BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1 IDENTIFIKASI
Nama : Tn. R
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Bungaran IV, Lrg Swadaya 1 RT015 RW OO3
8 Ulu/Seberang Ulu 1/Kota Palembang/ Sumatra selatan.
Agama : Islam
Masukrumah sakit tanggal : 29 Febuari 2020
1.2 ANAMNESA
Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI dengan
keluhan sukar berjalan yang disebabkan oleh kelemahan pada tungkai kanan
dan lengan kanan yang terjadi secara tiba-tiba.
Sejak lebih kurang 24 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, saat
penderita beraktifitas, tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada lengan
dan tungkai kanan tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan
penderita merasa sakit kepala disertai mual dan muntah, tidak disertai kejang
dan tidak disertai gangguan rasa pada sisi yang lemah dan disertai gangguan
baal, dan rasa kesemutan pada sisi yang lemah. Kelemahan lengan dan
tungkai kanan dirasakan sama berat. Sehari-hari penderita bekerja
menggunakan tangan kanan. Penderita dapat mengungkapkan isi pikiran
secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang
lain secara lisan, tulisan dan isyarat. Saat serangan penderita tidak mengalami
jantung berdebar-debar yang disertai sesak nafas.
Penderita mengatakan memiliki riwayat sakit kepala pada pagi hari dan
hilang pada malam hari. Selama ini penderita tidak ada riwayat kencing
manis, penderita juga tidak ada riwayat penyakit jantung, dan riwayat trauma
35
kepala. Penderita memiliki riwayat merokok sejak 8 tahun yang lalu, dalam waktu
sehari penderita menghabiskan 3 batang rokok, penderita tidak minum-minuman
yang beralkohol.
Status Internus
Jantung : Bunyi Jantung I dan II normal, Murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Lihat status neurologikus
Genitalia : Tidak diperiksa
C. Syaraf-Syaraf Otak
1. N. Olfaktorius
Kanan Kiri
Penciuman Normal Normal
Anosmia Tidak ada Tidak ada
Hyposmia Tidak ada Tidak ada
Parosmia Tidak ada Tidak ada
2. N.Optikus
Kanan Kiri
Visus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Campus visi
Fundus Okuli
- Papil edema Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Papil atrofi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Perdarahan retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
4. N.Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit Normal Normal
38
5. N.Facialis
Kanan Kiri
Motorik
- Mengerutkan dahi Tidak simetris Normal
- Menutup mata Normal Normal
- Menunjukkan gigi Normal Normal
- Lipatan nasolabialis Simetris Simetris
- Bentuk Muka
Istirahat Simetris Simetris
Berbicara/bersiul Simetris Simetris
Sensorik
- 2/3 depan lidah Tidak diperiksa
Otonom
- Salivasi Tidak ada kelainan
- Lakrimasi Tidak ada kelainan
- Chvostek’s sign Tidak diperiksa
6. N. Cochlearis
Kanan Kiri
Suara bisikan Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Tes Weber Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tes Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa
39
Refleks
- Muntah Tidak diperiksa
- Batuk Tidak diperiksa
- Okulokardiak Bradikardia
- Sinus karotikus Bradikardia
Sensorik
- 1/3 belakang lidah Sulit dinilai
8. N. Accessorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Normal Normal
Memutar kepala Normal Normal
9. N. Hypoglossus
Kanan Kiri
Menjulurkan lidah Deviasi ke kanan
Fasikulasi Tidak ada
Atrofi papil Tidak ada
Disartria Tidak ada
40
D. Kolumna Vertebralis
Kyphosis : Tidak ada kelainan
Skoliosis : Tidak ada kelainan
Lordosis : Tidak ada kelainan
Gibbus : Tidak ada kelainan
Deformitas : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada kelainan
Menikokel : Tidak ada kelainan
Hematoma : Tidak ada kelainan
Nyeri Ketok : Tidak ada kelainan
Refleks patologis
- Hoffman Ttromner Normal Normal
Trofik Eutrofik Eutrofik
2. Tungkai
Kanan Kiri
Gerakan Cukup Kuat
41
Kekuatan 3 5
Tonus Eutoni Eutoni
Klonus
-Paha Negatif Negatif
-Kaki Negatif Negatif
Refleks fisiologis
-KPR Positif Positif
-APR Positif Positif
Refleks patologis
-Babinsky Positif Negatif
-Chaddock Negatif Negatif
-Oppenheim Negatif Negatif
-Gordon Negatif Negatif
-Schaeffer Negatif Negatif
-Rossolimo Negatif Negatif
-Mendel Bechtereyev Negatif Negatif
Refleks kulit perut
-Atas Tidak ada kelainan
-Tengah Tidak ada kelainan
-Bawah Tidak ada kelainan
-Trofik Tidak ada kelainan
3. Sensorik
Atas : Tidak ada Kelainan
Tengah : Tidak ada Kelainan
Bawah : Tidak ada Kelainan
42
f. Gambar
Tungkai Dextra :
Lengan Dextra :
Gerakan: cukup
Gerakan: cukup
Kekuatan : 3
Kekuatan : 3
Tonus : Eutoni
Tonus : hipertonus
Klonus : Negatif
Reflek Fisiologis:
Reflek Fisiologis:
Biceps : Hiperrefleks
Hemiparese Dextra tipe Spastik + Parese N. VII Dextra tipe sentral +Parese N.
XII Dextra tipe Sentral
43
I. Fungsi Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
J. Fungsi Luhur
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada
SSS = 2,5 + 2 + 2 + 9 – 3 – 12
SSS = 0,5
Interpretasi : Meragukan
45
1.4 Laboratorium :
29 febuari 2020 (16.32 WIB)
DARAH:
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hb 15,4 g/dL 12 – 14
Eritrosit 5.27 Juta/uL 4.5-5.5
Leukosit 9.8 Ribu/uL 5-10
Trombosit 383 Ribu/mm 150-400
Hematokrit 45 % 38 – 54
Trombosit 383.000 /uL 150.000-400.000
Hitung Jenis 0/2/0/58/32/8 % 0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8
Kolestrol total 178 mg/dL < 200
Kolestrol HDL 44 mg/dL >50
Kolestrol LDL 115 mg/dL <130
Trigliserid 93 mg/dL <200
46
2 Liquor Cerebrospinalis
Warna : Tidak diperiksa
Kejernihan : Tidak diperiksa
Tekanan : Tidak diperiksa
Jumlah sel : Tidak diperiksa
Nonne : Tidak diperiksa
Protein : Tidak diperiksa
Glukosa : Tidak diperiksa
Queckensted : Tidak diperiksa
Kultur : Tidak diperiksa
Pandy : Tidak diperiksa
a. Electrocardiografi
b. CT Scan Kepala
48
Kesan: ICH pada daerah Basal ganglia kanan/ korona radiate sinistra.
Vol.50cc
Pernapasan : 24 x/menit
TD : 140/80mmHg
Gizi : Baik
Berat Badan : Tidak diketahui
Tinggi Badan : Tidak diketahui
Pemeriksaan Motorik
Motorik
Lengan
Kanan Kiri
Gerakan Cukup Kurang
Kekuatan 3 5
Tonus Hipertonus Hipotonus
Refleks fisiologis
- Biceps Hiperrefleks Normal
- Triceps Hiperrefleks Normal
- Radius Hiperrefleks Normal
- Ulna Hiperrefleks Normal
- Refleks patologis
- Hoffman Ttromner Normal Normal
Trofik Eutrofi Eutrofi
Tungkai
Kanan Kiri
Gerakan Cukup Kuat
Kekuatan 3 5
Tonus Eutoni Eutoni
Klonus
-Paha Negatif Negatif
-Kaki Negatif Negatif
Refleks fisiologis
51
I.6.3 DIAGNOSA
- Diagnosa Klinik : Hemiparese dextra tipe Spastik + Parese
Nervus VII dextra tipe Sentral + Parese Nervus XII dextra tipe
sentral
- Diagnosis Topik : Lesi di kapsula interna hemisferium serebri
sinistra
- Diagnosis Etiologi : CVD Hemoragik
I.6.4 Penatalaksanaan
Perawatan :
• bed rest total
Tatalaksana:
IVFD RL gtt 15x/m
Inj. Citicoline 2x500 mg
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Aspilet 2x2 tab : stop
Neurodex 1x1 tab
Inj. Asam traneksamat 3x500 mg
52
1.6.5 Prognosa
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam
DISKUSI KASUS
DIAGNOSA BANDING
- Ada afasia motorik subkortikal Lesi di korteks - Tidak ada Afasia motorik
hemisferium serebri subkortikal
Jadi, kemungkinan lesi di subkorteks hemisferium serebri dapat disingkirkan
- Didahului sakit kepala, mual - Ada sakit kepala, mual, dan muntah
dan atau muntah
- Ada riwayat hipertensi
- Riwayat hipertensi
Jadi, kemungkinan etiologi hemoragik serebri dapat ditegakkan
54
- Hipotonus - Hipertonus
- Hiporefleks - Hiperefleks
- Refleks patologis (-) - Refleks Patologis (-)
- Atrofi otot (+) - Atrofi Otot (-)
Pada penderita ditemukan
2) Spastik
- Hipertonus - Hipertonus
- Hiperefleks - Hiperefleks
- Refleks patologi (+) atau (-) - Refleks Patologis (-)
- Atrofi otot (-) - Atrofi Otot (-)
Jadi, kemungkinan tipe kelemahan pada kasus yaitu tipe spastik
55
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
1 Maret 2020 Keluhan: kelemahan pada tungkai dan Farmakoterapi
6:30 lengan kanan -IVFD RL gtt
15x/m
Status Generalis
-Inj.Citicoline
- Kesadaran : E3M6V4
2x500 mg
- TD : 140/80 mmHg
- inj. Ranitidin 2x1
- HR : 64x/menit, reguler
amp
- RR : 24 x/menit
- -inj. asam
- Temp : 36,5oC
traneksamat 3x500
Nervi Cranialis mg
- N.I: penciuman normal -
- N.II: Tidak diperiksa -
- N.III, IV, VI: Pupil bulat, refleks pupil (+/+),
isokor, refleks cahaya langsung (+/+).
- N.V: Trimus (-)
- N.VII: Mengerutkan dahi tidak simetris.
- N. VIII: Tidak ada kelainan
- N.IX, X: Refleks menelan ada
- N.XI : memutar kepala belum dapat dinilai,
mengangkat bahu (+)
- N.XII: lidah deviasi ke kanan
- Atrofi lidah (-), fasikulasi (-), dysartia (-)
56
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
- Refleks patologis
- Babinsky : Positif Positif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
57
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
- Refleks patologis
- Babinsky : Positif Positif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
4 Maret 2020 Keluhan: Kelemahan pada tungkai dan Farmakoterapi:
6:30 lengan kanan mulai membaik -IVFD RL gtt
15x/m
Status Generalis
-Inj.Citicoline
- Kesadaran : E3M6V4
2x500 mg
- TD : 110/80 mmHg
- inj. Ranitidin 2x1
- HR : 64x/menit, reguler
amp
- RR : 23 x/menit
- -inj. asam
- Temp : 36,2oC
traneksamat 3x500
Nervi Cranialis g
- N.I: penciuman normal - - inf manitol
- N.II: Tidak diperiksa - 4x125 cc
- N.III, IV, VI: Pupil bulat, refleks pupil (+/+), - - ibu profen 3x400
isokor, refleks cahaya langsung (+/+). mg
- N.V: Trimus (-) - - amlodipine 1x10
- N.VII: sudut mulut mencong ke kanan
g
- N. VIII: Tidak ada kelainan
-Neurodex 1x1 tab
- N.IX, X: Refleks menelan ada
- N.XI : memutar kepala belum dapat dinilai,
mengangkat bahu (+)
- N.XII: lidah deviasi ke kanan
Atrofi lidah (-), fasikulasi (-), dysartia (-)
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
Kekuatan : 0 5
Tonus : Eutoni Eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: Hiperefleks Normal
Triceps: Hiperepleks Normal
P. Radius: Hiperepleks Normal
P. Ulna: Hiperepleks Normal
Refleks patologis
Hoffman T : Normal Normal
Trofik : Eutoni Eutoni
- Refleks patologis
- Babinsky : Positif Negatif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Positif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
- Refleks patologis
- Babinsky : Positif Negatif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
69
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
- Refleks patologis
- Babinsky : Negatif Negatif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
- N.III, IV, VI: Pupil bulat, refleks pupil (+/+), - - amlodipine 1x10
isokor, refleks cahaya langsung (+/+). mg
- N.V: Trimus (-) -Neurodex 1x1 tab
- N.VII: sudut mulut mencong ke kanan - Salbutamol 3x1
- N. VIII: Tidak ada kelainan tab
- N.IX, X: Refleks menelan ada
- N.XI : memutar kepala (+), mengangkat bahu
(+)
- N.XII: deviasi ke kanan
72
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
- Refleks patologis
- Babinsky : Negatif Negatif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
73
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
9 Maret 2020 Keluhan: Kelemahan pada tungkai dan Farmakoterapi:
6:30 lengan kanan -IVFD RL gtt
15x/m
Status Generalis
-Inj. Ranitidin 2x1
- Kesadaran : E4M6V5
amp
- TD : 130/80 mmHg
-Inj.Citicoline
- HR : 61x/menit, reguler
2x500 mg
- RR : 24 x/menit
- - ibu profen 3x400
- Temp : 36,5oC
mg
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
Klonus
- Paha : Negatif Negatif
- Kaki : Negatif Negatif
- Refleks fisiologis
- KPR : Positif Positif
- APR : Positif Positif
- Refleks patologis
- Babinsky : Normal Normal
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
Refleks fisiologis
Biceps: Hiperrefleks Normal
Triceps: Normal Normal
P. Radius: Hiperrefleks Normal
P. Ulna: Hiperrefleks Normal
Refleks patologis
Hoffman Trommer : Normal Normal
TUNGKAI Kanan Kiri
Gerakan : Cukup Kuat
Kekuatan : 4 5
Tonus : Eutoni eutoni
Klonus
- Paha : Negatif Negatif
- Kaki : Negatif Negatif
- Refleks fisiologis
- KPR : Positif Positif
- APR : Positif Positif
- Refleks patologis
- Babinsky : Normal Normal
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
Defekasi: Normal
Diagnosis Klinik : Hemiparese
Dextra tipe Spastik +Parese N. VII
Dextra tipe sentral + parese N.XII
Dextra tipe sentral
Diagnosis Topik : Lesi di Capsula
Interna hemiferium serebri sinistra
- Diagnosis Etiologi : CVD Hemoragik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan medula spinalis dan sistem
saraf tepi (SST). Didalam sistem saraf pusat terjadi berbagai proses analisis
informasi yang masuk serta proses sintesis dan mengintegrasikannya.1
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif
yang saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di
otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas
pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih
fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan
baru. Ini merupakan mekanisme paling penting yang berperan dalam
pemulihan stroke.1
Otak merupakan bagian sistem saraf pusat dimana dalam
pembagiannya digolongkan menjadi korteks serebri, ganglia basalis, thalamus
dan hypothalamus, mesenchepalon, batang otak, dan serebelum. Bagian ini
dilindungi oleh tiga selaput pelindung (meningens) yaitu duramater,
arachnoidea, piamater dan dilindungi oleh tulang tengkorak .1
Otak terdiri dari neuron – neuron, sel glia, cairan serebrospinalis, dan
pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama yaitu
sekitar 100 miliar tetapi jumlah koneksi diantara berbagai neuron tersebut
berbeda – beda. Orang dewasa yang mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan
50% glukosa di dalam darah arterinya hanya membentuk sekitar 2% atau 1,4
kg koneksi neuron dari berat tubuh total.1
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu
sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar
berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah
arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang
menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri
serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah
ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior.
80
medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST).
Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP
dengan bagian tubuh lainnya. Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf,
dengan komponen bagiannya adalah2:
1) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks
ditandai dengan sulkus (celah) dan girus.
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a) Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area
broca di hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini
mengandung pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus
presentralis (area motorik primer) dan terdapat area asosiasi motorik
(area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur
ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku sosial,
berbicara, motivasi dan inisiatif.2
b) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura
parieto-oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.2
c) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran.2
d) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
82
2) Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan.2
3) Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya
dan medulla spinalis dibawahnya.2
83
10.9 per mil, jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2013 berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan sebanyak 7 per mil. Prevalensi stroke pada tahun
1
2
Tekanan perfusi
CBF =
Resistensi intrakranial
Nilai normal dari Cerebral Blood Flow adalah 50-60 ml/100 gram jaringan
otak/menit. Jika nilai CBF < 30 ml/100mg/menit iskemia, sedangkan jika nilai
dari CBF <10 ml/100mg/ menit akan kekurangan oksigen proses fosfolirasi
oksidatif terhambat produksi ATP akan menurun pompa Na K ase tidak
akan berfungsi depolarisasi membrane se saraf pembukaan kanal ion Ca
kenaikan influx Ca secara cepat gangguan homeostasis ca merupakan
signaling yang mengaktivasi berbagai enzim memicu proses biokimia yang
beesifat eksitotoksik kematian sel saraf (nekrosis maupun apoptosis gejala
timbul tergantung saraf mana yang mengalami kerusakan.
Faktor risiko stroke secara umum terdiri dari fakor yang bisa dikendalikan
dan tidak bisa dikendalikan11,12,
Tabel 1. Faktor Risiko Stroke
Bisa di Kendalikan Potensial bisa Tidak Bisa
dikendalikan dikendalikan
Hipertensi Diabetes Mellitus Umur
Penyakit jantung Hiperhomosisteinemia Jenis Kelamin
Fibrilasi Atrium Hipertrofi Ventrikel Herediter/Genetik
Endokarditis Kiri Ras
Stenosis Mitralis Geografi
Infark Jantung
Merokok
Anemia sel sabit
TIA
Stenosis Karotis
Asimptomatik
4
2.7 Diagnosis
Gejala stroke dapat dibedakan atas gejala/ tanda akibat lesi dan
gejala/tanda yang diakibatkan oleh komplikasinya. Gejala akibat lesi bisa
sangat jelas dan mudah untuk didiagnosis akan tetapi dapat sedemikian tidak
jelas sehingga diperlukan kecermatan tinggi untuk mengenalinya. Pasien
dapat datang dalam keadaan sadar dengan keluhan lemah separuh badan pada
saat bangun tidur atau sedang bekerja akan tetapi tidak jarang pasien datang
dalam keadaan koma sehingga memerlukan penyingkiran diagnosis banding
sebelum mengarah ke stroke.10
Secara umum gejala tergantung pada besar dan letak lesi di otak yang
menyebabkan gejala dan tanda organ yang dipersarafi oleh bagian tersebut.
6
Selain dari sisi gejala klinik dalam mendiagnosis kasus stroke juga
bisa menggunakan skor siriraj dan algoritma gajah mada.
7
b. Ultrasonografi (USG)
Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan menggunakan
gelombang suara untuk menciptakan citra. Pendaian ini digunakan
untuk mencari kemungkinan penyempitan arteri atau pembekuan di
arteri utama. Prosedur ini aman, tidak menimbulkan nyeri, dan relatif
cepat (sekitar 20-30 menit) resiko kematian pada satu dari setiap 200
orang yang diperiksa. 17
c. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal kadang dilakukan jika diagnosa stroke belum jelas.
Sebagai contoh, tindakan ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan
infeksi susunan saraf pusat serta cara ini juga dilakukan untuk
mendiagnosa perdarahan subaraknoid. Prosedur ini memerlukan waktu
sekitar 10-20 menit dan dilakukan di bawah pembiusan lokal.17
d. EKG
EKG digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama
jantung atau penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke.
Prosedur EKG biasanya membutuhkan waktu hanya beberapa menit
serta aman dan tidak menimbulkan nyeri.16
e. Foto toraks
Foto sinar-X toraks adalah proses standar yang digunakan untuk
mencari kelainan dada, termasuk penyakit jantung dan paru. Bagi
pasien stroke, cara ini juga dapat memberikan petunjuk mengenai
penyebab setiap perburukan keadaan pasien. Prosedur ini cepat dan
tidak menimbulkan nyeri, tetapi memerlukan kehati-hatian khusus
untuk melindungi pasien dari pajanan radiasi yang tidak diperlukan.18
b. Stabilisasi Hemodinamik
• Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pernberian
cairan hipotonik seperti glukosa).
• Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan
tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk
rnemasukkan cairan dan nutrisi.
• Usahakan CVC 5 -12 mmHg.
• Optimalisasi tekanan darah
• Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan suda
mencukupi, maka obat vasopressor dapat diberikan seperti dopamin
dengan target sistolik berkisar 140 mmHg
• Pemantauan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan selama
24 jam pertama setelah serangan stroke iskernik.
12
f. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan
diikuti oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan
maksimum 50 mg/menit.
3. Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15%
(sistolik maupun diastolic) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila
tekanan darah sistolik (TDS) >220 mmHg atau tekanan darah diastolic
(TDD) >120 mmHg. Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi
terapi trombolitik (rtPA), tekanan darah diturunkan hingga TDS <185
mmHg dan TDD <110 mmHg.12
2. Nutrisi
a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48
jam, nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi
menelan baik.
b.Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun
makanan, nutrisi diberikan melalui pipa nasogastrik.
c. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan
komposisi:
• Karbohidrat 30-40 % dari total kalori;
• Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-
55 %);
• Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-
2.0 g/kgBB/hari (pada gangguan fungsi ginjal <0,8)
d. Apabila kemungkinan pemakain pipa nasogastrik lebih dari 6
minggu, peritimbangkan untuk gastrotomi pertimbangkan untuk
gastrostomi.
e. Pada keadaan tertentu yaitu pemberian nutrisi enteral tidak
memungkinkan, dukungan nutrisi boleh diberikan secara
parenteral.
f. Perhatikan diit pasien yang tidak bertentangan dengan obat-
obatan yang diberikan. Contohnya, hindarkan makanan yang
16
terhadap keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah
dan suhu tubuh secara terus-menerus selama 24 jam setelah serangan stroke.13
Menurut Pudiastuti pada pasien stroke yang berbaring lama dapat
terjadi masalah fisik dan emosional diantaranya:
a. Bekuan darah (Trombosis)
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan
cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan
embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri
yang mengalirkan darah ke paru.
b. Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi
kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan
terjadi ulkus dekubitus dan infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan
pneumoni.
e. Atrofi dan kekakuan sendi (kontraktur)
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.
f. Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi
emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh.21
DAFTAR PUSTAKA
18