Anda di halaman 1dari 51

STROKE

Case Report Session

NON
HEMORAG
E Oleh:
Bayu Aji Pamungkas G1A220116

Pembimbing:
Dr. Attiya Rahma, Sp.S, M.Si, Med
Pendahulua
n
Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) stroke merupakan gejala yang didefinisikan
sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung 24 jam atau lebih.

Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Riskesdas
2018 menurut karakteristik menunjukkan bahwa penderita stroke paling banyak dialami
oleh laki-laki dan tinggal di perkotaan.

Faktor risiko penyakit stroke hampir sama dengan penyakit jantung coroner dan penyakit
pembuluh darah lainnya. Strategi pencegahan yang efektif, salahsatunya adalah modifikasi
faktor risiko, yaitu hipertensi, peningkatan kadar lemak dan diabetes.
Laporan
Kasus
IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : Ny.S


Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 16 Desember 1976
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pulau Pauh, Kecamatan Renah,
Kabupaten Tanjung Jabung
Barat
MRS tanggal : 21 Juli 2022
Anamnesis
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien diantar oleh keluarga ke IGD RSUD Raden Mattaher karena kelemahan angggota
gerak Kanan yang terjadi secara mendadak sejak ± 6 jam SMRS. Onset terjadi saat pasien sedang
Solat subuh, pasien tidak bisa berdiri Ketika selesai solat subuh. keluhan disertai dengan bicara pelo
(+). Saat serangan pasien tidak merasa sakit kepala, muntah (-), kejang (-), demam (-), dan
ganggguan sensibilitas berupa rasa baal (-), nyeri dan kesemutan pada sisi tubuh yang lemah ada.
Lengan dan tungkai kanan tidak dapat digerakkan dan kelemahan pada lengan dirasa lebih berat dari
pada tungkai. Pasien sehari – hari menggunakan tangan kanan. Pasien tidak dapat mengungkapkan
isi pikirannya secara lisan, namun bisa melalui tulisan dan isyarat. Pasien dapat mengerti isi pikiran
orang lain yang diungkapkan secara lisan dan isyarat.
Anamnesis
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Riwayat kencing manis baru diketahui pasien dan anaknya ± 10 bulan lalu saat dirawat
dirumah sakit dan pasien rutin minum obat diabetes glimepiride 1x sehari. Riwayat trauma
disangkal oleh anak pasien. Sebelumnya pasien pernah mengalami hal serupa yaitu 10 bulan yang
lalu namun hanya kelemahan anggota gerak kanan saja tidak sampai bicara pelo. Riwayat hipertensi
disangkal oleh anak pasien. Aktivitas pasien sehari-hari adalah menanam dan membersihkan
pekarangan rumah
Anamnesis
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

 Riwayat hipertensi (-)


 Riwayat keluhan serupa sebelumnnya (+)
 Riwayat diabetes melitus (+)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat kolesterol (-)
 Riwayat keganasan (-)
Anamnesis
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

 Riwayat hipertensi (-)


 Riwayat memiliki riwayat keluhan serupa (-)
 Riwayat diabetes melitus (-)

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah bersama anaknya. Riwayat merokok dan
konsumsi alcohol disangkal oleh pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Internus  Jantung : bunyi jantung I dan II reguler, gallop
 Kesadaran : compos mentis (-)
 GCS : E4VavasiaM6
 Paru-paru : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-)
 Berat badan : 55 kg
 Tinggi badan : 155 cm  Hepar : dalam batas normal
 Gizi : 22,8 kg/m2
 Lien : dalam batas normal
 Suhu : 36,40C
 Nadi : 88x/mnt  Anggota gerak : akral hangat, edema (-), CRT <2
 Frekuensi napas : 20x/mnt detik
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN FISIK
Status Psikiatri
• Sikap : kooperatif
• Ekspresi muka : tampak sakit sedang
• Perhatian : ada
• Kontak psikik : ada

Status Neurologis
• Kepala
Bentuk : normocephal deformitas : tidak ada
Ukuran : normocephal fraktur : tidak ada
Simetris : simetris pembuluh darah : tidak ada kelainan
Hematom : tidak ada pulsasi : tidak ada kelainan
Tumor : tidak ada
• Leher
sikap : normal deformitas
: tidak ada
Torticolis : tidak ada tumor : tidak
ada
Kaku kuduk : tidak ada pembuluh darah : tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN FISIK
N.Olfaktorius N. Optikus

Kanan Kiri Kanan Kiri

 Penciuman dalam batas normal dalam batas  Visus 6/60 6/60

normal  Campus visi VOD VOS


 Anosmia Tidak ada Tidak ada
 Hyposmia Tidak ada Tidak ada
 Parosmia Tidak ada
Tidak ada  Anopsia Tidak ada Tidak ada

 Hemianopsia Tidak ada Tidak ada

 Fundus Oculi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

 Papil edema Tidak dilakukan Tidak dilakukan

 Papil atrofi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


 Perdarahan retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK

N. Facialis

Motorik Kanan Kiri


- Mengerutkan dahi : normal normal
- Menutup mata : normal normal
- Menunjukkan gigi : terganggu normal
- Lipatan nasolabialis : terganggu normal
Sensorik

- 2/3 anterior lidah : Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Otonom

- Salivasi : Tidak ada Tidak ada


- Lakrimasi : Tidak ada Tidak ada
- Chovstek’s sign : Tidak ada Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
N.Glossopharingeus dan N. Vagus

Arcs pharingeus simetris


Uvula di tengah
Gangguan menelan tidak ada

Suara serak/sengau tidak ada


Denyut jantung gallop (-)

Refleks
- Muntah Tidak dilakukan
- Batuk Tidak dilakukan
- Okulokardiak Tidak dilakukan
- Sinus karotikus Tidak dilakukan
Sensorik
- 1/3 belakang lidah Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN FISIK

N. Accessorius MOTORIK LENGAN Kanan Kiri

Mengangkat bahu Dapat dilakukan Hanya dapat


Gerakan normal
menggerakan jari
Memutar bahu Sulit dilakukan
Kekuatan 1 5
Tonus Menurun normal
N. Hypoglossus

Mengulur lidah Deviasi ke kanan


Fasikulasi Tidak ada Kanan Kiri
Klonus
Atrofi papil  Paha Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
Disartria  Kaki Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
Refleks fisiologis

 KPR Meningkat Normal


 APR Meningkat Normal
PEMERIKSAAN FISIK
Refleks patologis
(+) (-) Refleks kulit perut
 Babinsky

 Caddock (+) (-)  Atas Tidak dilakukan


 Tengah Tidak dilakukan
(+) (-)
 Oppenheim
 Bawah Tidak dilakukan
(-) (-)
 Gordon  Refleks cremaster Tidak dilakukan
(+) (-)
 Schaeffer

(-) (-) SENSORIK


 Rossolimo

(-) (-) Tidak ada kelainan


 Mendel Bechterew
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (tanggal pemeriksaan: 21/7/2022)

Parameter Hasil Nilai rujukan


Hemoglobin 14,8 g/dl 13,4-17,1 g/dL
Hematokrit 40,1 % 34.5 – 54 %
Eritrosit 4,76 106/uL 4.5-5.5 106/uL
Trombosit 311 x 103/uL 150-450 x 103/uL
Leukosit 12,4 x103/uL 4.0-10.0 x103/uL
Glukosa Darah (tanggal pemeriksaan: 21/7/2022)

GDS 266 mg/dl <200 mg/dl


Faal Ginjal (tanggal pemeriksaan:
21/7/2022)
Parameter Hasil Nilai rujukan
Ureum 28 mg/dl 15 – 39 mg/dL
Creatinin 0.63 mg/dl 0.55-1.3mg/dL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektrolit (tanggal pemeriksaan: 21/7/2022)

Parameter Hasil Nilai Rujukan


Natrium 136.6 mmol/L 135-147 mmol/L
Kalium 4.08 mmol/L 3.5-5.0 mmol/L
Chlorida 99.8 mmol/L (H) 95-105 mmol/L
Calcium ion++ 1.14 mmol/L (H) 1.00-1.15 mmol/L

Kimia darah (tanggal pemeriksaan: 22/7/2022)


Parameter Hasil Nilai rujukan
HbA1C 10.0 <6.5
Asam urat 5.6 mg/dl 2.6-7.2 mg/dl
Kolesterol total 239.9 mg/dl (H) <200 mg/dl
Trigliserida 205 mg/dl (H) <150 mg/dl
HDL Cholesterol 36 mg/dl >35 mg/dl
LDL Cholesterol 162 mg/dl (H) 0-99 mg/dl
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil:
MSCT scan cerebral tanpa kontras intravena.
Sulci cerebri dan fissure Sylvi tidak melebar.
Tampak lesi hipodens di Paraventrikel lateralis dan
basal ganglia kiri.
Tak tampak lesi patologis di cerebellum.
Thalamus, pons, dan medulla oblongata tak tampak
kelainan.
Tak tampak pergeseran garis tengah.
Kedua orbita, sinus paranasal dan mastoid tak tampak
kelainan.
Tulang-tulang kesan intak.
Kesan:
Multiple Infark Serebri
DIAGNOSIS
Siriraj Stroke Score
Variabel Gambaran Klinis Score Diagnosis Klinis : Hemiparese dextra + parese N.VII
Kesadaran Compos mentis 0 dextra dan XII Dextra tipe sentral
Muntah Tidak ada 0 Diagnosis Topis : Hemisfer sinistra

Nyeri Kepala Tidak ada 0 Diagnosis Etiologi : Stroke non hemoragik

Tanda Ateroma ada 1 Diagnosis Tambahan : Dislipidemia dan diabetes melitus

Tekanan Diastolik 80 mmHg


Score = (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (1 x nyeri kepala) + (0,1 x
tekanan diastolic) – (3 x tanda ateroma) – 12
Score = (2,5x0) + (2x0) + (1x0) + (0,1x80) – (3x1) – 12= -7
Interpretasi : Stroke Iskemik
TATALAKSANA

FARMAKOLOGI

Oksigen 2 - 4L/menit (Nasal canul)


IVFD NaCl 0,9% gtt XX
Ceftriaxone 1x2 gr (IV)
Omeprazole 1x40 mg (IV)
NON Manitol 4x125mg (IV)
FARMAKOLOGI
• Pemantuan
Aspilet 1x80 mg (PO)
kesadaran,
tanda-tanda vital, dan Metformin 2x500 mg (PO)
perkembangan defisit Glimepirid 1x2 mg (PO)
neurologis Atrovastatin 1x10mg (PO)
• erpindahan posisi
berbaring tiap 2 jam
• Pemasangan kateter
• Edukasi keluarga
• Mengatur pola hidup
yang baik
TINJAUAN

PUSTAKA
Stroke adalah manifestasi klinis akut akibat disfungsi neurologis pada otak,
medulla spinalis, dan retina baik sebagian atau menyeluruh yang menetap
selama ≥24 jam atau menimbulkan kematian akibat gangguan pembuluh darah.
Stroke yang disebabkan oleh infark (dibuktikan melalui pemeriksaan radiologi,
patologi, atau bukti lain yang menunjukkan iskemi otak, medulla spinalis, atau
retina) disebut stroke iskemik.

-Definisi
Epidemiologi
CDC (2020)
1 dari 6 kematian akibat penyakit
kardiovaskular disebabkan oleh stroke. Setiap
tahun, lebih dari 795.000 orang di Amerika
Serikat mengalami stroke, sekitar 610.000
diantaranya adalah stroke pertama atau baru dan
sekitar 87% dari semua stroke merupakan
stroke iskemik

Kemenkes RI (2018
sebanyak 10,9 per 1.000 penduduk
Indonesia mengalami stroke. penderita
stroke paling banyak dialami oleh laki-laki
dan tinggal di perkotaan
Etiologi & Faktor Risiko
01 02 03
Hipertensi Merokok Diabetes Mellitus
Kompliaksi mikrovaskular &
target tekanan darah sistolik kerusakan endotel, aktivasi
makrovaskular (stroke,
<150 mmHg dan diastolic <90 simpatik, radikal bebas, dan
kardiovaskular, dan penyakit
mmHg inflamasi
pembuluh darah perifer

04 05 06
Dislipidemia Obesitas & Aktivitas fisik Riwayat Keluarga
disarankan melakukan aktivitas aerobik intensitas
sedang selama setidaknya 40 Faktor genetik menjadi risiko
modifikasi gaya hidup dan
menit setiap hari selama 3 terkena stroke dikemudian
diberikan inhibitor HMG-CoA
sampai 4 hari setiap minggu hari
reductase (statin)
Etiologi & Faktor Risiko
07 08
Fibrilasi Atrium Polisitemia
pasien non-valvular atrial Polisitemia reaktif adalah
fibrillation yang diketahui peningkatan kadar hematokrit
menderita atrial fibrilasi dengan lebih dari 48%, dan dapat
skor CHA2 DS2-VASc ≥2 menyebabkan hiperviskositas
sebaiknya diberikan serta gangguan perfusi
antikoagulan
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Gejala pada penyumbatan arteri karotis interna Gejala pada penyumbatan arteri serebri anterior
o Buta mendadak (Amaurosis fugaks) o Hemiparesis kontralateral dengan
o Ketidakmampuan untuk berbicara atau kelumpuhan tungkai lebih menonjol
mengerti bhasa lisan (disfasia) bila o Gangguan mental
gangguan terletak pada sisi dominan. o Gangguan sensibilitas pada tungkai yang
Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan lumpuh
(Hemiparesis kontralateral) dapat disertai o Ketidakmampuan dalam mengendalikan
sindrom Horner pada sisi sumbatan buang air
Bisa terjadi kejang-kejang
Manifestasi Klinis
Gejala pada penyumbatan arteri serebri media Gejala pada penyumbatan sistem vertebrobasiler
o Bila sumbatan berada pada pangkal arteri, terjadi o Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas
kelumpuhan yang lebih ringan o Meningkatnya refleks tendon
o Bila sumbatan tidak pada pangkal maka gejala pada o Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
lengan akan lebih menonjol o Gejala-gejala sereblum
o Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh o Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia)
o Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (afasia) o Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan
Gejala pada penyumbatan arteri serebri posterior pita suara sehingga pasien sulit bicara (disatria)
o Koma o disorientasi
o Hemiparesis kontra lateral o Gangguan penglihatan
o Ketidakmampuan membaca (aleksia) o Gangguan pendengaran
o Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah
Pemeriksaan Penunjang

1) Elektrokardiografi (EKG)

2) CT-Scan non Kontras


• Infark : area hipodens fokal, pada kortikal, subkortikal, sustantia alba, grisea yang dalam, diikuti
oleh teritoral vascular, distribusi ’watershed’, adanya kontras antara substansia alba dan grisea
yang kabur dan hilangnya sulkus atau pita insular
• perdarahan: adanya gambaran hiperdens pada sustansia alba atau grisea, Ptekial adalah titik
hiperdens yang terletak secara acak dan iregular. Hematoma adalah gambaran hiperdens yang
solid dan homogen

3) Magnetic resonance imaging / MRI


Pemeriksaan Penunjang

4) Pemeriksaan laboratorium:
darah rutin, GDS, faal ginjal, APTT/PT, INR, fibrinogen.

5) Pemeriksaan tambahan yang disesuaikan:


duplex/doppler ultrasound ekstrakranial dan transcranial doppler, foto thoraks, analisis gas darah,
dll

6) Digital subtraction angiography (DSA) serebral


Menjadi pemeriksaan baku emas untuk mendeteksi serebrovaskular karena sensitivitas dan
spesifisitas melebihi uji non-invasif lainnya. DSA serebral diperlukan saat hasil tes lain tidak dapat
memberikan petunjuk
Tatalaksana

Non Farmakologi
1) Modifikasi Gaya Hidup
Diet dan nutrisi dengan;
 Penurunan asupan natrium dan peningkatan asupan kalium direkomendasikan untuk menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
 Metode dietary approach to stop hypertension (DASH) yang menekankan pada konsumsi buah,
sayur dan produk susu rendah lemak merupakan diet yang direkomendasikan dan menurunkan
tekanan darah
Tatalaksana
2) Aktivitas Fisik
direkomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik aerobic (jalan cepat, bersepeda,
berenang) minimal selama 150 menit (2 jam 30 menit) setiap minggu dengan intensitas
sedang, atau 75 menit (1 jam 15 menit) setiap minggu dengan intensitas lebih berat.

Target indeks masa tubuh (IMT) <25 kg/m2, garis lingkar pinggang <80 cm untuk
wanita dan <90 cm untuk laki-laki
Tatalaksana
3) Mengatur Pola Makan yang Sehat
a) Makanan biji-bijian yang membantu menurunkan kadar kolesterol;
 Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah, jagung dan gandum
 Oat (beta glucan) akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan tekanan darah, dan
menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari (memperlambat pengosongan usus)
 Kacang kedelai beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid serum, menurunkan kolesterol total,
kolesterol LDL, dan trigliserida tetapi tidak mempengaruhi kadar kolesterol HDL
 Kacang-kacangan, termasuk biji kenari dan kacang almond, menurunkan kolesterol LDL dan mencegah
aterosklerosis
Tatalaksana
Di ruang IGD:
● Evaluasi cepat dan diagnosis, melalui; anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan
skala stroke dan pemeriksaan penunjang
● Terapi umum (suportif)
● Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
● Stabilisasi hemodinamik (sirkulasi)
● Pengendalian peningkatan tekanan intracranial/TIK
● Pengendalian kejang
● Pengendalian suhu tubuh
Tatalaksana
Penatalaksanaan Stroke Iskemik:
1. Pengobatan terhadap hipertensi pada stroke akut

2. Pemberian obat yang dapat menyebabkan hipertensi tidak direkomendasikan pada kebanyakan kasus stroke
iskemik.

3. Pengobatan terhadap hipoglikemia atau hiperglikemia

4. Strategi untuk memperbaiki aliran darah dengan mengubah reologik darah secara karakteristik dengan
meningkatkan tekanan perfusi tidak direkomendasikan

5. Pemberian terapi trombolisis pada stroke akut

6. Pemberian antikoagulan

7. Pemberian antiplatelet
Tatalaksana
Kriteria Inklusi trombolisis dengan rtPA pada Stroke Iskemik Akut :
1) Usia ≥ 18 tahun

2) Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang jelas.

3) Onset ≤4,5 jam atau ≤6 jam

4) Tidak ada gambaran perdarahan intrakranial pada CT-scan / MRI (DWI)

5) Pasien atau keluarga mengerti dan menerima keuntungan dan risiko yang mungkin timbul. Harus ada
persetujuan tertulis dari pasien atau keluarga untuk dilakukan terapi rtPA (Alteplase).

6) Boleh diberikan pada pasien yang mengonsumsi aspirin atau kombinasi aspirin dan klopidogrel sebelumnya.

7) Boleh diberikan pada pasien gagal ginjal kronik dengan aPTT normal (risiko perdarahan meningkat pada
pasien dengan peningkatan aPTT).

8) Boleh diberikan pada pasien dengan sickle cell disease


komplikasi
Berdasarkan jangka waktu pasien terkena stroke, yaitu:
a) Dini (0-48 jam pertama)
komplikasi yang dapat muncul adalah edema serebri menyebabkan deficit neurologis cenderung
memberat, peningkatan TIK, herniasi, dan diperberat bila terdapat Infark Miokard
b) Jangka pendek (1-14 hari)
kompliaksi seperti pneumonia akibat imobilisasi lama, infark miokard, emboli paru (cenderung
pada 7-14 hari pasca stroke), stroke rekuren
c) Jangka Panjang (> 14 hari)
stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain
ANALISIS
KASUS
Analisis Kasus
Berdasarkan data dari anamnesis didapatkan beberapa poin penting yang mengarahkan
diagnosis ke stroke non hemoragik/ stroke infark yaitu adanya kelemahan anggota gerak kanan
yang terjadi secara mendadak pasien tidak bisa berdiri setelah solat subuh. Kelemahan anggota
gerak mendadak hanya dapat berasal dari dua etiologi yaitu akibat trauma atau vaskuler. Pada
pasien ini tidak ada riwayat trauma sehingga diagnosis banding akibat trauma tersingkirkan.
Pasien juga tidak merasa sakit kepala (-), muntah (-), kejang (-), demam (-) sebelum serangan
tersebut terjadi. Namun, setelah serangan terdapat mulut mengot (+) sehingga sulit diajak
berkomunikasi.
Analisis Kasus

Dari pemeriksaan fisik didapatkan: tanda-tanda vital dalam batas normal.


Pemeriksaan status generalisata tidak didapatkan pupil anisokor, papil edema, yang menandakan tidak ada
tanda-tanda peningkatan TIK dan edema otak.
Dari pemeriksaan neurologis didapatkan adanya parase motorik N.VII tipe sentral karena hanya ada sudut
kanan bibir yang tertinggal.
Dari pemeriksaan motorik didapatkan kekuatan motorik superior 1/5 dan inferior 3/5 dan tonus otot
normal sehingga diinterpretasikan sebagai hemiparese dextra
Analisis Kasus
Adapun penilaian siriraj stroke score pada pasien ini yaitu –7. Sehingga dapat memperkuat
penegakan diagnosis stroke non hemoragik karena <-1.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diperkirakan topis pada pasien ini di hemisfer serebri
sinistra. Dapat terkena dilobus frontal/parietal/pons/medula oblongata karena adanya hemiparese
yang dapat berasal dari lobus frontal/parietal serta gangguan nervus VII yang berasal dari batang
otak
Analisis Kasus
Pemeriksaan penunjang dilakukan CT scan non kontras didapatkan Tampak lesi hipodens di
temporooccipital kanan, parietal kanan sehingga memberikan kesan Infark di paraventrikel dan
ganglia basalis sinistra.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis stroke infark
ec thrombus, hal ini disebabkan adanya faktor risiko diabetes melitus dan dislipidemia pada pasien serta
tidak adanya penyakit jantung yang dapat menyebabkan embolisasi kardiogenik.. Diagnosis dapat
ditegakkan dari adanya defisit neurologis fokal yang terjadi secara mendadak sesuai dengan daerah lesi
yang terkena.
Analisis Kasus
Pemberian cairan pada pasien stroke yaitu cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga
euvolemik pada pasien. Pada umumnya, kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun enteral).
Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali pada keadaan hipoglikemia.
Pemberian Omeprazole berguna untuk mencegah terjadinya faktor resiko stress ulcer
Pemberian citicoline berguna sebagai mencegah dan memblok proses yang menyebabkan kematian sel-sel
terutama di daerah penumbra, berperan dalam menginhibisi dan mengubah reversibilitas neuronal yang
terganggu akibat ischemic cascade.
Analisis Kasus
Citicoline juga memiliki potensi untuk mengurangi kerusakan otak akut dan meningkatkan pemulihan
fungsional pada stroke, bahkan ketika diberikan beberapa jam setelah kejadian iskemik.
Pemberian aspilet ialah Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat
menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri.
Clopidogrel pada pasien ini digunakan untuk mencegah penyumbatan pembuluh darah dan
membantu melancarkan peredaran darah, Clopidogrel merupakan obat antiplatelet untuk pencegahan
sekunder atherothrombosis pada pasien stroke. sehingga mencegah kejadian stroke berulang.
Kesimpulan
Kesimpulan

Pada pasien ini diagnosis Stroke non hemoragik atau Penyakit stroke maupun
ditegakkan berdasarkan stroke iskemik dapat terjadi komorbid harus mendapatkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, akibat adanya emboli dari tatalaksana yang adekuat agar
dan pemeriksaan penunjang faktor resiko yang dimiliki kondisi pasien dapat
yang mendukung penegakan oleh pasien, yaitu, diabetes membaik dan mencegah
diagnosis stroke non melitus dan dislipidemia terjadinya perburukan
hemoragik. maupun komplikasi
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai