Anda di halaman 1dari 62

LOW BACK PAIN

OLEH:
NIKODEMUS L. TOBING, S.KED
04084121618173

PEMBIMBING:
Dr. Henry Sugiharto, Sp.S

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RSMH PALEMBANG
OUTLINE
PENDAHULUAN

STATUS PASIEN

TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KASUS
PENDAHULUAN
Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai
seluruh tulang sakrum dan otot-otot sekitarnya.

Daerah pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh


manusia. Fungsi penting tersebut antara lain, membuat tubuh berdiri tegak,
pergerakan, dan melindungi beberapa organ penting.
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low
Back Pain” akibat proses degeneratif
STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI
• NAMA : NY. S
• JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
• USIA : 54 TAHUN
• PEKERJAAN : IBU RUMAH TANGGA
• PENDIDIKAN : SMA
• KEBANGSAAN : INDONESIA
• AGAMA : ISLAM
• STATUS : MENIKAH
• ALAMAT : PALEMBANG
• MRS : 4 SEPTEMBER 2017
• REKAM MEDIS : 1022566
ANAMNESIS
Pasien datang ke poliklinik neurologi Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang karena mengalami nyeri
pinggang menjalar sampai kedua kaki yang terjadi secara perlahan lahan.

Sejak ± 4 bulan yang lalu pasien mengeluh nyeri pinggang. Nyeri dirasakan tajam dan terlokalisir di pinggang
bawah, nyeri juga tidak mengganggu aktivitas pasien. Nyeri dirasakan semakin memberat ketika berubah posisi
dari duduk ke berdiri. ± 2 bulan SMRS nyeri dirasakan menjalar sampai ke kedua tungkai serta mulai
mengganggu aktivitas. Nyeri bertambah berat ketika pasien melakukan perubahan posisi dari tidur ke duduk atau
sebaliknya, saat batuk, mengejan, dan bersin. Nyeri dirasakan mereda dengan berbaring disertai posisi kaki yang
ditekuk. Pasien juga merasakan gangguan sensibilitas berupa rasa baal dirasakan di bagian punggung kaki kanan
dan kiri. Pasien tidak mengalami keluhan dalam buang air kecil maupun besar.

Riwayat trauma jatuh dari motor ada dengan posisi terduduk ± 5 tahun yang lalu. Setelah terjatuh dari motor,
penderita sadar dan tidak mengalami keluhan pada punggung maupun kakinya. Riwayat batuk lama dan demam
sebelumnya tidak ada, riwayat tumor atau riwayat operasi tumor sebelumnya tidak ada. Riwayat penurunan berat
badan dan nafsu makan tidak ada. Penderita bekerja sebagai pensiunan PNS dengan aktivitas sehari-hari
mencangkul di kebun.

Penyakit ini dialami untuk pertama kalinya.


PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
: GCS =
15
(E4M6V5) TD:
TB:
140/80
165 cm mmHg

Status
BB:
65 kg
Internus Nadi:
74 x/menit

Suhu: RR:
36,7oC 20 x/menit
Pemeriksaan Fisik

STATUS INTERNUS
o Jantung : HR = 74 kali/menit, murmur (-), gallop (-)
o Paru-paru : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) normal
o Ekstremitas : akral pucat (-), edema pretibial (-)

STATUS
o PSIKIATRIKUS
Sikap : wajar, koperatif
o Perhatian : ada
o Kontak Psikik : ada
o Ekspresi Muka : wajar
KEPALA
STATUS NEUROLOGIKUS

 Bentuk : normocephali
 Ukuran : normal
 Simetris : simetris
 Hematom : tidak ada
 Tumor : tidak ada
 Deformitas : tidak ada
 Fraktur : tidak ada
 Nyeri fraktur : tidak ada
 Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
STATUS NEUROLOGIKUSLEHER

 Sikap : lurus
 Torticolis : tidak ada
 Kaku kuduk : (-)
 Deformitas : tidak ada
 Tumor : tidak ada
 Pembuluh darah : tidak ada kelainan
STATUS NEUROLOGIKUS

N. Olfaktorius Kanan Kiri

Penciuman Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Anosmia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Hiposia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Parosmia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan


STATUS NEUROLOGIKUS

N. Oftalmikus Kanan Kiri

Visus Normal Normal

V.O.D V.O.S
Gerak Bola Mata

Anopsia Tidak ada Tidak ada

Hemianopsia Tidak ada Tidak ada

Fundus Okuli
Papil edema Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Papil atrofi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Perdarahan retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
STATUS NEUROLOGIKUS

N. Okulomotor, Trokleari dan Abducen Kanan Kiri


Diplopia Tidak ada Tidak ada

Celah mata

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Sikap bola mata


Tidak ada Tidak ada
- Strabismus
Tidak ada Tidak ada
- Exophtalmus
Tidak ada Tidak ada
- Enophtalmus
Tidak ada Tidak ada
- Deviation conjugate
STATUS NEUROLOGIKUS

N. Okulomotor, Trokleari dan Abducen Kanan Kiri

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Diameter Ø 3 mm Ø 3 mm
- Isokori/anisokor Isokor Isokor
- Midriasis/miosis Tidak ada Tidak ada
- Refleks cahaya
• Langsung Ada Ada
• Konsensuil Ada Ada
• Akomodasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
STATUS NEUROLOGIKUS

N. Trigeminus Kanan Kiri

Motorik
Normal Normal
Mengigit
- Tidak ada Tidak ada
Trismus
- Ada ada
Refleks kornea

Sensorik
- Normal Normal
Dahi
- Normal Normal
Pipi
- Normal Normal
Dagu
STATUS NEUROLOGIKUS

N. Facialis Kanan Kiri

Motorik
• Mengerutkan dahi Simetris Simetris
• Menutup mata lagophtalmus (-) lagophtalmus (-)
• Lipatan nasolabialis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
• Lipatan mulut Tidak ada kelainan Tidak ada kelainanl
Sensorik
• 2/3 depan lidah Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Otonom
• Salivasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
• Lakrimasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
• Chovstek’s sign Tidak ditemukan Tidak ditemukan
STATUS NEUROLOGIKUS

N. Cochlearis Kanan Kiri

Suara Bisikan Tidak ada kelainan

Detik Arloji Tidak ada kelainan

Tes Weber Tidak dilakukan

Tes Rinne Tidak dilakukan

N. Vestibularis

Nistagmus Tidak ada


STATUS NEUROLOGIKUS

N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri

Arcus pharingeus Simetris

Uvula Di tengah

Gangguan menelan Tidak ada

Suara serak/sengau Tidak ada

Denyut jantung Normal

Refleks
• Muntah tidak diperiksa

• Batuk tidak diperiksa

• Okulokardiak tidak diperiksa


• Sinus karotikus tidak diperiksa
Sensorik
• 1/3 belakang lidah tidak diperiksa
STATUS NEUROLOGIKUS

N. Accessorius Kanan Kiri

Mengangkat bahu Simetris

Memutar Kepala Tidak ada hambatan

N. Hypoglossus Kanan Kiri

Mengulur lidah Tidak ada kelainan

Fasikulasi Tidak ada

Atrofi papil Tidak ada

Disartria Tidak ada


MOTORIK
STATUS NEUROLOGIKUS

Lengan Kanan Kiri

Gerakan Cukup Cukup

Kekuatan 5 5

Tonus Normal Normal

Refleks fisiologis
• Biceps Normal Normal
• Triceps Normal Normal
• Raidus Normal Normal
• Ulna Normal Normal
Refleks patologis
• Hoffman Tromner Tidak ada Tidak ada
• Leri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Meyer Tidak dilakukan Tidak dilakukan
MOTORIK
STATUS NEUROLOGIKUS

Tungkai Kanan Kiri

Gerakan Cukup Kurang

Kekuatan 5 5

Tonus Normal Normal

Klonus
• Paha Tidak ada Tidak ada
• kaki Tidak ada Tidak ada
Refleks fisiologis
• KPR Normal Normal
Normal Normal
• APR
STATUS NEUROLOGIKUS

MOTORIK SENSORIK
Tungkai Kanan Kiri Sensorik
Hipestesi dari kedua ujung jari kaki hingga
Refleks patologis setinggi calcaneus
• Babinsky Tidak ada Tidak ada
• Chaddock Tidak ada Tidak ada
• Oppenheim Tidak ada Tidak ada
• Gordon Tidak ada Tidak ada
• Schaeffer Tidak ada Tidak ada
• Rossolimo Tidak ada Tidak ada
• Mendel Bechterew Tidak ada Tidak ada
STATUS NEUROLOGIKUS

Kolumna Vertebralis

Kyphosis Tidak ada

Lordosis Tidak ada


Fungsi Vegetatif Tidak ada
Gobbus
Miksi Tidak ada kelainan
Tidak ada
Deformitas
Defekasi Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tumor
Tidak ada
Meningocele
Tidak ada
Hematoma

Nyeri Ketok Tidak ada


STATUS NEUROLOGIKUS

Gejala Rangsang Meningeal Kanan Kiri

Meningismus Tidak ada


Kaku kuduk Tidak ada

Kernig ada ada

Lesseque ada ada

Brudzinsky
• Neck Tidak ada Tidak ada
• Cheek Tidak ada Tidak ada
• Symphisis Tidak ada Tidak ada
• Leg I Tidak ada Tidak ada
• Leg II Tidak ada Tidak ada
GAIT DAN
STATUS NEUROLOGIKUS
KESEIMBANGAN

Gait Keseimbangan dan Koordinasi

Ataxia Tidak ada kelainan Romberg Tidak ada kelainan

Hemiplegic Tidak ada kelainan Dysmetri Tidak ada kelainan

Scissor Tidak ada kelainan Rebound phenomen Tidak ada kelainan

Limping Tidak ada kelainan Dysdia dochokinesis Tidak ada kelainan

Steppage Tidak ada kelainan Trunk Ataxia Tidak ada kelainan

Astasia-Abasia Tidak ada kelainan Limb Ataxia Tidak ada kelainan


STATUS NEUROLOGIKUS

Gerakan Abnormal Fungsi Luhur

Tremor Tidak ada Afasia motorik Tidak ada

Chorea Tidak ada Afasia sensorik Tidak ada

Tidak ada
Athetosis Tidak ada Apraksia
Tidak ada
Ballismus Tidak ada Agrafia
Tidak ada
Dystoni Tidak ada Alexia
Tidak ada
Myocloni Tidak ada Afasia nominal
RO
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LUMBOSACRAL
AP/LATERAL
Kesan:
1. Spondylo Arthrosis Lumbalis (+)
2. Celah sendi L5-S1 sempit, dengan tepi yang
Sclerotik

Curiga ada HNP L5-S1


Saran: MRI lumbal
DIAGNOSIS
• DIAGNOSIS KLINIK :LOW BACK PAIN
•DIAGNOSIS TOPIK :VERTEBRAE L5-S1
•DIAGNOSIS ETIOLOGI :KETIDAKSTABILAN VERTEBRAE
MENGANGKAT BEBAN BERAT
PENATALAKSANAAN
NON-FARMAKOLOGIS
o- EDUKASI PASIEN (MENGENAI PENYAKITNYA, HINDARI FAKTOR
PENCETUS, DAN RUTIN KONTROL SERTA MINUM OBAT SECARA
TERATUR)
o- SARAN PEMERIKSAAN MRI
o- RENCANA FISIOTERAPI
PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGIS
• AMLODIPINE 1X5 MG PO
• OMEPRAZOLE 1X20 MG PO
• PARACETAMOL 2X200 MG PO
• NATRIUM DICLOFENAC 2X 50MG PO
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam

Quo ad Functionam : Dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : Dubia


TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI
• Tulang belakang terdiri dari 30 tulang yang terdiri atas :

• Vertebrae servicalis sebanyak 7 ruas.


• Vertebrae thoracal sebanyak 12 ruas.
• Vertebrae lumbalis sebanyak 5 ruas
• Vertebrae sacralis sebanyak 5 ruas
• Vertebrae coccygialis sebanyak 4 ruas.
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Hernia nucleus pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan


lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau nucleus
pulposus) mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral
sehingga nucleus pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan
melalui anulus fibrosus ke dalam canalis spinalis dan mengakibatkan
penekanan radiks saraf
EPIDEMIOLOGI

• Di amerika hampir 80% dari populasi dewasa pernah mengalami nyeri pinggang dalam
kehidupannya
• RSCM jakarta dilaporkan bahwa penderita nyeri pinggang bawah pada tahun 1976 sebanyak 5,8%
• RS sutomo surabaya pada tahun 1980 sebanyak 17,7%
• Tidak dijumpai nyeri pinggang bawah pada pada anak 6-10 tahun, kemudian diikuti 41-50 tahun,
kemudian 31-40 tahun dan 51-60 tahun
• Tahun 1986 didapatkan dari 49 orang penderita nyeri pinggang belakang sebanyak 19 orang
menderita HNP (45,24%).
• HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada
C5-C6 dan paling jarang terjadi pada daerah thoracal, sangat jarang
terjadi pada anak-anak dan remaja tetapi kejadiannya meningkat
setelah umur 20 tahun. Dengan insidens hernia lumbosacral lebih
dari 90% sedangkan hernia servicalis sekitar 5-10%
ETIOLOGI

Penyebab utama
terjadinya HNP adalah
cedera yang dapat terjadi
karena terjatuh tetapi
lebih sering karena posisi
menggerakkan tubuh
yang salah
Faktor Risiko

Faktor-faktor yang mempengaruhi:


Faktor Resiko yang tidak dapat diubah:
1. Beban yang diperkenankan, jarak
1. Umur : makin bertambah umur risiko angkut dan intensitas pembebanan.
makin tinggi.
2. Kondisi lingkungan kerja yaitu licin,
2. Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dari kasar, naik atau turun.
wanita.
3. Keterampilan pekerja.
3. Riwayat cidera punggung atau HNP
4. Peralatan kerja beserta
sebelumnya.
keamanannya.

Faktor Resiko yang dapat diubah:


4. Pekerjaan dan aktivitas
5. Olahraga yang tidak teratur,
6. Merokok.
7. Berat badan berlebihan
8. Batuk lama dan berulang.
KLASIFIKASI
• Macnab’s classification membagi HNP berdasarkan pemeriksaan MRI menjadi :
• Bulging disc, suatu penonjolan atau konveksitas dari discus melewati batas discus
tetapi anulus tetap intak.
• Proalapsed disc, suatu penonjolan dari discus melalui annulus fibrosus yang
mengalami robekan yang tidak komplit.
• Extruded disc, suatu penonjolan dari discus melalui annulus fibrosus yang mengalami
robekan komplit, dan nucleus pulposus mendesak ligamentum longitudinalis
posterior.
• Sequesteres disc, sebagian dari nucleus pulposus keluar melalui annulus fibrosus
yang telah robek, kehilangan kontinuitas dengan nucleuos pulposus yang berada
• Menurut lokasi penonjolan nucleous pulposus, terdapat 3 tipe :
• Central, tidak selalu didapatkan gejala radikular. Dapat menimbulkan gangguan pada
banyak akar saraf bila mengenai cauda equina atau mielopati apabila mengenai
medula spinalis.
• Posterolateral, pada umunya terjadi pada vertebraee lumbalis sehubungan dengan
menipisnya ligamentum longitudalis posterior pada daerah tersebut, misal hnp
vertebraee l4-l5 akan menimbulkan iritasi pada akar saraf l5.
• Far-lateral foraminal, tidak selalu didapatkan gejala nyeri punggung bawah.
Mengenai akar saraf yang terekat, misal HNP vertebrae L4-L5 akan mengenai akar
saraf L4 3
• Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas :
• Hernia lumbosacralis
• Hernia servicalis
• Hernia thoracalis
PATOFISIOLOGI
• Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau
merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang
merenggang sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang.
• Herniasi atau ruptur dari discus intervertebrae adalah protrusi nucleus pulposus
bersama beberapa bagian anulus ke dalam canalis spinalis atau foramen
intervertebraelis
• Karena ligamentum longitudinalis anterior jauh lebih kuat daripada ligamentum
longitudinalis posterior, maka herniasi discus hampir selalu terjadi ke arah
posterior atau posterolateral
• Pada tahap pertama sobeknya annulus
fibrosus itu bersifat sirkumferensial.
Karena adanya gaya traurnatik
berulang, sobekan itu menjadi lebih
besar dan timbul sobekan radial
• Apabila hal ini telah terjadi, maka
risiko HNP hanya menunggu waktu
dan bisa terjadi pada trauma
berikutnya. Gaya presipitasi itu dapat
diasumsikan seperti gaya traumatik
ketika hendak menegakkan badan
waktu terpeleset, mengangkat benda
berat, dan sebagainya.
• Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara
progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi
perubahan degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi
kedalam discus disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus
sehingga discus mengkerut dan menjadi kurang elastis.
• Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
• Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
• Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi.
Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi
L5-S1.
• Daerah lumbal terutama l5-s1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior discus. Arah
herniasi yang paling sering adalah posterolateral.
MANISFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis HNP tergantung dari Hernia servicalis
radix saraf yang terkena • Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di
Henia lumbosacralis daerah extremitas
• Kekakuan atau ketegangan, kelainan (cervicoobrachialis).
bentuk tulang belakang. • Atrofi di daerah biceps dan triceps.
• Nyeri radiasi pada paha, betis dan • Refleks biceps yang menurun atau
kaki. menghilang.
• Kombinasi paresthesia,  lemah dan • Otot-otot leher spastik dan kaku
kelemahan refleks. kuduk.
Hernia thorakalis
• Nyeri radical.
• Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang
• Paraparesis.
• Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.
PEMERIKSAAN FISIK

• Tes • Tes • Tes Siccard


Lasegue Braggard
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Foto pinggang polos


• Foto caudografi
• Foto MRI
• Kadar serum kalsium, fosfat, alkali, dan asam fosfatase, serta kadar gula
• Pungsi lumbal
• Pemeriksaan neurofisiologis
• Mielografi
• Diskografi
DIAGNOSIS BANDING

• Tumor tulang spinalis


• Spondylolisthesis
• Spondylosis
• Arthiritis.
• Anomali colum spinal.
DIAGNOSIS

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinik umum
3. Pemeriksaan neurologik
4. Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana

 
Terapi • Tirah baring
Konservatif • Medikamentosa
- Traksi pelvis
- Diatermi atau kompres panas/dingin
Terapi - Korset lumbal
Fisik - Latihan
- Proper Body Mechanics
- Pembedahan
PROGNOSIS

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi


konservatif. Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun
sudah diterapi. Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama
nyeri tungkai, kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.
KOMPLIKASI

• Komplikasi yang dapat timbul dari hernia nucleus pulposus adalah atrofi
otot-otot ekstremitas inferior. Otot-otot yang mengalami atrofi tergantung
dari radix saraf yang mengalami lesi. Lesi pada radix saraf L4
menyebabkan atrofi pada m.Quadriceps femoris, lesi pada radix saraf S1
menyebabkan atrofi pada m.Gastronemius dan m.Soleus. Atrofi yang tidak
mendaptkan rehabilitasi akan menyebabkan kelumpuhan ekstremitas
inferior
PENCEGAHAN

• Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya herniasi


nucleus pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat
barang yang berat atau selalu membungkuk terutama bagi orang lanjut usia.
• Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin untuk
menghindari komplikasinya terhadap discus intervertebraelis yang pada akhirnya
memperbesar kemungkinan untuk mengalami herniasi nucleus pulposus
ANALISIS KASUS
Analisis Kasus

Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik
Analisis Kasus

Dari hasil anamnesis didapatkan ± 1 tahun yang lalu penderita mengeluh nyeri pinggang yang dirasakan tajam dan
terlokalisir, semakin memberat ketika penderita berubah posisi dari duduk ke berdiri. Keluhan tersebut sering
terjadi pada kasus Low Back Pain (LBP). ± 1 minggu yang lalu keluhan kembali dirasakan dan semakin memberat
terutama ketika pasien melakukan perubahan posisi dari tidur ke duduk atau sebaliknya, saat batuk, mengejan, dan
bersin serta nyeri dirasakan mereda dengan berbaring disertai posisi kaki yang ditekuk. Keluhan awal pada HNP
biasanya nyeri punggung bawah/Low Back Pain yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul, intermitten
walaupun terkadang nyeri tersebut mendadak dan berat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Lasseque sign (+), Baragard sign (+), sicard sign (+). Hal ini mendukung dari
temuan anamnesis dalam mendiagnosis HNP. Dikonfirmasi juga dengan hasil rontgen lumbosacral yang
menunjukkan lesi pada vertebarae L5-S1, sehingga diagnosis HNP dapat ditegakkan.
Analisis Kasus

Diketahui bahwa pasien berjenis kelamin perempuan 54 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan
aktivitas sehari-hari mengurus rumah sendiri tanpa pembantu. Hal ini menjelaskan adanya faktor risiko terjadinya
HNP. Adanya riwayat cedera punggung yang terjatuh dengan posisi terduduk ± 20 tahun yang lalu juga menjadi
bias faktor risiko terjadinya HNP pada pasien ini.

Tatalaksana yang diberikan pada kasus ini berupa edukasi pasien mengenai penyakitnya, hindari faktor pencetus,
rutin kontrol serta minum obat secara teratur) serta direncanakan fisioterapi dan diberikan Paracetamol 2x200 mg
dan Natrium diclofenac 2x50 mg sebagai analgetik.
THANK YOU!
FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai