Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proporsi penduduk lanjut usia bertambah lebih cepat dibandingkan
kelompok usia lain, tahun 2011 jumlah penduduk dunia telah mencapai angka 7
milyar jiwa dan 1 milyar diantaranya adalah penduduk usia lanjut (Darmojo,
2010). Diperkirakan pada tahun 2050 penduduk lanjut usia mencapai 22% atau 2
milyar jiwa dimana populasi terbesar penduduk lansia sekitar 80% diperkirakan
hidup di negara berkembang (Wangsarahardja, 2007).
Indonesia sebagai Negara berkembang juga mengalami peningkatan jumlah
penduduk khususnya lanjut usia. Populasi penduduk Indonesia pada tahun 2014
lansia yang berumur 60–64 tahun sebanyak 121.253 jiwa yang terdiri dari laki-
laki 58.667 jiwa dan perempuan 62.586 jiwa, lansia yang berumur 65–69 tahun
sebanyak 116.451 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 47.131 jiwa dan
perempuan 69.320 jiwa. Lansia yang berumur 70–74 sebanyak 82.033 yang
terdiri dari laki-laki 41.352 jiwa dan perempuan sebanyak 40.681 jiwa. Lansia
yang berumur 75 keatas 105.843 jiwa yang terdiri dari laki-laki 46.926 jiwa dan
perempuan sebanyak 58.917 jiwa (Supas, 2014).
Menurut Depkes RI (2010) hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi
kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kota Sukoharjo Jawa Tengah, kasus tertinggi penyakit tidak menular pada tahun
2011 adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah, dari total 1.409.857
kasus yang dilaporkan sebesar 62,43% (880.193 kasus) adalah penyakit jantung
dan pembuluh darah. Prevalensi kasus hipertensi di Provinsi Jawa Tengah tahun
2011 sebesar 1,96% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar
2,00% (Dinkes, 2011).
Pada lansia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, penurunan
denyut jantung, penurunan terhadap toleransi latihan dan penuruanan kapasitas.
Salah satu kemunduran fisik lansia yang sering terjadi adalah kemunduran sistem
kardiovaskuler. Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% per tahun, berkurangnya denyut jantung terhadap
respon stress, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat
akibat resistensi pembuluh darah perifer (Mubarak, 2006). Rentannya kondisi
fisik para lansia terhadap berbagai penyakit karena berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar serta menurunnya efisiensi
mekanisme homeostatis, oleh karena hal tersebut lansia mudah terserang berbagai
penyakit. Sekitar 60% lansia akan mengalami peningkatan tekanan darah setelah
berusia 75 tahun (Nugroho, 2008).
Kontrol tekanan darah yang ketat pada lansia berhubungan dengan
pencegahan terjadinya peningkatan tekanan darah yang tak terkendali dan
beberapa penyakit lainnya, misalnya diabetes mellitus, serangan stroke, infark
miokard dan penyakit vaskuler perifer. Penanganan masalah lansia harus menjadi
prioritas, karena permasalahannya terus berpacu dengan pertambahan jumlahnya.
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah
merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lansia ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa
tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
dengan keberadaannya. Pembinaan lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan
peraturan Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lansia, upaya penyuluhan,
penyembuhan dan pengembangan lembaga. Sebagai wujud nyata pelayanan
sosial dan kesehatan pada kelompok lansia, pemerintah telah mencanangkan
pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. pelayanan kesehatan di tingkat
masyarakat adalah Posyandu Lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar
adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Salah satu olahraga yang aman dan dapat menurunkan perubahan fisik pada
lansia adalah senam. Aktivitas fisik seperti senam pada usia lanjut yang
dilakukan secara rutin akan meningkatkan kebugaran fisik, sehingga secara tidak
langsung senam dapat meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan tekanan
darah serta mengurangi resiko penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah
sehingga akan menjaga elastisitasnya. Disisi lain akan melatih otot jantung dalam
berkontraksi sehingga kemampuan pemompaannya akan selalu terjaga (Nugroho,
2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Sukartini (2010) tentang manfaat senam
terhadap kebugaran lansia juga menunjukkan bahwa senam dapat mempengaruhi
tidak hanya stabilitas nadi, namun juga stabilitas tekanan darah sistolik dan
diastolik, pernafasan dan kadar immunoglobulin.
Dilihat dari latar belakang di atas maka penting untuk dilakukan penelitian
tentang pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah dan denyut nadi pada
lansia, karena terdapat banyak lansia di Indonesia yang mengalami gangguan
tekanan darah dan denyut nadi dan apabila tidak ditangani secara serius maka
akan berdampak negatif pada lansia tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
peneliti memilih judul “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Dan
Denyut Nadi Pada Lansia Di Panti Tresna Werdha Palembang”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah dan denyut nadi
pada lansia di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum :
Untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah dan
denyut nadi pada lansia di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang.

1.3.2 Tujuan Khusus :


1. Mengetahui tekanan darah sebelum dilakukan senam lansia.
2. Mengetahui tekanan darah sesudah dilakukan senam lansia.
3. Mengetahui pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah.
4. Mengetahui denyut nadi sebelum dilakukan senam lansia.
5. Mengetahui denyut nadi sesudah dilakukan senam lansia.
6. Mengetahui pengaruh senam lansia terhadap denyut nadi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis:
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya pada ilmu kedokteran sehingga dapat memberikan
solusi alternatif untuk stabiltas tekanan darah dan denyut nadi pada lansia.
1.4.2 Manfaat Praktisi:
Sebagai solusi alternatif bagi lansia yang mengalami gangguan
tekanan darah dan denyut nadi.

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya tentang Tekanan Darah dan Denyut Nadi Lansia
Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil
Titin Senam Tera Quasi eksperimen Hasilnya adalah terdapat
Sukartini, terhadap kebugaran dengan sampel pengaruh senam tera
2010 lansia. sebanyak 12 orang. terhadap stabilitas nadi,
tekanan darah sistolik dan
diastolik, pernapasan, dan
kadar immunoglobulin.

Margiyanti, Pengaruh senam Pra eksperimental Hasilnya adalah terdapat


2010 lansia terhadap dengan one-group pengaruh pelakanaan
penurunan tekanan pre dan post test senam lansia terhadap
darah pada lansia desain dan jumlah penurunan tekanan darah
penderita sampel sebanyak 12. pada lansia penderita
hipertensi. Responden dengan hipertensi.
tehnik purposive
sampling.

Lilian Pengaruh senam Penelitian ini Hasil penelitian


Irmawati, lansia terhadap menggunakan menunjukan ada pengaruh
Faridah Aini, tekanan darah pada pendekatan pemberian senam lansia
Imron lansia penderita kuantitatif, dengan terhadap tekanan darah
Rosyidi, 2013 hipertensi di Desa metode quasy pada lansia penderita
Leyangan experiment dengan hipertensi di Desa
Kecamatan rancangan non Leyangan Kecamatan
Ungaran Timur equivalent (pretest Ungaran Timur Kabupaten
dan posttest) control Semarang.
group design.

Perbedaan antara penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
terletak pada desain penelitian, lokasi serta jumlah responden. Desain penelitian yang
akan digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian pre eksperimen pretest-
posttest. Penelitian dilaksanakan di panti lansia Tresna Werdha Teratai Palembang.

Anda mungkin juga menyukai