Oktober 2021 pukul
10.00
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko perfusi
cerebri tidak efektif tidak teratasi, pasien meninggal dunia. Kriteria hasil
yang dicapai selama melakukan asuhan keperawatan adalah Nilai rata rata
tekanan darah membaik tidak teratasi, kesadaran cukup membaik tidak
teratasi, tekanan sistolik cukup membaik tidak teratasi, pola napas

51
membaik tidak teratasi, denyut nadi membaik tidak tertasi, intervensi
dihentikan pada hari Kamis tanggal 7 Oktober 2021 pukul 10.00
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan Gangguan toleransi glukosa tidak
teratasi, pasien meninggal dunia. Kriteria hasil yang dicapai selama
melakukan asuhan keperawatan adalah Kesadaran cukup meningkat tidak
teratasi, Kadar glukosa darah cukup membaik tidak teratasi. intervensi
dihentikan pada hari Kamis tanggal 7 Oktober 2021 pukul 10.00
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Resiko infeksi
berhubungan dengan Penyakit kronis tidak teratasi, pasien meninggal
dunia. Kriteria hasil yang dicapai selama melakukan asuhan keperawatan
adalah Kadar sel darah putih membaik tidak teratasi. intervensi dihentikan
pada hari Kamis tanggal 7 Oktober 2021 pukul 10.00

B. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. K dengan kasus SNH (Stroke
Non Hemoragic) di ruang ICU RSUD Wonosari. Diharapkan dapat
memberikan masukan terutama pada
1. Penulis
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan kegawatan neurologi dengan diagnosa SNH
sesuai dengan standar.
2. Institusi pendidikan
Diharapkan dapat sebagai bahan referensi sebagai perbandingkan dalam
pemberian konsep asuhan keperawatan secara teori dan praktik.
3. Institusi rumah sakit
Diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi tenaga kesehatan dalam
pemberian pelayanan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit.

52
DAFTAR PUSTAKA

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Nasution L.F., 2013, Stroke Non Hemoragik pada Laki-Laki Usia 65 Tahun,
Medula Unila, 1 (3), 1–9.

Mulyatsih, E. (2008). Stroke, Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah.


Jakarta:FKUI

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI,
T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI,
T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

53
LAMPIRAN 1

ANALISIS JURNAL FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN STROKE DI RSUD INDRAMAYU DAN JURNAL MANFAAT
PEMBERIAN CITICOLIN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK
(SNH)

Menurut penyebabnya stroke dibagi dua yaitu stroke hemoragik akibat


pecahnya pembuluh darah otak dan stroke iskemik (stroke non hemoragik) akibat
adanya trombus atau embolus pada pembuluh darah otak. Banyak faktor yang
menyebabkan stroke, yang terdiri dari faktor yang tidak dapat diubah dan faktor
yang dapat diubah.
Angka kejadian stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi kemungkinan terjadi stroke. Pada
penelitian ini di dapatkkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara
hipertensi (p = 0,035) dan aktivitas fisik (p = 0,011) dengan jenis stroke. Aktivitas
fisik merupakan faktor risiko paling dominan yang berhubungan dengan jenis
stroke dengan OR = 5,8. Penelitian ini menyimpulkan riwayat hipertensi dan
aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen yang berhubungan dengan
jenis stroke.
Pada kasus stroke non hemoragik diberikan diberikan tatalaksana umum
dan khusus. Untuk tatalaksana umum yang bisa diberikan adalah head up
position, pemberian oksigen, pemberian obat anti hipertensi, dan menjaga asupan
cairan serta nutrisi. Sedangkan penatalaksanaan khusus adalah dengan
farmakologi salah satunya Citicolin.
Citicolin berfungsi mencegah kerusakan otak (neuroproteksi) dan
membantu pembentukan membran sel di otak (neurorepair). Manfaat
Citicolin pada pasien ini bisa dilihat dari perbaikan motorik dan neurologis
berdasarkan penilaian NIHSS. Citicolin merupakan obat neuroprotektor yang
telah banyak diteliti danndigunakan untuk pengobatan berbagai gangguan
neurologis termasuk SNH. Citicolin aman digunakan dan mungkin memiliki efek

54
yang menguntungkan pada pasien SNH dan bisa digunakan untuk semua usia
namun pada usia lansia efek pengobatannya mulai berkurang. Beberapa penelitian
belum mengatakan secara pasti apakah Citicolin ini memiliki efek dalam
pengobatan atau tidak. Namun salah satu penelitian di Italia menunjukan
peningkatan fungsi kognitif yang lebih baik pada pasien gangguan vaskuler di
otak yang diberikan Citicolin.

55

Anda mungkin juga menyukai