Anda di halaman 1dari 16

ASSSALAMUALAIKUM WR WB.

Mohon izizn, selamat pagi bapak ibu dosesen. Sebelumnya izinkan saya

mengucapkan terimakasih kepada Ns. Maryana, S. Psi., S. Kep., M. Kep, Selaku

Dosen pembimbing utama, Ibu Rosa Delima Ekwantini, S.Kp., M. Kes selaku

dosen pembimbing ke dua. Dan saya ucapkan terimakasih kepada Dr. Jenita Doli

Tine Donsu, SKM, M. Si selaku Ketua dewan penguji pada siding skripsi pada

pagi hari ini. Perkenankan saya menyampaikan hasil skripsi saya yang berjudul

PENGARUH BRISK WALKING EXERCISE TERHADAP

PENINGKATAN KARDIORESPIRASI (VO2MAX) PADA

CALON JAMAAH HAJI DI KECAMATAN SALAMAN.

LATAR BELAKANG

Latar Belakang saya mengambil penelitian tersebut…..

Menunaikan ibadah haji merupakan rukun islam ke lima, dan wajib hukumnya

bagi yang mampu atau istitaah. Penyelenggaraan ibadah haji tidak hanya

memerlukan persiapan agama, akan tetapi juga dibarengi dengan persiapan

Kesehatan. Pemeliharaan kebugaran jasmani, khususnya kebugaran jantung paru

bagi calon Jamaah haji, dimaksudkan sebagai sarana untuk mencapai dan

menjamin kondisi yang optimal menjelang keberangkatan hingga Jamaah, haji

kembali ke tanah air. Dalam penilaian status kebugaran jasmani dan stamina

seseorang , kebugaran jantung paru merupakan komponen penting dalam

penilaian tersebut. VO2 max menjadi unsur penting dalam penilaian tersebut.

VO2 Max menjadi unsur penting dalam kebugaran jasmani, dimanaVO2 Max
yaitu kemampuan jantung dan paru untuk mengambil dan menyediakan oksigen

yang dibutuhkan tubuh untuk beraktivitas tanpa kelelahan. Permenkes tahun

2016, standar untuk meningkatkan kebugaran jantung paru pada calon jamaah

haji, jamaah haji dapat melakukan aktivitas fisik seperti berjalan, jogging,

senam, berenang dan bersepeda. Penelitian sebelumnya, brisk walking exercise

dikenal cukup efektif dalam menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada

masalah kardiovaskuler. Peneliti ingin melihat apakah terdapat pengaruh Brisk

walking exercise terhadap peningakatan kardiorespirasi (VO2 Max) pada calon

jamaah haji di Puskesmas Salaman Dua.

RUMUSAN MASALAH

Apakah ada pengaruh dari brisk walking exercise terhadap peningkatan

kardiorespirasi (VO2Max) pada calon Jamaah haji di Kecamatan Salaman

TUJUAN UMUM PENELITIAN

Diketahuinya pengaruh dari brisk walking exercise terhadap peningkatan

kardiorespirasi (VO2Max) pada calon Jamaah haji di Kecamatan Salaman

METODOLOGI PENELITIAN

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi software spss for

windows. data yang telah di dapatkan, selanjutnya dilakukan uji normalitas

dengan uji kolmogorove smirnof dikarenakan nilai n>50.


data hasil uji kolmogorov smirnove menunjukkan hasil data terdistribusi tidak

normal, sehingga uji beda dilakukan menggunakan uji wilcoxone signed rank

test dan uji mann whiteney .

PROSES PENELITIAN

…….

TAHAPAN PENELITIAN

pengelompokan responden dimulai dengan membagi jumlah responden ke dalam

dua kelompok. kelompok intervensi dan kelompok kontrol . setelah

mendapatkan data responden pada kedua kelompok dilaksanakan pretest berupa

pengukuran nilai vo2max dengan rockport test. selanjutnya responden diberikan

penjelasan teknis pelaksanaan intervensi. selanjutnya pelaksanaan intervensi

pada kedua kelompok. waktu intervensi selama 4 minggu dengan durasi latihan

sebanyak 3 kali dalam satu minggu. setelah satu bulan intervensi pada kedua

kelompok, selanjutnya dilaksanakan posttest berupa pengukuran vo2 max pada

kedua kelompok dengan rockposrt tes. data yang telah diperoleh selanjutnya

dilakukan pengolahan data menggunakan program spss

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Karakteristik responden penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin,

status gizi, aktifitas fisik, riwayat penyakit dan aktifitas merokok.

Responden yang memiliki tingkat kardiorespirasi cukup sebanyak 16


orang atau (43,2%) dan mayoritas responden adalah perempuan. Nursalam

(2016) menyebutkan bahwa, hal ini bisa terjadi karena laki-laki cenderung

memiliki nilai VO2 Max yang lebih besar dibandingkan dengan nilai VO2

Max pada perempuan, dengan kisaran lebih besar sebanyak 15-30%.

Mayoritas responden perempuan mengalami peningkatan nilai VO2

Max setelah diberikan perlakuan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Muchtar dan Rumdari (2019), nilai VO2Max pada

perempuan sebelum diberikan perlakuan cenderung lebih rendah

dibandingkan dengan nilai VO2 Max pada laki-laki, dan nilai VO2 Max

pada perempuan tersebut cenderung meningkat setelah diberikan

perlakuan.

Mayoritas responden pada kelompok intervensi memiliki status

gizi dalam normal range (78,4%). Alfarisi (2017) yang menyatakan

bahwa semakin tinggi indeks masa tubuh seseorang, maka akan

berpengaruh negative terhadap kardiorespirasi.

2. Tingkat kardiorespirasi (VO2Max) sebelum diberikan intervensi Brisk

Walking Exercise (BWE) dan setelah diberikan intervensi Brisk Walking

Exercise (BWE) pada kelompok intervensi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

kardiorespirasi sebelum dan setelah diberikan intervensi pada kelompok

intervensi setelah dilakukan uji Wilcoxon Signed Rank Tes Tingkat

kebugaran jantung paru atau kardiorespirasi setelah diberikan intervensi


Brisk Walking Exercise (BWE) sebagian besar mengalami peningkatan,

dengan jumlah 18 orang memiliki tingkat kebugaran baik sekali atau

sebesar (27,0%). Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test

diperoleh nilai significancy 0,004 (P<0,05), sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada responden setelah

responden diberikan intervensi Brisk Walking Exercise (BWE) terhadap

peningkatan kardiorespirasi.

3. Tingkat kebugaran jantung paru atau kardiorespirasi sebelum dan sesudah

diberikan intervensi berupa jalan santai pada kelompok kontrol

Setelah diberikan intervensi berupa jalan santai, terdapat perbedaan

tingkat kardiorepsirasi pada responden, sebanyak 15 orang (44,1%)

memiliki kardiorespirasi dalam kategori baik. Hasil uji Wilcoxone Signed

Rank Test menunjukkan bahwa nilai significancy > 0,05 yang dapat

diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum

dan setelah diberikan intervensi jalan santai pada kelompok kontrol.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi

(2011), yang menyatakan terdapat pengaruh latihan jalan dengan intensitas

rendah terhadap tingkat kesegaran jasmani pada kelompok usia lanjut.

Penurunan tingkat kardiorespirasi pada kelompok kontrol juga

dipengaruhi salah satunya karena riwayat penyakit kardiovaskuler.

Sebanyak (5,9%) responden pada kelompok kontrol memiliki riwayat

penyakit kardiovaskuler. Dewi dkk (2018) menyatakan bahwa perbedaaan

ketahanan fisik antar individu tidak hanya berkaitan dengan kemampuan


fisik individu semata, tetapi juga terdapat hubungan dengan kapasitas

psikis untuk menekan manifestasi dari kelelahan yang timbul. Dimana,

ketahanan psikis ini akan lebih rendah pada mereka yang ketahanan fisik

nya kurang.

4. Berdasarkan tabel 15 bahwa responden pada kelompok intervensi

mengalami peningkatan kebugaran jantung paru setelah diberikan

intervensi Brisk Walkinh Exercise (BWE) yang dibuktikan dengan jumlah

positive rank sebanyak 19 orang, negatife rank sebanyak 5 orang dan

jumlah ties sebanyak 13 orang.

Dalam uji Wilcoxone Signed Rank Test menunjukkan nilai

significancy 0,004 (P<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang bermakna pada responden setelah responden diberikan

intervensi Brisk Walking Exercise (BWE) terhadap peningkatan

kardiorespirasi.

Latihan aerobic memiliki efek dalam peningkatan kardiorespirasi

seseorang, karena olahraga mampu meningkatkan seseorang dalam

pengambilan oksigen, meningkatkan kapasitas darah untuk mengangkut

oksigen sehingga denyut nadi menjadi lebih rendah baik saat istirahat

mapun beraktifitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Scribbans, dkk (2016).

Mayoritas responden memiliki tingkat kardiorespirasi dalam

kategori baik, yaitu sebanyak 16 orang (47,1%). Setelah diberikan

intervensi berupa jalan santai, terdapat perbedaan tingkat kardiorepsirasi


pada responden, sebanyak 15 orang (44,1%) memiliki kardiorespirasi

dalam kategori baik. Hasil uji Wilcoxone Signed Rank Test menunjukkan

bahwa nilai significancy > 0,05 yang dapat diartikan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah diberikan intervensi

jalan santai pada kelompok kontrol. Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2011), yang menyatakan terdapat

pengaruh latihan jalan dengan intensitas rendah terhadap tingkat kesegaran

jasmani pada kelompok usia lanjut.

5. Pengaruh brisk walking exercise terhadap peningkatan kardiorespirasi

(VO2 Max)

Peningkatan kardiorespirasi pada calon jamaah haji dengan Brisk

Walking Exercise pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang

diberikan perlakuan berupa jalan santai, setelah dilakukan uji statistik

dengan Mann Whiteney didapatkan hasil nilai p= 0,013 (P<0,05) yang

artinya terdapat perbedaan peningkatan kardiorespirasi (VO2Max) yang

bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada calon

jamaah haji di Kecamatan Salaman sehingga Ha diterima

Saat tubuh melakukan aktivitas yang lebih dari biasanya, sehingga

otot-otot akan memerlukan asupan oksigen dan nutrisi yang lebih banyak,

oleh karena itu aliran darah di pusatkan pada otot-otot yang berkontraksi,

pada kasus ini aliran darah akan berpusat di daerah ekstermitas inferior

maupun superior sehingga akan membawa pengaruh terhadap sistem

kardiovaskuler (Saputro, 2016).


KESIMPULAN

1. Ada pengaruh pemberian intervensi Brisk Walking Exercise (BWE)

terhadap peningkatan ketahanan kardiorespirasi (VO2Max) pada calon

jamaah haji di Kecamatan Salaman

2. Ada perbedaan tingkat ketahanan kardiorespirasi (VO2Max) pada calon

jamaah haji di Kecamatan Salaman sebelum dan setelah diberikan Brisk

Walking Exercise (BWE) pada kelompok intervensi

3. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna tingkat ketahanan kardiorespirasi

(VO2Max) pada calon jamaah haji sebelum dan setelah diberikan

intervensi jalan santai pada kelompok kontrol

4. Ada perbedaan tingkat ketahanan kardiorespirasi (VO2Max) pada calon

jamaah haji di Kecamatan Salaman antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Pada kelompok yang diberikan intervensi Brisk

Walking Exercise (BWE) terdapat peningkatan ketahanan kardiorespirasi

yang lebih baik dan efektif dibandingkan dengan kelompok kontrol,

sehingga Brisk Walking Exercise (BWE) dinilai efektif dalam

meningkatkan kebugaran jantung paru atau kardiorespirasi

KETERBATASAN PENELITIAN

 Mayoritas responden adalah lansia yang kurang terpapar dengan teknologi

informasi, sehingga ada keterbatasan untuk melakukan koordinasi secara

virtual
 Lintasan yang tidak rata dalam malakukan Brisk Walking Exercise dan

Rockport test akan meningkatkan resiko jatuh pada responden, dimana

mayoritas responden adalah lansia

 Kegiatan jalan santai dilakukan responden pada kelompok kontrol secara

mandiri, sehingga peneliti mengalami keterbatasan dalam mengendalikan

bias penelitian

 Kegiatan Brisk Walking Exercise dilaksanakan secara bersama-sama di

Puskesmas Salaman Dua dipandu oleh enumerator dan dilaksanakan

secara mandiri di rumah dengan bantuan MP3, hal tersebut dapat

menimbulkan adanya bias dalam penelitian ini

SARAN

1. Bagi Dosen Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh dosen keperawatan Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta sebagai data awal untuk penelitian lanjutan.

2. Bagi Pengambil Kebijakan di Puskesmas Salaman Dua

Responden penelitian yaitu calon jamaah haji di Kecamatan Salaman

masih memiliki tingkat ketahanan kardiorespirasi yang tergolong

kurang sekali. Dengan hasil penelitian ini, diharapkan ada kebijakan

yang dapat memperhatikan masalah tersebut, diantaranya dengan

memberikan latihan Brisk Walking Exercise secara berkala khususnya

pada kelompok jamaah haji tahun keberangkatam 2023.

3. Bagi Calon Jamaah Haji


Responden penelitian yaitu calon jamaah haji di Kecamatan Salaman

sebaiknya tetap melakukan latihan fisik secara rutin, untuk

mempertahankan ketahanan kardiorespirasi guna mancapai istitaah

kesehatan haji, sehingga akan berdampak pada kesehatan dan

kebugaran selama melaksanakan ibadah haji.

4. Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti dapat menambahkan karakteristik responden terkait

dengan genetic atau keturunan, kecukupan istirahat, kadar

haemoglobin dalam darah, dan kadar kolesterol total darah,

sehingga karakteristik responden akan semakin kompleks dan

akurat.

b. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan merubah variable terikat

Kardiorespirasi dengan variable terikat yang lain, dengan harapan

dapat mengetahui secara lebih luas pengaruh dari Brisk Walking

Exercise.

c. Apabila ingin melihat lebih luas, pengaruh Brisk Walking Exercise

terhadap ketahanan kardiorespirasi, maka, peneliti selanjutnya

dapat menambahkan variable yang akan diteliti, menambahkan

lebih banyak sampel, dan meningkatkan frekuensi pemberian

intervensi Brisk Walking Exercise.


PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing untuk persiapan

penyususunan proposal penelitian

b. Mengajukan judul penelitian dan studi putaka kepada dosen pembimbing

penelitian

c. Mengajukan izin studi pendahuluan kepada ketua jurusan keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta

d. Mengajukan izin studi pendahuluan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Magelang.

e. Melakukan studi pendahuluan ke Puskesmas Salaman Dua

f. Menyusun proposal penelitian

g. Malaksanakan bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi

h. Melaksanakan ujian proposal penelitian

i. Melaksanakan perbaikan proposal penelitian

j. Mendapatkan persetujuan dari dewan penguji dan pembimbing skripsi

k. Mendapatkan surat layak etik penelitian atau ethical clearance dari Komisi

Etik Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta dengan

nomor surat e KEPK/POLKESYO/0256/III/2022

l. Mendapatkan surat permohonan penelitian ke Dinas Kesehatan Kabupaten

Magelang dengan nomor surat 800.2/ 143/05/2021


m. Mengajukan surat penelitian ke Puskesmas Salaman Dua

n. Menyiapkan instrument penelitian, diawali dengan mempersiapkan kegiatan

pengukuran rockport test, hal yang disiapkan berupa lintasan sepanjang 1

mil, stopwatch¸kartu menuju bugar, lembar observasi, lembar PAR-Q Test,

Questionnaire indeks beacke, dan SOP melakukan Brisk Walking Exercise

o. Melaksanakan apersepsi dengan koordinator kesehatan jamaah haji di

Puskesmas Salaman Dua

p. Melaksanakan apersepsi dengan enumerator terkait teknis pelaksanaan

penelitian. Kriteria enumerator

1) Pegawai Puskesmas dengan minimal pengalaman kerja 2 tahun, memiliki

tugas untuk membantu peneliti dalam pengambilan data selama pelaksanaan

rockport test.

2) Instruktur latihan yang terlatih melaksanakan Brisk Walking Exercise,

bertugas untuk memandu selama latihan Brisk Walking Exercise.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian pada tahap pelaksanaan, terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap

pre test dan post test, yang telah peneliti susun sebagai berikut:

a. Menyiapkan instrument penelitian, berupa kuisioner, SOP brisk walking

exercise, alat pencatat waktu, dan lintasan sepanjang 1 mil.

b. Membagi responden ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan perlakuan berupa Brisk

Walking Exercise dan kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa jalan

santai. Pembagian kelompok berdasarkan tahun keberangkatan. Responden


dengan tahun keberangkatan genap masuk ke dalam kelompok intervensi,

dan responden dengan tahun keberangkatan ganjil masuk ke dalam

kelompok kontrol.

c. Pengukuran dilaksanakan selama dua hari, hari pertama untuk kelompok

intervensi dan hari ke dua untuk kelompok kontrol.

d. Pada hari H pengukuran, peneliti memberikan penjelasan kepada calon

responden terkait prosedur penelitian dan informed concent

e. Calon responden yang telah menandatangani informed concent,

selanjutnyan dilaksanakan pengukuran tanda vital berupa pengukuran

tekanan darah, perhitungan nadi satu menit dan berat badan yang dicatat ke

dalam kartu menuju bugar serta lembar observasi

f. Calon jamaah haji yang telah dilakukan pengukuran tanda vital selanjutnya

dilakukan screening oleh dokter menggunakan kuesioner PAR-Q (Physical

activity readiness questionnaire). Calon jamaah haji yang dinyatakan lolos

screening PAR-Q selanjutnya bersiap melaksanakan pengukuran nilai VO2

Max dengan rockport test sebelum diberikan intervensi berupa Brisk

Walking Exercise.

g. Responden yang telah lolos screening PAR-Q selanjutnya bersiap

melaksanakan pemanasan atau warming up untuk menghindari cedera.

Pemanasan dipimpin langsung oleh peneliti. Setelah selesai melaksanakan

warming up, selanjutnya responden atau jamaah haji bersiap untuk berjalan

sepanjang 1 mil, berjalan secara konstan dan tidak terdapat batasan waktu

dan kecepatan.
h. Setelah menyelesaikan lintasan sepanjang 1 mil, responden dilakukan

pemeriksaan tekanan darah, penghitungan nadi dan pencatatan waktu

tempuh yang selanjutnya di catat dalam kartu menuju bugar. Setelah selesai

melakukan pemeriksaan, enumerator selanjutnya memasukkan data tekanan

darah jumlah nadi, waktu tempuh, berat badan, usia, jenis kelamin ke dalam

lembar observasi dan dihitung menggunakan rumus perhitungan nilai

VO2Max.

i. Setelah mendapatkan hasil pengukuran berupa daya tahan kardiorespirasi

atau (VO2Max) sebelum di berikan intervensi Brisk Walking Exercise,

responden yang tergolong ke dalam kelompok intervensi di berikan

penjelasan mengenai cara melakukan Brisk Walking Exercise, responden

diberikan SOP, dan MP3 suara metronome untuk melakukan Brisk Walking

Exercise secara mandiri dengan tujuan memberikan kemudahan dalam

melakukan kegiatan tersebut. Pada kelompok kontrol diberikan penjelasan

terkait teknis pelaksanaan intervensi berupa jalan santai.

j. Pada kelompok intervensi, pemberian intervensi brisk walking exercise

dilaksanakan oleh responden selama 4 minggu, dengan durasi latihan 3 kali

dalam satu minggu dan di bantu oleh enumerator yang sudah terlatih.

Latihan brisk walking exercise dilaksanakan di Lapangan Puskesmas

Salaman Dua dan di rumah masing masing dengan bantuan MP3 suara

metronome yang digunakan untuk mengurangi terjadinya bias penelitian.

k. Pada kelompok kontrol, pemberian intervensi jalan santai dilaksanakan oleh

responden selama 4 minggu, dengan durasi latihan 3 kali dalam satu minggu
secara mandiri. Latihan jalan santai dilaksanakan di rumah masing -masing

calon jamaah haji.

l. Setelah empat minggu pemberian intervensi, responden diminta untuk

datang ke puskesmas, guna dilakukan posttest atau pengukuran ketahanan

kardiorespirasi (VO2Max) dengan rockport test setelah diberikan perlakuan

pada ke dua kelompok

m. Pengukuran posttest dilaksanakan dalam dua hari. Hari pertama dilakukan

posttest untuk kelompok intervensi, dan hari ke dua dilaksanakan posttest

untuk kelompok kontrol.

n. Responden dilakukan pengecekan tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan

darah, nadi, dan frekuensi napas, berat badan yang selanjutnya dicatat ke

dalam kartu menuju bugar

o. Setelah dilakukan pengukuran tanda vital, responden di lakukan pengukuran

ketahanan kardiorespirasi (VO2Max) menggunakan metode rockport.

p. Melakukan pendokumentasian data hasil penilaian ketahanan kardiorespirasi

(VO2Max).

3. Tahap Penyelesaian

a. Peneliti menginput data pada lembar observasi untuk selanjutnya data di

olah menggunakan software SPSS.

b. Peneliti menyusun pembahasan tentang penelitian, dilanjutkan dengan

menyusun kesimpulan dan saran penelitian.

c. Melakukan bimbingan dengan pembimbing skripsi

d. Melakukan seminar hasil penelitian


e. Melakukan bimbingan dengan pembimbing skripsi

f. Melakukan revisi laporan penelitian

g. Pengumpulan laporan penelitian dalam bentuk compact disk dan hardfile

Anda mungkin juga menyukai