Anda di halaman 1dari 33

Referat

TATALAKSANA PASIEN
PERDARAHAN PASCA SALIN
Tania Alsyabilla, S.Ked
71 2020 007

Pembimbing : dr. Ari Rinaldzi, Sp.OG (K)


Latar BAB I
Belakang
Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca
persalinan adalah perdarahan 500cc atau lebih dari
jalan lahir pada persalinan spontan pervaginaam
setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) atau
1000cc pada persalinan sectio caesarea

1400 perempuan meninggal setiap hari atau


lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap
tahun karena kehamilan dan persalinan.

Tatalaksana untuk perdarahan postpartum


pada prinsipnya adalah untuk
menghentikan perdarahan dan mengganti
darah yang hilang.
Tujuan & Manfaat
Maksud dan Tujuan Manfaat

1. Diharapkan dokter muda dapat 1. Diharapkan dapat menjadi


memahami Perdarahan Pasca sumber ilmu pengetahuan dan
Salin sebagai tambahan referensi
2. Diharapkan dokter muda dapat mengenai penangan perdarahan
mengaplikasikan pemahaman pasca salin.
yang didapat mengenai 2. Mengaplikasikan ilmu yang
perdarahan pasca salin dan diperoleh dari laporan kasus ini
penatalaksanaannya selama dalam kegiatan kepaniteraan
menjalani kepaniteraan klinik dan klinik senior (KKS) dan diterapkan
seterusnya. di kemudian hari dalam praktik
BAB II

Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah


perdarahan 500cc atau lebih dari jalan lahir pada persalinan
Definisi
spontan pervaginaam setelah kala III selesai (setelah plasenta
lahir) atau 1000cc pada persalinan sectio caesarea atau yang
berpotensi mengganggu hemodinamik ibu.
Epidemiologi

� Sekitar 140.000 wanita di dunia meninggal akibat perdarahan


postpartum setiap tahunnya, yaitu 1 kematian setiap 4 menit.
� Berdasarkan insidensinya, angka kejadian perdarahan
postpartum setelah persalinan pervaginam adalah 5-8% dan 6%
setelah persalinan dengan section caesarea.
� 50-60% perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri,
16-17% disebabkan oleh retensio plasenta, 23-24% disebabkan
oleh sisa plasenta, 4-5% disebabkan oleh laserasi jalan lahir, dan
0,5-0,8% disebabkan oleh gangguan pembekuan darah.
Fisiologi Penghentian Perdarahan Pasca Salin

Setelah bayi lahir, his pada uterus tetap Proses pembekuan darah oleh faktor-faktor
memiliki amplitudo yang sama, hanya pembekuan darah dan penutupan dari
frekuensinya yang berkurang. lumen pembuluh darah tersebut

Kompresi seluruh pembuluh-


Uterus akan mengecil. pembuluh darah

Pemisahan plasenta dengan


endometrium ibu yang menyebabkan Kontraksi myometrium
arteri spiralis mengalami robekan

Hemostasis
Perdarahan dari tempat melekatnya plasenta:
� Hipotonia – atonia uteri
� Retensio Plasenta
Etiologi .

Trauma jalan lahir:


� Episiotomi yang melebar
� Robekan perineum, vagina, atau cervix
� Ruptur uteri

�Gangguan Koagulasi

Etiologi dari perdarahan pascasalin ini, dapat diringkas dengan ”4T” yaitu tonus, tissue, trauma, dan trombosis
Patofisiologi
Klasifikasi Perdarahan
Pasca Persalinan

Perdarahan Postpartum Perdarahan Postpartum


01 Primer Sekunder 02
Perdarahan postpartum primer Perdarahan postpartum sekunder
terjadi dalam 24 jam pertama pasca terjadi setelah 24 jam pasca
persalinan dan biasanya disebabkan persalinan dan biasanya
oleh atonia uteri, berbagai robekan disebabkan oleh sisa plasenta.
jalan lahir dan sisa sebagian
plasenta.
Faktor Risiko

Prenatal Setalah Persalian Setelah Sectio


Pervaginam Caesarea
Perdarahan sebelum Insisi uterus klasik,
Kala III yang amnionitis,
persalinan, solusio memanjang, episiotomi,
plasenta, plasenta preeklampsia,
laserasi jaringan lunak, persalinan abnormal,
previa, riwayat sisa plasenta, dan bayi anestesia umum,
perdarahan besar (lebih dari partus preterm, dan
sebelumnya, dll. 4000gram) dll. partus postterm.
Anamnesis

Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
Perdarahan Pasca Salin

Pemeriksaan penunjang
Gejala dan Tanda Komplikasi Diagnosis
Perdarahan segera setelah anak lahir Syok Atonia uteri
Uterus lembek dan tak berkontraksi  

Perdarahan segera setelah anak lahir Pucat Robekan jalan lahir


Uterus berkontraksi keras Lemah
Plasenta lengkap Menggigil
 
Plasenta belum lahir setelah 30 menit Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
bayi lahir
Inversio uteri
Perdarahan segera
Perdarahan lanjut
Uterus berkontraksi dan keras
Plasenta atau selaput tidak lengkap Uterus berkontraksi tetapi TFU tidak Sisa plasenta tertinggal
berkurang
Perdarahan segera
Uterus tak teraba Neurogenik syok Inversio uteri
Lumen vagina terisi massa Pucat
Perdarahan segera (vagina/intra Syok Ruptur uteri
abdomen)
Perut tegang  
Nyeri perut hebat
Nadi cepat  
Perdarahan > 24 jam setelah anak lahir Perdarahan yang bervariasi dan bau Perdarahan pascasalin lambat
Uterus lunak dan lebih besar Anemia  
Tatalaksana Awal
Perdarahan Pasca Salin
Tatalaksana

Rencana Diagnostik Rencana Rencana Penatalaksanaan


Monitoring
MISOPROSTOL(PGI)
JENIS DAN CARA OKSITOSIN ERGOMETRIN 15-Methyl
Prostaglandin
F2alpha(PGF2α)
Dosis dan cara IV: 40 unit dalam lL IM atau IV (lambat) : Oral 600 mcg atau
pemberian awal larutan garam 0,2 mg rectal 400 mcg
Penatalaksanaan fisiologis dengan 60 (Misoprostol)
tetes/menit
Farmakologi IM : 10 unit
IM : 0,25mg (PGF2α)

Dosis lanjutan IV: 20 unit dalam 1 L Ulangi 0,2 mg IM Oral : 400 mcg 2-4 jam
larutan garam setelah 15 menit. setelah dosis awal
fisiologis dengan 40 (misoprostol)
Bila masih diperlukan
tetes/menit
beri IM/IV setiap 4 IM : 0,25 mg setiap 15
jam menit (PGF2α)

Dosis maksimal per Tidak lebih dari 3 L Total 1 g atau 5 dosis Total 1200 mg atau 3
hari larutan dengan dosis (misoprostol)
oksitosin
Delapan dosis : 2mg
(PGF2α)
Kontra indikasi Pemberian IV secara Preeklampsia, vitium Nyeri kontraksi
cepat / bolus cordis, hipertensi
Asma
Penggunaan Cairan

Penatalaksanaan
Non- Farmakologi

Perlu juga dilakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi, yaitu evakuasi rahim,
kompresi rahim bimanual, pemasangan tampon rahim, transfusi darah dan Tindakan operatif.
Kompresi Bimanual

KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNAL

Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan


jalan saling mendekatkan kedua belah telapak
tangan yang melingkupi uterus
Bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan,
pertahankan hingga uterus dapat kembali
berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan
rujukan.
Bila belum berhasil, coba dengan kompresi
bimanual internal.
Kompresi Bimanual

KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL


 Uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding
abdomen dan tinju tangan dalam untuk menjepit
pembuluh darah didalam miometrium (sebagai
pengganti mekanisme kontraksi).
 Bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan,
pertahankan hingga uterus dapat kembali
 Apabila perdarahan tetap terjadi, coba kompresi aorta
abdominalis
Kompresi Aorta Abdominalis

 Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri,


pertahankan posisi tersebut.
 Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada
daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan,
hingga mencapai kolumna vertebralis.
 Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau
sangat mengurangi denyut arteri femoralis.
 Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan
perdarahan yang terjadi.
Tindakan Operatif
Ligasi arteri uterina

o Perut dibuka, rahim ditinggikan dengan tangan operator, dan


daerah pembuluh darah rahim di dalam ligamentum latum bagian
bawah dibuka.
o Menggunakan jarum yang besar dan benang chromic catgut atau
vicryl no.1, dibuat sebuah jahitan melalui bagian terbesar segmen
bawah otot rahim, 2-3 cm medial dari pembuluh darah
o Pembuluh-pembuluh darah itu diikat tetapi tidak dipotong.
Tindakan Operatif

Ligasi arteri hipogastrika

o Arteri iliaca communis dan cabang-cabangnya yaitu arteri iliaca


externa dan arteri iliaca interna (hypogastrica) dipalpasi dan dilihat
melalui peritoneum posterior.
o Peritoneum posterior ditegangkan dan disayat dalam arah
memanjang setinggi asal a.iliaca interna.
o Dua buah jahitan benang sutra no 2-0 ditempatkan mengelilingi
a.iliaca interna berjarak 1 cm dan kemudian diikat pada tiap sisi.
Tindakan Operatif
Histerektomi

o Bila prosedur-prosedur di atas tidak efektif atau bila waktu tidak


memungkinkan, haruslah dilakukan histerektomi (Pengangkatan
rahim atau uterus dengan metode pembedahan).
Tindakan Operatif
Uterine compression suture (B-Lynch)

o Melakukan jahitan chromic disekeliling uterus untuk menekan


dinding anterior dan posterior uterus
Penatalaksanaan sesuai etiologi
Atonia Uteri
 Pendekatan farmakologis (pemberian agen uterotonika).
 Pendekatan non-farmakologis tanpa pembedahan (kompresi bimanual eksternal
dan internal, kompresi aorta, intrauterine packing), dan pendekatan pembedahan
(konservatif dan non-konservatif).

Memposisikan pasien dalam posisi Trendelenburg, pasang oksigen dan IV line

Pastikan plasenta lahir lengkap

Merangsang kontraksi uterus

Jika atonia uteria menyebabkan inversio uteri:


- Tegakkan diagnosis inversion uteri terlebih dahulu, Melakukan pemasangan IV line, jika terjadi syok, segera lakukan penanganan syok
- Diberikan tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum reposisi manual.
- Plasenta dilepaskan di dalam uterus secara manual kemudian dikeluarkan
- Antibiotik dan transfusi darah sesuai keperluan
- Jika uterus tidak dapat dikembalikan pada posisi semula karena jepitan serviks yang keras, perlu dilakukan laparotomi.
Penatalaksanaan sesuai etiologi
Trauma Jalan Lahir

- Eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan


- Irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik
- Siapkan pencahayaan yang adekuat untuk melakukan penjahitan
- Pemasangan klem pada sumber perdarahan untuk menghentikan sumber
perdarahan dan lanjutkan dengan ligase dan jahitan pada tiap lapisan
dengan menggunakan cat-gut dalam anestesi local.
- Bila perdarahan masih berlanjut, berikan asam traneksamat
Penatalaksanaan sesuai etiologi
Tatalaksana Retensio Plasenta dan Sisa Plasenta

Pada retensio plasenta harus segera dilakukan:


- Pemberian cairan dan uterotonika
- Lakukan tarikan tali pusat terkendali
- Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan plasenta manual secara hati-hati. Jika ditemukan
plasenta invasif (plasenta akreta, inkreta, perkreta), maka dilanjutkan dengan histerektomi.
- Berikan antibiotika profilaksis

Pada keadaan dimana masih ada sisa plasenta yang tertinggal, dapat dilakukan:
- Pemberian ureterotonika
- Lakukan eksplorasi digital bila serviks terbuka dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks
hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan vakum manual atau dilatasi
dan kuretase
- Berikan antibiotika profilaksis
Penatalaksanaan sesuai etiologi
Gangguan Pembekuan Darah

- Menangani penyebabnya, misalnya solusio plasenta, eklampsia, dan lain-lain.


- Jika tetap tidak teratasi, pilihan terakhir adalah histerektomi.
- Pemberian vitamin K umumnya adalah 5-10 mg secara subkutan, intramuskular, atau
intravena
- Pemberian faktor VIIa dengan dosis 60-100 mg/kg secara intravena
- Target trombosit yang dicapai adalah >50.000/L dan fibrinogen >100 mg/dL.
- Jika terbentuk hematoma, lakukan insisi pada hematoma, eksplorasi, ligasi, dan lakukan
tamponade atau drainase.
Penatalaksanaan sesuai etiologi
Postpartum Lambat

• Jika perdarahan yang keluar sedikit, maka pasien dapat diminta untuk tirah baring
untuk sementara waktu, namun tetap diberikan obat-obatan uterotonika oral dan
antibiotik profilaksis.
• Jika perdarahan yang keluar sedang, maka pasien harus diberikan oksitosin IV (20
unit dalam 500cc Ringer Lactate) dan antibiotik parenteral.
• Jika perdarahan yang keluar banyak, maka pasien harus diberikan cairan intravena
dan transfusi darah.
• Jika perdarahan berlanjut setelah pemberian oksitosin atau adanya plasenta yang
tertinggal, dapat dilakukan kuretase.
• Jika masih gagal, dapat dilakukan laparotomi untuk ligase arteri hipogastrika atau
histerektomi.
Algoritma
Perdarahan Pasca Salin
Pencegahan

Untuk mencegah atonia uteri, dapat dilakukan manajemen aktif kala III dan pemberian misoprostol 2-3
tablet peroral setelah bayi lahir. Manajemen aktif kala III terdiri dari pemberian agen uterotonik,
penegangan tali pusat terkendali, penjepitan tali pusat dini, dan pemijatan uterus setelah kelahiran
plasenta. Selain penjepitan tali pusat dini, pemotongan tali pusat juga harus dilakukan dengan cepat dan
tepat.

Masase Rasangan Pergangan Penjepitan Manual


fundus uteri putting tali pusat tali pusat plasenta
terkendali dini pada
manajemen
aktif kala III
Komplikasi

Koagulasi
intravascula
Syok r
diseminata

Sindrom
Anemia
Sheehan
Kesimpulan

Melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetrik, dan


pemeriksaan penunjang yang baik dan benar maka diagnosis akan dengan
cepat ditegakkan. Setelah diagnosis telah ditegakkan, maka pasien dapat
memperoleh penanganan segera.
Penanganan perdarahan postpartum yang terpenting adalah menghentikan
perdarahan sesuai dengan penyebabnya dan mengganti jumlah darah yang
hilang.
Kejadian perdarahan postpartum dapat dicegah dengan memimpin kala II dan
III dengan lege artis dan suntikan uterotonika segera setelah bayi lahir.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai