Anda di halaman 1dari 37

Laporan Kasus

Paraparese Inferior ec
Fraktur Kompresi VT 10
Disusun oleh:
Jannatul fajriyah
1830912320139

Pembimbing:
dr. Muhammad Welly Dafif, Sp.S
× Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron
(UMN) dan lower motor neuron (LMN).
× Motorneuron dengan aksonnya merupakan satu-satunya
saluran bagi impuls motorik. Bilamana terjadi kerusakan
pada motorneuron, unit motoriknya tidak dapat berkontraksi.
× Kelemahan/kelumpuhan parsial yang ringan/tidak lengkap
atau suatu kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian
gerakan atau gerakan terganggu disebut dengan parese.

2
Ada 31 pasang nervus spinalis dan
dibagi dalam empat kelompok nervus
spinalis, yaitu :
a. nervus servikal : berperan dalam
pergerakan dan perabaan pada lengan,
leher, dan anggota tubuh bagian atas
b. nervus thorak : mempersarafi tubuh
dan perut
c. nervus lumbal dan nervus sakral :
mempersarafi tungkai, kandung
kencing, usus dan genitalia.

3
Salah satu penyebab tersering paraparesis dan
paraplegia adalah spinal cord injury
Dalam kasus cidera pada tulang vertebra sekitar 70% karena
trauma
- 50% kecelakaan lalu-lintas.
- 26% kecelakaan industri sekitar,
- 10% kecelakaan dirumah sekitar.
Mayoritas dari kasus trauma ditemukan adanya fraktur atau
dislokasi, kurang dari 25% hanya fraktur saja, fraktur dislokasi
menyebabkan kompresi pada medulla spinalis
4
Parese merupakan kelemahan,
sedangkan paralisis adalah kehilangan
atau gangguan fungsi motorik pada suatu
bagian tubuh akibat lesi pada mekanisme
saraf atau otot.
× Paraparese adalah kelemahan pada
kedua tungkai bagian bawah
× Tetraparese adalah kelemahan pada
keempat anggota gerak

5
Lesi UMN Lesi LMN

× Lesi kompresif (seperti tumor epidural, × Trauma


abscess, ataupun hematoma) × Infeksi (poliomyelitis)
× Infark medulla spinalis (propriosepsi × Kelainan vascular
biasanya terganggu)
× Fistula arteriovenous atau kelainan
× Penyakit degenerative
vaskular lainnya (trombosis arteri × Neoplasma
spinalis anterior) TIPE FLAKSID
× Mielitis transversa

TIPE SPASTK

6
PATOFISIOLOGI

Kekuatan vertikal yang mengenai segmen


lurus pada spina servikal atau lumbal akan
menimbulkan kompresi aksial.
Nukleus pulposus ➢ mematahkan lempeng
vertebra ➢ diskus didorong masuk ke dalam
badan vertebral, menyebabkan fraktur remuk
(burst fracture).

Karena unsur posterior utuh, keadaan ini


didefinisikan sebagai cedera stabil.
Fragmen tulang dapat terdorong ke belakang
ke dalam kanalis spinalis dan inilah yang
menjadikan fraktur ini berbahaya, kerusakan
neurologik sering terjadi.

7
PATOFISIOLOGI BERDASARKAN LOKASI LESI

8
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran Lesi UMN Lesi LMN
(Tipe Spastik) (Tipe Flaksid)
Tonus Hipertonus Hipotonus

Refleks Hiperrefleksia Hilang atau Menurun

Klonus Ada Tidak Ada

Refleks Patologis Ada (Babinski, Chaddock/ Tidak ada


Hoffman, tromner)

Atrofi Tidak Ada Ada


Automatisasi Spinal Ada Tidak Ada
Reaksi Degenerasi Tidak ada Ada
(Menggunakan arus faradic)
Diagnosis

Paraparesis sebenarnya merupakan bagian


dari penyakit yang mendasarinya untuk itu
penegakan diagnosis harus disesuaikan
untuk mencari penyakit penyebab.

Diagnosis standar yang wajib dilakukan yaitu


dengan pencitraan.
Rontgen-spine,
Mielogram
CT Scan

Pemeriksaan penunjang lainnya :


X-Ray Toraks yang akan memperlihatkan
suatu keganasan.
Tes serologi untuk mendeteksi adanya sifilis
IgA atau IgG albumin untuk mendiagnosa dari
skeloris multiple.
Tes darah rutin, dan urin lengkap.
Analisis CSF
10
11
Tatalaksana

12
Tatalaksana

13
Laporan Kasus

14
Identitas

Identitas pasien
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 54 Tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Dayak
Agama : kristen
Pekerjaan : pedagang
Status : Menikah
Alamat : Jl. Pangeran Antang kalang induk no 80A, P.Raya
MRS : 5 Juli 2019
No. RMK : 0 99 84 79
15
Anamnesis

Keluhan utama: Kelemahan pada daerah ekstremitas inferior


RPS: Pasien dating ke IGD pada jam 11.00 pada tanggal 5 agustus 2019 dengan keluhan
kelemahan pada kedua kaki, kaki kiri dan kaki kanan pasien tidak dapat digerakkan. Keluhan
awalnya muncul sejak pagi 4 agustus 2019 saat bangun tidur pasien merasakan kesemutan seperti
kram pada kedua tungkai kaki, lalu pasien mencoba menggerak-gerakan kaki, saat pasien
mencoba berdiri, pasien merasa kelemahan pada kaki. Saat hari minggu ketika pasien pergi ke
pasar tiba-tiba jatuh ke pasir dengan posisi bertopang oleh lutut dan kedua telapak tangan. Sehabis
jatuh pasien masih bias langsung berdiri dan berjalan dengan normal, namun pasien mengeluhkan
mulai terasa nyeri pada bagian lutut hingga ujung jempolnya namun rasa sakit hanya biasa-biasa
saja, namun rasa sakit semakin memberat dan pasien mulain meminum obat meloksikam dan
menggunakan salep esper karena mengira itu dikarenakan asam uratnya tinggi. Keluhan pusing,
sakit kepala mual dan muntah di sangkal.

16
Anamnesis

Keluhan utama: Kelemahan pada daerah ekstremitas inferior

RPD: Pasien mengaku tidak pernah terjatuh, pasien 5 tahun yang lalu di diagnose menderita ca
mamae namun menurut pengakuan pasien sembuh. Sejak tahun 2013 pasien mengeluhkan asam
urat, pasien hanya meminum obat asam uratnya kalau dirasakan keluhan muncul,. Riwayat
hipertensi tidak terkontrol. riwayat diabetes mellitus, stroke disangkal. Sebelumnya pasien tidak
pernah mengalami keluhan serupa
RPK : Keluarga pasien menyatakan tidak memiliki riwayat keluhan yang sama. riwayat
hipertensi(+), kanker(+) kakak pasien, diabetes mellitus, dan stroke dalam keluarga disangkal.
Riwayat Kebiasaan : Pasien memiliki pekerjaan sebagai pedagang dan setiap hari mengangat
barang-barang.

17
Pemeriksaan Fisik
Status Interna (5 Agustus 2019)

Keadaan Umum :
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Tensi : 160/110 mmHg
Nadi : 96 Kali/Menit, Reguler, Kuat angkat
Respirasi : 22 kali/menit
Suhu : 36,8 ºC
SpO2 : 98% tanpa supplementasi O2

18
Pemeriksaan Fisik
Status Interna

Kepala/Leher :
Mata : Kongjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-), pupil bulat-isokor ukuran 3mm.
RCL(+/+), RCTL (+/+)
Mulut : Mukosa bibir cukup lembab, tidak ada deviasi lidah -
Leher : KGB tidak membesar
Thoraks
Pulmo : Bentuk dan pergerakan simetris, wheezing (-/-), Rh (-/-)
Cor : S1 - S2 tunggal, murmur (-)
Abdomen : Tampak datar, hepar, lien dan massa tidak teraba, perkusi timpani seluruh
lapang abdomen, bising usus normal
Ekstremitas : Tidak ada atropi kanan kiri, edema (-/-), lateralisasi anggota gerak tidak
ditemukan

19
Pemeriksaan Fisik
Status Psikiatri

Emosi dan Afek : Sesuai


Proses Berfikir : Tidak Terganggu
Kecerdasan : Sesuai tingkat pendidikan
Penyerapan : Baik
Kemauan : Baik
Psikomotor : Normoaktif

20
Pemeriksaan Fisik
Status Neurologis
A. Kesan Umum:
Kesadaran : Composmentis, E4 V5 M6
Pembicaraan : Disartria : tidak ada
Monoton : tidak ada
Scanning : dalam batas normal
Afasia : Motorik : tidak ada
Sensorik : tidak ada
Anomik : tidak ada
Kepala :Besar : normal
Asimetri : tidak ada
Tortikolis : tidak ada
Wajah: Mask/topeng : tidak ada
Miophatik : tidak ada
Fullmoon : tidak ada

21
Pemeriksaan Fisik
Rangsang meniengal Pemeriksaan Nervus Cranialis
Kaku Kuduk : (-)
N. Olfactorius (I) : Dapat Membau (+/+)
Tanda Kerniq : (-)
N. Opticus (II) : Refleks Cahaya (+/+)
Tanda Laseque : (-) N. Ocullomotorius,
Tanda brudzinski I : (-) trochlearis,
Tanda brudzinski II : (-) abdusens (III,IV,VI) : Gerak bola mata bebas (+/-),
Tanda brudzinski III : (-) esotropia pada OS
Tanda brudzinski IV : (-) N. Trigeminus (V) : Membuka dan menutup mulut (+)
N. Fasialis (VII) : Parese pada wajah (-), Pengecapan
2/3 anterior lidah (+)
Peningkatan tekanan intrakranial N.Vestibulocochlearis
Muntah : (-) (VIII) : Pendengaran (+/+), Nistagmus (-),
Sakit kepala : (-) Vertigo (-)
Kejang : (-) N. Glossopharingeus &
N. Hypoglossus
(IX & XII) : Deviasi Lidah (-), Deviasi Uvula (-),
N. Vagus (X) : Refleks muntah (+)
N. Asesorius (XI) : Dapat mengangkat bahu (+)

22
Pemeriksaan Fisik
2. Sistem Motorik
Tubuh : +5 +5
Otot perut : cukup kuat Kekuatan motorik ekstremitas :
Otot pinggang : cukup kuat 3 3
Kedudukan diafragma : Gerak : Normal
Istirahat : Normal
- Lengan (Kanan/Kiri)
M. Deltoid : dalam batas normal / dalam batas normal
M. Biceps : dalam batas normal / dalam batas normal
M. Triceps : dalam batas normal / dalam batas normal
Fleksi sendi pergelangan tangan : dalam batas normal / dalam batas normal
Ekstensi sendi pergelangan tangan: dalam batas normal / dalam batas normal
Membuka jari-jari tangan : dalam batas normal / dalam batas normal
Menutup jari-jari tangan : dalam batas normal / dalam batas normal

- Tungkai (Kanan/Kiri)
Fleksi artikulasio coxae : sde / sde
Ekstensi artikulatio coxae : sde / sde
Fleksi sendi lutut : +/+
Ekstensi sendi lutut :+/+
Fleksi plantar kaki :+/+
Ekstensi dorsal kaki :+/+
Gerakan jari-jari kaki : +/ +
23
Pemeriksaan Fisik
3. Sistem Sensorik Fungsi luhur
Rasa Eksteroseptik Apraxia : tidak ada
Rasa nyeri superfisial : tidak ada Alexia : tidak ada
Rasa suhu : dalam batas normal Agraphia : tidak ada
Rasa raba ringan : dalam batas normal Fingerognosis : dalam batas
Rasa Proprioseptik normal
Rasa getar : dalam batas normal Membedakan kanan-kiri : dalam batas normal
Rasa tekan : dalam batas normal
Rasa nyeri tekan : dalam batas normal Acalculia : tidak ada
Rasa gerak posisi : dalam batas normal

Rasa Enteroseptik
Refered pain : tidak ada
Rasa Kombinasi
Streognosis : tidak ada
Barognosis : tidak ada
Grapestesia : tidak ada
Two point tactil discrimination : tidak ada
Sensory extimination : tidak ada
Loose of Body Image : tidak ada

24
Pemeriksaan Fisik
Lengan Tungkai
Tanda
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Spastik Spastik
Tonus Eutonus Eutonus Hipertonus Hipertonus
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks
+ + + +
Fisiologis
Refleks Hoffman (-) Hoffman (-) Babinsky (+) Babinsky (+)
patologis Tromner (-) Tromner (-) Chaddok Chaddok
(+) (+)
Sensibilitas Normal Normal Tidak ada Tidak ada
Tanda
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
meningeal

25
Pemeriksaan Fisik
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : (+3) (+2)
Triceps : (+3) (+3)
APR : (+1) (+1)
KPR : (+2) (+2)
Reflex Patologis
Babinski : (+) (+)
Oppenheim: (+) (+)
Chaddock : (+) (+)
Gordon : (+) (+)
Schaefer : (-) (-)
Hoffman-
Tromner : (-) (-)
Klonus lutut: (-) (-)
Klonus kaki: (-) (-)

26
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

JENIS PEMERIKSAAN HASIL Nilai Rujukan

Hemoglobin 10,9 g/dl 14 – 18 g/dl

Leukosit 8600 /ul 4000 – 10.500 /ul

Eritrosit 3.880.000 /ul 4.100.000 – 6.000.000 /ul

Hematokrit 32,2 % 42 – 52 %

Trombosit 433.000 /ul 150.000 – 450.000 /ul

RDW – CV 14.1 % 12.1 – 14 %

MCV 83 fl 75 – 96 fl

MCH 28.1 pg 28 – 32 pg

MCHC 33,9 % 33 – 37 %

Basofil% / # 0,9% / 0,08 ribu/ul 0,0-1,0 % / <1,00 ribu/ul

Eosinofil% / # 4,2% / 0,36 ribu/ul 1,0-3,0 % / <3,00 ribu/ul

Gran% / # 70,5% / 6,04 ribu/ul 2,0-8,0 % / 2,50-7,00 ribu/ul

Limfosit% / # 16,6% / 1,42 ribu/ul 20-40 % / 25-4,00 ribu/ul

Monosit% / # 7,8% / 0,67 ribu/ul 2,0-8,0 % / 0,30-1,00 ribu/ul

Ureum 24 mg/dL 0-50 mg/dL

Kreatinin 0,57 mg/dL 0,57 – 1.11 mg/dL

SGOT 35 U/L 5 – 34 U/L

SGPT 34 U/L 0 – 55 U/L


27
Kesimpulan dari foto polos Thorax
- Peningkatan corakan bronkovaskular
dextra

28
Kesimpulan dari foto thorax AP
Lateral
- Fraktur kompresi corpus VT 10 (
Porotik )
- Osteoporosis

29
Diagnosis

Diagnosis Klinis Paraparese Ekstremitas Inferior

Diagnosis Topis Fraktur Kompresi VT 10

Diagnosis Etiologis Trauma Medulla Spinalis

30
Planning

× IVFD Nacl 20 tpm


× Injeksi Metilprednison 2x125 mg
× Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
× Injeksi Antrain k/p
× P.O Amlodipin 1x 10 mg

31
Prognosis

× Quo ad vitam : Bonam


× Quo ad sanationam : Dubia ad malam
× Quo ad functionam : Dubia ad malam

32
Pembahasan

33
KASUS Teori

Anamnesis Parese merupakan


Kelemahan pada tungkai bawah kelemahan, sedangkan
Pemeriksaan Fisik paralisis adalah kehilangan
atau gangguan fungsi motorik
Gejala paraparesis inferior
dengan tanda tanda lesi UMN
pada suatu bagian tubuh
pada ekstremitas inferior. akibat lesi pada mekanisme
saraf atau otot.
Paraparese adalah kelemahan
pada kedua tungkai bagian
bawah

34
KASUS Teori

Adanya kompresi et causa proses porotik pada


bagian depan corpus vertebralis yang tertekan
dan membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi
mengakibatkan serpihan fragmen menekan
medulla spinalis pada segmen T10 sehingga
terjadi gejala paraparesis pada segmen T10
kebawah

35
KASUS Teori

Penatalaksanaan - Suportif
IVFD Nacl 20 tpm - Brace & Orthotics
Injeksi Metilprednison 2x125 mg
- Posterior Spinal Fusion
Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
Injeksi Antrain k/p
- Vertebroplasty / Kyphoplasty
P.O Amlodipin 1x 10 mg

36

Anda mungkin juga menyukai