Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

BELL’S PALSY

Disusun oleh:
Ayunovia Riszkyria Husada Adika

Pembimbing:
dr. Elvina Zuhir, Sp.S,M.Biomed

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


ILMU NEUROLOGI
RSUD KOTA BANGKINANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ABDURRAB
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Bell’s palsy (BP) :


• paresis nervus fasialis perifer
• bersifat akut
• penyebabnya tidak diketahui pasti (idiopatik)
• Apabila faktor penyebab jelas maka disebut paralisis fasialis
perifer dan bukan bell’s palsy
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus


fasialis perifer (N.VII), terjadi secara akut
dan penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik) atau tidak menyertai penyakit
lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus
fasialis
EPIDEMIOLOGI
• Insiden BP dilaporkan sekitar 40-70% dari semua kelumpuhan saraf fasialis
perifer akut

• Prevalensi rata-rata berkisar antara 10–30 pasien per 100.000 populasi per
tahun dan meningkat sesuai pertambahan umur

• terbanyak pada usia 21–30 tahun.

• Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria

• adanya riwayat terpapar udara dingin seperti naik kendaraan dengan kaca
terbuka, tidur di lantai atau bergadang sebelum menderita bell’s palsy
4 teori etiologi Bell’s palsy

Teori
iskemik
vaskuler

Teori
infeksi
virus

Teori Teori
herediter imunologi
Patofisiologi Bell’s Palsy
Gambaran Klinis

• timbul secara mendadak


• penderita menyadari adanya kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya
pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gigi/berkumur
• Bell’s palsy hampir selalu unilateral.
• Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan
nasolabialis akan menghilang
• kedipan mata berkurang
Diagnosis

PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIK

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
NEUROLOGI PENUNJANG
Diagnosa Banding

Otitis Media
Herpes Zoster
Supurativa dan
Otikus
Mastoiditis

Sindroma Guillain
Trauma kapitis – Barre dan
Miastenia Gravis

Tumor
Leukimia
Intrakranialis
Istirahat terutama
pada keadaan
akut

Kortikosteroid :
• steroid sangat efektif dan harus digunakan untuk
meningkatkan kemungkinan pemulihan kembali
fungsi nervus fasialis.
• Dosis : 60 mg/hari selama 5 hari lalu dilakukan
penurunan dosis dalam waktu 5 hari berikutnya
Medikamentosa yaitu diturunkan 10 mg/hari
Terapi
Antiviral :
• Dosis Acyclovir diberikan 400 mg 5 kali sehari
selama 10 hari atau Valaciclovir 500 mg 2 kali
sehari selama 5 hari
• Bell’s palsy awitan awal  antiviral yang
dikombinasikan dengan steroid tidak
meningkatkan probabilitas pemulihan kembali
Fisioterapi nervus fasilalis >7%

Operasi
Komplikasi

Crocodile tear phenomene

Synkinesis

Hemifacial Spasme
Prognosis
Prognosis Bell’s palsy baik yaitu sekitar 80-90% penderita sembuh dalam waktu
6 minggu sampai tiga bulan tanpa ada kecacatan

Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang 40% sembuh total
dan beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa

Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka penderita cenderung meninggalkan gejala sisa

Hanya 23 % kasus Bells palsy yang mengenai kedua sisi wajah

Bell’s palsy kambuh pada 10-15 % penderita


Sekitar 30 % penderita yang kambuh ipsilateral menderita tumor N. VII atau tumor kelenjar parotis
Identitas pasien
LAPORAN KASUS Nama
Umur
: Ny. O
: 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : batu belah
Pekerjaan : Bidan
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan: 21 Agustus 2018

Keluhan utama :
Mulut mencong ke kiri sejak 3 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengeluhkan mulut mencong ke sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu. Awalnya pasien
bangun tidur merasa wajahnya bergerak-gerak sendiri dan terasa tebal, lidah juga terasa
tebal, pasien merasakan mulutnya tiba-tiba mencong ke kiri. Keluhan dirasakan setiap saat,
sejak munculnya keluhan. Pasien merasakan rasa kebas pada wajah.
Wajah sebelah kanan terasa mati rasa masih dirasakan pasien. Keluhan dirasakan terus-
menerus. Kelopak mata kanan terasa sulit untuk menutup dan mata kanan terasa lebih berair
dibandingkan mata kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang :

• Pasien merasakan adanya suara berdenging pada kedua telinga,


berdenging lebih kuat dirasakan pada telinga kanan, tidak nyeri dan tidak
ada keluar cairan dari telinga. Gangguan pengecapan tidak ada namun
pasien merasakan penurunan nafsu makan sejak 1 minggu ini. Pasien
juga mengatakan pada saat minum air dan berkumur, air selalu keluar
dari sudut mulut sebelah kanan. Riwayat trauma pada kepala tidak ada.
Kelumpuhan anggota gerak tidak ada. Tidak ada demam, tidak ada mual,
tidak ada muntah, tidak ada gangguan BAB dan BAK.
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat keluhan yang sama sebelumnya(-).
• Riwayat diabetes, hipertensi,stroke dan trauma (-)
• Riwayat telinga berair (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Hanya penderita yang sakit seperti ini.

Riwayat Sosial :
Pasien sedang menyusui anaknya yang berusia 2 bulan, sering kelelahan dan begadang.
Pola makan teratur. Seminggu ini nafsu makan berkurang. Pasien memiliki riwayat tidur di
lantai dan menggunakan kipas angin saat malam hari sebelumnya.
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Pemeriksaan Fisik
GCS : E4V5M6
Tanda vital : TD 110/70 mmHg; HR
85x/m; R 20x/m; T 36.9°C

Status General
Kepala : Normocephali
Mata : anemia -/-, ikt-/-
THT : dalam batas normal; wajah tidak ditemukan vesikel
pada daerah sekitar telinga dan tidak terdapat
pembengkakan atau massa pada kelenjer parotis
Thorax : Cor : S1S2 normal, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-),bising usus normal, hepar dan
lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal.
Status Neurologi

Pemeriksaan Neurologis
1. Tanda rangsang Meningen:
- Kaku kuduk : Negatif
- Kernig : Negatif
- Brudzinski I : Negatif
- Brudzinski II : Negatif
2. Tanda peningkatan TIK
-Pupil : Isokor, reflek cahaya +/+ Ф3mm/3mm
3. Pemeriksaan Nervus Cranialis:

Pemeriksaan Saraf Kranial:

N.I (N. Olfactorius)

Penciuman Kanan Kiri

Subyektif Normal Normal

Obyektif dengan bahan Normal Normal


N.II (N. Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.III (N. Okulomotorius)


Kanan Kiri
Bola mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Normal Normal
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/Endophtalmus Tidak ada Tidak ada
Lagoftalmus Ada Tidak ada
Diplopia Tidak ada Tidak ada
Pupil :

 Bentuk Normal Normal


 Refleks cahaya
Positif Positif
 Refleks akomodasi
 Refleks Normal Normal
konvergensi
Normal Normal
N. IV (N. Trochlearis)

Kanan Kiri

Gerakan mata ke bawah Normal Normal

Sikap bulbus Normal Normal

Diplopia Tidak ada Tidak ada

N. V (N. Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik :

 Membuka mulut Normal Normal


 Menggerakkan rahang
Normal Normal
 Menggigit
 Mengunyah Normal Normal

Normal Normal
Sensorik :

 Divisi Optalmika Normal Normal


 Refleks kornea
Normal Normal
 Sensibilitas
 Divisi Maksila Normal Normal
 Refleks masseter
Tidak dinilai Tidak dinilai
 Sensibilitas
 Divisi Mandibula Tidak dinilai Tidak dinilai
 Sensibilitas
N. VI (N. Abduscen)

Kanan Kiri

Gerakan mata lateral Normal Normal

Sikap bulbus Normal Normal

Diplopia Tidak ada Tidak ada

N. VII (N. Facialis)


Kanan Kiri

Raut wajah Tidak simetris Normal

Sekresi air mata Banyak Normal

Fisura palpebral Sulit ditutup Normal

Menggerakkan dahi Tidak mengkerut Normal

Menutup mata Sulit Normal

Mencibir/bersiul Sulit Normal

Memperlihatkan gigi Sulit Normal

Menggembungkan pipi Sulit Normal

Sensasi lidah 2/3 depan Normal Normal


N. VIII (N. Vestibulocochlearis)

Kanan Kiri
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Rinne test Tidak dinilai Tidak dinilai
Webber test Tidak dinilai Tidak dinilai
Scwabach test : Tidak dinilai Tidak dinilai

 Memanjang Tidak dinilai Tidak dinilai


 Memendek
Tidak dinilai Tidak dinilai
Nistagmus :

 Pendular Tidak ada Tidak ada


 Vertikal
Tidak ada Tidak ada
 Siklikal
Tidak ada Tidak ada

Hiperakusis Tidak ada tidak ada

N. IX (N. Glossopharingeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 Normal Normal
belakang

Refleks muntah/Gag Normal Normal


reflek
N. X (N. Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
Uvula Normal Normal
Menelan Normal Normal
Artikulasi Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi 85 x/menit 85 x/menit
N. XI (N. Assesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal

Menoleh ke kiri Normal Normal

Mengangkat bahu ke Normal Normal


kanan
Mengangkat bahu ke kiri Normal Normal

N. XII (N. Hipoglossus)


Kanan Kiri
Kedudukan lidah di dalam Normal Normal
Kedudukan lidah Normal Normal
dijulurkan
Tremor Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
•Pemeriksaan Fungsi Motorik
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Normal Normal Normal Normal

Kekuatan 5 5 5 5

Normotro Normotr Normotro Normotro


Trofi
fi ofi fi fi
Normoto Normoto Normoto Normoto
Tonus
nus nus nus nus

Berdiri dan Kanan Kiri


Berjalan
 Gerakan Normal Normal
spontan
•Pemeriksaan Sensibilitas
 Tremor Tidak ada Tidak ada
Sensibilitas taktil Normal
 Atetosis Tidak ada Tidak ada
 Mioklonik Tidak ada Tidak ada Sensibilitas nyeri Normal
 Khorea Tidak ada Tidak ada Sensibilitas termis Normal
 Bradikinesia Tidak ada Tidak ada
Sensibilitas Normal
kortikal
Stereognosis Normal
Pengenalan 2 titik Normal
Sistem Refleks
1. Fisiologis Kanan Kiri
Kornea Normal Normal
Berbangkis Tidak dinilai Tidak dinilai

Laring Tidak dinilai Tidak dinilai

Maseter Normal Normal


Dinding perut
 Atas Normal Normal
 Bawah Normal Normal
 Tengah Normal Normal
Biseps Normal Normal
Triseps Normal Normal
APR Normal Normal
KPR Normal Normal
Bulbokavernosus Tidak dinilai Tidak dinilai

Kremaster Tidak dinilai


Sfingter Tidak dinilai
1. Refleks Patologis Kanan Kiri
Lengan
Hoffman Negatif Negatif
Tromner Negatif Negatif
Tungkai
Babinski Negatif Negatif
Chaddoks Negatif Negatif
Oppenheim Negatif Negatif
Gordon Negatif Negatif
Schaeffer Negatif Negatif
Klonus kaki Negatif Negatif
•Fungsi Otonom
•Miksi : Normal •Fungsi Luhur
•Defekasi : Normal
Kesadaran Tanda Demensia
•Sekresi keringat : Normal
 Reaksi bicara Normal  Reflek glabella Tidak
ada

 Fungsi intelek Normal  Reflek snout Tidak


ada

 Reaksi emosi Normal  Reflek menghisap Tidak


ada

 Reflek memegang Tidak


ada

 Refleks palmomental Tidak


ada
Diagnosis
Diagnosa klinis : Bell’s Palsy Dextra

Diagnosa topis : Inti nervus fasialis atau


infranuklear

Diagnosa etiologi : Idiopatik

Fungsional : Penurunan kemampuan fungsional


dalam melakukan aktivitas sehari-hari (makan/mengunyah,
minum/berkumur, tersenyum)

Terapi
• Methylprednisolone 2x2 16 mg
• Mecobalamin 3x 1 tab 500mg
• Cendo cenfresh 3x1 tetes OD
• Fisioterapi
Prognosis
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad fungsional : dubius ad bonam
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan suatu kasus Bell’s palsy
pada pasien perempuan berusia 28 tahun

Data epidemiologi:
• prevalensi Bell’s palsy rata-rata berkisar antara 10–30 pasien per 100.000 populasi per
tahun dan meningkat sesuai pertambahan umur.

• Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s
palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati

• Terbanyak pada usia 21–30 tahun.

• Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.


• Tidak didapati perbedaan insiden antara
Pada pasien ini didapatkan riwayat iklim panas maupun dingin
tidur di lantai dan menggunakan • Pada beberapa penderita didapatkan
kipas angin saat malam hari adanya riwayat terpapar udara dingin
sebelumnya seperti naik kendaraan dengan kaca
terbuka, tidur di lantai atau bergadang
sebelum menderita bell’s palsy.

Anamnesis :
didapatkan bahwa terdapat
kelumpuhan pada nervus fasialis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
tipe perifer : serta beberapa pemeriksaan fisik, dalam hal ini
• mulut pasien mencong ke kiri yaitu pemeriksaan neurologis.
• mata kanan tidak menutup
sempurna
• pipi terasa kencang Pada Bell’s palsy ditemukan adanya lesi nervus
• Sisi wajah sebelah kanan terasa fasialis (N.VII) perifer yang dapat dinilai saat
tebal, kaku, dan bergerak sendiri pasien dalam keadaan diam dan saat gerak
Pemeriksaan Fisik: (kontraksi otot-otot yang dipersarafi N.VII)
kelemahan pada otot wajah sisi
kanan dan menunjukkan lesi pada Lesi di luar foramen stylomastoideus
N.VII perifer
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang
Pemeriksaan laboratorium, CT
spesifik untuk mendiagnosis kasus Bell’s palsy,
scan, MRI dan elektrodiagnostik
kecuali bila dicurigai adanya penyebab yang
tidak dilakukan pada pasien ini
lain.

Pada pasien ini kortikosteroid kita


berikan pada dosis prednisolon Pada pasien Bell’s palsy dengan onset yang
yang digunakan adalah 60 baru, steroid sangat efektif dan harus
mg/hari selama 5 hari lalu digunakan untuk meningkatkan kemungkinan
dilakukan penurunan dosis dalam pemulihan kembali fungsi nervus fasialis.
waktu 5 hari berikutnya yaitu
dosis prednisolon yang digunakan adalah 60
diturunkan 10 mg/hari.
mg/hari selama 5 hari lalu dilakukan
penurunan dosis dalam waktu 5 hari
berikutnya yaitu diturunkan 10 mg/hari.
Pada penelitian yang dilakukan oleh ANA tahun
2012 didapatkan bahwa pada pasien dengan
Bell’s palsy awitan awal, antiviral yang
dikombinasikan dengan steroid tidak
Pada pasien ini tidak meningkatkan probabilitas pemulihan kembali
diberikan antivirus nervus fasilalis >7%

pasien dapat diberikan antiviral tetapi


diinformasikan mengenai keuntungan antiviral
yang belum dapat dibuktikan

pasien dirujuk ke bagian Fisioterapi sering dikerjakan bersama-sama


rehabilitasi medik untuk pemberian kortikosteroid, dapat dianjurkan
dilakukan fisioterapi. pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk
mempertahankan tonus otot yang lumpuh.
TERIMA KASIH
House Brackmann Facial grading system

Anda mungkin juga menyukai