PENDAHULUAN
1
dalam mencegah penyakit serta merupakan public good (barang
publik) karena manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh seluruh
masyarakat (Depkes RI,2006).
2
tetanus dapat meningkatkan risiko kematian (DepKes, 2006).
Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat dimiliki melalui
kekebalan buatan. Kekebalan buatan secara pasif dilakukan dengan
suntikan serum (anti tetanus serum), sedangkan kekebalan secara
aktif dilakukan dengan pemberian imunisasi. Vaksin yang
digunakan adalah terbuat dari toksin tetanus yang dilemahkan yang
terdapat pada kemasan vaksin monovalen tetanus toksoid maupun
kombinasi (DT,TD dan DPT). Pemberian imunisasi tersebut secara
terus menerus digerakkan melalui pelayanan kesehatan dasar di
puskesmas(Atkitson, 2009).
Berdasarkan data epidemiologi tetanus dari WHO pada tahun 2016
menunjukkan ada 13.502 laporan kasus tetanus. (WHO,2012). Di Inggris
kasus tetanus yang ditemukan antara bulan Januari sampai Desember 2017
berjumlah 5 kasus. Dari 5 kasus tersebut usia pasien berkisar antara 26
hingga 81 tahun. Di Amerika Serikat pada tahun 2015, sebanyak 29 kasus
tetanus dilaporkan melalui sistem National Notifiable Diseases
Surveillance System (NNDSS). Dari 29 kasus tersebut, 2 pasien meninggal
akibat tetanus. Dari tahun 2009 hingga 2015, di Amerika Serikat terdapat
197 kasus dan 16 kematian akibat tetanus yang dilaporkan. Sejumlah 49
kasus (25%) merupakan pasien berusia ≥ 65 tahun, 124 pasien (63%)
berusia 20-64 tahun, dan 24 kasus (12%) terjadi pada pasien dengan usia
<20 tahun, dimana 2 diantaranya merupakan kasus tetanus neonatorum.
Empat puluh sembilan pasien dari 197 kasus tersebut diketahui riwayat
vaksinasinya dan hanya 10 pasien yang pernah mendapatkan vaksin
tetanus toxoid sebanyak 3 dosis atau lebih
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan terdapat beberapa
provinsi yang mempunyai kasus tetanus neonatal tertinggi
diantaranya Provinsi Banten sebanyak 38 kasus, Jawa Timur
sebanyak 22 kasus, Kalimantan Barat sebanyak 13 kasus dan
Sumatera Barat sebanyak 7 kasus (Kemenkes,2014).
3
pada tahun 2016, kabupaten/kota dengan cakupan imunisasi
tertinggi adalah Kabupaten Kuantan Singingi (89,91%), Kota
Pekanbaru (87,18%), diikuti oleh Kabupaten Siak (83,82%).
Sedangkan cakupan terendah terdapat di Kabupaten Bengkalis
(24,53%), Kabupaten Rokan Hilir (36,35%), dan Kota Dumai
(46,91%). Kuantan Singingi sebesar 13,9%, diikuti oleh Kabupaten
Rokan Hilir sebesar 32,9%, dan Kabupaten Indragiri Hulu sebesar
34%. Dari data diatas dapat dilihat bahwa upaya pencegahan tetanus
neonatorum dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil melalui
kegiatan rutin belum menunjukkan hasil yang efektif, disebabkan
cakupan imunisasi tersebut belum mencapai 100%. Hal-hal yang
bisa menyebabkan rendahnya cakupan imunisasi TT2+ diantaranya
adalah kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya
imunisasi TT2+, waktu pelayanan imunisasi, stok vaksin, petugas
pelaksana imunisasi, kerjasama lintas sektor, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan wilayah setempat.
Dari cakupan data profil Puskesmas Rawat Inap Simpang
Tiga Pekanbaru pada tahun 2017, didapatkan pencapaian imunisasi
TT2+ pada ibu hamil hanya sebesar 25%. Sementara pada tahun
2018 terjadi peningkatan imunisasi TT2+ menjadi 99%. Meskipun
adanya peningkatan imunisasi TT2+ pada ibu hamil. Unntuk data
imunisasi TT pada calon pengantin di Puskesmas Rawat Inap
Simpang Tiga Pekanbaru belum ada ditemukannya data pencapaian
yang jelas.
Berdasarkan survey awal diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Calon
pengantin Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid Diwilayah
Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru Tahun 2019”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di
atas maka di rumuskan masalah penelitian yaitu “Hubungan
pengetahuan calon pengantin dengan sikap terhadap imunisasi
Tetanus Toksoid di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga
Pekanbaru
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum pada penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan calon pengantin
diimunisasi tetanus toksoid di wilayah kerja puskesmas Simpang
Tiga Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah:
Untuk meningkatkan pencapaian imunisasi TT pada calon pengantin
di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpang Tiga Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden (Calon Pengantin)
Diharapkan calon pengantin dapat mengetahui betapa
pentingnya untuk melakukan imunisasi tetanus toksoid,
sehingga akan meningkatkan kepatuhan calon pengantin
dalam mendapatkan imunisasi tetanus toksoid yang pada
akhirnya penurunan angka kejadian infeksi tetanus pada bayi
baru lahir maupun ibu nifas dapat mencapai target
yangdiharapkan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Menjadikan bahan evaluasi bagi tenaga kesehatan dan
pelayanan imunisasi tetanus toksoid pada calon pengantin
5
khususnya dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang
imunisasi Tetanus Toksoid pada calon pengantin.
3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai penyalur informasi dalam meningkatkan mutu
pelayanan terhadap calon pengantin yang membutuhkan
informasi mengenai imunisasi.
4. Bagi Peneliti
Mencoba kemampuan penulis melakukan penelitian
dalam tingkat pengetahuan dengan sikap, sehingga dapat
mendorong peneliti untuk terus mengembangkan diri,
berwawasan luas, dan bersikap professional.
6
Karakteristik
Peneliti
No. Judul Subjek Instrumen Metode Desain Temuan
(Tahun)
1. Joyce Hubungan Antara Ibu hamil Menggunakan Pengambilan Hasil penelitian ini
7
Pelaksanaanya. pelaksanaan imunisasi
didapatkan 20 responden
(65%) dengan status
melaksanakan imunisasi
sesuai jadwal/interval. Dari
hasil uji statistik Spearmen’s
rho didapatkan hasil koefisien
31