Anda di halaman 1dari 89

LAPORAN KASUS

HEMIPARESIS SINISTRA TIPE SPASTIK +


PARESIS N.VII, N.XII SINISTRA TIPE CENTRAL
ET CAUSA CVD NON HEMORRAGIC

OLEH :
Hana Sulistia (712021065)

PEMBIMBING :
dr. Budiman Juniwijaya, Sp.S
IDENTIFIKASI
• Nama : Tn. F

• Umur : 46 tahun

• Jenis Kelamin : Laki-laki

• Alamat : Jl. KH Ahmad Dahlan, Bukit Kecil,

Palembang, Sumatera Selatan.

• Agama : Islam

• MRS Tanggal : 13 Oktober 2022


ANAMNESIS
(autoanamnesis)

• Penderita dirawat di bangsal saraf RSUD Palembang BARI

karena sukar berjalan yang disebabkan kelemahan pada tungkai


kiri dan lengan kiri yang terjadi secara tiba-tiba.

• Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, saat sedang


beraktivitas tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada
tungkai kiri dan lengan kiri tanpa disertai kehilangan
kesadaran.
Saat serangan penderita merasa sakit kepala yang hilang timbul dan
tidak disertai mual muntah, tanpa disertai kejang, tanpa disertai
gangguan rasa pada sisi yang lemah, tanpa disertai gangguan rasa baal,
nyeri, kesemutan, dll pada sisi yang lemah. Kelemahan pada tungkai
kiri dan lengan kiri dirasakan sama berat. Sehari hari penderita bekerja
menggunakan tangan kanan. kemampuan penderita mengungkapkan isi
pikirannya secara lisan, tulisan dan isyarat dapat dinilai. Kemampuan
penderita masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan
secara lisan, tulisan, dan isyarat dapat dinilai. Saat berbicara mulut
penderita mengot dan bicara pelo
• Saat serangan penderita tidak mengalami jantung yang
berdebar-debar disertai sesak napas. Penderita tidak ada keluhan
sakit kepala. Penderita tidak pernah mengalami koreng di
kemaluan yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri.
Penderita tidak pernah mengalami bercak merah di kulit yang
tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak
pernah mengalami nyeri pada tulang panjang. Penderita tidak
memiliki riwayat hipertensi, trauma tidak ada, diabetes mellitus
tidak ada. Riwayat sakit jantung tidak ada.
• Penyakit ini diderita untuk pertama kalinya.
PEMERIKSAAN
STATUS PRAESENS STATUS INTERNUS
• Kesadaran : E4M6V5 • Jantung : BJ 1-II normal, gallop (-),

• Gizi : Baik murmur (-)

• Paru-paru : Vesikuler (+) normal,


• Suhu Badan :36,5ºC
wheezing (-), ronkhi (-)
• Nadi : 85 x/m
• Hepar : Tidak teraba
• Pernapasan : 22 x/m
• Lien : Tidak teraba
• TD : 140/90 mmHg • Anggota Gerak : Akral hangat,
edema (-)

• Genitalia : Tidak diperiksa


STATUS PSIKIATRIKUS STATUS NEUROLOGIKUS

• Sikap : kooperatif A. Kepala

• Ekspresi Muka : Wajar • Bentuk : Brachiocephali

• Perhatian : Ada • Ukuran : Normocephali

• Kontak Psikis : Ada • Simetris : Simetris


Status Neurologikus

B. LEHER
Sikap : Lurus
Deformitas : Tidak ada
Torticolis : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak melebar
C. SYARAF-SYARAF OTAK

N. Olfaktorius Kanan Kiri


Penciuman : Normal Normal
Anosmia : Tidak ada Tidak ada
Hyposmia : Tidak ada Tidak ada
Parosmia : Tidak ada Tidak ada
N.Opticus Kanan Kiri
Visus : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Campus visi

- Anopsia : Tidak ada Tidak ada


- Hemianopsia : Tidak ada Tidak ada

Fundus Oculi
- Papil edema : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Papil atrofi : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Perdarahan retina : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens

Kanan Kiri
Diplopia : Tidak ada Tidak ada
Celah mata : Menutup sempurna Menutup sempurna
Ptosis : Tidak ada Tidak ada
Sikap bola mata
Strabismus : Tidak ada Tidak ada
Exophtalmus : Tidak ada Tidak ada
Enophtalmus : Tidak ada Tidak ada
Deviation conjugae : Tidak ada Tidak ada
Gerakan bola mata : Ke segala arah Ke segala arah
Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens

Kanan Kiri
Pupil
Bentuk : Bulat Bulat
Diameter : Ø 3 mm Ø 3 mm
Isokor/anisokor : Isokor Isokor
Midriasis/miosis : normal normal
Refleks cahaya
- Langsung : Positif Positif
- Konsensuil : Positif Positif
- Akomodasi : Positif Positif
Argyl Robertson : Tidak ada Tidak ada
N.Trigeminus

Kanan Kiri
Motorik
Menggigit : Kuat Kuat
Trismus : Tidak ada Tidak ada
Refleks kornea : Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sensorik
Dahi : Normal Normal
Pipi : Normal Normal
Dagu : Normal Normal
N.Facialis Kanan Kiri
Motorik
Mengerutkan dahi : Simetris Simetris
Menutup mata : Lagofthalmus (-) Lagofthalmus (-)
Menunjukkan gigi : Sudut mulut kanan tertarik Sudut mulut kiri tertinggal

Lipatan nasolabialis : Tertarik Datar


Bentuk Muka
Istirahat : Asimetris (mulut mengot ke kiri)
Berbicara/bersiul: Asimetris (mulut mengot ke kiri)
Sensorik
2/3 depan lidah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Otonom
Salivasi : Normal Normal
Lakrimasi : Normal Normal
Chvostek’s sign : Negatif Negatif
N. Cochlearis Kanan Kiri
Suara bisikan : Terdengar Terdengar
Detik arloji : Terdengar Terdengar
Tes Weber : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tes Rinne : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri
Arcus pharingeus : Simetris
Uvula : Ditengah
Gangguan menelan : Tidak ada
Suara serak/sengau : Tidak ada
Denyut jantung : BJ I/II normal, reguler
Refleks
Muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Batuk : Tidak dilakukan pemeriksaan
Okulokardiak : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sinus karotikus: Tidak dilakukan pemeriksaan
Sensorik
1/3 belakang lidah : Tidak diperiksa
N. Accessorius Kanan Kiri
Mengangkat bahu : Normal Normal
Memutar kepala : Normal Normal

N. Hypoglossus Kanan Kiri


Menjulurkan lidah : Lidah deviasi kekiri
Fasikulasi : Tidak ada Tidak ada
Atrofi papil : Tidak ada Tidak ada
Disartria : Tidak ada Tidak ada
D. COLUMNA VERTEBRALIS

• Kyphosis : Tidak ada


• Scoliosis : Tidak ada
• Lordosis : Tidak ada
• Gibbus : Tidak ada
• Deformitas : Tidak ada
• Tumor : Tidak ada
• Meningocele : Tidak ada
• Hematoma : Tidak ada
• Nyeri ketok : Tidak ada
E. BADAN DAN ANGGOTA GERAK
FUNGSI MOTORIK

LENGAN Kanan Kiri


Gerakan : Cukup Kurang
Kekuatan : 5 1
Tonus : Eutoni Hipertonus
Refleks fisiologis
Biceps : Normal Hiperefleks
Triceps : Normal Hiperefleks
Periost radius : Normal Hiperefleks
Periost ulna : Normal Hiperefleks
Refleks patologis
Hoffman Tromner : Negatif Negatif
Trofik : Eutofik Eutofik
TUNGKAI Kanan Kiri
Gerakan : Cukup Kurang
Kekuatan : 5 1
Tonus : eutoni hipertonus
Klonus :
Paha : Negatif Negatif
Kaki : Negatif Negatif
Refleks fisiologis
KPR : Normal Hiperefleks
APR : Normal Hiperefleks
Refleks patologis
Kanan Kiri
Babinsky : Negatif Negatif
Chaddock : Negatif Negatif
Oppenheim : Negatif Negatif
Gordon : Negatif Negatif
Schaeffer : Negatif Negatif
Rossolimo : Negatif Negatif
Mendel Bechterew :Negatif Negatif
Refleks kulit perut
Atas : Normal
Tengah : Normal
Bawah : Normal
Tropik : eutrofik Eutrofik
SENSORIK
Tidak ada kelainan sensorik
Keterangan: Hemiparesis Sinistra Tipe Spastik
G. GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kanan Kiri
Kaku kuduk : Tidak ada Tidak ada
Kernig : Tidak ada Tidak ada
Lasseque : Tidak ada Tidak ada
Brudzinsky
Neck : Tidak ada
Cheek : Tidak ada
Symphisis : Tidak ada
Leg I : Tidak ada Tidak ada
Leg II : Tidak ada Tidak ada
H. GAIT DAN KESEIMBANGAN
Gait Keseimbangan
Ataxia : Tidak Ada Romberg : Tidak Ada
Hemiplegic : Tidak Ada Dysmetri :
Scissor : Tidak Ada - Jari-jari : Tidak Ada
Propulsion : Tidak Ada - Jari hidung : Tidak Ada
Histeric : Tidak Ada - Tumit-tumit : Tidak Ada
Limping : Tidak Ada - Dysdiadochokinesia : Tidak Ada
Steppage : Tidak Ada - Trunk Ataxia : Tidak Ada
Astasia-abasia : Tidak Ada - Limb Ataxia : Tidak Ada
J. FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
I. GERAKAN ABNORMAL Ereksi : Tidak diperiksa
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada K. FUNGSI LUHUR
Athetosis : Tidak ada Afasia motorik : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada Afasia sensorik : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada Afasia nominal : Tidak ada
Myoclonic : Tidak ada Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
L. Siriraj Stroke Score

Siriraj Stroke Score (SSS) = (2.5 x Tingkat kesadaran) + (2 x Muntah) +


(2 x Nyeri kepala) + ( 0.1 x Tekanan darah diastolik ) – ( 3 x Atheroma markers ) –
12
SSS = (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 1) + (0,1 x 90) – (3 x 0) – 12 = -1
SSS = 0+0+2+9-0-12
SSS = -1 (< -1 = Infark cerebri)

Interpretasi:
Stroke non hemoragik
1.4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan 13 Oktober 2022
Hematologi
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hemoglobin 13.3 g/dl 12-14
Eritrosit 5.73 10*6/ul 4-4.5
Leukosit 8.4 10*3/ul 5.000 – 10.000
Trombosit 322 10*3/ul 150.000 - 400.000
Hematokrit 42 % 37-43
Hitung jenis
▪ Basofil 0 % 0-1
▪ Eosinofil 2 % 1-3
▪ Batang 4 % 2-6
▪ Segmen 61 % 50 - 70
▪ Limfosit 24 % 20 - 40
▪ Monosit 9 % 2-8
Kimia Darah
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

Glukosa darah 141 mg/dl <180


sewaktu

Trigliserida 106 mg/dl <200


Kolesterol total 284 mg/dl <200

Kolesterol HDL 40 mg/dl >65

Kolesterol LDL 222 mg/dl <130

Ureum 47 mg/dl 20-40


Creatinine 1.09 mg/dl 0.6-1.1
Urid acid 7.10 mg/dl 3.4-7
Pemeriksaan Khusus
Rontgen foto cranium : Tidak diperiksa
Rontgen foto thoraks : Tidak ada kelainan
Rontgen foto columna vertebralis : Tidak diperiksa
Electro Encephalography : Tidak diperiksa
Arteriography : Tidak diperiksa
Electrocardiography : Normal
Pneumography : Tidak diperiksa
Lain-lain (CT-Scan) : Infark cerebri ischemic pada daerah corona
radiata kanan
PEMERIKSAAN KHUSUS

Keterangan :
CTR < 50%, cor tak membesar
Corakan bronkovaskuler normal
Tidak tampak infiltrat
Diafragma kanan dan kiri licin
Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip
Tulang-tulang intak
Soft tissue baik

Kesan :
Tampak tak ada kelainan
Lain-lain (CT-Scan) : Terlampir
Pada pemeriksaan CT-Scan, didapatkan:
- Tampak lesi hipodens pada daerah corona radiata kanan
- Sulci, fissura, dan gyri baik
- Differensiasi gray dan white matter jelas
- Sistem ventrikel normal
- Tak tampak pergeseran struktur garis tengah
- Infratentorial: cerebellum dan CPA baik
- SPN/Mastoid baik
- Bulbus occuli dan ruang retroorbita kanan kiri baik
- Tulang-tulang intak, tak tampak fraktur cranium

Kesan : Infark cerebri ischemic pada daerah corona radiata


kanan.
DIAGNOSIS
Diagnosa Klinik : Hemiparese Sinistra tipe spastik + Parese N.VII
dan N.XII Sinistra Tipe Sentral
Diagnosa Topik : Infark cerebri ischemic pada daerah corona
radiata kanan
Diagnosa Etiologi : CVD Non-Hemoragik
Non Farmakologi Farmakologi
1. Edukasi 1. IVFD RL gtt 20x/menit
• Modifikasi gaya hidup dan memodifikasi
2. Citicolin 2x500 IU
faktor resiko, mengatur pola makan, istirahat
3. Candesartan 1x16 mg
cukup, mengelola stress, tidak minum alkohol,
tab
makan berlebihan, mengurangi makanan yang
4. Aspilet 2x160 mg tab
banyak mengandung lemak jenuh, aktif
berolahraga. 5. Neurodex 1x1

• Penjelasan mengenai stroke non hemoragik,


risiko dan komplikasi selama perawatan
• Penjelasan mengenai gejala stroke berulang
dan tindakan yang harus dilakukan sebelum ke
RS
2. Fisioterapi
PROGNOSA
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
LMN (Perifer) UMN (Sentral)/ Pada penderita
FLAKSID SPASTIK ditemukan gejala

Hipotonus Hipertonus Hipertonus

Hiporefleks Hiperrefleks Hiperrefleks

Refleks patologis (-) Refleks patologis (+/-) Refleks patologis (-)

Jadi, tipe kelemahan yang dialami penderita yaitu tipe Spastik


A. Diagnosis Banding Topik

1) Lesi di korteks hemisferium serebri, gejalanya : Pada penderita ditemukan gejala :

Defisit motorik - Hemiparese sinistra

Gejala iritatif - Tidak ada

Gejala fokal (kelumpuhan/ kelemahan tidak sama berat) - Kelemahan sama berat

Gejala defisit sensorik pada sisi yang lemah - Tidak ada gejala defisit sensorik

Jadi, kemungkinan lesi di korteks hemisferium serebri dapat disingkirkan

2) Lesi di subkorteks hemisferium serebri, gejalanya : Pada penderita ditemukan gejala :


Ada gejala defisit motorik - Hemiparese sinistra
Ada afasia motorik subkortikal - Tidak ada
Jadi, kemungkinan lesi di subkorteks hemisferium serebri dapat disingkirkan
3) Lesi di kapsula interna hemisferium serebri, Pada penderita ditemukan gejala :
gejalanya :
Ada hemiparese/hemiplegia tipikal - Hemiparese sinistra
Parese N.VII (dextra/sinistra) tipe sentral - Parese N.VII sinistra
Parese N.XII (dextra/sinistra) tipe sentral - Parese N.XII sinistra
Kelemahan ditungkai dan lengan sama berat - Kelemahan ditungkai dan lengan sama berat
Jadi, kemungkinan lesi di kapsula interna hemisferium serebri dapat ditegakkan
Kesimpulan :
Pada CT scan menginterpretasikan infark cerebri iskemik pada daerah corona radiata kanan. Maka,
diagnosis topik adalah infark cerebri iskemik pada daerah corona radiata kanan
B. Diagnosis Banding Etiologi

Pada penderita ditemukan gejala


1) Emboli cerebri
:
- Kehilangan kesadaran - Tidak ada penurunan
<30menit kesadaran
- Ada atrial fibrilasi - Atrial fibrilasi tidak ada
- Terjadi saat aktivitas - Terjadi saat aktivitas
Jadi, etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan

2) Trombosis cerebri Pada penderita ditemukan gejala :


- Tidak ada kehilangan
- Tidak ada kehilangan kesadaran
kesadaran
- Terjadi saat istirahat - Terjadi saat aktivitas
Jadi, kemungkinan etiologi Trombosis Serebri dapat ditegakkan
Kesimpulan Diagnosis
- Diagnosis Klinis
Hemiparese sinistra tipe spastik + parese N. VII dan N.XII sinistra tipe
sentral
- Diagnosis Topik
Infark cerebri iskemik pada daerah corona radiata kanan
- Diagnosis Etiologi
CVD non Hemoragik Trombosis Serebri
SISTEM SARAF PUSAT

• SSP terdiri dari otak dan medula spinalis

• SSP dilindungi oleh tulang tengkorak dan


tulang belakang.

• SSP dilindungi oleh suspensi dalam cairan


serebrospinal yang diproduksi dalam
ventrikel otak.

• SSP juga diliputi oleh tiga lapis jaringan


yang secara bersama sama disebut
dengan meninges (dura mater, arakhnoid,
pia mater)
• Otak dibagi menjadi otak depan, otak tengah, dan otak belakang berdasarkan
perkembangan embriologik.

• Otak adalah bagian susunan saraf pusat yang terletak di dalam cavitas cranii. Otak
dilanjutkan sebagai medulla spinalis setelah melalui foramen magnum
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3
sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu:
1. Sirkulus Willisi
2. Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di
daerah orbita
3. Hubungan antara sistem vertebral dengan arteri karotis ekterna
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak antara lain:

• Keadaan pembuluh darah, dapat menyempit akibat

stenosis atau ateroma atau tersumbat oleh


trombus/embolus.
• Keadaan darah, viskositas darah yang meningkat,

hematokrit yang meningkat akan menyebabkan aliran


darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat dapat
menyebabkan oksigenasi otak menurun.

• Tekanan darah sistemik yang memegang peranan

tekanan perfusi otak.


Menurut World Health
Organization (WHO) stroke adalah
manifestasi klinik dari gangguan fungsi
serebral, baik fokal maupun global, yang
berlangsung dengan cepat dan lebih dari
24 jam atau berakhir dengan kematian
tanpa ditemukannya penyakit selain
daripada gangguan vascular.
• Insiden stroke atau angka kejadian stroke di seluruh dunia

adalah 180 per 100.000 penduduk per tahun, atau hampir


0,2%
• prevalensinya sekitar 500-600 per 100.000 penduduk, atau

sekitar 0,5%
• Negara berkembang juga menyumbang 85,5% dari total

kematian akibat stroke di seluruh dunia


• Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun,

sekitar 4,4 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan


FAKTOR RESIKO
Yang tidak dapat dimodifikasi

umur Jenis Kelamin Genetik Ras/Bangsa

Yang dapat dimodifikasi

Kebiasaan : Penyakit: Stress :


• Makanan tidak sehat • hipertensi • Psikososial
• Alkohol • diabetes melitus • Sosioekonomi
• merokok • dislipidemia
Stroke Hemoragik

a. Perdarahan intraserebral

b. Perdarahan ekstraserebral (perdarahan subaraknoid)

Stroke non hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)

a. Trombosis serebri

b. Emboli serebri

c. Hipoperfusi sistemik
KLASIFIKASI STROKE
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
1. Stroke Iskemik
a) Transient Ischemic Attack : Gejala defisit neurologis hanya berlangsung
kurang dari 24 jam.
b) Trombosis serebri: dengan gambaran defisit neurologis dapat memberat
dalam 24 jam pertama atau lebih
c) Emboli serebri : dengan gambaran defisit neurologi pertama kali muncul
sangat berat, biasanya sering timbul saat beraktifitas.

2. Stroke Hemoragik
a) Perdarahan intraserebral
b) Pedarahan subarakhnoid
Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu

• Transient Ischemic Attack

• Stroke in evolution

• Completed stroke

Berdasarkan sistem pembuluh darah

• Sistem karotis

• Sistem vertebro-basiler
Iskemik otak → gangguan pemasokan darah ke otak →
Infark otak di daerah otak yang diperdarahi → iskemik
→ nekrosis → gangguan fungsional dan struktural yang
menetap.
TROMBUS EMBOLI

Kebanyakan kasus infark otak terjadi setelah adanya trombosis


pada pembuluh darah yang aterosklerotik. Dengan demikian
trombosis menyerang individu-individu yang memiliki satu atau
lebih faktor risiko yang memacu terbentuknya aterosklerosis.
TROMBUS

Trombus → pembentukan bekuan platelet atau fibrin


di dalam darah yang dapat menyumbat pembuluh
vena atau arteri dan menyebabkan iskemia dan
nekrosis jaringan lokal.

Trombus ini bisa terlepas dari dinding pembuluh darah


→ trombo emboli.
Trombosis arteri merupakan komplikasi dari
aterosklerosis yang terjadi karena adanya plak
aterosklerosis yang pecah.
Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau
embolus, maka area SSP yang diperdarahi akan mengalami
infark jika tidak ada perdarahan kolateral yang adekuat.

penyumbatan
FAKTOR Aterisklerosis Trombus pada arteri di
RISIKO cerebrum

suplai darah
Defisit Suplai O2 dan perfusi
neurologi iskemik
menurun serebral tidak
adekua
hemiparese/
parese nervus
cranialis.
Timbunan lemak pada pembuluh darah
MANIFESTASI KLINIS STROKE

Pada Stroke Non-Hemoragik Pada Stroke Hemoragik


1. Sering terjadi pada bangun 1. Serangan pada saat aktif
pagi/waktu istirahat 2. Nyeri Kepala yang hebat
2. Ada Riwayat TIA 3. Muntah
3. Tidak nyeri kepala dan kejang 4. Kaku duduk
4. Tidak muntah 5. Gangguan Kesadaran
5. Biasanya kesadaran normal 6. Perdarahan retina
6. Tidak ada gejala meningeal 7. Kejang-kejang
8. Gangguan gerakan Bola Mata
9. Funduskopi: Papil edema
Diagnosis

1. Anamnesis
Hal yang harus diketahui adalah mengenai onset gejala,
apakah gejala dialami pada saat pasien sedang beraktivitas,
bagaimana perjalanan gejala, faktor-faktor risiko yang ada
pada pasien, berapa kali serangan telah dialami oleh
penderita. Apakah serangan disertai nyeri kepala, mual dan
muntah.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tanda vital,
pemeriksaan umum meliputi kepala, jantung, paru,
abdomen, dan ekstremitas. Pemeriksaan kepala dan
leher (cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit
karotis, dan tanda distensi vena jugular pada gagal
jantung kongestif). Pemeriksaan neurologis dan skala
stroke.
Diagnosis
3. Algoritma dan Penilaian Dengan Skor Stroke
Penetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada
A. Nyeri kepala
B. Penurunan Kesadaran
C. Refleks Babinski
Intepretasi
- 3 atau 2 ada , stroke hemorrhagic (SH)
- 1 ada. A ada SH, B ada SH, C ada Stroke non hemoragik (SNH)
Siriraj Stroke Score (SSS)
(2.5 x Tingkat kesadaran) + (2 x Muntah) + (2 x Nyeri
kepala) + ( 0.1 x Tekanan darah diastolik ) – ( 3 x Atheroma
markers ) – 12

1 Kesadaran ( x 2,5 ) Bersiaga 0


Pingsan 1
Semi koma, koma 2
2 Muntah ( x 2 ) No 0
Yes 1
3 Nyeri kepala dalam No 0
2 jam ( x 2 ) Yes 1
Tekanan Diastolik
4 DBP x 0,1
(DBP )
Atheroma markers
5 (x3) None 0
diabetes, angina, 1/> 1
claudicatio
intermitten
Interpretasi :
Skor < -1 : Diagnosis Infark Cerebral
Skor diantara -1 dan 1 : Diperlukan pemeriksaan penunjang berupa CT-Scan
Skor > 1 : Diagnosis Perdarahan Cerebral
Diagnosis
4. Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk mengeliminasi kelainan yang memiliki gejala
seperti stoke (hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat pula menunjukkan penyakit yang
diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan ginjal).

5. Pemeriksaan Penunjang
- CT scam kepala non kontras
- MRA
- USG, ECG, EKG, Chest X-Ray
Diagnosis
Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score
Rumus = (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darah
diastolik) – [(3 x atheroma) – 12]
Keterangan :
- Kesadaran: Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
- Muntah: tidak = 0; ya = 1
- Sakit kepala: tidak = 0 ; ya = 1
- Tanda-tanda ateroma: tidak ada = 0; 1 atau lebih tanda ateroma = 1(anamnesis diabetes;
angina; klaudikasio intermitten
Hasil:
SSS > 1 = Stroke hemoragik
SSS -1 sampai 1 = Konfirmasi dengan pemeriksaan penunjang
SSS <-1 = Stroke non hemoragik
• Airway dan breathing: perhatikan GCS dan bila jalan nafas tidak adekuat

memerlukan intubasi.

• Pemberian cairan isotonic kristaloid 1500-2000 ml

• Pengontrolan gula darah. Target gula darah yang harus dicapai adalah 90-140

mg/dl. Pengawasan terhadap gula darah ini harus dilanjutkan hingga pasien
pulang untuk mengantisipasi terjadinya hipoglikemi akibat pemberian insulin.

• Posisi kepala pasien ditinggikan 30-45 derajat.

• Pengontrolan tekanan darah.


Obat-obatan :
• Fibrinolitik/trombolitik (rtPA)
Obat ini bekerja memecah trombus dengan mengaktivasi plasminogen
yang terikat pada fibrin. Efek samping yang sering terjadi adalah risiko
pendarahan seperti pada intrakranial atau saluran cerna; serta
angioedema.
• Antikoagulan
Obat golongan ini seringkali juga diresepkan untuk pasien stroke
dengan harapan dapat mencegah terjadinya kembali stroke emboli,
namun hingga saat ini literatur yang mendukung pemberian
antikoagulan untuk pasien stroke iskemik masih terbatas dan belum
kuat.
• Antihipertensi
Obat-obatan :
• Antiplatelet (Antiaggregasi Trombosit)
Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk
pencegahan stroke ulangan dengan mencegah terjadinya agregasi
platelet. Obat ini menghambat siklooksigenase, dengan cara
menurunkan sintesis atau mengurangi lepasnya senyawa yang
mendorong adhesi seperti thromboxane A2. Aspirin merupakan obat
pilihan untuk pencegahan stroke.
• Neuroprotektif
Golongan obat ini seringkali digunakan dengan alasan untuk menunda
terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami iskemik khususnya
penumbra dan bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke jaringan.
Beberapa jenis obat yang sering digunakan seperti citicoline,
flunarizine, statin, atau pentoxifylline.
PENCEGAHAN
P
E
N Menghindari rokok
C Olahraga teratur
E Pola makan yang seimbang
Pemeriksaan rutin untuk deteksi dini :
G Penanganan stress
-Hipertensi
Istirahat yang cukup
A -Lemak dan kolesterol
-Gula darah
H
A • Kontrol kesehatan :
N - Berat badan
- Taat anjuran dokter dalam hal diet dan obat.
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke yaitu:11
• Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama.
• Kekuatan otot melemah. Penekanan saraf peroneus dapat
menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi kompresi saraf
ulnar dan kompresi saraf femoral.
• Osteopenia dan osteoporosis
• Depresi dan efek psikologis
• Inkontinensia dan konstipasi
• Spastisitas dan kontraktur
Penderita dirawat di bangsal saraf RSUD Palembang BARI karena sukar
berjalan yang disebabkan kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri
yang terjadi secara tiba-tiba.

tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal atau
global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba
dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak.
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, saat sedang aktivitas tiba-tiba
penderita mengalami kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri tanpa
disertai kehilangan kesadaran

Kelemahan yang terjadi tiba-tiba saat penderita aktivitas namun tidak


mengalami penurunan kesadaran mengarahkan pada kemungkinan stroke
yang disebabkan karena thrombosis cerebri.
Saat serangan penderita merasa sakit kepala yang hilang timbul tanpa
disertai mual dan muntah dan tidak disertai kejang, tanpa disertai gangguan
rasa pada sisi yang lemah. Kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan
dirasakan sama berat.

hal ini menyingkirkan kemungkinan stroke yang disebabkan oleh perdarahan


intraserebral dan perdarahan subarachnoid. Pada stroke yang disebabkan
oleh perdarahan akan terjadi peningkatan tekanan intrakranial hingga dapat
menyebabkan mual muntah
Tanpa disertai kejang, mengarahkan pada letak lesi kemungkinan
bukan terdapat di korteks serebri, karena pada lesi yang terletak di korteks
serebri biasanya terdapat kejang.

Tanpa disertai gangguan rasa pada sisi yang lemah menunjukkan tidak
adanya defisit sensorik pada pasien
Pada kasus kelemahan pada tungkai dan lengan kiri dirasakan sama
berat, hal ini menguatkan dugaan kemungkinan letak lesi pada kasus ini
terletak di kapsula interna, karena di tingkat kapsula interna kawasan serabut
kortikospinal yang menyalurkan impuls untuk gerakan tungkai dan lengan
diperdarahi oleh satu arteri yang sama yaitu arteri lentikulostriata, sehingga
derajat kelumpuhan pada tungkai dan lengan sama berat.
Sehari hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan. Penderita
masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, mengungkapkan
dengan tulisan dan isyarat.

Hal ini menunjukan bahwa pada kasus ini lesi mengenai hemisferium
yang dominan dan menyingkirkan kemungkinan letak lesi di korteks serebri
dan subkorteks dan tidak mengenai area Broca dan Wernicke. Area Broca
terdapat di hemisferium dominan dan apabila aliran darah ke area Broca
dan Wernicke terganggu maka penderita akan mengalami afasia global.
Saat serangan penderita tidak mengalami jantung berdebar- debar
disertai sesak napas

hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan stroke pada kasus ini tidak
disebabkan oleh emboli serebri, karena pada stroke emboli serebri terjadi
karena adanya gumpalan darah atau bekuan darah yang berasal dari
jantung, kemudian menyumbat aliran darah di otak. Bekuan darah yang
dari jantung ini biasanya terbentuk akibat denyut jantung yang tidak
teratur
Penderita tidak pernah mengalami koreng dikemaluan yang tidak
gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak pernah mengalami
bercak merah di kulit yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri

Pada kasus ini menyingkirkan kemungkinan faktor yang memperberat


terjadinya stroke adalah sifilis karena manifestasi klinis sifilis tahap kedua
merupakan tahap spiroketemia yang dapat menimbulkan lesi vaskuler dan
infeksi selaput otak
Hal ini menyingkirkan adanya penyakit jantung yang merupakan salah satu
faktor risiko terjadinya stroke. Hal ini juga dapat menyingkirkan
kemungkinan stroke yang terjadi pada kasus disebabkan oleh emboli
serebri, karena pada emboli serebri terjadi akibat adanya emboli dari
jantung atau arteri ekstrakranial terbawa ke dalam aliran darah serebral
dan kemudian terperangkap di dalam arteri serebri media atau
percabangannya. Hipertensi memicu proses aterosklerosis yang
dikarenakan tekanan darah tinggi. Akibatnya mendorong Low Density
Lipoprotein (LDL) kolestrol untuk lebih mudah masuk ke dalam intima lumen
pembuluh darah dan menurunkan elastisitas pembuluh darah
Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang panjang, hal ini
menyingkirkan kemungkinan kelumpuhan yang terjadi akibat dari lesi di
medula spinalis.
Setelah dilakukan penilaian menggunakan siriraj stroke score pasien
didapatkan hasil -1. Dari penilaian siriraj stroke skor didapatkan hasil nilai
<-1 dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa pasien mengalami stroke
non hemoragik (stroke iskemik). Siriraj stroke skor adalah skor untuk
membantu penegakan diagnosis stroke baik hemoragik ataupun non
hemoragik. Siriraj stroke skor terdiri dari bagaimana tingkat kesadaran
pasien, ada tidaknya muntah, ada tidaknya nyeri kepala, nilai tekanan
darah diastolik serta ada tidaknya atheroma markers. Hasil perhitungan
skor kemudian di intepretasikan sebagai stroke non hemoragik jika skor ≤-
1 dan stroke hemoragik jika skor ≥ -1.
Pada Algoritma Stroke Gadjah Mada hanya ditemukan positif nyeri kepala
namun refleks Babinski dan penurunan kesadaran negatif dengan
interpretasi stroke hemoragik. Algoritma Stroke Gadjah Mada terdiri dari 3
penilaian, yaitu ada tidaknya penurunan kesadaran, ada tidaknya nyeri
kepala dan ada tidaknya refleks Babinski. Namun pada kasus ini, telah
ditegakkan diagnosis berdasarkan Head CT-Scan dengan hasil infark cerebri
ischemic pada daerah corona radiata kanan. Maka penilaian menggunakan
Algoritma Stroke Gadjah Mada tidak digunakan. Akurasi pemeriksaan SSS
sebesar 85% sedangkan akurasi ASGM sebesar 80,72%. Hal ini disebabkan
pada skor Siriraj memiliki variable penilaian lebih banyak, sehingga dalam
mendeteksi jenis stroke lebih akurat dibandingkan ASGM.
Penyakit seperti ini diderita untuk pertama kalinya. Prognosis pada kasus
ini lebih baik jika dibandingkan stroke yang berulang yang merupakan
penyebab penting kesakitan dan kematian yang tinggi sebanyak 1,2%
sampai 9%. Stroke berulang sering mengakibatkan status fungsional yang
lebih buruk daripada stroke pertama.
Pada Tn. F didapatkan tatalaksana awal berupa IVFD RL gtt 20 x/menit,
Citicolin 2x500 IU, Candesartan 1x16 mg tab, Aspilet 2x160 mg tab,
Neurodex 1x1.

Ringer Laktat Pada pasien mengalami hipertensi dengan tekanan darah pasien
bekerja sebagai
sumber air dan 140/90 mmHg sehingga diberikan obat antihipertensi berupa
elektrolit tubuh candesartan. Candesartan merupakan golongan Angiostensin II
untuk
meningkatkan Receptor Blocker (ARB) secara selektif mengikat reseptor angiostensin
diuresis. II di dalam pembuluh darah untuk mencegah vasokonstriksi dan di
dalam korteks adrenal untuk mencegah pelepasan aldosteron yang
disebabkan oleh reaksi reseptor-reseptor ini dengan angiostensin II.
Aksi ini menyebabkan penurunan tekanan darah yang diakibatkan oleh
penurunan tahanan perifer total dan volume darah.
Pada Tn. F didapatkan tatalaksana awal berupa IVFD RL gtt 20 x/menit,
Citicolin 2x500 IU, Candesartan 1x16 mg tab, Aspilet 2x160 mg tab,
Neurodex 1x1.

Citicoline merupakan obat neuroprotektan yang Pada pasien diberikan neurodex karena
bertujuan untuk memperbaiki aliran darah otak didalamnya terkandung vitamin B12
serta metabolisme regional di daerah iskemik yang sangat penting untuk metabolisme
otak. Lalu diberikan aspilet yang termasuk intrasel, dibutuhkan untuk sintesis DNA
golongan obat antiplatelet sebagai pengencer yang normal, sehingga defisiensi
darah dan mencegah penggumpalan di vitamin ini menimbulkan gangguan
pembuluh darah. produksi dan maturasi eritrosit yang
memberikan gambaran anemia.
Defisiensi vitamin B12 juga menyebakan
kelainan neurologik

Anda mungkin juga menyukai