Anda di halaman 1dari 105

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk

memaksimalkan laba yang diperoleh agar kelangsungan hidup perusahaan

terjamin dan dapat berkembang dengan pesat serta melakukan ekspansi untuk

memperluas pangsa pasar. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan

memerlukan tambahan dana untuk mengembangkan dan memajukan

perusahaannya. Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama

perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur

dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat perkembangan industri

secara nasional di negara itu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 hanya mampu mencapai 5,02%. BPS

menyebut penyebab merosotnya pertumbuhan ekonomi RI itu terjadi karena

kinerja sektor manufaktur setiap tahunnya turun tajam (Novika, 2020).

Turunnya kinerja sektor manufaktur akan mencerminkan bahwa adanya

prospek yang kurang baik dimasa yang akan datang mengenai sektor ini, hal ini

akan mencerminkan nilai perusahaan pada sektor manufaktur menjadi kurang

baik. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan

perusahaan dimasa yang akan datang sekaligus mencerminkan tingkat

kemakmuran pemegang saham. (Gorenak & Kosir, 2012). Nilai perusahaan

memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan investasi, dimana investor

cenderung melihat perkembangan nilai perusahaan terlebih dahulu. Nilai

perusahaan yang tinggi akan menunjukkan prospek yang baik bagi pertumbuhan

1
perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat menarik investor untuk

melakukan investasi.

Pengukuran nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio

price to book value (PBV) yang menggambarkan seberapa besar pasar

menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Sabrin et al., 2016). Nilai PBV

yang baik berada diatas 1 dan perusahaan yang memiliki nilai PBV yang tinggi

menunjukkan bahwa harga saham perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan nilai wajarnya. Apabila harga saham perusahaan semakin tinggi, maka

akan semakin tinggi nilai perusahaan yang akhirnya memberikan harapan kepada

pemegang saham dalam bentuk keuntungan yang lebih besar. Oleh karena itu,

PBV yang tinggi akan memberikan signal bagi investor bahwa perusahaan

memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang begitu pula sebaliknya

(Purwohandoko, 2017).

Nilai perusahaan pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang

diukur dengan PBV menunjukkan nilai yang cenderung mengalami penurunan

setiap tahunnya, seperti yang dapat terlihat pada grafik 1.1 berikut ini:

Grafik 1.1 Perkembangan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur


di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016 – 2019.

Rata-rata Nilai Perusahaan


1.82
1.56

1.26
0.96

2016 2017 2018 2019

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, 2016 – 2019.

2
Grafik 1.1 menunjukkan bahwa nilai perusahaan pada sektor manufaktur di

Bursa Efek Indonesia cenderung menurun setiap tahunnya. Hal ini dapat

menyebabkan perusahaan pada sektor ini mengalami beberapa kerugian yang

dikhawatirkan dapat mengganggu keberlangsungan hidup perusahaan. Disisi lain,

agar tetap bertahan pada sektor ini dan terus memberikan kontribusinya pada

perekonomian Indonesia, perusahaan harus mampu menjaga nilai perusahaannya

sehingga investor tetap memilih saham perusahaan. Nilai perusahaan yang tidak

bertumbuh dan cenderung menurun setiap tahunnya pada perusahaan manufaktur

ini dapat disebabkan oleh kinerja lingkungan yang belum menciptakan lingkungan

yang baik (green). Kinerja lingkungan pada saat ini menjadi perhatian investor

dalam memilih perusahaan yang dijadikan sebagai tempat berinvestasi. Di

Indonesia kinerja lingkungan dapat diukur dengan penilaian peringkat PROPER

yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup yang bertujuan untuk

meningkatkan kinerja perusahaan dalam pelestarian di bidang lingkungan.

Adapun peringkat kinerja lingkungan berdasarkan PROPER dikategorikan

menjadi 5 peringkat yaitu 1) emas, adalah usaha dan/atau kegiatan yang telah

secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan dalam proses produksi atau

jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggungjawab terhadap

masyarakat, 2) hijau, adalah usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan

pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan melalui

pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara

efesien dan melakukan upaya tanggungjawab sosial dengan baik, 3) biru, adalah

untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengelolaan

lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan

3
perundang-undangan yang berlaku, 4) merah, adalah upaya pengelolaan

lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan, dan 5) hitam, adalah untuk usaha dan/atau

kegiatan yang senagaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang

mengakibatkan pencemaran atau kerusakan lingkungan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku atau tidak melaksanakan sanksi administrasi

(Menlhk, 2019).

Peringkat kinerja lingkungan perusahaan berdasarkan PROPER periode

2018 – 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Peringkat Kinerja Lingkungan Perusahaan Berdasarkan


PROPER Periode 2018 – 2019
Seluruh Indonesia Sektor Manufaktur
Peringkat Jumlah Peringkat Jumlah
Emas 26 Emas 0
Hijau 174 Hijau 4
Biru 1507 Biru 49
Merah 303 Merah 7
Hitam 2 Hitam 0
Total 2.012 Total 60
Sumber: Proper Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2019.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa sebanyak 2.012 perusahaan yang menjadi

peserta PROPER, 1.812 perusahaan yang memiliki peringkat biru, merah dan

hitam yang artinya masih banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang belum

melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan atau

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sama halnya pada perusahaan

manufaktur, dari 60 perusahaan yang menjadi peserta PROPER periode 2018 –

2019, tidak ada satupun perusahaan yang terdaftar sebagai peringkat emas dan

hitam, namun beberapa perusahaan hanya berada pada peringkat hijau, biru, dan

merah. Masih sedikitnya perusahaan pada sektor manufaktur ini yang meraih

4
predikat emas dan hijau menandakan masih lemahnya perwujudan transparansi

dan demokratisasi dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia, sebagaimana

mestinya tujuan dari pada PRPER tersebut.

Perusahaan yang memperoleh peringkat emas adalah perusahaan yang telah

secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan dalam proses produksi,

melaksanakan bisnis yang beretika, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.

Sedangkan untuk peringkat Hijau adalah perusahaan yang telah melakukan

pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan atau

beyond compliance melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan,

pemanfaatan sumber daya secara efisien dan melakukan upaya tanggung jawab

sosial dengan baik. Peringkat Biru adalah untuk usaha dan atau kegiatan yang

telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai

dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk

peringkat Merah, adalah upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan

perusahaan belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Sedangkan Hitam adalah untuk perusahaan yang sengaja

melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran

atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku atau tidak melaksanakan sanksi administrasi (suarariau.co,

2020).

Perusahaan manufaktur yang termasuk kedalam peringkat merah yaitu

perusahaan Garuda Metalindo Tbk, Sekar Bumi Tbk, Kino Indonesia Tbk,

Mustika Ratu Tbk. Hal ini disebabkan karena adanya pengelolaan lingkungan

yang dilakukan perusahaan ini belum sesuai dengan peraturan pengelolaan

5
lingkungan hidup, penerapan sistem manajemen lingkungan, efisiensi energi,

konservasi air, serta pemberdayaan masyarakat yang masih kurang. Sehingga

menyebabkan perusahaan ini masih tergolong kedalam peringkat merah.

Sedangkan beberapa perusahaan yang termasuk kedalam peringkat biru dan hijau

mereka sudah mengikuti peraturan perundang-undangan yang telah di tetapkan

PROPER. Namun kinerja lingkungan beberapa perusahaan ini juga belum dapat

dikatakan maksimal, dan perlu meningkatkan kembali kinerja lingkungannya agar

berada pada peringkat emas.

Dari adanya laporan bahwa banyak perusahaan manufaktur yang

mendapatkan kategori PROPER yang rendah ini menunjukkan bahwa perusahaan-

perusahaan ini tidak peduli dengan lingkungan, sedangkan yang kita ketahui suatu

bisnis terdiri dari 3P (Profit, people, planet). Jika pada suatu perusahaan hanya

menggunakan 2P seperti people dan profit saja, tanpa memikirkan planet, maka

akhirnya tidak akan sesuai dengan berdirinya bisnis itu sendiri. Inilah yang

menyebabkan turunnya nilai perusahaan, karena investor melihat bahwa

perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia ini tidak memperdulikan

lingkungan, sedangkan mereka melakukan investasi untuk jangka panjang.

Adanya penerapan kinerja lingkungan yang baik, menandakan bahwa ada

upaya yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik

atau meminimalisir dampak negatif akibat kegiatan operasional perusahaan.

Lingkungan yang baik akan membentuk citra perusahaan yang positif dan adanya

pengakuan keberadaan perusahaan dari masyarakat. Hal ini dapat menguntungkan

perusahaan karena masyarakat selaku konsumen akan menaruh kepercayaannya

terhadap legitimasi/pengakuan tersebut. Investor lebih berminat pada perusahaan

6
yang memiliki penilaian yang baik di masyarakat karena menunjukkan tingginya

loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan, sehingga dalam jangka panjang,

penjualan perusahaan akan membaik sehingga dapat memberikan keuntungan

yang lebih besar kepada pemegang saham yang akhirnya dapat membuat nilai

perusahaan juga akan meningkat (Retno, 2017).

Hubungan kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan juga dapat didorong

oleh adanya pelaksanaan corporate governance. Pelaksanaan corporate

governance yang baik akan mampu mendorong perusahaan untuk terus

menjalankan kegiatan perusahaan secara wajar dan bertanggung jawab yang

berdampak pada meningkatnya aktivitas kinerja lingkungan yang lebih baik.

Semakin baik tatanan kelola perusahaan akan mendorong semakin baiknya

pengawasan didalam perusahaan yang dapat mengurangi terjadinya tindakan –

tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti adanya

pencermaran lingkungan. Sehingga dalam penelitian ini variabel tata kelola

perusahaan dijadikan sebagai variabel moderasi. Penelitian tentang tata kelola

perusahaan (GCG) sudah banyak dilakukan sampai saat ini, namum pada

penelitian ini lebih ditekankan hasil yang berbeda, karena menggunakan metode

dan variabel yang berbeda, yaitu variabel environmental performance, growth

company, nilai perusahaan, dan tata kelola perusahaan sebagai pemoderasi.

Dengan adanya keterbukaan/transparansi seharusnya berdasarkan hasil penelitian

itu akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam penelitian ini GCG sebelumnya

ada yang meneliti pengaruh GCG secara langsung terhadap nilai perusahaan, ada

yang berpengaruh signifikan dan tidak signifikan, ada yang negatif dan ada yang

positif. Ketika penerapan tata kelola perusahaan meningkat, maka akan diikuti

7
dengan peningkatan nilai perusahaan, seperti yang kita ketahui tata kelola

perusahaan di Indonesia saat ini masih kurang baik, sehingga dalam penelitian ini

mengambil variabel tata kelola perusahaan. Karena tata kelola perusahaan yang

masih kurang baik akan berdampak juga pada nilai perusahaan yang kurang baik.

Tata kelola perusahaan yang masih kurang baik juga akan berdampak pada

PROPER. Oleh karena itu, pelaksanaan corporate governance yang baik dapat

mendorong perusahaan untuk terus meningkatkan aktivitas yang berkaitan dengan

kinerja lingkungan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (Retno, 2017).

Nilai perusahaan juga dapat dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan

perusahaan (growth company). Pihak internal maupun eksternal mengharapkan

adanya growth company di perusahaan. Adanya growth company yang baik akan

memberikan tanda adanya perkembangan perusahaan dimasa yang akan datang

yang menguntungkan (Harahap, 2019). Investor akan adanya rate of return

(tingkat pengembalian) yang lebih besar dari adanya growth company yang tinggi.

Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan pertumbuhan penjualan

perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai pertumbuhan penjualan

tinggi mencerminkan perkembangan perusahaan tersebut yang tinggi pula.

Pertumbuhan penjualan yang tinggi maka akan mencerminkan pendapatan yang

meningkat sehingga akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.

Meningkatnya pemegang saham tentu akan berdampak positif bagi nilai

perusahaan. Implementasi dari corporate governance yang baik juga diharapkan

bermanfaat untuk menambah dan memaksimalkan hubungan growh company dan

nilai perusahaan. corporate governance diharapkan mampu mengusahakan

keseimbangan antara berbagai kepentingan yang dapat memberikan keuntungan

8
bagi perusahaan secara menyeluruh terhadap pertumbuhan perusahaan yang

dinyatakan oleh pertumbuhan penjualan dimana pertumbuhan penjualan masa lalu

akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang (Dewi & Sujana, 2019).

Penelitian mengenai environmental performance dan growth company

terhadap nilai perusahaan dengan corporate governance sebagai pemoderasi

sudah banyak dilakukan namun memiliki hasil yang berbeda-beda seperti

penelitian yang dilakukan oleh Ardani (2018) dan Budiharjo (2019) yang

menunjukkan bahwa environmental performance berpengaruh terhadap nilai

perusahaan, sedangkan penelitian Bukit et al., (2018) dan Pratiwi & Setyoningsih

(2014) menunjukkan bahwa environmental performance tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Penelitian Fajaria (2018) dan Putri (2020)

menunjukkan bahwa growth company berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

sedangkan Endri & Fathony (2020) dan Syaifulhaq et al., (2020) menunjukkan

bahwa growth company tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Retno (2017) dan Hardiningsih et al., (2018) menunjukkan bahwa

good corporate governance mampu memperkuat hubungan environmental

performance terhadap nilai perusahaan, sedangkan Ardani (2018) menunjukkan

bahwa good corporate governance tidak mampu memperkuat hubungan

environmental performance terhadap nilai perusahaan. Penelitian Bintara (2018)

menunjukkan bahwa good corporate governance mampu memperkuat secara

signifikan hubungan growth company terhadap nilai perusahaan, sedangkan

penelitian Latief (2019) dan Sukriyawati (2016) menunjukkan bahwa good

corporate governance tidak mampu memperkuat hubungan growth company

terhadap nilai perusahaan.

9
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah alat ukur

pada variabel environmental performance. Penelitian sebelumnya menggunakan

SML ISO 14001 dalam mengukur kinerja lingkungan, sedangkan penelitian ini

menggunakan PROPER. Hal ini dikarenakan SML ISO 14001 memiliki berbagai

kekurangan seperti bersifat sukarela, di audit oleh pihak independen dan tidak

memiliki peringkat dalam penggunaannya, sedangkan PROPER memiliki sifat

yang wajib, di audit oleh pihak KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) yang

hasilnya lebih dapat dipercaya dan tidak subjektif, serta hasil PROPER terdiri dari

beberapa peringkat dalam penggunaannya yang dapat memberikan penjelasan

kepada pengguna mengenai keadaan perusahaan. Semakin baik kinerja

lingkungan maka akan direspon positif oleh investor melalui fluktuasi harga

saham perusahaan yang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Selanjutnya PROPER juga merupakan perwujudan transparansi dan demokratisasi

dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Penerapan instrument ini merupakan

upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk menerapkan sebagian dari

prinsip-prinsip Good Governance (transparansi, berkeadilan, akuntabel, dan

pelibatan masyarakat) dalam pengelolaan lingkungan. Berdasarkan uraian diatas

membuat peneliti tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian ini kedalam

bentuk tesis dengan judul “Pengaruh Environmental Performance dan Growth

Company Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai

Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Periode Tahun 2016-2019”.

10
1.2 Rumusan Masalah

Berdasakarn latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah environmental performance berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah growth company berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah good corporate governance mampu memperkuat hubungan
environmental performance terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah good corporate governance mampu memperkuat hubungan growth
company terhadap nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasakarn rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka


tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh environmental performance
terhadap nilai perusahaan.
2. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh growth company terhadap nilai
perusahaan.
3. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh good corporate governance
dalam memperkuat hubungan environmental performance terhadap nilai
perusahaan.
4. Untuk menganalisis secara empiris pengaruh good corporate governance
dalam memperkuat hubungan growth company terhadap nilai perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak,

seperti yang dijelaskan sebagai berikut ini:

Manfaat Praktisi:

1. Untuk Manajemen Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat bagi perusahaan untuk

pengambilan keputusan khususnya dalam mempertimbangkan pengelolaan

11
environmental performance dan growth company sehingga dapat

memberikan dampak positif terhadap nilai perusahaan ditambah dengan

adanya pengungkapan informasi mengenai penerapan corporate governance

yang lebih banyak.

2. Untuk Bursa Efek Indonesia

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang publikasi laporan

keuangan perusahaan karena dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan di

Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk Regulator

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris bagi pembuat

peraturan agar memperhatikan setiap aturan atau kebijakan yang akan

ditetapkan agar tetap menjaga keadaan di pasar modal yang kondusif.

4. Untuk Investor dan Calon Investor

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi atau pertimbangan dalam

mengambil keputusan investasi dengan mengevaluasi terlebih dahulu

kinerja perusahaan yang terkait dengan variabel dalam penelitian ini untuk

memberikan tingkat pengembalian yang lebih pasti.

Manfaat Akademisi:

1. Untuk Dunia Akademik dan Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan ataupun menjadi

pedoman untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang variabel-

variabel yang diteliti.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Legitimacy Theory

Legitimasi merupakan aspek yang perlu diperhatikan oleh suatu

organisasi, dikarenakan dengan adanya batasan yang tercantum di dalam

norma serta peraturan dapat menumbuhkan motivasi mengenai pentingnya

aktivitas pengelolaan lingkungan. Aktivitas pengelolaan lingkungan merupakan

sebuah bentuk perhatian perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan dalam

upaya mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Sehingga dengan adanya

legitimasi ini image perusahaan di mata masyarakat dan pemegang saham

semakin baik, yang diharapkan berdampak terhadap meningkatnya nilai

perusahaan (Dowling & Pfeffer, 1975).

Fokus dari teori legitimasi adalah hubungan antara perusahaan dengan

masyarakat. Penekanan teori ini adalah perusahaan harus memperhatikan norma

atau peraturan yang berlaku dilingkungan tempat perusahaan berdiri, agar

perusahaan semakin legitimate. Teori Legitimasi menyatakan bahwa perusahaan

memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan

nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat, dan bagaimana perusahaan

menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi kepentingan

perusahaan. Teori legitimasi kaitannya dengan kinerja ekonomi dan kinerja

keuangan adalah apabila terjadi ketidakselarasan antara sistem – sistem nilai

perusahaan dan sistem nilai masyarakat maka perusahaan dapat kehilangan

13
legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan perusahaan

(Deegan, 2002).

Dalam usaha memperoleh legitimasi, perusahaan melakukan kegiatan

sosial dan lingkungan yang memiliki implikasi akutansi pada pelaporan dan

pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan melalui pelaporan sosial dan

lingkungan yang dipublikasikan. Teori legitimasi menegaskan bahwa untuk

memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas kegiatan yang dilakukan, maka

perusahaan harus menjalankan kegiatannya sesuai dengan norma dan nilai- nilai

yang berlaku di lingkungan sekitar (Deegan, 2002).

2.1.2 Signalling Theory

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk

pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara

manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi

tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan

memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan, terkhusus para

investor yang akan melakukan investasi. Sinyal ini dapat berupa informasi

mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan

keinginan pemilik perusahaan atau investor (Wolk, et al., 2001).

Signalling theory juga menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai

dorongan untuk memberikan infomasi laporan keuangan pada pihak internal.

Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi tersebut adalah karena

terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak investor karena pihak

perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang

14
akan datang dibandingkan dengan pihak luar, Minar Simanungkalit (dalam

hamidy 2015).

Pada motivasi signaling, manajemen melakukan kebijakan akrual yang

mengarah pada presistensi laba. Motivasi signaling mendorong manajemen

menyajikan laporan laba yang dapat mencerminkan laba sesungguhnya. Sinyal

dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan

tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal ini juga menjelaskan

bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri

informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa

mereka menerapkan berbagai kebijakan agar dapat meningkatkan laba yang

tinggi, karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-

besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan data

yang tepat. Asumsi utama dari teori sinyal ini memberikan ruang bagi investor

untuk mengetahui bagaimana keputusan yang akan diambilnya berkaitan dengan

nilai perusahaan tersebut. Akibatnya, ketika struktur modal, pertumbuhan

perusahaan dan profitabilitas menunjukkan nilai yang berubah, hal ini otomatis

memberikan informasi pada investor dalam memberikan penilaian terhadap nilai

perusahaan.

2.1.3 Stakeholder Theory

Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual

antara principals (pemegang saham) dan agent (manajer perusahaan). Hubungan

agensi adalah sebuah kontrak antara satu atau lebih orang (prinsipials)

memberikan wewenang kepada pihak lainnya (agent) untuk melakukan semua

15
kegiatan atas nama prinsipials yang melibatkan pendelegasian beberapa

pengambilan keputusan kepada agent (Jensen & Meckling, 1976).

Teori agensi berfokus pada penyelesaian dua masalah yang dapat terjadi

pada hubungan agensi itu sendiri. Pertama adalah munculnya masalah keagenan,

ini muncul ketika (1) adanya konflik antara tujuan prinsipal dan agents, dan (b)

sulit atau mahal bagi prinsipal untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi

pada agents tersebut. Masalahnya di sini adalah bahwa pihak prinsipal tidak dapat

memverifikasi bahwa agen telah berperilaku dengan tepat. Kedua adalah masalah

pembagian risiko yang muncul ketika prinsipal dan agents memiliki sikap yang

berbeda terhadap risiko. Masalahnya di sini adalah bahwa prinsipal dan agents

mungkin memiliki aksi atau tindakan yang berbeda karena preferensi risiko yang

berbeda tersebut (Eisenhardt, 1989).

Masalah agensi terbagi kedalam dua aspek, yaitu (1) adanaya moral

hazard (bahaya moral) yang mengacu kepada kurangnya upaya dari pihak agent

atau dapat dikatakan bahwa agen lalai, dan (2) adanya adverse selection (salah

seleksi), hal ini mengacu kepada bahwa agen menyebut dirinya memiliki

keterampilan atau kemampuan tertentu ketika dia hendak dipilih namun kenyataan

tidak seperti itu. Hal ini terjadi karena prinsipals tidak dapat sepenuhnya

memverifikasi keterampilan atau kemampuan agen, baik pada saat perekrutan

ataupun saat agen bekerja (Eisenhardt, 1989).

Jika kedua pihak ini adalah utility maximizer atau pemaksimalan

manfaat/utilitas, maka besar kemungkinan agen tidak akan selalu bertindak demi

kepentingan terbaik dari prinsipals. Maka prinsipals akan menetapkan insentif

yang sesuai untuk agen dan akan mengeluarkan biaya untuk memantau kegiatan

16
menyimpang agen. Dalam keadaan tertentu, agen akan dibayar untuk menjamin

bahwa ia akan melakukan atau mengambil tindakan yang tidak akan

membahayakan prinsipals. Oleh karena itu, masalah keagenan ini akan

memunculkan biaya agensi (Jensen & Meckling, 1976).

Biaya agensi dapat dikurangi dengan cara melakukan pengungkapan

informasi mengenai keadaan perusahaan. Arus informasi yang lebih besar dapat

mengurangi masalah keagenan. Pengungkapan informasi mengenai keadaan

perusahaan memberikan prinispals sebuah fasilitas untuk memantau atau

mencegah manajer mengambil alih kekayaan prinispals, selain itu pengungkapan

tersebut berguna untuk mengevaluasi apakah manajer telah menggunakan sumber

daya untuk kepentingan terbaik prinispals atau tidak (Huang & Zhang, 2012).

Pengungkapan informasi yang dapat dilakukan perusahan salah satunya

adalah mengenai praktik good corporate governance (GCG). Dengan

pengungkapan GCG yang baik akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap

perusahaan, investor akan terus menginvestasikan dananya kepada perusahaan dan

perusahaan akan memiliki dana yang cukup untuk melakukan kegiatan

operasionalnya, sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar kepada

investor dan membuat kinerja perusahaan dan nilai perusahaan menjadi lebih baik

(Syafitri, Nuzula, & Nurlailty, 2018).

Informasi yang diperoleh dari penerapan GCG juga dapat menggambarkan

secara baik mengenai kondisi keuangan perusahaan dan keadaan didalam

perusahaan. Informasi ini dapat digunakan investor sebagai alat untuk

menentukan pilihan investasinya. Membangun sistem tata kelola perusahaan yang

17
memadai dan efektif adalah salah satu langkah yang memungkinkan untuk

mencapai corporate sustainable growth (Steblyanskaya et al., 2019). 

2.1.4 Nilai Perusahaan

Suatu perusahaan didirikan bertujuan untuk memaksimumkan kekayaan

atau nilai perusahaannya (Salvatore, 2005). Nilai perusahaan merupakan persepsi

investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan

harga saham (Handayani, 2015). Harga saham yang tinggi membuat nilai

perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan akan berpengaruh pada persepsi investor

dimana akan mempengaruhi mereka untuk semakin percaya dan yakin mengenai

prospek perusahaan. Oleh karena itu, investor bukan saja percaya dengan

kemampuan perusahaan saat ini, namun investor juga yakin dengan kemampuan

perusahaan di masa yang akan datang (Purwohandoko, 2017).

Nilai perusahaan yang rendah akan membuat investor tidak tertarik untuk

membeli saham, karena resiko yang akan ditimbulkan (Mahardhika &

Roosmawarni, 2016). Prasetyorini (2013) menjelaskan bahwa memaksimumkan

nilai perusahaan berarti memaksimumkan nilai sekarang dari semua keuntungan

yang akan diterima oleh pemegang saham di masa yang akan datang. Nilai

perusahaan tercemin dari harga saham yang stabil, yang dalam jangka panjang

mengalami kenaikan, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai

perusahaan.

Nilai perusahaan yang tinggi akan mencerminkan tingginya tingkat

kemakmuran pemilik dan pemegang saham perusahaan (Permatasari dan Azizah,

2018). Selain itu, nilai perusahaan memiliki pengaruh yang besar terhadap

18
keputusan investasi. Dalam mengambil keputusan investasi, investor cenderung

melihat perkembangan nilai perusahaan terlebih dahulu. Apabila perusahaan

tersebut memiliki nilai perusahaan yang tinggi, maka akan memiliki prospek yang

baik bagi pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat

menarik investor untuk melakukan invesatsi.

Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk menghitung nilai

perusahaan, antara lain (Purwohandoko, 2017; Sabrin et al., 2016; dan Syafitri et

al., 2018): (1) harga saham, mencerminkan bagaimana keadaan nilai suatu

perusahaan, (2) tobin’s Q, merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan

estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap

rupiah investasi dimasa depan, (3) market book ratio, digunakan untuk mengukur

untuk mengevaluasi nilai pasar perusahaan saat ini relatif terhadap nilai bukunya,

(4) dividend payout ratio, untuk mengetahui berapa persen pendapatan yang

dibayarkan perusahaan kepada pemilik atau pemegang sahamnya, (5) price

earning ratio, merupakan rasio antara tingkat harga pasar perlembar saham

dibandingkan dengan pendapatan perlember saham yang diterima oleh perusahaan

dan (6) price book value, rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar

menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Keberadaan PBV sangat penting

bagi investor untuk menentukan strategi investasi di pasar modal. Perusahaan

yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio Price Book Value di atas

satu (> 1), yang mencerminkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai

bukunya. Price Book Value yang tinggi mencerminkan tingkat kemakmuran para

pemegang saham, kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama

dari perusahaan.

19
2.1.5 Environmental Performance

Environmental Performance atau biasa disebut dengan Kinerja lingkungan

adalah hasil yang dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan, yang terkait

dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja lingkungan

didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dantarget lingkungan

(Ikhsan, 2009). Sedangkan menurut Undang – undang Republik Indonesia No. 32

tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan

bahwa Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis

dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan

mencegahterjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi pencemaran, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan

penegakan hukum.

Retno (2010) kinerja lingkungan (environmental performance) adalah

bagaimana kinerja perusahaan untuk ikut andil dalam melestarikan lingkungan.

Kinerja lingkungan (environmental performance) dibuat dalam bentuk peringkat

oleh suatu lembaga yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Konsep ini

terbentuk sebagai akibat dari persepsi bahwa perusahaan perannya tidak semata-

mata hanya tentang produktifitas dan tentang perolehan keuntungansaja, tetapi

sebenarnya dalam setiap aktivitas bisnis terdapat tanggung jawab dan tujuan sosial

serta tanggung jawab lingkungan yang harus dilakukan secara baik oleh

perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungannya (Rahahleh, 2011). Sistem ini

berfungsi untuk mengisi kebutuhan informasi di bidang environmental

performance perusahaan.

20
Sedangkan Suratno (dalam Putra dan Utami, 2017) menyebutkan bahwa

Environmental performance adalah kinerja perusahaan dalam menciptakan

lingkungan yang baik (green). Environmental performance perusahaan diukur

dari prestasi perusahaan mengikuti program PROPER yang merupakan salah satu

upaya yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk

mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui

instrumen informasi.

1. Manfaat Environmental Performance

Manfaat adanya environmental performance secara umum yaitu

aktivitas usaha tidak merugikan lingkungan dan dapat mempertahankan

keberlangsungan hidup perusahaan terutama dalam kondisi lingkungan yang

terjaga dengan baik. Menurut Mardikanto (2014) gagasan untuk memiliki

system manajemen kinerja lingkungan membantu menjamin komitmen

perusahaan untuk berikut:

a. komitmen manajemen untuk memenuhi ketentuan kebijakan, tujuan dan

aspirasi

b. fokus pada penyebaran budaya pelestarian bukan menegtur pengobatan

atau tindakan korektif di kemudian hari

c. Proses perbaikana terus menerus. Sebagai imbalan untuk menerpakan

system manajemen lingkungan, keuntungan ekonomi dapat

direalisasikan. Keuntungan tersebut harus ditentukan untuk memiliki

mereka dan nilai-nilai mereka ditunjukan sebelumnya pihak, terutama

pemangku kepentingan (pemegang saham). Hal ini akanmemeberikan

perusahaan untuk kesempatan menghubungkan tujuan lingkungan

21
denagan hasil keuangan tertentu, dan sebagainya menjamin ketersediaan

sumber daya.

Selanjutnya Mardikanto (2014) menyebutkan terdapat empat unsur

penting dari tanggung jawab lingkungan meliputi:

a. Mengadopsi kinerja lingkungan yang spesifik, aturan dan standar

pengukuran.

b. Memfasilitasi lingkungan teknologi pengembangan, konversi dan alat

angkut.

c. Mempromosikan kesadaran lingkungan.

d. Membuka saluran negosiasi dengan pihakterkait, dan berkomunikasi

dengan pihak –pihak tersebut tentang masalah lingkungan.

2. Pengukuran Environmental Performance

Kinerja lingkungan diukur dari prestasi perusahaan mengikuti Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

(PROPER). Program ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan

dalam pengelolaan hidup. PROPER diumumkan secara rutin kepada

masyarakat, sehingga perusahaan yang dinilai akan mendapat insentif maupun

disinsentif reputasi,tergantung pada tingkat ketaatannya (Pujiasih, 2015).

Selanjutnya Ikhsan (2009) menyatakan bahwa hasil dari suatu penilaian yang

sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang

berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja kegiatan

yang dilakukan dengan memanfaatkan data kinerja yang diperoleh melalui

22
data internal yang ditetapkan oleh instansi maupun data eksternal yang berasal

dari luar instansi.

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah menerapkan Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

(PROPER). Program ini bertujuan mendorong perusahaan taat terhadap

peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan

(environmental excellency) melalui integrasi prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan dalam proses produksi dan jasa, dengan jalan penerapan sistem

manajemen lingkungan, 3R (reuse, reduce, recycle), efisiensi energi,

konservasi sumberdaya dan pelaksanaan bisnis yang beretika serta

bertanggungjawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan

masyarakat.

Melalui PROPER, kinerja lingkungan perusahaan diukur dengan

menggunakan warna, mulai dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah, hingga

yang terburuk hitam unuk kemudian diumumkan secara rutin kepada

masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui tingkat pengelolaan lingkungan

pada perusahaan dengan hanya melihat warna yang ada. Kriteria Penilaian

PROPER yang lebih lengkap dapat di lihat pada Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No 5 tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat

Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Secara umum

peringkat kinerja PROPER dibedakan menjadi 5 warna dengan pengertian

sebagai berikut:

23
a. Emas (Sangat Baik)

Untuk usaha dan atau kegiatan yang telah secara konsisten

menunjukkan keunggulan lingkungan dan proses produksi atau jasa,

melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggungjawab terhadap

masyarakat. Peringkat emas diartikan sebagai penilaian skor tertinggi yaitu

5 dengan pemeringkatan sangat baik.

b. Hijau (Sangat Baik)

Untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan

lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond

compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan,

pemanfaatan sumber daya secara efisien dan melakukan upaya tanggung

jawab sosial dengan baik. Peringkat hijau diartikan sebagai penilaian skor

dengan nilai 4 dengan kriteria sangat baik.

c. Biru (Baik)

Untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melakukan upaya

pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peringkat biru diartikan

sebagai penilaian skor dengan nilai 3 dengan kriteria baik.

d. Merah (Buruk)

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan

persyartan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Peringkat merah diartikan sebagai penilaian skor dengan nilai 2 dengan

kriteria buruk.

24
e. Hitam (Sangat Buruk)

Untuk usaha dan atau kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau

melaukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran atau kerusakan

lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku atau tidak melaksanakan sanksi administrasi. Peringkat hitam

diartikan sebagai penilaian skor dengan nilai 1 dengan kriteria Sangat

buruk.

2.1.6 Growth Company

Pertumbuhan perusahaan adalah perubahan (peningkatan atau penurunan)

total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dalam pecking

order theory memiliki hubungan yang positif terhadap keputusan pendanaan.

Dalam hal ini, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang cepat

harus lebih banyak mengandalkan pada dana eksternal. Semakin tinggi

pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan

ekspansi (Bringham dan Houston, 2010). Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya

menggambarkan bagaimana perusahaan menginvestasikan dana yang ia miliki

untuk kegiatan operasi dan investasi. Peningkatan jumlah aset, baik aset lancar

maupun aset jangka panjang membutuhkan dana, dengan alternatif pendanaan

internal atau dengan pendanaan eksternal (Joni dan Lina, 2010).

Berdasarkan pecking order theory, perusahaan akan cenderung

menggunakan dana internal terlebih dahulu, baru kemudian menggunakan dana

eksternal (hutang). Ketika perusahaan melakukan investasi dalam jumlah yang

tinggi sehingga melebihi jumlah laba ditahan, maka akan terjadi peningkatan

hutang. Asumsinya adalah ketika aset perusahaan meningkat sedangkan faktor

25
lain dianggap ceteris paribus, maka peningkatan aset akan menyebabkan

peningkatan hutang (Hestaningrum, 2012).

Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh banyak pihak baik

internal maupun eksternal, karena pertumbuhan yang baik memberi anda bagi

perkembangan perusahaan. Pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda

perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, karena dianggap mampu

menghasilkan keuntungan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Menurut Pradana (2013), alat ukur untuk pertumbuhan perusahaan ada 2

yaitu:

a. Assets Growth Ratio

Assets Growth menunjukkan pertumbuhan aset dimana aset merupakan aktiva

yang digunakan untuk aktiva operasional perusahaan. Semakin besar aset

diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan.

b. Sales Growth Ratio

Pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan per tahun. Sales

growth yang tinggi memberi indikator perusahaan yang bersangkutan dapat

meningkatkan pertumbuhan perusahaannya dan diharapkan dapat meningkatkan

laba yang dihasilkan (Pradana, 2013).

2.1.7 Good Corporate Governance

Good Corporate Governance (GCG) menurut Mukherjee & Sen (2019)

adalah sebuah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan untuk

tujuan mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan dan pertanggung

jawaban kepada stakeholders. Hal tersebut berkaitan dengan peraturan

kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.

26
Penerapan GCG dilakukan sebagai upaya untuk melindungi para

pemangku kepentingan (stakeholders) terhadap berbagai peristiwa, seperti skandal

korupsi dan penipuan akuntansi dalam laporan keuangan dan yang paling utama

adalah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada perusahaan akibat

adanya peristiwa tersebut (Natalia & Zulaikha, 2012). Terdapat lima asas GCG

dalam penerapan GCG yang dikemukakan oleh Komite Nasional Kebijakan

Governance/KNKG (2006) dalam pedoman umum GCG Indonesia, untuk

mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan

memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders), yaitu sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparency)

Asas ini memiliki prinsip dasar, yaitu untuk menjaga obyektivitas

dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang

material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh

pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk

mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan

perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan

keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan

lainnya. Pedoman umum GCG ini menjelaskan pedoman pokok pelaksanaan

asas ini, yaitu:

(1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,

memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah

diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya,

(2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada,

visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,

27
susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,

kepemilikan saham oleh anggota direksi dan anggota dewan komisaris

beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan

lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan

pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat

kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi

kondisi perusahaan.

(3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi

kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak

pribadi.

(4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip dasar dalam asas ini adalah perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk

itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Pedoman pokok pelaksaanaan asas ini adalah sebagai berikut:

(1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab

masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas

28
dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate

values), dan strategi perusahaan.

(2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan

semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas,

tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

(3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal

yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

(4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran

perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta

memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment

system).

(5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ

perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis

dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Asas ini memiliki prinsip dasar yaitu perusahaan harus mematuhi

peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab

terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan

sebagai good corporate citizen. Dalam pedoman umum GCG ini, terdapat

pedoman pokok pelaksaan asas ini yaitu:

(1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan

memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,

anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).

29
(2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara

lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama

di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan

yang memadai.

4. Independensi (Independency)

Prinsip dasar dalam asas ini adalah untuk melancarkan pelaksanaan

asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak lain. Pedomoan pokok pelaksanaan dalam asas ini

adalah sebagai berikut:

(1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya

dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan

tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari

segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat

dilakukan secara obyektif.

(2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan

tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-

undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung

jawab antara satu dengan yang lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Asas ini memiliki prinsip dasar yaitu dalam melaksanakan

kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas

30
kewajaran dan kesetaraan, dengan pedoman pokok pelaksanaan sebagai

berikut:

(1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku

kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan

pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap

informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup

kedudukan masing-masing.

(2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar

kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi

yang diberikan kepada perusahaan.

(3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam

penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara

profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender,

dan kondisi fisik.

Manfaat yang diperoleh dari penerapan GCG adalah untuk meningkatkan

kinerja perusahaan, mempermudah diperolehnya dana pembiayaan (karena faktor

kepercayaan), mengembalikan kepercayaan investor dan pemegang saham akan

puas dengan kinerja perusahaan. Pengungkapan GCG mengandung arti bahwa

laporan keuangan perusahaan dibuat berdasarkan informasi dan kejelasan yang

cukup mengenai kegiatan perusahaan sehingga sesuai dengan prinsip–prinsip

GCG, dengan demikian informasi tersebut dapat menggambarkan secara tepat

kondisi keuangan perusahaan dan kejadian–kejadian yang terjadi di dalam

(internal) perusahaan (Natalia & Zulaikha, 2012).

31
Pengungkapan GCG akan memberikan informasi yang dapat

menggambarkan secara baik mengenai kondisi keuangan perusahaan dan keadaan

didalam perusahaan. Informasi ini dapat digunakan investor sebagai alat untuk

menentukan pilihan investasinya. Penerapan corporate governance yang baik

akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, investor akan terus

menginvestasikan dananya kepada perusahaan dan perusahaan akan memiliki

dana yang cukup untuk melakukan kegiatan operasionalnya, sehingga dapat

memberikan keuntungan yang besar kepada investor dan membuat kinerja

perusahaan dan nilai perusahaan menjadi lebih baik (Syafitri, Nuzula, & Nurlailty,

2018).

2.2. Penelitian Terdahulu

Tinjauan umum mengenai penelitian terdahulu yang relevan menunjukkan

bahwa telah terdapat penelitian-penelitian mengenai Pengaruh Environmental

Performance dan Growth Company Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

Corporate Governance Sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2016-2019. Penelitian terdahulu

terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.

32
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama dan
Judul Variabel
No Tahun Hasil
Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Mazda Eko Sri Pengaruh • Kinerja • Kinerja lingkungan
Tjahjono Kinerja Lingkungan berpengaruh signifikan
(2013) Lingkungan • Nilai terhadap kinerja
Terhadap Nilai Perusahaan keuangan
Perusahaan Dan • Kinerja • Kinerja lingkungan
Kinerja Keuangan tidak berpengaruh
Keuangan signifikan terhadap
nilai perusahaan
• Kinerja keuangan
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan
• Kinerja lingkungan
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
keuangan melalui nilai
perusahaan.

2 Safitri Putri Pengaruh Tata • Tata Kelola • Mekanisme corporate


Anjasari (2016) Kelola Perusahaan governance
Perusahaan Dan • Kinerja diproksikan dengan
Kinerja Lingkungan proporsi dewan
Lingkungan • Nilai komisaris independen,
Terhadap Nilai Perusahaan dan proporsi
Perusahaan kepemilikan
institusional
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
• Jumlah komite audit,
dan hasil terbukti tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.

Tri Putri dan Effect of • Capital • DER berpengaruh


3
Rahyuda Capital Structure negatif signifikan
(2020) Structure and • Firm Value terhadap ROA
Sales Growth • Profitability • SG berpengaruh positif
on Firm Value • Sales Growth signifikan terhadap
with ROA
Profitability as • DER tidak
Mediation mempengaruhi PBV.
• SG berpengaruh positif

33
signifikan terhadap
PBV.
• ROA dapat bertindak
sebagai mediator
pengaruh DER, SG,
dan DPR terhadap
PBV.

4 Isabella Pengaruh • Pertumbuhan • Pertumbuhan


Permata Dhani Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif
(2017) Perusahaan, • Struktur Modal terhadap nilai
Struktur Modal, • Profitabilitas perusahaan.
Dan • Nilai • Struktur modal
Profitabilitas Perusahaan berpengaruh negatif
Terhadap Nilai terhadap nilai
Perusahaan perusahaan.
• Profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan.

Latief (2019) Corporate • Corporate • Profitabilitas


5
Governance dan Governance berpengaruh positif
Dampaknya • Kinerja signifikan terhadap
terhadap Keuangan nilai perusahaan
Kinerja • Size • Size tidak berpengaruh
Keuangan dan • Growth signifikan terhadap
Nilai • Nilai nilai perusahaan
Perusahaan Perusahaan • Growth tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan
• Corporate Governance
memperlemah
pengaruh profitabilitas
terhadap nilai
perusahaan
• Corporate Governance
tidak memoderasi
pengaruh size terhadap
nilai perusahaan
• Corporate Governance
tidak memoderasi
pengaruh growth
terhadap nilai perusahaan.

Dewi dan Pengaruh • Likuiditas • Likuiditas berpengaruh


6

34
Sujana (2019) Likuiditas, positif terhadap nilai
Pertumbuhan • Pertumbuhan perusahaan
Penjualan, dan Penjualan • Pertumbuhan penjualan
Risiko Bisnis • Risiko Bisnis berpengaruh positif
terhadap Nilai • Nilai terhadap nilai
Perusahaan Perusahaan perusahaan
• Risiko bisnis
berpengaruh negatif
terhadap nilai
perusahaan.

7 Syaifulhaq et., Capital • Debt to Equity • Struktur modal yang


al (2020) Structure and Ratio diproksikan dengan
Firm's Growth • Asset Growth variabel debt to equity
in Relations to • Return on ratio memiliki a arah
Firm Value at Equity koefisien negatif tetapi
Oil and Gas • Price to Book tidak signifikan
Companies Value. terhadap nilai
Listed in perusahaan,
Indonesia Stock • tingkat pertumbuhan
Exchange memiliki a arah
koefisien berpengaruh
positif terhadap nilai
perusahaan tetapi juga
tidak signifikan.

Sukriyawati Pengaruh • Struktur • Struktur Modal


8
(2016) Struktur Modal Modal berpengaruh signifikan
dan • Pertumbuhan terhadap Nilai
Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan.
Perusahaan • Good • Struktur Modal dan
Terhadap Nilai Corporate Pertumbuhan
Perusahaan Governance Perusahaan
dengan Good • Nilai berpengaruh signifikan
Corporate Perusahaan. terhadap Nilai
Governance Perusahaan.
sebagai variabel • Moderasi dari Good
moderating Corporate Governance,
tidak mampu
memperkuat, pengaruh
dari Struktur Modal dan
Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Nilai
Perusahaan.

9 Hardiningsih Kontijensi • Return On • Corporate


(2018) Good Assets Environmental

35
Corporate • Corporate Responsibility dan
Governance Environmental Return On Assets
dalam • Responsibility (ROA) berpengaruh
Determinan • Good positif terhadap nilai
Nilai Corporate perusahaan.
Perusahaan Governance • Corporate governance
• Firm Value terbukti memperkuat
pengaruh Return On
Assets (ROA) dan
Corporate
Environmenta
Responsibility terhadap
nilai perusahaan.

10 Bukit et., al Environmental • Environmental • Dalam pengawasan


(2018) performance, Performance intensif, manajer
profitability, • Profitability cenderung memiliki
asset utilizaton, • Asset nilai perusahaan yang
debt monitoring Utilization tinggi ketika
and firm value • Firm’s Value perusahaan memiliki
nilai tinggi
• Kinerja lingkungan dan
atau profitabilitas
tinggi dan pemanfaatan
aset tinggi.
• Monitoring sistem
perlu diintensifkan
terutama untuk
perusahaan dengan
karakteristik di atas.

11 Endri and Determinants of • Dividend • Ukuran perusahaan,


Fathony (2020) firm’s value: policy leverage, dan
Evidence from • Profitabilit pertumbuhan tidak
financial • Firm value berpengaruh signifikan
industry terhadap nilai
perusahaan
• Kebijakan dividen dan
profitabilitas terbukti
berpengaruh positif
signifikan terhadap
nilai perusahaan untuk
periode
• Hasil simultan juga
menunjukkan bahwa
kebijakan dividen,

36
profitabilitas,
perusahaan ukuran,
leverage dan
pertumbuhan memiliki
beberapa pengaruh
pada nilai perusahaan.

12 Fajaria dan The Effect of • Profitability • Profitabilitas dan


Isnalita (2018) Profitability, • Liquidity pertumbuhan tinggi
Liquidity, • Leverage perusahaan terbukti
Leverage and • Firm Growth meningkatkan Nilai
Firm Growth of • Dividend Perusahaan.
Firm Value with Policy • likuiditas dan leverage
its Dividend • Firm Size yang tinggi terbukti
Policy as a • Firm Value. menurunkan Nilai
Moderating Perusahaan.
Variable

13 Budiharjo Effect of • Environmental • Kinerja lingkungan


(2019) Environmental performance diproksikan dengan
Performance • Total Asset ISO 14001 dan
Turn Over
and Financial PROPER berpengaruh
• Net Profit
Performance on Margin positif dan tidak
Firm Value • Value of the signifikan terhadap
company. nilai perusahaan yang
diproksikan oleh
Tobins'Q.
• Kinerja keuangan
diproksikan dengan
Total Asset Turn Over
(TATO) dan Net Profit
Margin (NPM)
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
• Proxy non-signifikan
dengan Tobins'Q.
dengan Total Asset
Turn Over (TATO).

14 Harahap Pengaruh • Profitabilitas • Profitabilitas


(2019) profitabilitas, • Growth berpengaruh signifikan
growth Opportunity terhadap Nilai
opportunity dan • Struktur Modal Perusahaan
stuktur modal • Nilai • Growth Opportunity
terhadap nilai Perusahaan tidak berpengaruh
perusahaan (PBV) signifikan terhadap
pada

37
perusahaan Nilai Perusahaan
manufaktur • Struktur Modal
yang terdaftar berpengaruh signifikan
di bursa efek terhadap ROE.
indonesia tahun • Profitabilitas, Growth
2013-2017 Opportunity, dan
Struktur Modal secara
bersama-sama
berpengaruh signifikan
terhadap Nilai
Perusahaan (PBV).

15 Alfina Nurlila Pengaruh • Pertumbuhan • Profitabilitas dan


Hergianti Pertumbuhan Perusahaan leverage berpengaruh
(2020) Perusahaan, • Profitabilitas terhadap nilai
Profitabilitas • Leverage perusahaan.
Dan Leverage • Nilai • Pertumbuhan
Terhadap Nilai Perusahaan perusahaan tidak
Perusahaan mempengaruhi nilai
perusahaan.

16 Pratiwi dan Pengaruh • Kinerja • Kinerja lingkungan


Setyoningsih Kinerja Lingkungan tidak berpengaruh
(2014) Lingkungan • Nilai terhadap nilai
terhadap Nilai Perusahaan perusahaan.
Perusahaan • Corporate • Kinerja lingkungan
dengan Social berpengaruh positif
Corporate Responsibility terhadap nilai
Social Disclosure. perusahaan melalui
Responsibility corporate social
Disclosure responsibility
sebagai variabel disclosure.
intervening

17 Edy Susanto Pengaruh • Profitabilitas • Pertumbuhan


(2016) Profitabilitas, • Kepemilikan perusahaan tidak
Kepemilikan berpengaruh
Manajerial
Manajerial, Dan signifikan terhadap
Pertumbuhan
• Pertumbuhan
Perusahaan struktur modal, tetapi
Perusahaan
(Growth) berpengaruh
(Growth)
Terhadap • Struktur Modal signifikan terhadap
Struktur Modal nilai perusahaan.
• Nilai
Dan Nilai • Kepemilikan
Perusahaan
Perusahaan manajerial tidak
mempengaruhi
struktur modal dan

38
nilai perusahaan.
• Struktur modal tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan.

18 Niken Pengaruh • Struktur • DER berpengaruh


Ayuningrum Struktur Modal, Modal positif dan signifikan
(2017) Pertumbuhan • Pertumbuhan terhadap PBV.
Perusahaan Perusahaan • Perubahan Total
Terhadap Nilai • Nilai Aktiva berpengaruh
Perusahaan Perusahaan negatif dan signifikan
Dengan • Profitabilitas terhadap PBV.
Profitabilitas • DER berpengaruh
Sebagai positif dan signifikan
Variabel terhadap PBV dengan
Intervening ROA sebagai variabel
Pada intervening
Perusahaan • Perubahan Total
Manufaktur Aktiva berpengaruh
Yang Terdaftar positif dan signifikan
Di Bursa Efek terhadap PBV.
Indonesia

19 Retno dan Pengaruh • Firm value • Tanggung jawab


Wahidahwati Corporate • Corporate sosial perusahaan
(2017) Social social tidak memberikan
Responsibility responsibility pengaruh apapun
dan • Environmental terhadap nilai
environmental Performance perusahaan.
performance • Good • Kinerja lingkungan
terhadap nilai Corporate tidak memberikan
perusahaan Governance pengaruh apapun
dengan good terhadap nilai
corporate perusahaan.
governance • Kinerja Lingkungan
variabel terhadap nilai
moderating perusahaan. Ukuran
sebagai variabel
kontrol tidak
memberikan pengaruh
apapun kepada nilai
perusahaan

20 Nur Maghfirotu Pengaruh • Struktur • Struktur modal


Chusnitah Struktur Modal, Modal berpengaruh negatif
(2017) Pertumbuhan • Pertumbuhan terhadap nilai

39
Perusahaan, Perusahaan perusahaan.
Ukuran • Ukuran • Pertumbuhan
Perusahaan Dan Perusahaan perusahaan memberi
Profitabilitas • Profitabilitas hasil positif pengaruh
Terhadap Nilai • Nilai terhadap nilai
Perusahaan Perusahaan perusahaan.
• Ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan.
• Profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan.

21 Atika Pengaruh • Pertumbuhan • Pertumbuhan


Suryandani Pertumbuhan Perusahaan perusahaan
(2018) Perusahaan, • Ukuran mempengaruhi nilai
Ukuran Perusahaan perusahaan
Perusahaan, • Keputusan • Ukuran perusahaan
Dan Keputusan Investasi tidak mempengaruhi
Investasi • Nilai nilai perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan • keputusan investasi
Perusahaan tidak mempengaruhi
Pada nilai perusahaan.
Perusahaan
Sektor Property
Dan Real Estate

22 Tjahjono Pengaruh • Corporate • Kinerja lingkungan


(2013) Kinerja Governance berpengaruh
Lingkungan • Enviromental signifikan
Terhadap Nilai Performance terhadap kinerja
Perusahaan dan • The presence keuangan.
Kinerja of board • Kinerja lingkungan
Keuangan independent of tidak berpengaruh
director signifikan terhadap
nilai perusahaan.
• Kinerja keuangan
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan
• Lingkungan kinerja
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja keuangan

40
terhadap nilai
perusahaan
melalui.

23 Amauzesh Sustainable • Sustainable • Deviasi laju


(2011) Growth Rate Growth Rate pertumbuhan aktual
and Firm • Actual Growth dari laju pertumbuhan
Performance : Rate berkelanjutan
Evidence From • Return on memiliki hubungan
Iran Stock Assets dengan ROA dan P /
Exchange • Price to Book B rasio.
ratio • Selain itu, kami tidak
• Liquidity menemukan
ratios . hubungan yang
signifikan dengan
deviasi tingkat
pertumbuhan aktual
dari tingkat
pertumbuhan
berkelanjutan dan
rasio Arus dan Asam.

Sumber: Berbagai Jurnal.

2.1 Kerangka Berpikir dan Pengembangan Hipotesis

2.1.1 Pengaruh Environmental Performance Terhadap Nilai Perusahaan

Legitimacy Theory menjelaskan bahwa aspek yang perlu diperhatikan oleh

suatu organisasi, dikarenakan dengan adanya batasan yang tercantum di dalam

norma serta peraturan dapat menumbuhkan motivasi mengenai pentingnya

aktivitas pengelolaan lingkungan. Aktivitas pengelolaan lingkungan merupakan

sebuah bentuk perhatian perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan dalam

upaya mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Sehingga dengan adanya

legitimasi ini image perusahaan di mata masyarakat dan pemegang saham

semakin baik, yang diharapkan berdampak terhadap meningkatnya nilai

perusahaan (Dowling& Pfeffer,1975).

41
Meningkatkan nya nilai perusahaan dan sesuai dengan norma atau

peraturan yang berlaku dilingkungan tempat perusahaan berdiri, maka akan

membuat perusahaan tersebut semakin legitimate. Legitimasi menyatakan bahwa

perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya

berdasarkan nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat, dan bagaimana

perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi

kepentingan perusahaan. Perusahaan dituntut agar dalam menjalankan kegiatan

usaha tidak hanya berfokus kepada mencari keuntungan yang besar tetapi turut

serta memperhatikan keadaan lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan dapat

memberikan citra dan dampak bagi masyarakat serta kemajuan suatu perusahaan.

Jika suatu perusahaan memperhatikan kepedulian lingkungan yang baik maka

masyarakat dan para investor akan memberikan dampak positif.

Penelitian yang dilakukan oleh Ardani (2018) dan Budiharjo (2019) yang

menunjukkan bahwa environmental performance berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

H1: Environmental performance berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.1.2 Pengaruh Growth Company Terhadap Nilai Perusahaan

Signalling Theory menjelaskan tentang bagaimana seharusnya perusahaan

memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan, terkhusus para

investor yang akan melakukan investasi. Sinyal ini dapat berupa informasi

mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan

keinginan pemilik perusahaan atau investor (Wolk, et al., 2001). Jika perusahaan

42
mampu mewujudkan apa yang diinginkan oleh investor, maka dapat

mempengaruhi nilai perusahaan.

Salah satu informasi yang dapat diberikan manajer yaitu melalui laporan

keuangan bahwa mereka menerapkan berbagai kebijakan agar dapat

meningkatkan laba yang tinggi, prinsip ini dilakukan untuk mencegah perusahaan

melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan

keuangan dengan menyajikan data yang tepat. Asumsi utama dari teori sinyal ini

memberikan ruang bagi investor untuk mengetahui bagaimana keputusan yang

akan diambilnya berkaitan dengan nilai perusahaan tersebut. Akibatnya, ketika

struktur modal, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas menunjukkan nilai

yang berubah, hal ini otomatis memberikan informasi pada investor dalam

memberikan penilaian terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Fajaria (2018) dan Putri (2020) menunjukkan bahwa growth

company berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian

tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H2: Growth company berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.1.3 Pengaruh Good Corporate Governance Yang Mampu Memperkuat

Hubungan Environmental Performance Terhadap Nilai Perusahaan

Teori keagenan menjelaskan bahwa adanya hubungan antara prinsipials

dan agent, dimana agent diminta untuk melakukan semua kegiatan atas nama

prinsipials yang melibatkan pendelegasian beberapa pengambilan keputusan yang

dapat menyebabkan ketimpangan informasi (Jensen & Meckling, 1976). Teori

agensi menyatakan bahwa principal akan mencoba mengurangi asimetri informasi

dengan memasang sebuah sistem informasi dan mengawasi agents (Shapiro,

43
2005). Semakin informasi yang dikeluarkan perusahaan akan meningkat persepsi

investor yang lebih baik. Apabila investor semakin memiliki pandangan yang baik

terhadap perusahaan maka ini akan meningkatkan nilai perusahaan.

Salah satu pengungkapan informasi yang dapat dilakukan perusahan

adalah mengenai praktik good corporate governance (GCG). Pengungkapan GCG

yang baik akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan karena

pengungkapan informasi akan memberikan informasi yang dapat menggambarkan

secara baik mengenai kondisi keuangan perusahaan dan keadaan didalam

perusahaan. Informasi ini dapat digunakan investor sebagai alat untuk

menentukan pilihan investasinya.

Apabila investor semakin percaya kepada perusahaan akibat adanya

informasi yang diterima melalui pengungkapan corporate governance yang baik,

serta perusahaan tidak hanya berfokus kepada mencari keuntungan yang besar

tetapi turut serta memperhatikan keadaan lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan

dapat memberikan citra dan dampak bagi masyarakat serta kemajuan suatu

perusahaan. Jika suatu perusahaan memperhatikan kepedulian lingkungan yang

baik maka masyarakat dan para investor akan memberikan dampak positif.

Investor akan terus menginvestasikan dananya kepada perusahaan dan perusahaan

akan memiliki dana yang cukup serta kinerja lingkungan yang baik untuk

melakukan kegiatan operasionalnya dan membuat kinerja perusahaan semakin

baik. Kinerja perusahaan yang semakin baik, menunjukkan bahwa perusahaan

semakin mampu memberikan keuntungan yang besar kepada investor dan nilai

perusahaan menjadi lebih baik.

44
Penelitian yang dilakukan oleh Retno (2017) dan Hardiningsih et al.,

(2018) menunjukkan bahwa good corporate governance mampu memperkuat

hubungan environmental performance terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan

uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H3: Good corporate governance mampu memperkuat hubungan environmental

performance terhadap nilai perusahaan.

2.1.4 Pengaruh Good Corporate Governance Yang Mampu Memperkuat

Hubungan Growth Company Terhadap Nilai Perusahaan

Teori stakeholder menjelaskan bahwa para manajer di satu sisi harus

mengelola perusahaan untuk kepentingan para pemangku kepentingannya untuk

memastikan hak-hak mereka dan partisipasi dalam pengambilan keputusan dan di

sisi lainnya, manajemen harus bertindak sebagai agen pemegang saham untuk

memastikan kelangsungan hidup perusahaan untuk melindungi masing-masing

kelompok dalam jangka panjang (Freeman et all, 1984). Oleh karena itu,

keberlangsungan hidup suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang

diberikan oleh stakeholder (Lindawati dan Puspita, 2015).

Kekuatan yang dimiliki oleh stakeholder, akan mempengaruhi perusahaan

dalam pengungkapan informasi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini

disebabkan oleh pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan akan

digunakan oleh stakeholder untuk menjadi dasar strategi pengambilan keputusan.

Sistem tata kelola (corporate governance) digunakan oleh stakeholder untuk

memeriksa keadaan perusahaan atau ketika suatu kesalahan yang terjadi

diperusahaan, maka stakeholder akan menggunakan informasi dari sistem tata

kelola ini sebagai dasar pemeriksaan. (Freeman et all, 1984).

45
Good corporate governance (GCG) ini menjadi sangat penting bagi

stakeholder karena diharapkan dapat menambah dan memaksimalkan nilai

perusahaan. GCG diharapkan mampu mengusahakan keseimbangan antara

berbagai kepentingan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan secara

menyeluruh terhadap pertumbuhan perusahaan yang dinyatakan oleh pertumbuhan

total aset dimana pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas

yang akan datang dan pertumbuhan yang datang. Tingkat pertumbuhan

perusahaan akan menunjukkan seberapa jauh perusahaan akan menggunakan

sebagai sumber pembiayaannya. Tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya

menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya

keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan,

sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya

menggunakan hutang sebagai sumber pembiayannya karena penggunaan hutang

akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur

(Sriwardany, 2006). Tingkat pertumbuhan perusahaan tersebut akan berpengaruh

terhadap Nilai Perusahaan karena Nilai dari perusahaan bergantung pada

kemampuan menghasilkan arus kas dan juga bergantung pada karakteristik

operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil alih. sistem ini akan

mempengaruhi manajer perusahaan dalam berperilaku khususnya dalam

mengeksekusikan tanggung jawab mereka, sehingga manajer perusahaan akan

terus bekerja sesuai dengan pekerjaannya. Selanjutnya, manajer perusahaan akan

terus berusaha untuk menunjukkan kinerja yang baik dengan mempertahankan

kinerja perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan, dengan tujuan agar

mereka tidak kehilangan posisi mereka saat ini. Oleh karena itu, stakeholder akan

46
menilai adanya sistem corporate governance yang baik yang diterapkan oleh

perusahaan akan meningkatkan performa manajer perusahaan yang akan

meningkatkan nilai perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk bertumbuh

(Freeman et all, 1984).

Penelitian yang dilakukan oleh Bintara (2018) menunjukkan bahwa good

corporate governance mampu memperkuat secara signifikan hubungan growth

company terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H4: Good corporate governance mampu memperkuat hubungan growth

company terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan teori, hasil penelitian terdahulu dan penafsiran secara logika

yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dibangun kerangka berpikir seperti

terlihat pada gambar 2.1 berikut ini:

Enviromental
Performance H1
(X1)
Nilai
Perusahaan
(Y)
Growth H2
Company H3
(X2)
H4

Good Corporate
Governance
(Z)

Sumber: Syaifulhaq et al., (2020), Sukriyawati (2016), dan Retno (2017)

Gambar 2.1 Model Penelitian

47
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Bursa Efek Indonesia,

sedangkan objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa

Efek Indonesia tahun 2016-2019, dengan memperoleh data dari Bursa Efek

Indonesia atau situs www.idx.co.id.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa

orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada

didalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan

dengan masalah penelitian (Erlina, 2011). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2019 berdasarkan PROPER, yaitu

sebanyak 60 perusahaan.

3.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode purposive sampling. Dalam metode ini

pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat

berdasarkan perimbangan (judgment) atau berdasarkan kuota tertentu. Adapun

kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai

dengan tahun 2019

48
2. Perusahaan tersebut telah menerbitkan dan melaporkan laporan keuangan

yang telah di audit secara teratur dan lengkap selama periode amatan yakni

dari tahun 2016-2019.

3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam PROPER periode 2016–2019.

Dari kriteria tersebut, maka jumlah sampel untuk penelitian ini sebanyak 60

perusahaan manufaktur selama periode 2018 – 2019 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek


Indonesia dan Terdaftar Dalam PROPER Periode Tahun 2016-
2019
No Kode Nama Perusahaan
1 ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk
2 BWPT Eagle High Plantation Tbk
3 SGRO Sampoerna Agro Tbk
4 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk
5 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk
6 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk
7 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk
8 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
9 TINS Timah (Persero) Tbk
10 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
11 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk
12 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
13 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
14 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
15 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk
16 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk
17 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
18 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk
19 FPNI Lotte Chemical Titan Tbk
20 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
21 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
22 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
23 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
24 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
25 INRU Toba Pulp Lestari Tbk
26 SPMA Suparma Tbk
27 AUTO Astra Otoparts Tbk

49
28 BOLT Garuda Metalindo Tbk
29 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
30 INDS Indospring Tbk
31 ARGO Argo Pantes Tbk
32 BELL Trisula Textile Industries Tbk
33 CNTX Century Textile Industry (PS) Tbk
34 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk
35 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk
36 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
37 VOKS Voksel Electric Tbk
38 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
39 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
40 DLTA Delta Djakarta Tbk
41 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
42 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
43 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
44 SKBM Sekar Bumi Tbk
45 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk
46 GGRM Gudang Garam Tbk
47 HMSP HM Sampoerna Tbk
48 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
49 MERK Merck Tbk
50 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
51 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
52 KINO Kino Indonesia Tbk
53 MBTO Martina Berto Tbk
54 MRAT Mustika Ratu Tbk
55 UNVR Unilever Indonesia Tbk
56 CINT Chitose Internasional Tbk
57 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
58 LPCK Lippo Cikarang Tbk
59 AKRA AKR Corporindo Tbk
60 UNTR United Tractors Tbk

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

berhubungan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data yang

dikumpulkan secara langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya telah

dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada

50
masyarakat pengguna data. Data tersebut adalah data kuantitatif yang berwujud

angka-angka yang kemudian diolah dan diinterprestasikan untuk memperoleh

makna dari data tersebut. Penelitian ini menggunakan data historis yang diambil

selama kurun waktu tahun 2016-2019. Data-data tersebut diperoleh dari Bursa

Efek Indonesia dengan menggunakan beberapa media baik elektronik maupun

media tulis berupa website www.idx.co.id, maupun laporan bulanan dan tahunan

yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji

data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang

dipublikasikan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data yang

dikumpulkan adalah independen Environmental Performance dan Growth

Company, Terhadap Nilai Perusahaan dan Corporate Governance Sebagai

moderasi yang diperoleh dengan cara mengutip langsung maupun mengolah data

laporan keuangan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini terdapat

satu variabel dependen, dua variabel independen dan satu variabel moderasi.

Berikut penjelasan ketiga variabel tersebut:

A. Variabel Dependen

51
Variabel dependen adalah variabel yang tergantung dan dipengaruhi oleh

variabel lain (Kuncoro, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai Perusahaan

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai

perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon investor apabila

perusahaan tersebut dijual (Husnan,2007). Dalam penelitian ini nilai perusahaan

diproksikan dalam indikator variabel PBV.

a. PBV

PBV atau Price to Book Value, merupakan salah satu rasio pasar,

membandingkan antara harga saham perlembar dengan nilai buku ekuitas per

lembar saham (Husnan dan Pudjiastuti, 2015).

Harga Saham
PBV =
BV

B. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variaben dependen,

baik secara positif atau negative atau variabel yang tidak tergantung pada variabel

lainnya (Kuncoro, 2010). Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

1. Environmental Performance

Environmental Performance merupakan suatu kegiatan perusahaan untuk

menciptakan praktik hijau dan memulihkan pelestarian lingkungan (Bukit et al.,

2018).

Kriteria PROPER :

1 = Hitam 2 = Merah 3 = Biru 4 = Hijau 5= Emas

2. Growth Company

52
Growth Company merupakan pertumbuhan perusahaan yang menunjukkan

sejauh mana kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang dari salah

satu pertumbuhan aset perusahaan (Fajaria, 2018).

Penjualan t −Penjualan t−1


3Sales Growth =
Penjualan t −1

Keterangan :

Sales Growth = Pertumbuhan penjualan

t = Tahun sekarang

t–1 = Tahun sebelum tahun t

C. Variabel Pemoderasi

Variabel pemoderasi adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau

memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

(Ghozali, 2009). Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah:

1. Corporate Governance = Z sebagai variabel moderasi. Corporate

Governance adalah sebuah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan dan

pertanggung jawaban kepada pemilik perusahaan (Mukherjee & Sen, 2019).

X ij
CGPI j= X 100 %
nj

Dari penjelasan definisi operasional variabel diatas dapat diringkas ke

dalam suatu bentuk tabel definisi operasional variabel seperti pada Tabel 3.2

berikut:

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel


Skala
No Variabel Definisi Operasional Pengukuran
Pengukuran
1. Nilai Nilai perusahaan PBV =¿ Rasio

53
merupakan persepsi Harga pasar per saham
investor terhadap
tingkat keberhasilan
Nilai buku per lembar saham
perusahaan dan
Perusahaan
prospek perusahaan di
(Y)
masa depan yang
sering dikaitkan
dengan harga saham.
(Handayani, 2015) (Handayani, 2015)
Corporate Governance
adalah sebuah sistem
yang mengarahkan dan X ij
mengendalikan
CGPI j= X 100 %
nj
perusahaan untuk
mencapai
Corporate keseimbangan antara
2. Governance kekuatan kewenangan Rasio
(Z) dan
pertanggungjawaban
kepada pemilik
perusahaan
(Mukherjee & Sen,
(Mukherjee & Sen, 2019)
2019)
Environmental Kriteria PROPER :
Performance adalah 1= Hitam
suatu kegiatan
Environment 2= Merah
perusahaan untuk
3 al 3= Biru Ordinal
menciptakan praktik
Performance 4= Hijau
hijau dan memulihkan
(X1) 5= Emas
pelestarian
lingkungan.
(Bukit et al., 2018) (Bukit et al., 2018)
Growth Company
adalah pertumbuhan Sales Growth =
perusahaan yang
menunjukkan sejauh Penjualant −Penjualant−1
mana kemampuan Penjualant −1
Growth perusahaan untuk
4 Rasio
Company tumbuh dan
(X2) berkembang dari salah
satu pertumbuhan aset
perusahaan.
(Fajaria, 2018)
(Fajaria, 2018)

3.6 Metode Analisis Data

54
3.6.1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yangdilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan

minimum.Statistik deskriptif berguna untuk memberikan gambaran mengenai

distribusi dan perilaku data sampel tersebut (Ghozali, 2013).

3.6.2. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM

Structural Equation Modeling (SEM) atau model persamaan struktural dengan

menggunakan program PLS (Partial Least Square) untuk menguji hubungan antar

variabel. Structutal equation modeling (SEM) merupakan teknik statistik untuk

menguji dan memperkirakan hubungan kausal antara beberapa variabel

independen dan variabel dependen. Partial Least Square adalah pendekatan

berbasis komponen untuk pengujian model persamaan structural (SEM). PLS

digunakan untuk memudahkan estimasi parameter karena tidak mengasumsikan

adanya distribusi tertentu. Model evaluasi PLS berdasarkan pengukuran prediksi

yang mempunyai sifat non-parametrik. Kemudian dalam kondisi tertentu, PLS

bekerja dengan ukuran sampel yang relatif kecil (30 sampai 100), mengingat PLS

memiliki ukuran sampel data minimal 100 (Urbach & Ahlemann, 2010).

Keunggulan-keunggulan dari PLS menurut Abdillah & jogiyanto (2015)

adalah :

1. Mampu memodelkan banyak variabel dependen dan variabel independen

(model komplek).

2. Mampu mengelola masalah multikolinearitas antar variabel independen.

3. Hasil tetap kokoh walaupun terdapat data yang tidak normal dan hilang.

55
4. Menghasilkan variabel laten independen secara langsung berbasis cross-

product yang melibatkan variabel laten dependen sebagai kekuatan prediksi.

5. Dapat digunakan pada konstruk reflektif dan formatif.

6. Dapat digunakan pada sampel kecil.

7. Tidak mensyaratkan data berdistribusi normal.

8. Dapat digunakan pada data dengan tipe skala berbeda, yaitu: nominal, rasio,

ordinal, dan kontinus.

Terdapat beberapa alasan yang menjadi penyebab digunakan PLS dalam

suatu penelitian. Dalam penelitian ini alasan-alasan tersebut yaitu:

1. PLS (Partial Least Square) merupakan metode analisis data yang didasarkan

asumsi sampel tidak harus besar, yaitu jumlah sampel kurang dari 100 bisa

dilakukan analisis, dan residual distribution.

2. PLS (Partial Least Square) dapat digunakan untuk menganalisis teori yang

masih dikatakan lemah, karena PLS (Partial Least Square) dapat digunakan

untuk prediksi.

3. PLS (Partial Least Square) memungkinkan algoritma dengan menggunakan

analisis series ordinary least square (OLS) sehingga diperoleh efisiensi

perhitungan olgaritma.

4. Pada pendekatan PLS, diasumsikan bahwa semua ukuran variance dapat

digunakan untuk menjelaskan. PLS (Partial Least Square) menggunakan

metoda principle component analysis dalam model pengukuran, yaitu blok

ekstraksi varian untuk melihat hubungan indikator dengan konstruk latennya

dengan menghitung total varian yang terdiri atas varian umum (common

56
variance), varian spesifik (specific variance), dan varian error (error

variance). Sehinggan total varian menjadi tinggi. Terdapat tiga uji dalam

analisis PLS yaitu measurement model (outer model), structural model (inner

model) dan pengujian hipotesis (Ghozali, 2008):

3.6.2.1 Measurement Model (Outer model)

Pengujian ini digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel laten

dan indikator-indikator. Evaluasi model pengukuran (outer model / measurement

model) meliputi uji validitas convergent validity, discriminant validity, dan uji

reliabilitas composite reliability, namun pengujian tersebut dilakukan pada outer

model untuk indikator reflektif sedangkan pada penelitian ini menggunakan

indikator formatif yang pelaksanaan pengujiannya berbeda. Uji untuk indikator

formatif yaitu:

Tabel 3.3 Kriteria Evaluasi Structural Model


Pengujian Kriteria Keterangan
Model fit indices APC Average Path Coefficient (APC), p-value < 0,05
ARS Average R-Square (ARS), p-value < 0,05
AARS Average adjusted R-squared (AARS), p-value <
0,05
AVIF Average Variance Inflation Factor (AVIF) < 5
AFVIF Average full collinearity VIF (AFVIF) < 5
GoF TenenhausGoF (GoF): Small ≥ 0,1; Medium ≥
0,25; Large ≥ 0,36
SPR Sympson's paradox ratio (SPR)≥ 0,7
RSCR R-squared contribution ratio (RSCR)≥ 0,9
Model fit indices SSR Statistical suppression ratio (SSR) ≥ 0,7
NLBCDR Nonlinear bivariate causality direction ratio
(NLBCDR)≥ 0,7
Sumber: (Yamin & Kurniawan, 2011) dan Kock (2011).

3.6.2.2 Structural Model (Inner Model)

57
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat

hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian.

Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk

dependen, Stone-Geisser Q-square test untuk predictive relevance dan uji t serta

signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam menilai model

dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten

dependen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh

variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah

mempunyai pengaruh yang substantif.

3.6.2.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk membuktikan hipotesis diterima atau

ditolak dengan menggunakan tingkat alfa 5% (0,05), dengan kriterai apabila nilai

P-value < 0,05 maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen, demikian sebaliknya. Sedangkan untuk

melihat arah pengaruh dari masing-masing variable dengan melihat nilai koefisien

jalur (path coefficient). Apabila nilai koefisien jalur memiliki tanda positif, maka

dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh positif terhadap variabel

dependen, dan begitu juga sebaliknya.

58
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Bursa Efek Indonesia

Untuk mendapatkan gambaran tentang Bursa Efek Indonesia dan Objek

Penelitian dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah lahir jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman colonial Belanda dan

tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh

pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan Pemerintah Kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan

kekuasaan dari Pemerintah Kolonial kepada Pemerintah Republik Indonesia, dan

berbagai kondisi yang menyebabkan operasi Bursa Efek tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan

seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara

singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai

berikut:

59
1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia

oleh Pemerintah Hindia Belanda.

2. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

3. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa

Efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di

Semarang dan Surabaya ditutup.

5. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia

II.

6. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman

Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).

Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950).

7. 1956 : Program Nasionalisme perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin

tidak aktif.

8. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

9. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.

BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).

Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan

kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen

Cibinong sebagai emiten pertama.

10. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten

hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument

perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

60
11. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)

yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan

Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

12. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat

meningkat.

13. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola

oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan

organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

14. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paker Desember 88 (PAKDES

88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan

beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

15. 16 Juni 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawasan Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

16. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

17. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan

sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading System).

18. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang – Undang No. 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan

mulai Januari 1996.

19. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

20. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

61
21. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote

trading).

22. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta

(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.1.2 Struktur Pasar Modal Indonesia

Struktur Pasar Modal Indonesia telah diatur oleh UU No.8 Tahun 1995

tentang pasar Modal seperti pada Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Deskriptif Statistik

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum.

Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian yaitu environmental

performance, growth company, good corporate governance dan nilai perusahaan

dapat dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

62
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Min Max Mean Std. Deviation
PBV 240 -58,84 63,59 2,57 9,432255
EP 240 2,00 4,00 3,00 0,397955
GC 240 -1,00 2,12 0,09 0,248783
GCG 240 40,00 98,00 71,00 16,47293
Valid N (listwise) 240
Sumber: Hasil Olahan, 2020.

Hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.1 mengenai nilai perusahaan

(PBV) menunjukkan bahwa nilai minimum adalah -58,84, nilai maksimum

sebesar 63,59 dengan rata-rata nilai perusahaan dalam penelitian adalah sebesar

2,57 dan standar deviasi 9,432255. Nilai rata-rata masih jauh dari nilai maksimum

dan lebih mendekati nilai minimum menunjukkan bahwa banyaknya perusahaan

dalam penelitian ini yang memiliki nilai perusahaan yang cenderung rendah.

Perkembangan nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV)

pada sektor ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Perkembangan Seluruh Variabel Penelitian Pada Sektor


Manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2016 – 2019
Tahun 2016 2017 2018 2019
PBV 2,98 2,77 2,28 1,49
EP 3,00 3,00 3,00 3,00
GC 0,09 0,08 0,06 0,01
GCG 51,00 63,00 82,00 89,00
Sumber: Hasil Olahan, 2020.

Berdasarkan tabel 4.2, perkembangan nilai perusahaan pada sektor ini

mengalami penurunan yang terus menerus selama periode amatan dan pada tahun

2019 rata-rata nilai perusahaan perusahaan cenderung mendekat nilai 1 (satu)

yang menunjukkan bahwa adanya cenderungan penurunan prospek menunjuk

prospek yang kurang baik pada sektor ini dimasa yang akan datang yang

mencerminkan bahwa perusahaan-perusahaan didalam sektor ini kurang mampu

63
memberikan keuntungan yang besar bagi investor yang dapat menyebabkan

rendahnya tingkat kemakmuran pemegang saham.

Analisis statistik deskriptif mengenai environmental perfomance (EP) dari

tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai minimun pada variabel ini adalah 2, nilai

maksimumnya adalah 4 dan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 3. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai PROPER pada sektor ini cenderung berkisar dibawah

diangka 3 yang artinya masih banyak perusahaan pada sektor ini yang memiliki

peringkat biru dan merah.

Perkembangan environmental performance yang diukur dengan PROPER

pada sektor ini dapat dilihat pada tabel 4.2 yang menunjukkan bahwa rata-rata

nilai PROPER setiap tahunnya adalah sama yaitu 3 (tiga) artinya rata-rata

perusahaan berada pada peringkat biru dan tidak ada perkembangan yang

signifikan pada sektor ini untuk melakukan perbaikan kinerja lingkungannya.

Analisis statistik deskriptif mengenai growth company dari tabel 4.1

menunjukkan bahwa nilai minimun pada variabel ini adalah -1,00, nilai

maksimumnya adalah 2,12 dan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 0,09. Hal ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan yang terjadi pada sektor ini

cendurung rendah karena nilai rata-ratanya mendekati nilai minimum.

Perkembangan growth company pada sektor ini dapat dilihat pada tabel 4.2

menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan adanya kesulitan

bagi perusahaan untuk bertumbuh dan berkembang, bahkan pada tahun 2019

pertumbuhan perusahaan hanya berada pada 1%, turun secara signifikan dari

tahun sebelumnya yang memiliki pertumbuhan sebesar 6%.

64
Analisis statistik deskriptif mengenai good corporate governance dari

tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai minimun pada variabel ini adalah 40, nilai

maksimumnya adalah 98 dan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 71. Hal ini

menunjukkan bahwa pengungkapan tata kelola perusahaan pada sektor ini

cenderung belum maksimal. Ada 105 item pengungkapan dan rata-rata

perusahaan hanya mengungkapkan 71 item setiap tahunnya. Hal ini menandakan

bahwa masih terbatasnya informasi yang diterima pihak luar perusahaan mengenai

tata kelola perusahaan yang menyebabkan kurang menariknya perusahaan pada

sektor ini.

Perkembangan good corporate governance pada sektor ini dapat dilihat

pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengungkapan tata kelola perusahaan

cenderung mengalami peningkatkan setiap tahunnya walaupun masih belum

maksimal. Hal ini menandakan bahwa ada itikad yang baik dari perusahaan untuk

memberikan pertanggungjawabannya kepada stakeholder dan mulai terbuka akan

keadaan perusahaan pada pihak luar perusahaan. Tindakan ini akan mendorong

signal positif pasar mengenai keberlangsungan hidup perusahaan yang dapat

meningkatkan nilai perusahaan.

4.2.2 Hasil Analisis Partial Least Square (PLS)

4.2.2.1 Hasil Pengujian Measurement Model (Outer model)

Pengujian ini digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel

laten dan indikator-indikator. Evaluasi model pengukuran (outer

model/measurement model) dalam penelitian ini menggunakan pengujian Model

fit Indices dengan 10 kriteria, hasil pengujian sebagai berikut:

65
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Measurement Model (Outer model)
Model Fit and Quality Indices Indeks P-value Kriteria Keterangan
Average Path Coefficient (APC) 0,276 P<0,001 P < 0,05 Diterima
Average R-Squared (ARS) 0,727 P<0,001 P < 0,05 Diterima
Average Adjusted R-Squared (AARS) 0,722 P<0,001 P < 0,05 Diterima
≤ 5 dan
Average Block VIF (AVIF) 2,096 Diterima
idealnya ≤ 3,3
≤ 5 dan
Average Full Collinearity VIF (AFVIF) 3,271 Diterima
idealnya ≤ 3,3
Small ≥ 0,1;
TenenhausGoF (GoF) 0,853 Medium ≥ 0,25; Large
Large ≥ 0,36
Sympson's Paradox Ratio (SPR) 1,000 ≥ 0,7 Diterima
R-Squared Contribution Ratio (RSCR) 1,000 ≥ 0,9 Diterima
Statistical Suppression Ratio (SSR) 1,000 ≥ 0,7 Diterima
Nonlinear Bivariate Causality Direction
0,875 ≥ 0,7 Diterima
Ratio (NLBCDR)
Sumber: Hasil Olahan, 2020.

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui nilai Average Path Coefficient

(APC) sebesar 0,332 dengan p-value sebesar <0,001 lebih besar daripada 0,05,

Average R-Squared (ARS) sebesar 0,771 dengan p-value < 0,001 lebih besar

daripada 0,05 dan Average Adjusted R-Squared (AARS) sebesar 0,765 dengan p-

value < 0,001 lebih besar daripada 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model dalam

penelitian ini mempunyai fit yang baik.

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai Average Variance

Inflation Factor (AVIF) sebesar 2,096 lebih kecil daripada nilai 3,3 dan average

Full Collinearity Variance Inflation Factor (AFVIF) sebesar 3,271 lebih kecil

daripada nilai 3,3, maka hal ini dapat diartikan bahwa tidak ada masalah

multikolonieritas antar indikator dan antar variabel eksogen. Tabel 4.3 juga

menunjukkan bahwa Tenenhaus Goodness Of Fit sebesar 0,853 lebih besar dari

pada 0,36, artinya large yang menunjukkan bahwa kekuatan prediksi model

adalah besar atau fit model sangat baik.

66
Berdasarkan tabel 4.3, maka diketahui nilai indeks Symson’s Paradox

Ratio (SPR) sebesar 1,000 lebih besar daripada 0,70, artinya dapat diterima.

Kemudian nilai R-Squared Contribution Ratio (RSCR) sebesar 1,000 lebih besar

daripada 0,90 artinya dapat diterima. Nilai Statistical Suppression Ratio (SSR)

sebesar 1,000 lebih besar daripada 0,70 artinya dapat diterima. Lalu nilai

Nonlinear Bivariate Causality Direction Ratio (NLBCDR) sebesar 0,875 lebih

besar daripada 0,70 yang artinya dapat diterima. Indeks-indeks tersebut bermakna

bahwa tidak ada terjadi masalah kausalitas didalam model penelitian.

4.2.2.2 Hasil Penilaian Inner Model

Evaluasi model structural (inner model) dapat dievaluasi dengan

menggunakan R2 (R-Square) yang digunakan untuk mengukur tingkat variasi

perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R-Square yang

dihasilkan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pengujian R-Square (R2)

Adjusted R-
Struktur R-squared
squared

PBV 0,727 0,722

Sumber: Hasil Olahan, 2020.

Berdasarkan tabel 4.4, maka diperoleh nilai Adjusted R2 dengan variabel

dependen nilai perusahaan (PBV) sebesar 0,722 artinya sebesar 72,2% variabel

nilai perusahaan dipengaruhi oleh enviromental performance, growth company

dan good corporate governance sebagai pemoderasi serta sisanya sebesar 27,8%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis

67
4.3.1 Pengujian Koefisien Jalur Pengaruh Langsung

Pengujian hipotesis dan koefisien jalur pengaruh langsung antara variabel

independen dan variabel dependen dapat dilihat dari nilai koefisien jalur dan titik

kritis yang signifikan pada tingkat alfa 5% (0,05). Hasli pengujian langsung dapat

dilihat pada gambar 3.1

Sumber: Hasil Olahan, 2020

Gambar 4.2 Model Struktural Penelitian

Secara sederhana, hasil pengujian pengaruh langsung dapat dilihat pada

tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.5. Hasil Pengujian


Path
P
Hipotesis Coefficient Keputusan
Value
s
Envi. Performance → Nilai Perusahaan 0,11 0,004 Berpengaruh
Growth → Nilai Perusahaan 0,27 <0,01 Berpengaruh
GCG → Envi. Performance → Nilai Perusahaan 0,47 <0,01 Berpengaruh
GCG → Growth → Nilai Perusahaan 0,25 <0,01 Berpengaruh
Sumber: Hasil Olahan, 2020.

4.3.1.1 Pengaruh Enviromental Performance Terhadap Nilai Perusahaan

68
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai path coefficients sebesar 0,11 dan

nilai p-value (0,004) lebih kecil daripada tingkat alfa 5% (0,05), yang artinya

enviromental performance berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis pertama (H1) yang diajukan dalam

penelitian diterima.

4.3.1.2 Pengaruh Growth Company Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai nilai path coefficients sebesar 0,27

dan nilai p-value (<0,01) lebih kecil daripada tingkat alfa 5% (0,05), yang artinya

growth company berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Oleh karena itu, hipotesis kedua (H2) yang diajukan dalam penelitian diterima.

4.3.1.3 Pengaruh Good Corporate Governance Dalam Memoderasi

Hubungan Enviromental Performance Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai path coefficients sebesar 0,47 dan

nilai p-value (<0,01) lebih kecil daripada tingkat alfa 5% (0,05), yang artinya

good corporate governance mampu memperkuat hubungan enviromental

performance terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis ketiga (H 3)

yang diajukan dalam penelitian diterima.

4.3.1.4 Pengaruh Good Corporate Governance Dalam Memoderasi

Hubungan Growth Company Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai path coefficients sebesar 0,25 dan

nilai p-value (<0,01) lebih kecil daripada tingkat alfa 5% (0,05), yang artinya

good corporate governance mampu memperkuat hubungan growth company

terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis ketiga (H4) yang diajukan

dalam penelitian diterima.

69
70
4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh Environmental Performance Terhadap Nilai Perusahaan

Hasil penelitian ditemukan bahwa environmental performance

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan karena semakin baik

kinerja lingkungan suatu perusahaan menandakan bahwa perusahaan ini

memberikan perhatiannya bukan saja pada keuntungan sendiri namun kepada

lingkungan dan masyarakat sekitar, hal ini akan memberikan kesan yang positif

kepada investor dan akan meningkatkan nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini didukung oleh legitimacy theory yang menjelaskan

bahwa aktivitas pengelolaan lingkungan menjadi salah satu sebuah bentuk

perhatian perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan dalam upaya

mendapatkan legitimasi dari masyarakat, sehingga dengan adanya legitimasi ini

image perusahaan di mata masyarakat dan pemegang saham semakin baik

yang berdampak terhadap meningkatnya nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini juga selaras dengan hasil analisis deskriptif yang

menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan pada sektor manufaktur ini memiliki

nilai PROPER yang setiap tahunnya adalah sama yaitu 3 (tiga) artinya rata-rata

perusahaan berada pada peringkat biru dan tidak ada perkembangan yang

signifikan pada sektor ini untuk melakukan perbaikan kinerja lingkungannya,

selaras dengan terjadinya penurunan nilai perusahaan setiap tahunnya. Hal ini

menandakan bahwa adanya hubungan yang positif antara environmental

performance dan nilai perusahaan. Tidak adanya perkembangan yang baik pada

nilai PROPER mengakibatkan investor menilai perusahaan kurang aman untuk

71
dijadikan sebagai tempat berinvestasi yang menyebabkan turunnya nilai

perusahaan.

Perusahaan pada sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia masih belum

memberikan perhatiannya kepada lingkungannya yang tercermin dari adanya nilai

PROPER yang masih belum maksimal, dengan peringkat yang masih berada

disekitar biru, merah dan hitam. Masih terdapat beberapa kasus saat ini bahwa

perusahaan-perusahaan ini masih melanggar peraturan pemerintah mengenai

lingkungan, seperti membuang limbah pabrik sembarangan, tidak memperhatikan

keadaan masyarakat sekitar dan tidak melakukan penanaman ulang. Hal ini

menyebabkan kurang legitimate perusahaan pada sektor ini.

Perusahaan dituntut agar dalam menjalankan kegiatan usaha tidak hanya

berfokus kepada mencari keuntungan yang besar tetapi turut serta memperhatikan

keadaan lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan dapat memberikan citra dan

dampak bagi masyarakat serta kemajuan suatu perusahaan. Apabila perusahaan

memperhatikan kepedulian lingkungan yang baik maka masyarakat dan para

investor akan memberikan dampak positif yang berakibat pada meningkatnya

nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Ardani (2018) dan Budiharjo

(2019) yang menunjukkan bahwa environmental performance berpengaruh positif

dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

4.4.2 Pengaruh Growth Company Terhadap Nilai Perusahaan

Hasil penelitian ditemukan bahwa growth company berpengaruh positif

dan signifikan terhadap nilai perusahan karena semakin besar peluang untuk

bertumbuh dimasa yang akan datang menandakan bahwa adanya prospek yang

72
baik yang dapat memberikan keuntungan bagi stakeholder, kemudian hal ini akan

menjadi signal yang positif bagi pasar bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan

yang baik yang akan berdampak pada nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini didukung oleh signalling theory yang menjelaskan

bahwa perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan,

terkhusus para investor yang akan melakukan investasi. Sinyal ini dapat berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan keinginan pemilik perusahaan atau investor. Apabila sinyal

tersebut berupaa sinyal positif maka investor akan merespon dengan baik

sehingga dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini juga selaras dengan hasil analisis deskriptif yang

menunjukkan adanya hubungan yang positif antara growth company dan nilai

perusahan. Perkembangan pertumbuhan perusahaan selama periode amatan

mengalami penuruan yang terus menerus bahkan pada tahun 2019, pertumbuhan

rata-rata perusahaan pada sektor manufaktur hanya berkisar 1%, ini selaras

dengan adanya penurunan nilai perusahaan pada periode amatan yang sama. Hal

ini menandakan bahwa pasar merespon sinyal yang dikeluarkan perusahaan yaitu

adanya pertumbuhan yang tidak pesat yang mengakibatkan investor memilih

perusahaan lain dan terjadinya penurunan nilai perusahaan.

Adanya perkembangan pertumbuhan perusahaan yang menurun pada

perusahaan di sektor manufaktur ini juga menandakan adanya penurunan

pendapatan yang menyebabkan penurunan keuntungan yang dibagikan kepada

stakeholder. Keadaan membuat stakeholder mencari perusahaan lain yang dapat

memberikan keuntungan yang lebih besar dan perusahaan pada sektor ini akan

73
mengalami penurunan harga saham akbiat kurangnya permintaan dan penawaran

atas saham perusahaan dan juga dapat menyebabkan perusahaan kekurangan dana

untuk melakukan kegiatan operasional dan ekspansi sehingga akan berdampak

pada nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Fajaria (2018) dan Putri (2020)

menunjukkan bahwa growth company berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

4.4.3 Pengaruh Good Corporate Governance Yang Mampu Memperkuat

Hubungan Environmental Performance Terhadap Nilai Perusahaan

Hasil penelitian ditemukan bahwa good corporate governance yang

mampu memperkuat hubungan environmental performance terhadap nilai

perusahaan karena adanya pengungkapan corporate governance yang baik

menunjukkan bahwa perusahaan bertanggungjawab, transparan dan wajar dalam

kegiatannya sehingga akan memperkuat kinerja lingkungan yang baik dalam

mempengaruhi nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini didukung oleh agency theory menjelaskan bahwa

adanya hubungan antara principial dan agent, dimana agent diminta untuk

melakukan semua kegiatan atas nama prinsipials yang melibatkan pendelegasian

beberapa pengambilan keputusan yang dapat menyebabkan ketimpangan

informasi. Principal akan mencoba mengurangi asimetri informasi dengan

memasang sebuah sistem informasi dan mengawasi agents, salah satu sistem

informasi dan pengawasan tersebut adalah dengan pengungkapan good corporate

governance. Semakin banyak informasi yang dikeluarkan perusahaan akan

meningkat persepsi investor yang lebih baik yang menyebabkan investor semakin

74
memiliki pandangan yang baik terhadap perusahaan maka ini akan meningkatkan

nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh adanya hasil analisis deskriptif

yang menunjukkan bahwa adanya kemampuan corporate governance dalam

memperkuat hubungan antara environmental performance terhadap nilai

perusahaan. Perkembangan pengungkapan good corporate governance yang

belum maksimal dan didorangn dengan masih rendahnya peringkat PROPER pada

perusahaan di sektor manufaktur ini selaras dengan perkembangan nilai

perusahaan selama periode amatan yang terus mengalami penurunan.

Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia harus mampu

memberikan perhatiannya kepada tata kelola perusahaan yang baik karena apabila

investor semakin percaya kepada perusahaan akibat adanya informasi yang

diterima melalui pengungkapan corporate governance yang baik, serta perusahaan

tidak hanya berfokus kepada mencari keuntungan yang besar tetapi turut serta

memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, maka dapat memberikan citra dan

dampak positif kepada masyarakat serta kemajuan perusahaan.

Adanya kemajuan pada perusahaan akan menarik perhatian investor dan

terus menginvestasikan dananya kepada perusahaan, akibatnya perusahaan akan

memiliki dana yang cukup untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya serta

meningkatkan kinerja lingkungan yang baik. Hal ini akan berdampak pada kinerja

dan nilai perusahaan yang semakin baik.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Retno (2017) dan Hardiningsih et

al., (2018) menunjukkan bahwa good corporate governance mampu memperkuat

hubungan environmental performance terhadap nilai perusahaan.

75
4.4.4 Pengaruh Good Corporate Governance Yang Mampu Memperkuat

Hubungan Growth Company Terhadap Nilai Perusahaan

Hasil penelitian ditemukan bahwa good corporate governance yang

mampu memperkuat hubungan growth company terhadap nilai perusahaan karena

dengan adanya pengelolan tata perusahaan yang baik akan mencerminkan bahwa

perusahaan dapat dipercaya sehingga stakeholder akan merasa nyaman dan aman

untuk berinvestasi, maka ini dapat mendukung peran pertumbuhan perusahaan

dalam meningkatkan nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini didukung oleh stakeholder theory yang menjelaskan

bahwa keberlangsungan hidup suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh

dukungan yang diberikan oleh stakeholder. Kekuatan yang dimiliki oleh

stakeholder akan mempengaruhi perusahaan dalam pengungkapan informasi yang

akan dikeluarkan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan oleh pengungkapan

informasi yang dilakukan oleh perusahaan akan digunakan oleh stakeholder untuk

menjadi dasar strategi pengambilan keputusan. Sistem tata kelola (corporate

governance) digunakan oleh stakeholder untuk memeriksa keadaan perusahaan

atau ketika suatu kesalahan yang terjadi diperusahaan, maka stakeholder akan

menggunakan informasi dari sistem tata kelola ini sebagai dasar pemeriksaan.

Hasil penelitian ini juga selaras dengan hasil analisis deskriptif yang

menunjukkan bahwa kurang maksimalnya penggungkapan corporate governance

selama periode amatan dan tidak adanya perkembangan pertumbuhan perusahaan

selama periode amatan, dimana selama periode tersebut pertumbuhan perusahaan

terus mengalami penuruan, menyebabkan penurunan nilai perusahaan pada

periode amatan yang sama. Hal ini menandakan bahwa pasar merespon sinyal

76
yang dikeluarkan perusahaan yaitu adanya pertumbuhan yang tidak pesat dan

didukung oleh kurangnya informasi yang diterima oleh investor mengakibatkan

investor memilih perusahaan lain dan terjadinya penurunan nilai perusahaan. Oleh

karena itu, good corporate governance yang mampu memperkuat hubungan

growth company terhadap nilai perusahaan

Perusahaan pada sektor manufaktur ini harus memberikan perhatiannya

pada pelaksanaan dan pengungkapan good corporate governance, karena sistem

ini menjadi sangat penting bagi stakeholder. Bagi stakeholder adanya

pengungkapan good corporate governance akan dapat menambah informasi

sekaligus menjadi pengawasan bagi mereka sehingga mempengaruhi pengambilan

keputusan. Adanya pengungkapan corporate governance yang baik pada

perusahaan di sektor ini dan didukung dengan adanya pertumbuhan perusahaan,

dimana pertumbuhan ini menunjukkan adanya prospek yang baik dimasa

mendatang dan akan memberikan dampak positif kepada nilai perusahaan. Oleh

karena itu, adanya good corporate governance dapat memperkuat hubungan

growth company dan nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Bintara (2018) menunjukkan bahwa good

corporate governance mampu memperkuat secara signifikan hubungan growth

company terhadap nilai perusahaan.

77
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa environmental performance

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan karena

semakin baik kinerja lingkungan suatu perusahaan menandakan bahwa

perusahaan ini memberikan perhatiannya bukan saja pada keuntungan

sendiri namun kepada lingkungan dan masyarakat sekitar, hal ini akan

memberikan kesan yang positif kepada investor dan akan meningkatkan

nilai perusahaan.

2) Hasil penelitian ditemukan bahwa growth company berpengaruh positif

dan signifikan terhadap nilai perusahan karena semakin besar peluang

untuk bertumbuh dimasa yang akan datang menandakan bahwa adanya

prospek yang baik yang dapat memberikan keuntungan bagi stakeholder,

kemudian hal ini akan menjadi signal yang positif bagi pasar bahwa

perusahaan memiliki pertumbuhan yang baik yang akan berdampak pada

nilai perusahaan.

3) Hasil penelitian ditemukan bahwa good corporate governance yang

mampu memperkuat hubungan environmental performance terhadap nilai

perusahaan karena adanya pengungkapan corporate governance yang baik

menunjukkan bahwa perusahaan bertanggungjawab, transparan dan wajar

78
dalam kegiatannya sehingga akan memperkuat kinerja lingkungan yang

baik dalam mempengaruhi nilai perusahaan.

4) Hasil penelitian ditemukan bahwa good corporate governance yang

mampu memperkuat hubungan growth company terhadap nilai perusahaan

karena dengan adanya pengelolan tata perusahaan yang baik akan

mencerminkan bahwa perusahaan dapat dipercaya sehingga stakeholder

akan merasa nyaman dan aman untuk berinvestasi, maka ini dapat

mendukung peran pertumbuhan perusahaan dalam meningkatkan nilai

perusahaan.

5.2. Keterbatasan

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

1) Penelitian ini hanya menggunakan environmental performance dan growth

company dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

perusahaan dan menggunakan variabel pemoderasi yaitu good corporate

governance yang hanya terbatas pada melihat kemampuan variabel

tersebut dalam memperkuat dan memperlembah hubungan variabel

independen dan variabel dependen. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya

dapat menggunakan variabel lainnya dan dapat menerapkan variabel

intervening maupun variabel kontrol dalam penelitian.

2) Penelitian ini juga berfokus pada sektor manufaktur dalam menilai kinerja

lingkungan. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat menggunakan

objek penelitian lainnya seperti pada perusahaan jasa sehingga dapat

memberikan hasil yang lebih menarik dan berbeda.

79
5.3. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan diatas maka

dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1) Perusahaan pada sektor manufaktur diharapkan dapat secara maksimal

mempertahankan atau meningkatkan pengelolan kinerja lingkungannya

agar semakin legitimate yang dapat memperkuat posisi perusahaan, seperti

tetap menerapkan dan menjelankan peraturan pemerintah, memberikan

perhatian kepada masyarakat ditempat perusahaan/pabrik berada sehingga

dapat meningkatkan nilai perusahaan.

2) Perusahaan pada sektor manufaktur diharapkan dapat meningkatkan

pertumbuhan perusahaannya, seperti menekan biaya berlebih dan fokus

mengarahkan kepada inovasi produk sehingga penjualan meningkat dan

biaya lebih efektif, agar dapat memberikan sinyal yang baik kepada pasar

dan membuka peluang besar kepada perusahaan untuk berkembang dan

dapat meningkatkan nilai perusahaan.

3) Perusahaan pada sektor manufaktur diharapkan dapat memperhatikan

informasi, menjaga informasi yang dikeluarkan dan semakin terbuka

dalam pengungkapan informasinya seperti pada pengungkapan corporate

governance, sehingga pasar dapat menentukan keputusannya melalui

informasi yang diberikan yang berdampak pada nilai perusahaan.

4) Bagi calon investor, investor maupun kreditur diharapkan untuk

mempertimbangkan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dengan

menilai kinerja lingkungan perusahaan dan pertumbuhan perusahaan serta

80
keterbukaan informasinya sebelum menanamkan modalnya dan

bekerjasama dengan suatu perusahaan sehingga tidak mengalami kerugian

dimasa yang akan datang.

5) Bursa Efek Indonesia diharapkan dapat memantau aktivitas perdagangan

dan publikasi perusahaan agar dapat memberikan informasi yang baik dan

benar kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga dapat

memberikan dampak positif bagi perusahaan dan investor di Indonesia.

6) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan

pedoman bagi dunia akademik dan peneliti selanjutnya untuk menambah

wawasan dan pengetahuan mengenai variabel-variabel yang diteliti.

81
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, W., & jogiyanto. (2015). Metode Penelitian Bisnis.


Amouzesh, N., Moenifar, Z., & Mousavi, Z. (2011). Sustainable Growth Rate and
Firm Performance: Evidence From Iran Stock Exchange. International
Journal of Business and Social Science, 2(23), 249–255.
Ardani, W. (2018). Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Good Corporate
Governance Sebagai Variabel Moderating. Universitas Islam Sultan Agung.
Bintara, R. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Dan Struktur
Modal Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance
Sebagai Variabel Pemoderasi. Profita: Komunikasi Ilmiah Akuntansi Dan
Perpajakan, 11(2), 306–328.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Budiharjo, R. (2019). The Effect of Environmental Performance on Financial
Performance and Firm Value. International Journal of Academic Research in
Accounting, Finance and Management Sciences, 9(2), 65–73.
https://doi.org/10.15843/kpapr.32.4.2018.12.33
Bukit, R. B., Haryanto, B., & Ginting, P. (2018). Environmental performance,
profitability, asset utilization, debt monitoring and firm value. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 122(1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/122/1/012137
Dewi, I. A. P. T., & Sujana, I. K. (2019). Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan
Penjualan, dan Risiko Bisnis Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal
Akuntansi, 26, 85. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v26.i01.p04
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy
of Management Review, 14(1), 57–74.
https://doi.org/10.1002/9781118266298.ch7
Endri, E., & Fathony, M. (2020). Determinants of firm’s value: Evidence from
financial industry. Management Science Letters, 10(1), 111–120.
https://doi.org/10.5267/j.msl.2019.8.011
Fajaria, A. Z. (2018). The Effect of Profitability, Liquidity, Leverage and Firm
Growth of Firm Value with its Dividend Policy as a Moderating Variable.
International Journal of Managerial Studies and Research, 6(10), 55–69.
https://doi.org/10.20431/2349-0349.0610005
Gorenak, M., & Kosir, S. (2012). The Importance of Organizational Values for
Organization. Management, Knowledge and Learning International
Conference 2012, January 2012, 563–569. http://issbs.si/press/ISBN/978-
961-6813-10-5/papers/ML12_117.pdf

82
Handayani, I. (2015). Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Katalogis,
3(9), 21–30.
Harahap, R. (2019). Pengaruh Profitabilitas , Growth Opportunity Dan Stuktur
Modal Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017. 11(1), 175–187.
Hardiningsih, P., Fatmawati, T., & Srimindarti, C. (2018). Kontijensi Good
Corporate Governance Dalam Determinan Nilai Perusahaan. Prosiding
SENDI_U, 4(2015), 608–615.
Huang, P., & Zhang, Y. (2012). Does enhanced disclosure really reduce agency
costs? Evidence from the diversion of corporate resources. Accounting
Review, 87(1), 199–229. https://doi.org/10.2308/accr-10160
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial.
Journal of Financial Economics, 3, 305–360.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/0304-405X(76)90026-X
Latief, A. (2019). Corporate Governance dan Pengaruhnya terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 20(1), 106–
122. https://doi.org/10.32505/v4i2.1258
Mahardhika, B. W., & Roosmawarni, A. (2016). Analisis Karakteristik
Perusahaan Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-
2014. Balance Journal, 8(2), 23–47.
Menlhk. (2019). PROPOER. Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan.
Mukherjee, T., & Sen, S. S. (2019). Impact of Corporate Governance on
Corporate Sustainable Growth. International Research Journal Of Business
Studies, 12(2), 167–184. https://doi.org/10.9790/487x-1330105
Novika, S. (2020). Industri Manufaktur Kian Merosot, Bagaimana
Mendongkraknya? Www.Detik Finance.Com.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4887147/industri-
manufaktur-kian-merosot-bagaimana-mendongkraknya
Prasetyorini, B. F. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Manajemen, 1(1),
183–196.
Pratiwi, M., & Setyoningsih, S. (2017). Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Disclosure
Sebagai Variabel Intervening. Media Riset Akuntansi, 4(2), Hal. 24-46.
Purwohandoko. (2017). The Influence of Firm’s Size, Growth, and Profitability
on Firm Value with Capital Structure as the Mediator: A Study on the
Agricultural Firms Listed in the Indonesian Stock Exchange. International

83
Journal of Economics and Finance, 9(8), 103.
https://doi.org/10.5539/ijef.v9n8p103
Putri, I. G. A. P. T. (2020). Effect of capital structure and sales growth on firm
value with profitability as mediation. International Research Journal of
Management, IT and Social Sciences, 7(1), 145–155.
https://doi.org/10.21744/irjmis.v7n1.833
Retno, D. (2017). Pengaruh Csr Dan Environmental Performance Terhadap Nilai
Perusahaan dengan GCG variabel moderating. 6(November), 1–24.
Sabrin, Sarita, B., Takdir, D., & Sujono. (2016). The Effect of Profitability on
Firm Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange. The
International Journal Of Engineering And Science (IJES), 5(10), 81–89.
https://doi.org/10.32400/ja.24759.8.2.2019.85-90
Salvatore, D. (2005). Managerial Economics 5th Edition (P. Wuriarti (ed.); 5th
ed.). Salemba Empat.
Shapiro, S. P. (2005). Agency Theory. Annual Review of Sociology, 31(1), 263–
284. https://doi.org/10.1146/annurev.soc.31.041304.122159
Steblyanskaya, A., Wang, Z., Ryabova, E. V., & Razmanova, S. V. (2019).
Russian gas companies’ financial strategy considering sustainable growth.
Economy of Region, 15(1), 231–241. https://doi.org/10.17059/2019-1-18
suarariau.co. (2020). Evaluasi Ketaatan 2.045 Perusahaan Terkait Peraturan
Lingkungan Hidup, Ini Hasilnya. Www.Suara Riau.Co.
http://suarariau.co/baca/berita/1578483884pemerintah-evaluasi-ketaatan-2-
045-perusahaan-terkait-peraturan-lingkungan-hidup-ini-hasilnya
Sukriyawati, N. (2016). Pengaruh Struktur Modal Dan Pertumbuhan Perusahaan
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai
Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi Manajerial, 1(2), 71–82.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Syafitri, T., Nuzula, N. F., & Nurlailty, F. (2018). Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Nilai Perusahaan ( Studi pada perusahaan industri sub
sektor logam dan Sejenisnya yang terdaftar di bei periode 2012-2016 ).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 56(1), 118–126.
Syaifulhaq, M. D. H., Herwany, A., & Layyinaturrobaniyah. (2020). Capital
Structure and Firm ’ s Growth in Relations to Firm Value at Oil and Gas
Companies Listed in Indonesia Stock Exchange. Journal of Accounting
Auditing and Business, 3(1), 14–28.

84
LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek


Indonesia Periode Tahun 2016-2019
No Kode Nama Perusahaan
1 BISI Bisi International Tbk.
2 AALI Astra Agro Lestari Tbk.
3 ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk.
4 BWPT Eagle High Plantation Tbk.
5 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk.
6 GOLL Golden Plantation Tbk.
7 GZCO Gozco Plantations Tbk.
8 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk.
9 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk.
10 MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk.
11 PALM Provident Agro Tbk.
12 SGRO Sampoerna Agro Tbk.
13 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk.
14 SMAR SMART Tbk.
15 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk.
16 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk.
17 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk.
18 DSFI Dharma Samudera Fishing Industries Tbk.
19 ADRO Adaro Energy Tbk.
20 ARII Atlas Resources Tbk
21 ATPK Bara Jaya Internasional Tbk.
22 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk.
23 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk.
24 BUMI Bumi Resources Tbk.
25 BYAN Bayan Resources Tbk.
26 DEWA Darma Henwa Tbk.
27 DOID Delta Dunia Makmur Tbk.
28 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk.
29 GEMS Golden Energy Mines Tbk.
30 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk.
31 HRUM Harum Energy Tbk.
32 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.
33 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk.
34 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk.

85
35 MYOH Samindo Resources Tbk.
36 PTRO Petrosea Tbk.
37 SMMT Golden Eagle Energy Tbk.
38 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk.
39 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk.
40 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk.
41 ELSA Elnusa Tbk.
42 ENRG Energi Mega Persada Tbk.
43 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk.
44 MEDC Medco Energi Internasional Tbk.
45 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk.
46 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk.
47 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk.
48 CITA Cita Mineral Investindo Tbk.
49 CKRA Cakra Mineral Tbk.
50 DKFT Central Omega Resources Tbk.
51 INCO Vale Indonesia Tbk.
52 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk.
53 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk.
54 TINS Timah (Persero) Tbk.
55 CTTH Citatah Tbk.
56 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
57 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk.
58 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.
59 WSBP Waskita Beton Precast Tbk.
60 WTON Wijaya Karya Beton Tbk.
61 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk.
62 ARNA Arwana Citramulia Tbk.
63 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk.
64 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.
65 MLIA Mulia Industrindo Tbk.
66 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
67 ALKA Alakasa Industrindo Tbk.
68 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk.
69 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk.
70 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.
71 CTBN Citra Tubindo Tbk.
72 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
73 INAI Indal Aluminium Industry Tbk.
74 ISSP Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk.

86
75 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk.
76 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk.
77 LION Lion Metal Works Tbk.
78 LMSH Lionmesh Prima Tbk.
79 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk.
80 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk.
81 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk.
82 AGII Aneka Gas Industri Tbk.
83 BRPT Barito Pacific Tbk.
84 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
85 EKAD Ekadharma International Tbk.
86 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk.
87 INCI Intanwijaya Internasional Tbk.
88 SRSN Indo Acidatama Tbk.
89 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk.
90 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk.
91 APLI Asiaplast Industries Tbk.
92 BRNA Berlina Tbk.
93 FPNI Lotte Chemical Titan Tbk.
94 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk.
95 IMPC Impack Pratama Industri Tbk.
96 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk.
97 TALF Tunas Alfin Tbk.
98 TRST Trias Sentosa Tbk.
99 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk.
100 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
101 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
102 MAIN Malindo Feedmill Tbk.
103 SIPD Sierad Produce Tbk.
104 SULI SLJ Global Tbk.
105 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk.
106 ALDO Alkindo Naratama Tbk
107 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk.
108 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
109 INRU Toba Pulp Lestari Tbk.
110 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk.
111 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk.
112 SPMA Suparma Tbk.
113 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk.
114 AMIN Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk.

87
115 KRAH Grand Kartech Tbk.
116 ASII Astra International Tbk.
117 AUTO Astra Otoparts Tbk.
118 BOLT Garuda Metalindo Tbk.
119 BRAM Indo Kordsa Tbk.
120 GDYR Goodyear Indonesia Tbk.
121 GJTL Gajah Tunggal Tbk.
122 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk.
123 INDS Indospring Tbk.
124 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk.
125 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk.
126 NIPS Nipress Tbk.
127 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk.
128 SMSM Selamat Sempurna Tbk.
129 ARGO Argo Pantes Tbk.
130 BELL Trisula Textile Industries Tbk.
131 CNTX Century Textile Industry (PS) Tbk.
132 ERTX Eratex Djaja Tbk.
134 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk.
135 HDTX Panasia Indo Resources Tbk.
136 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk.
137 MYTX Asia Pacific Investama Tbk.
138 PBRX Pan Brothers Tbk.
139 POLY Asia Pacific Fibers Tbk.
140 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk.
141 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk.
142 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk.
143 STAR Star Petrochem Tbk.
144 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk.
145 TRIS Trisula International Tbk.
146 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk.
147 BATA Sepatu Bata Tbk.
148 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
149 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk.
150 JECC Jembo Cable Company Tbk.
151 KBLI KMI Wire and Cable Tbk.
152 KBLM Kabelindo Murni Tbk.
153 SCCO Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk.
154 VOKS Voksel Electric Tbk.
155 PTSN Sat Nusapersada Tbk.

88
156 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
157 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk.
158 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
159 DLTA Delta Djakarta Tbk.
160 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
161 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
162 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
163 MYOR Mayora Indah Tbk.
164 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk.
165 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.
166 SKBM Sekar Bumi Tbk.
167 SKLT Sekar Laut Tbk.
168 STTP Siantar Top Tbk.
169 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
170 GGRM Gudang Garam Tbk.
171 HMSP HM Sampoerna Tbk.
172 RMBA Bentoel Internasional Investama Tbk.
173 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk.
174 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk.
175 INAF Indofarma (Persero) Tbk.
176 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk.
177 KLBF Kalbe Farma Tbk.
178 MERK Merck Tbk.
179 PYFA Pyridam Farma Tbk.
180 SCPI Merck Sharp Dohme Pharma Tbk.
181 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
182 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.
183 KINO Kino Indonesia Tbk.
184 MBTO Martina Berto Tbk.
185 MRAT Mustika Ratu Tbk.
186 TCID Mandom Indonesia Tbk.
187 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
188 CINT Chitose Internasional Tbk.
189 KICI Kedaung Indah Can Tbk.
190 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk.
191 APLN Agung Podomoro Land Tbk.
192 ASRI Alam Sutera Realty Tbk.
193 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk.
194 BCIP Bumi Citra Permai Tbk.
195 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk.
196 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk.

89
197 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
198 BKDP Bukit Darmo Property Tbk.
199 BKSL Sentul City Tbk.
200 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk.
201 COWL Cowell Development Tbk.
202 CTRA Ciputra Development Tbk.
203 DART Duta Anggada Realty Tbk.
204 DMAS Puradelta Lestari Tbk.
205 DUTI Duta Pertiwi Tbk.
206 ELTY Bakrieland Development Tbk.
207 EMDE Megapolitan Developments Tbk.
208 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk.
209 GAMA Gading Development Tbk.
210 GMTD Gowa Makassar Tourism Development Tbk.
211 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk.
212 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk.
213 JRPT Jaya Real Property Tbk.
214 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk.
215 LCGP Eureka Prima Jakarta Tbk.
216 LPCK Lippo Cikarang Tbk.
217 LPKR Lippo Karawaci Tbk.
218 MDLN Modernland Realty Tbk.
219 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk.
220 MMLP Mega Manunggal Property Tbk.
221 MTLA Metropolitan Land Tbk.
222 MTSM Metro Realty Tbk.
223 MORE Indonesia Prima Property Tbk.
224 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk.
225 PPRO PP Properti Tbk.
226 PWON Pakuwon Jati Tbk.
227 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
228 RDTX Roda Vivatex Tbk.
229 RODA Pikko Land Development Tbk.
230 SCBD Danayasa Arthatama Tbk.
231 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
232 SMRA Summarecon Agung Tbk.
233 ACST Acset Indonesia Tbk
234 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk.
235 DGIK Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk.
236 IDPR Indonesia Pondasi Raya Tbk.

90
237 JKON Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.
238 MTRA Mitra Pemuda Tbk.
239 NRCA Nusa Raya Cipta Tbk.
240 PBSA Paramita Bangun Sarana Tbk.
241 PTPP PP (Persero) Tbk.
242 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk.
243 TOPS Totalindo Eka Persada Tbk.
244 TOTL Total Bangun Persada Tbk.
245 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk.
246 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk.
247 KOPI Mitra Energi Persada Tbk.
248 LAPD Leyand International Tbk.
249 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
250 RAJA Rukun Raharja Tbk.
251 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.
252 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.
253 META Nusantara Infrastructure Tbk.
254 BTEL Bakrie Telecom Tbk.
255 EXCL XL Axiata Tbk.
256 FREN Smartfren Telecom Tbk.
257 ISAT Indosat Tbk.
258 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
259 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.
260 ASSA Adi Sarana Armada Tbk.
261 BBRM Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk.
262 BIRD Blue Bird Tbk.
263 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk.
264 CANI Capitol Nusantara Indonesia Tbk.
265 GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
266 HITS Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.
267 IATA Indonesia Transport & Infrastructure Tbk.
268 MIRA Mitra International Resources Tbk.
269 PTIS Indo Straits Tbk.
270 RIGS Rig Tenders Indonesia Tbk.
271 SAFE Steady Safe Tbk.
272 SDMU Sidomulyo Selaras Tbk.
273 SMDR Samudera Indonesia Tbk.
274 SOCI Soechi Lines Tbk.
275 TAXI Express Transindo Utama Tbk.
276 WEHA WEHA Transportasi Indonesia Tbk.

91
277 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk.
278 AGRS Bank IBK Indonesia Tbk.
279 BABP Bank MNC Internasional Tbk.
280 BACA Bank Capital Indonesia Tbk.
281 BBCA Bank Central Asia Tbk.
282 BBKP Bank Bukopin Tbk.
283 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk.
284 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
285 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
286 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
287 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
288 BBYB Bank Yudha Bhakti Tbk.
289 BCIC Bank JTrust Indonesia Tbk.
290 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk.
291 BEKS Bank Banten Tbk.
292 BGTG Bank Ganesha Tbk.
293 BINA Bank Ina Perdana Tbk.
294 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk.
295 BJTM BPD Jawa Timur Tbk.
296 BKSW Bank QNB Indonesia Tbk.
297 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk.
298 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk.
299 BNBA Bank Bumi Arta Tbk.
300 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk.
301 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk.
302 BNLI Bank Permata Tbk.
303 BSIM Bank Sinarmas Tbk.
304 BSWD Bank of India Indonesia Tbk.
305 BTPN Bank BTPN Tbk.
306 BVIC Bank Victoria International Tbk.
307 DNAR Bank Dinar Indonesia Tbk.
308 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk.
309 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk.
310 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia Tbk.
311 MEGA Bank Mega Tbk.
312 NAGA Bank Mitraniaga Tbk.
313 NISP Bank OCBC NISP Tbk.
314 NOBU Bank Nationalnobu Tbk.
315 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.
316 PNBS Bank Panin Dubai Syariah Tbk.

92
317 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk.
318 ADMF Adira Dinamika Multi Finance Tbk.
319 BBLD Buana Finance Tbk.
320 BFIN BFI Finance Indonesia Tbk.
321 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk.
322 CFIN Clipan Finance Indonesia Tbk.
323 DEFI Danasupra Erapacific Tbk.
324 HDFA Radana Bhaskara Finance Tbk.
325 IBFN Intan Baruprana Finance Tbk.
326 IMJS Indomobil Multi Jasa Tbk.
327 MFIN Mandala Multifinance Tbk.
328 TIFA Tifa Finance Tbk
329 TRUS Trust Finance Indonesia Tbk.
330 WOMF Wahana Ottomitra Multiartha Tbk.
331 PADI Minna Padi Investama Sekuritas Tbk.
332 PANS Panin Sekuritas Tbk.
333 RELI Reliance Securities Tbk.
334 TRIM Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
335 YULE Yulie Sekuritas Indonesia Tbk.
336 ABDA Asuransi Bina Dana Arta Tbk.
337 AHAP Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.
338 AMAG Asuransi Multi Artha Guna Tbk.
339 ASBI Asuransi Bintang Tbk.
340 ASDM Asuransi Dayin Mitra Tbk.
341 ASJT Asuransi Jasa Tania Tbk.
342 ASMI Asuransi Kresna Mitra Tbk.
343 ASRM Asuransi Ramayana Tbk.
344 LPGI Lippo General Insurance Tbk.
345 MREI Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk.
346 PNIN Paninvest Tbk.
347 APIC Pacific Strategic Financial Tbk.
348 BCAP MNC Kapital Indonesia Tbk.
349 BPII Batavia Prosperindo International Tbk.
350 CASA Capital Financial Indonesia Tbk.
351 GSMF Equity Development Investment Tbk.
352 LPPS Lippo Securities Tbk.
353 MTFN Capitalinc Investment Tbk.
354 PNLF Panin Financial Tbk.
355 SMMA Sinar Mas Multiartha Tbk.
356 VICO Victoria Investama Tbk.

93
357 AIMS Akbar Indo Makmur Stimec Tbk.
358 AKRA AKR Corporindo Tbk.
359 APII Arita Prima Indonesia Tbk.
360 BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
361 CLPI Colorpak Indonesia Tbk.
362 CNKO Exploitasi Energi Indonesia Tbk.
363 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk.
364 FISH FKS Multi Agro Tbk.
365 GREN Evergreen Invesco Tbk.
366 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk.
367 INTA Intraco Penta Tbk.
368 INTD Inter Delta Tbk.
369 KOBX Kobexindo Tractors Tbk.
370 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk.
371 LTLS Lautan Luas Tbk.
372 MDRN Modern Internasional Tbk.
373 MICE Multi Indocitra Tbk.
374 MPMX Mitra Pinasthika Mustika Tbk.
375 OKAS Ancora Indonesia Resources Tbk.
376 SDPC Millennium Pharmacon International Tbk.
377 SQMI Renuka Coalindo Tbk.
378 TGKA Tigaraksa Satria Tbk.
379 TIRA Tira Austenite Tbk.
380 TMPI Sigmagold Inti Perkasa Tbk.
381 TRIL Triwira Insanlestari Tbk.
382 TURI Tunas Ridean Tbk.
383 UNTR United Tractors Tbk.
384 WAPO Wahana Pronatural Tbk.
385 WICO Wicaksana Overseas International Tbk.
386 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk.
387 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
388 CSAP Catur Sentosa Adiprama Tbk.
389 ECII Electronic City Indonesia Tbk.
390 ERAA Erajaya Swasembada Tbk.
391 GLOB Global Teleshop Tbk.
392 HERO Hero Supermarket Tbk.
393 KOIN Kokoh Inti Arebama Tbk.
394 LPPF Matahari Department Store Tbk.
395 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk.
396 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk.

94
397 MKNT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk.
398 MPPA Matahari Putra Prima Tbk.
399 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
400 RANC Supra Boga Lestari Tbk.
401 RIMO Rimo International Lestari Tbk.
402 SKYB Northcliff Citranusa Indonesia Tbk.
403 SONA Sona Topas Tourism Industry Tbk.
404 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk.
405 TRIO Trikomsel Oke Tbk.
406 BAYU Bayu Buana Tbk.
407 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk.
408 FAST Fast Food Indonesia Tbk.
409 GMCW Grahamas Citrawisata Tbk.
410 HOME Hotel Mandarine Regency Tbk.
411 ICON Island Concepts Indonesia Tbk.
412 INPP Indonesian Paradise Property Tbk.
413 JIHD Jakarta International Hotels & Dev. Tbk.
414 JSPT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
415 KPIG MNC Land Tbk.
416 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk.
417 MAMIP Mas Murni Tbk. (Preferred Stock)
418 PANR Panorama Sentrawisata Tbk.
419 PDES Destinasi Tirta Nusantara Tbk.
420 PGLI Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk.
421 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
422 PTSP Pioneerindo Gourmet International Tbk.
423 SHID Hotel Sahid Jaya International Tbk.
424 BLTZ Graha Layar Prima Tbk.
425 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk.
426 FORU Fortune Indonesia Tbk.
427 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.
428 KBLV First Media Tbk.
429 LINK Link Net Tbk.
430 LPLI Star Pacific Tbk.
431 MDIA Intermedia Capital Tbk.
432 MNCN Media Nusantara Citra Tbk.
433 MSKY MNC Sky Vision Tbk.
434 SCMA Surya Citra Media Tbk.
435 TMPO Tempo Inti Media Tbk.
436 VIVA Visi Media Asia Tbk.

95
437 SAME Sarana Meditama Metropolitan Tbk.
438 SILO Siloam International Hospitals Tbk.
439 SRAJ Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk.
440 ASGR Astra Graphia Tbk.
441 DNET Indoritel Makmur Internasional Tbk.
442 LMAS Limas Indonesia Makmur Tbk.
443 MLPT Multipolar Technology Tbk.
444 MTDL Metrodata Electronics Tbk.
445 ABMM ABM Investama Tbk.
446 BHIT MNC Investama Tbk.
447 BMTR Global Mediacom Tbk.
448 BNBR Bakrie & Brothers Tbk.
449 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk.
450 MLPL Multipolar Tbk.
451 PLAS Polaris Investama Tbk.
452 POOL Pool Advista Indonesia Tbk.
453 SRTG Saratoga Investama Sedaya Tbk.
454 DYAN Dyandra Media International Tbk.
455 GEMA Gema Grahasarana Tbk.
456 ITMA Sumber Energi Andalan Tbk.
457 MFMI Multifiling Mitra Indonesia Tbk.

96
Lampiran 2. Tabulasi Data
PBV EP GC GCG
Tahun Nama Perusahaan
(Y) (X1) (X2) (Z)
Austindo Nusantara Jaya Tbk. [S] 1,14 3 0,02 45
Eagle High Plantation Tbk. 0,65 3 -0,06 50
2016
Sampoerna Agro Tbk. [S] 0,94 3 0,38 43
Sawit Sumbermas Sarana Tbk. [S] 6,12 3 0,21 40
Bakrie Sumatera Plantations Tbk. 0,20 3 0,04 52
Dian Swastatika Sentosa Tbk. 0,00 3 -0,13 70
Mitrabara Adiperdana Tbk. 1,34 3 -0,01 41
Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] 0,41 4 0,46 62
Timah (Persero) Tbk. [S] 0,70 3 0,48 55
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. [S] 3,44 3 0,04 47
Semen Baturaja (Persero) Tbk. [S] 0,97 3 0,09 58
Asahimas Flat Glass Tbk. [S] 0,84 3 -0,02 45
Gunawan Dianjaya Steel Tbk. [S] 0,60 3 0,54 48
Indal Aluminium Industry Tbk. [S] 0,53 2 0,57 50
Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. 0,53 3 0,12 42
Krakatau Steel (Persero) Tbk. [S] 0,19 3 0,14 58
Pelat Timah Nusantara Tbk. [S] 0,24 3 0,07 64
Unggul Indah Cahaya Tbk. [S] 0,29 3 -0,02 67
Lotte Chemical Titan Tbk. [S] 0,39 3 0,02 58
Indopoly Swakarsa Industry Tbk. [S] 0,22 3 -0,01 65
Charoen Pokphand Indonesia Tbk. [S] 3,39 3 0,12 42
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. [S] 1,11 3 0,04 52
Tirta Mahakam Resources Tbk. 0,55 3 0,36 45
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. 0,14 3 -0,07 61
Toba Pulp Lestari Tbk. [S] 0,26 3 -0,09 56
Suparma Tbk. [S] 0,20 3 0,12 44
Astra Otoparts Tbk. [S] 0,76 3 0,19 59
Garuda Metalindo Tbk. [S] 3,68 3 0,03 61
Goodyear Indonesia Tbk. [S] 1,46 2 0,03 53
Indospring Tbk. [S] 0,12 3 0,09 55
Argo Pantes Tbk. -0,69 3 -0,11 42
Trisula Textile Industries Tbk. 0,95 3 0,18 58
Century Textile Industry (PS) Tbk. 2,19 3 0,02 41
Indo-Rama Synthetics Tbk. [S] 0,12 3 0,22 51
Tifico Fiber Indonesia Tbk. [S] 1,10 3 -0,07 46
KMI Wire and Cable Tbk. [S] 0,46 3 0,27 42
Voksel Electric Tbk. [S] 1,60 3 0,12 49
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. [S] 0,98 3 -0,29 53
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. [S] 0,63 3 0,08 57
Delta Djakarta Tbk. 4,90 3 -0,04 46
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. [S] 4,79 3 0,06 41
Multi Bintang Indonesia Tbk. 22,54 3 0,05 44

97
Prasidha Aneka Niaga Tbk. [S] 0,54 3 0,14 58
Sekar Bumi Tbk. [S] 2,57 2 0,11 55
Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk. [S] 4,07 3 0,08 43
Gudang Garam Tbk. 2,78 3 0,10 59
HM Sampoerna Tbk. 13,66 3 0,10 45
Kimia Farma (Persero) Tbk. [S] 2,59 3 0,34 48
Merck Tbk. [S] 6,41 3 0,43 60
Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. 1,03 3 0,23 42
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. [S] 3,18 4 0,01 57
Kino Indonesia Tbk. [S] 3,09 3 0,07 47
Martina Berto Tbk. [S] 0,34 3 0,00 44
Mustika Ratu Tbk. [S] 0,24 2 0,01 53
Unilever Indonesia Tbk. [S] 58,48 3 0,02 49
Chitose Internasional Tbk. [S] 1,07 3 0,00 52
Kawasan Industri Jababeka Tbk. [S] 1,03 3 0,04 57
Lippo Cikarang Tbk. [S] 1,39 3 -0,07 46
AKR Corporindo Tbk. [S] 3,89 3 -0,13 59
United Tractors Tbk. [S] 1,61 3 0,00 40
2017 Austindo Nusantara Jaya Tbk. [S] 1,40 3 0,20 56
Eagle High Plantation Tbk. 1,38 3 0,20 74
Sampoerna Agro Tbk. [S] 0,96 3 0,43 51
Sawit Sumbermas Sarana Tbk. [S] 3,86 3 0,19 68
Bakrie Sumatera Plantations Tbk. 0,57 3 -0,04 75
Dian Swastatika Sentosa Tbk. 0,25 3 0,01 53
Mitrabara Adiperdana Tbk. 2,08 3 0,38 67
Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] 1,17 3 0,39 54
Timah (Persero) Tbk. [S] 1,42 3 0,32 58
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. [S] 2,17 3 -0,06 64
Semen Baturaja (Persero) Tbk. [S] 2.90 3 0,02 68
Asahimas Flat Glass Tbk. [S] 0,81 3 0,04 56
Gunawan Dianjaya Steel Tbk. [S] 1,11 3 0,62 59
Indal Aluminium Industry Tbk. [S] 0,79 3 -0,24 73
Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. 0,57 3 0,12 64
Krakatau Steel (Persero) Tbk. [S] 0,60 3 0,08 51
Pelat Timah Nusantara Tbk. [S] 10,56 3 0,15 63
Unggul Indah Cahaya Tbk. [S] 0,42 3 0,16 60
Lotte Chemical Titan Tbk. [S] 0,55 3 -0,02 54
Indopoly Swakarsa Industry Tbk. [S] 0,42 3 0,02 57
Charoen Pokphand Indonesia Tbk. [S] 3,58 3 0,29 65
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. [S] 1,77 3 0,09 71
Tirta Mahakam Resources Tbk. 1,00 3 -0,06 74
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. 0,14 3 0,15 55
Toba Pulp Lestari Tbk. [S] 0,19 3 0,47 62
Suparma Tbk. [S] 0,38 3 0,08 65

98
Astra Otoparts Tbk. [S] 0,94 3 0,06 53
Garuda Metalindo Tbk. [S] 2,32 3 0,00 75
Goodyear Indonesia Tbk. [S] 1,04 2 0,04 69
Indospring Tbk. [S] 0,26 3 0,01 63
Argo Pantes Tbk. -0,39 3 -0,32 50
Trisula Textile Industries Tbk. 0,15 3 0,07 63
Century Textile Industry (PS) Tbk. 1,97 3 0,03 60
Indo-Rama Synthetics Tbk. [S] 0,13 3 0,55 71
Tifico Fiber Indonesia Tbk. [S] 1,26 3 0,16 52
KMI Wire and Cable Tbk. [S] 0,84 2 0,13 55
Voksel Electric Tbk. [S] 1,82 3 0,12 68
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. [S] 1,47 3 -0,70 75
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. [S] 0,90 3 0,03 64
Delta Djakarta Tbk. 3,95 3 -0,01 62
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. [S] 5,41 3 0,04 59
Multi Bintang Indonesia Tbk. 30,17 4 0,04 66
Prasidha Aneka Niaga Tbk. [S] 0,69 3 0,01 60
Sekar Bumi Tbk. [S] 1,63 3 0,10 73
Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk. [S] 3,78 3 0,04 58
Gudang Garam Tbk. 3,11 3 0,09 53
HM Sampoerna Tbk. 13,04 4 0,04 57
Kimia Farma (Persero) Tbk. [S] 6,72 3 0,05 74
Merck Tbk. [S] 7,07 3 0,12 65
Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. 0,45 3 -0,09 51
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. [S] 2,83 4 0,00 60
Kino Indonesia Tbk. [S] 2,22 3 -0,10 69
Martina Berto Tbk. [S] 0,45 2 0,07 72
Mustika Ratu Tbk. [S] 0,24 2 0,00 52
Unilever Indonesia Tbk. [S] 22,90 3 0,03 59
Chitose Internasional Tbk. [S] 0,97 3 0,14 67
Kawasan Industri Jababeka Tbk. [S] 1,07 4 0,02 54
Lippo Cikarang Tbk. [S] 0,83 3 -0,02 64
AKR Corporindo Tbk. [S] 2,97 3 0,20 75
United Tractors Tbk. [S] 1,86 3 0,01 70
2018 Austindo Nusantara Jaya Tbk. [S] 0,78 3 -0,06 75
Eagle High Plantation Tbk. 1,02 3 0,01 78
Sampoerna Agro Tbk. [S] 1,10 3 2,12 88
Sawit Sumbermas Sarana Tbk. [S] 2,86 3 0,15 80
Bakrie Sumatera Plantations Tbk. -58,84 3 0,30 76
Dian Swastatika Sentosa Tbk. 0,52 3 -0,04 82
Mitrabara Adiperdana Tbk. 2,00 3 0,00 86
Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] 1,08 4 0,01 77
Timah (Persero) Tbk. [S] 0,91 3 0,20 81
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. [S] 3,05 4 0,05 85

99
Semen Baturaja (Persero) Tbk. [S] 3,96 4 0,29 87
Asahimas Flat Glass Tbk. [S] 0,57 3 0,14 84
Gunawan Dianjaya Steel Tbk. [S] 1,40 3 -0,20 90
Indal Aluminium Industry Tbk. [S] 0,86 3 0,15 75
Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. 0,18 3 0,22 80
Krakatau Steel (Persero) Tbk. [S] 0,31 3 0,20 77
Pelat Timah Nusantara Tbk. [S] 12,39 3 0,07 83
Unggul Indah Cahaya Tbk. [S] 0,58 3 0,09 90
Lotte Chemical Titan Tbk. [S] 0,55 3 0,00 76
Indopoly Swakarsa Industry Tbk. [S] 0,28 3 0,06 88
Charoen Pokphand Indonesia Tbk. [S] 2,84 3 0,09 78
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. [S] 2,51 3 0,15 86
Tirta Mahakam Resources Tbk. 0,84 3 -0,20 89
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. 1,87 3 0,07 79
Toba Pulp Lestari Tbk. [S] 0,37 3 -0,02 87
Suparma Tbk. [S] 0,42 3 0,14 76
Astra Otoparts Tbk. [S] 0,64 3 0,13 84
Garuda Metalindo Tbk. [S] 3,30 3 0,13 81
Goodyear Indonesia Tbk. [S] 1,15 2 -0,01 89
Indospring Tbk. [S] 0,67 3 0,22 76
Argo Pantes Tbk. -0,27 3 -0,07 79
Trisula Textile Industries Tbk. 1,30 3 -0,01 82
Century Textile Industry (PS) Tbk. -6,24 2 0,18 80
Indo-Rama Synthetics Tbk. [S] 0,80 3 0,08 90
Tifico Fiber Indonesia Tbk. [S] 0,79 3 0,05 84
KMI Wire and Cable Tbk. [S] 0,58 2 -0,10 77
Voksel Electric Tbk. [S] 0,92 3 0,19 86
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. [S] 0,16 3 -0,19 81
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. [S] 0,72 3 -0,15 75
Delta Djakarta Tbk. 4,43 3 0,02 87
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. [S] 4,50 3 0,08 79
Multi Bintang Indonesia Tbk. 31,20 4 0,05 77
Prasidha Aneka Niaga Tbk. [S] 1,28 3 -0,05 83
Sekar Bumi Tbk. [S] 0,83 3 0,14 85
Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk. [S] 3,48 3 0,12 90
Gudang Garam Tbk. 3,50 3 0,15 84
HM Sampoerna Tbk. 14,16 2 0,08 82
Kimia Farma (Persero) Tbk. [S] 5,30 3 -1,00 87
Merck Tbk. [S] 4,33 3 -0,47 76
Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. 0,22 3 0,01 78
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. [S] 3,58 4 0,07 89
Kino Indonesia Tbk. [S] 1,12 3 0,14 81
Martina Berto Tbk. [S] 0,40 2 -0,31 85
Mustika Ratu Tbk. [S] 0,21 2 -0,13 90

100
Unilever Indonesia Tbk. [S] 63,59 3 0,01 80
Chitose Internasional Tbk. [S] 0,81 3 -0,01 83
Kawasan Industri Jababeka Tbk. [S] 0,80 3 -0,09 88
Lippo Cikarang Tbk. [S] 0,16 2 0,01 82
AKR Corporindo Tbk. [S] 1,50 3 0,29 76

United Tractors Tbk. [S] 2,38 4 0,31 79


2019 Austindo Nusantara Jaya Tbk. [S] 0,43 3 -0,14 82
Eagle High Plantation Tbk. 0,53 3 -0,19 88
Sampoerna Agro Tbk. [S] 1,12 3 0,02 94
Sawit Sumbermas Sarana Tbk. [S] 2,08 3 -0,12 81
Bakrie Sumatera Plantations Tbk. -33,02 3 0,02 95
Dian Swastatika Sentosa Tbk. 0,67 2 -0,06 84
Mitrabara Adiperdana Tbk. 0,99 3 0,01 90
Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] 0,65 3 0,29 86
Timah (Persero) Tbk. [S] 0,69 3 0,75 97
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. [S] 1,46 3 0,05 94
Semen Baturaja (Persero) Tbk. [S] 0,82 3 0,01 91
Asahimas Flat Glass Tbk. [S] 0,32 3 -0,03 80
Gunawan Dianjaya Steel Tbk. [S] 0,58 3 0,19 89
Indal Aluminium Industry Tbk. [S] 0,71 2 0,08 83
Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. 0,39 3 0,09 94
Krakatau Steel (Persero) Tbk. [S] 1,19 3 -0,18 88
Pelat Timah Nusantara Tbk. [S] 1,57 3 0,00 91
Unggul Indah Cahaya Tbk. [S] 0,47 2 -0,08 87
Lotte Chemical Titan Tbk. [S] 0,32 3 -0,23 96
Indopoly Swakarsa Industry Tbk. [S] 0,17 3 -0,04 82

101
Charoen Pokphand Indonesia Tbk. [S] 3,14 3 0,09 80
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. [S] 1,43 3 0,08 98
Tirta Mahakam Resources Tbk. 1,55 3 -0,38 80
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. 0,34 3 -0,03 88
Toba Pulp Lestari Tbk. [S] 0,62 3 -0,14 84
Suparma Tbk. [S] 0,41 3 0,05 95
Astra Otoparts Tbk. [S] 0,43 3 0,14 92
Garuda Metalindo Tbk. [S] 2,34 2 0,02 97
Goodyear Indonesia Tbk. [S] 0,88 3 -0,13 81
Indospring Tbk. [S] 0,46 3 -0,13 83
Argo Pantes Tbk. -0,23 3 -0,37 87
Trisula Textile Industries Tbk. 3,69 3 0,03 93
Century Textile Industry (PS) Tbk. -5,81 3 0,05 97
Indo-Rama Synthetics Tbk. [S] 0,28 3 0,14 91
Tifico Fiber Indonesia Tbk. [S] 0,45 3 -0,17 88
KMI Wire and Cable Tbk. [S] 0,69 3 0,06 80
Voksel Electric Tbk. [S] 0,97 3 -0,01 91
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. [S] -4,49 3 -0,05 88
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. [S] 0,77 3 -0,14 84
Delta Djakarta Tbk. 3,15 3 -0,07 81
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. [S] 4,38 3 0,10 86
Multi Bintang Indonesia Tbk. 22,58 3 0,04 98
Prasidha Aneka Niaga Tbk. [S] 0,91 3 -0,08 93
Sekar Bumi Tbk. [S] 0,62 2 0,23 89
Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk. [S] 2,75 3 0,14 95
Gudang Garam Tbk. 1,56 3 0,15 91
HM Sampoerna Tbk. 4,86 4 -0,01 87
Kimia Farma (Persero) Tbk. [S] 0,97 3 0,11 85
Merck Tbk. [S] 1,24 3 0,22 88
Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. 0,17 3 -0,17 96
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. [S] 6,14 4 0,11 92
Kino Indonesia Tbk. [S] 1,1 2 0,30 89
Martina Berto Tbk. [S] 0,35 3 0,07 94
Mustika Ratu Tbk. [S] 0,15 2 0,02 90
Unilever Indonesia Tbk. [S] 45,41 3 0,03 97
Chitose Internasional Tbk. [S] 0,71 3 0,11 83
Kawasan Industri Jababeka Tbk. [S] 0,44 4 -0,17 87
Lippo Cikarang Tbk. [S] 0,18 3 -0,23 90
AKR Corporindo Tbk. [S] 0,63 3 -0,08 80
United Tractors Tbk. [S] 1,07 4 0,00 98

Lampiran 3. Hasil Output WarpPLS

102
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PBV 240 -58,84 63,59 2,57 9,432255
EP 240 2,00 4,00 2,98 0,397955
GC 240 -1,00 2,12 0,09 0,248783
GCG 240 40 98 71,2625 16,47293
Valid N (listwise) 240

Lampiran 4. Model Struktural

Model fit and quality indices


-----------------------------------------------------------
Average path coefficient (APC)=0.276, P<0.001
Average R-squared (ARS)=0.727, P<0.001
Average adjusted R-squared (AARS)=0.722, P<0.001
Average block VIF (AVIF)=2.096, acceptable if <= 5, ideally <= 3.3
Average full collinearity VIF (AFVIF)=3.271, acceptable if <= 5, ideally <= 3.3
Tenenhaus GoF (GoF)=0.853, small >= 0.1, medium >= 0.25, large >= 0.36
Sympson's paradox ratio (SPR)=1.000, acceptable if >= 0.7, ideally = 1
R-squared contribution ratio (RSCR)=1.000, acceptable if >= 0.9, ideally = 1

103
Statistical suppression ratio (SSR)=1.000, acceptable if >= 0.7
Nonlinear bivariate causality direction ratio (NLBCDR)=0.875, acceptable if >= 0.7

******************************

* Indirect and total effects *


******************************
Total effects
------------------------------
PBV EP GC GCG GCG*EP GCG*GC
PBV 0.113 0.266 0.469 0.255
EP
GC
GCG
GCG*EP
GCG*GC
Number of paths for total effects
------------------------------
PBV EP GC GCG GCG*EP GCG*GC
PBV 1 1 1 1
EP
GC
GCG
GCG*EP
GCG*GC
P values for total effects
------------------------------
PBV EP GC GCG GCG*EP GCG*GC
PBV 0.038 <0.001 <0.001 <0.001
EP
GC
GCG
GCG*EP
GCG*GC
Standard errors for total effects
------------------------------
PBV EP GC GCG GCG*EP GCG*GC
PBV 0.063 0.062 0.059 0.062
EP
GC

104
GCG
GCG*EP
GCG*GC
Effect sizes for total effects
------------------------------
PBV EP GC GCG GCG*EP GCG*GC
PBV 0.011 0.193 0.343 0.181
EP
GC
GCG
GCG*EP
GCG*GC

105

Anda mungkin juga menyukai