BELL’S PALSY
Avelina Irene Djedoma
Program Internsip Dokter Indonesia
RSUD Klungkung
BAB I
PENDAHULUAN
Bell’s palsy (BP) :
•paresis nervus fasialis perifer
•bersifat akut
•penyebabnya tidak diketahui pasti (idiopatik)
•Apabila faktor penyebab jelas maka disebut paralisis
fasialis perifer dan bukan bell’s palsy
Kortikosteroid :
•steroid sangat efektif dan harus digunakan untuk
meningkatkan kemungkinan pemulihan kembali
fungsi nervus fasialis.
•Dosis : 60 mg/hari selama 5 hari lalu dilakukan
penurunan dosis dalam waktu 5 hari berikutnya
Medikamentosa yaitu diturunkan 10 mg/hari
Terapi
Antiviral :
•Dosis Acyclovir diberikan 400 mg 5 kali sehari
selama 10 hari atau Valaciclovir 500 mg 2 kali sehari
selama 5 hari
•Bell’s palsy awitan awal antiviral yang
dikombinasikan dengan steroid tidak meningkatkan
probabilitas pemulihan kembali nervus fasilalis >7%
Fisioterapi
Operasi
Komplikasi Prognosis
Riwayat Sosial :
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Kebiasaan
pasien setiap hari adalah pergi ke pasar jam 5 pagi dan
jarang menggunakan helm. Pasien sering tidur di lantai
dan menggunakan kipas angin karena cuaca sangat
panas. Pasien adalah pengguna jaminankesehatan JKBM.
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis Pemeriksaan Fisik
GCS : E4V5M6
Tanda vital : TD 130/90 mmHg; N
64x/m; R 20x/m; S 36.3°C
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : anemia -/-, ikt-/-
THT : dalam batas normal; wajah tidak ditemukan vesikel
pada daerah sekitar telinga dan tidak terdapat pembengkakan
atau massa pada kelenjer parotis
Thorax : Cor : S1S2 normal, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-),bising usus normal, hepar dan
lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal.
Status Neurologi
Kepala
Bentuk : mesosefal
Simetri : (+)
Nyeri tekan : (-)
Pulsasi : (-)
Leher
Sikap : tegak
Pergerakan : bebas ke segala
arah
Kaku kuduk : (-)
Saraf otak
Extremitas
A. Superior
Inspeksi
Atrofi otot :(-)
Pseudohypertrofi :(-)
Palpasi
Nyeri :(-)
kontraktur :(-)
konsistensi : lembek
Perkusi
normal : normal
reaksi myotonik : ( - )
Motorik
Kekuatan otot
( N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dpt melawan tahanan minimal (75
%), 3= dpt melawan gravitasi (50%), 2= dpt menggerakan
sendi (25%), 1 = msh ada kontraksi otot (10%), 0 = tidak ada
gerak sama sekali (0%).
• Refleks fisiologis
- BPR (+) (+)
- TPR (+) (+)
• Refleks Patologis
- Hoffman (-) (-)
- tromner (-) (-)
SENSIBILITAS
Eksteroseptik : tidak dilakukan
Propioseptik : tidak dilakukan
Enteroseptik : tidak dilakukan
Rasa kombinasi : tidak dilakukan
B. Inferior
inspeksi : normal
palpasi : normal
perkusi : normal
Motorik
Kekuatan otot
( N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dpt melawan tahanan minimal
(75 %), 3= dpt melawan gravitasi (50%), 2= dpt menggerakan
sendi (25%), 1 = msh ada kontraksi otot (10%), 0 = tidak ada
gerak sama sekali (0%).
Terapi
• Methylprednisolone 3x4 mg
• Mecobalamin 3x 1 tab
• Fisioterapi
Prognosis
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad fungsional : dubius ad bonam
PEMBAHASAN
Data epidemiologi:
•prevalensi Bell’s palsy rata-rata berkisar
antara 10–30 pasien per 100.000 populasi per
tahun dan meningkat sesuai pertambahan
umur.
Telah dilaporkan suatu kasus Bell’s •Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah
palsy pada pasien perempuan sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s
berusia 36 tahun palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus
neuropati
Anamnesis :
didapatkan bahwa terdapat
kelumpuhan pada nervus fasialis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
tipe perifer : serta beberapa pemeriksaan fisik, dalam hal ini
•mulut pasien mencong ke kanan
yaitu pemeriksaan neurologis.
•mata kiri tidak menutup sempurna
•pipi terasa kencang
•Sisi wajah sebelah kiri terasa tebal, Pada Bell’s palsy ditemukan adanya lesi nervus
kaku, dan bergerak sendiri fasialis (N.VII) perifer yang dapat dinilai saat
Pemeriksaan Fisik: pasien dalam keadaan diam dan saat gerak
kelemahan pada otot wajah sisi kiri (kontraksi otot-otot yang dipersarafi N.VII)
dan menunjukkan lesi pada N.VII
perifer Lesi di luar foramen stylomastoideus
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang
Pemeriksaan laboratorium, CT
spesifik untuk mendiagnosis kasus Bell’s palsy,
scan, MRI dan elektrodiagnostik
kecuali bila dicurigai adanya penyebab yang
tidak dilakukan pada pasien ini
lain.