OLEH :
Hana Sulistia (712021065)
PEMBIMBING :
dr. Budiman Juniwijaya, Sp.S
IDENTIFIKASI
• Nama : Tn. F
• Umur : 46 tahun
• Agama : Islam
B. LEHER
Sikap : Lurus
Deformitas : Tidak ada
Torticolis : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak melebar
C. SYARAF-SYARAF OTAK
Fundus Oculi
- Papil edema : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Papil atrofi : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Perdarahan retina : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens
Kanan Kiri
Diplopia : Tidak ada Tidak ada
Celah mata : Menutup sempurna Menutup sempurna
Ptosis : Tidak ada Tidak ada
Sikap bola mata
Strabismus : Tidak ada Tidak ada
Exophtalmus : Tidak ada Tidak ada
Enophtalmus : Tidak ada Tidak ada
Deviation conjugae : Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata : Ke segala arah Ke segala arah
Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens
Kanan Kiri
Pupil
Bentuk : Bulat Bulat
Diameter : Ø 3 mm Ø 3 mm
Isokor/anisokor : Isokor Isokor
Midriasis/miosis : normal normal
Refleks cahaya
- Langsung : Positif Positif
- Konsensuil : Positif Positif
- Akomodasi : Positif Positif
Argyl Robertson : Tidak ada Tidak ada
N.Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
Menggigit : Kuat Kuat
Trismus : Tidak ada Tidak ada
Refleks kornea : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sensorik
Dahi : Normal Normal
Pipi : Normal Normal
Dagu : Normal Normal
N.Facialis Kanan Kiri
Motorik
Mengerutkan dahi : Simetris Simetris
Menutup mata : Lagofthalmus (-) Lagofthalmus (-)
Menunjukkan gigi : Sudut mulut kanan tertarik Sudut mulut kiri tertinggal
Interpretasi:
Stroke non hemoragik
1.4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan 13 Oktober 2022
Hematologi
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hemoglobin 13.3 g/dl 12-14
Eritrosit 5.73 10*6/ul 4-4.5
Leukosit 8.4 10*3/ul 5.000 – 10.000
Trombosit 322 10*3/ul 150.000 - 400.000
Hematokrit 42 % 37-43
Hitung jenis
▪ Basofil 0 % 0-1
▪ Eosinofil 2 % 1-3
▪ Batang 4 % 2-6
▪ Segmen 61 % 50 - 70
▪ Limfosit 24 % 20 - 40
▪ Monosit 9 % 2-8
Kimia Darah
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Keterangan :
CTR < 50%, cor tak membesar
Corakan bronkovaskuler normal
Tidak tampak infiltrat
Diafragma kanan dan kiri licin
Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip
Tulang-tulang intak
Soft tissue baik
Kesan :
Tampak tak ada kelainan
Lain-lain (CT-Scan) : Terlampir
Pada pemeriksaan CT-Scan, didapatkan:
- Tampak lesi hipodens pada daerah corona radiata kanan
- Sulci, fissura, dan gyri baik
- Differensiasi gray dan white matter jelas
- Sistem ventrikel normal
- Tak tampak pergeseran struktur garis tengah
- Infratentorial: cerebellum dan CPA baik
- SPN/Mastoid baik
- Bulbus occuli dan ruang retroorbita kanan kiri baik
- Tulang-tulang intak, tak tampak fraktur cranium
Gejala fokal (kelumpuhan/ kelemahan tidak sama berat) - Kelemahan sama berat
Gejala defisit sensorik pada sisi yang lemah - Tidak ada gejala defisit sensorik
• Otak adalah bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam cavitas cranii. Otak
dilanjutkan sebagai medulla spinalis setelah melalui foramen magnum
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3
sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu:
1. Sirkulus Willisi
2. Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di
daerah orbita
3. Hubungan antara sistem vertebral dengan arteri karotis ekterna
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak antara lain:
sekitar 0,5%
• Negara berkembang juga menyumbang 85,5% dari total
a. Perdarahan intraserebral
a. Trombosis serebri
b. Emboli serebri
c. Hipoperfusi sistemik
KLASIFIKASI STROKE
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
1. Stroke Iskemik
a) Transient Ischemic Attack : Gejala defisit neurologis hanya berlangsung
kurang dari 24 jam.
b) Trombosis serebri: dengan gambaran defisit neurologis dapat memberat
dalam 24 jam pertama atau lebih
c) Emboli serebri : dengan gambaran defisit neurologi pertama kali muncul
sangat berat, biasanya sering timbul saat beraktifitas.
2. Stroke Hemoragik
a) Perdarahan intraserebral
b) Pedarahan subarakhnoid
Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu
• Stroke in evolution
• Completed stroke
• Sistem karotis
• Sistem vertebro-basiler
Iskemik otak → gangguan pemasokan darah ke otak →
Infark otak di daerah otak yang diperdarahi → iskemik
→ nekrosis → gangguan fungsional dan struktural yang
menetap.
TROMBUS EMBOLI
penyumbatan
FAKTOR Aterisklerosis Trombus pada arteri di
RISIKO cerebrum
suplai darah
Defisit Suplai O2 dan perfusi
neurologi iskemik
menurun serebral tidak
adekua
hemiparese/
parese nervus
cranialis.
Timbunan lemak pada pembuluh darah
MANIFESTASI KLINIS STROKE
1. Anamnesis
Hal yang harus diketahui adalah mengenai onset gejala,
apakah gejala dialami pada saat pasien sedang beraktivitas,
bagaimana perjalanan gejala, faktor-faktor risiko yang ada
pada pasien, berapa kali serangan telah dialami oleh
penderita. Apakah serangan disertai nyeri kepala, mual dan
muntah.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tanda vital,
pemeriksaan umum meliputi kepala, jantung, paru,
abdomen, dan ekstremitas. Pemeriksaan kepala dan
leher (cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit
karotis, dan tanda distensi vena jugular pada gagal
jantung kongestif). Pemeriksaan neurologis dan skala
stroke.
Diagnosis
3. Algoritma dan Penilaian Dengan Skor Stroke
Penetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada
A. Nyeri kepala
B. Penurunan Kesadaran
C. Refleks Babinski
Intepretasi
- 3 atau 2 ada , stroke hemorrhagic (SH)
- 1 ada. A ada SH, B ada SH, C ada Stroke non hemoragik (SNH)
Siriraj Stroke Score (SSS)
(2.5 x Tingkat kesadaran) + (2 x Muntah) + (2 x Nyeri
kepala) + ( 0.1 x Tekanan darah diastolik ) – ( 3 x Atheroma
markers ) – 12
5. Pemeriksaan Penunjang
- CT scam kepala non kontras
- MRA
- USG, ECG, EKG, Chest X-Ray
Diagnosis
Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score
Rumus = (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darah
diastolik) – [(3 x atheroma) – 12]
Keterangan :
- Kesadaran: Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
- Muntah: tidak = 0; ya = 1
- Sakit kepala: tidak = 0 ; ya = 1
- Tanda-tanda ateroma: tidak ada = 0; 1 atau lebih tanda ateroma = 1(anamnesis diabetes;
angina; klaudikasio intermitten
Hasil:
SSS > 1 = Stroke hemoragik
SSS -1 sampai 1 = Konfirmasi dengan pemeriksaan penunjang
SSS <-1 = Stroke non hemoragik
• Airway dan breathing: perhatikan GCS dan bila jalan nafas tidak adekuat
memerlukan intubasi.
• Pengontrolan gula darah. Target gula darah yang harus dicapai adalah 90-140
mg/dl. Pengawasan terhadap gula darah ini harus dilanjutkan hingga pasien
pulang untuk mengantisipasi terjadinya hipoglikemi akibat pemberian insulin.
tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal atau
global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba
dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, saat sedang aktivitas tiba-tiba
penderita mengalami kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri tanpa
disertai kehilangan kesadaran
Tanpa disertai gangguan rasa pada sisi yang lemah menunjukkan tidak
adanya defisit sensorik pada pasien
Pada kasus kelemahan pada tungkai dan lengan kiri dirasakan sama
berat, hal ini menguatkan dugaan kemungkinan letak lesi pada kasus ini
terletak di kapsula interna, karena di tingkat kapsula interna kawasan serabut
kortikospinal yang menyalurkan impuls untuk gerakan tungkai dan lengan
diperdarahi oleh satu arteri yang sama yaitu arteri lentikulostriata, sehingga
derajat kelumpuhan pada tungkai dan lengan sama berat.
Sehari hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan. Penderita
masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, mengungkapkan
dengan tulisan dan isyarat.
Hal ini menunjukan bahwa pada kasus ini lesi mengenai hemisferium
yang dominan dan menyingkirkan kemungkinan letak lesi di korteks serebri
dan subkorteks dan tidak mengenai area Broca dan Wernicke. Area Broca
terdapat di hemisferium dominan dan apabila aliran darah ke area Broca
dan Wernicke terganggu maka penderita akan mengalami afasia global.
Saat serangan penderita tidak mengalami jantung berdebar- debar
disertai sesak napas
hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan stroke pada kasus ini tidak
disebabkan oleh emboli serebri, karena pada stroke emboli serebri terjadi
karena adanya gumpalan darah atau bekuan darah yang berasal dari
jantung, kemudian menyumbat aliran darah di otak. Bekuan darah yang
dari jantung ini biasanya terbentuk akibat denyut jantung yang tidak
teratur
Penderita tidak pernah mengalami koreng dikemaluan yang tidak
gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak pernah mengalami
bercak merah di kulit yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri
Ringer Laktat Pada pasien mengalami hipertensi dengan tekanan darah pasien
bekerja sebagai
sumber air dan 140/90 mmHg sehingga diberikan obat antihipertensi berupa
elektrolit tubuh candesartan. Candesartan merupakan golongan Angiostensin II
untuk
meningkatkan Receptor Blocker (ARB) secara selektif mengikat reseptor angiostensin
diuresis. II di dalam pembuluh darah untuk mencegah vasokonstriksi dan di
dalam korteks adrenal untuk mencegah pelepasan aldosteron yang
disebabkan oleh reaksi reseptor-reseptor ini dengan angiostensin II.
Aksi ini menyebabkan penurunan tekanan darah yang diakibatkan oleh
penurunan tahanan perifer total dan volume darah.
Pada Tn. F didapatkan tatalaksana awal berupa IVFD RL gtt 20 x/menit,
Citicolin 2x500 IU, Candesartan 1x16 mg tab, Aspilet 2x160 mg tab,
Neurodex 1x1.
Citicoline merupakan obat neuroprotektan yang Pada pasien diberikan neurodex karena
bertujuan untuk memperbaiki aliran darah otak didalamnya terkandung vitamin B12
serta metabolisme regional di daerah iskemik yang sangat penting untuk metabolisme
otak. Lalu diberikan aspilet yang termasuk intrasel, dibutuhkan untuk sintesis DNA
golongan obat antiplatelet sebagai pengencer yang normal, sehingga defisiensi
darah dan mencegah penggumpalan di vitamin ini menimbulkan gangguan
pembuluh darah. produksi dan maturasi eritrosit yang
memberikan gambaran anemia.
Defisiensi vitamin B12 juga menyebakan
kelainan neurologik