PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
utama. Insiden NPB di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih
60%-80% individu setidaknya pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Nyeri
Insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua,
nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan
menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan
mencari pertolongan medis, dan 25% di antaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih
lanjut. Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala
dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara lain kelainan
muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan psikogenik. Salah satu penyebab
yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi spesifik) adalah hernia
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak
diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami
tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang
melalui tulang belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus
pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas spinalis
atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri
yang hebat.2,3
1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 44 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Ras : Bugis
Status : Menikah
Agama : Islam
Nomor RM : 14 18 26
2
I. ANAMNESIS
Anamnesis terpimpin :
Pasien mengeluh nyeri punggung bawah yang dialami sejak 1 tahun dan
memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan setelah pasien
pasien duduk atau berdiri lama, nyeri berkurang saat berbaring dan setelah
minum obat (NPRS 8). Saat ini nyeri sudah berkurang (NPRS 5). Nyeri yang
dirasakan ngilu dan menjalar ke kaki kanan. Demam tidak ada. Sakit kepala tidak
Riwayat trauma tidak ada. Riwayat mengangkat beban berat ada. Riwayat
kelemahan tungkai tidak ada. Riwayat hipertensi ada sejak 2 tahun, tidak berobat
Anamnese sistematis
Nyeri kepala tidak ada, demam tidak ada. Batuk tidak ada. Nyeri pinggang
menjalar ke kaki sebelah kanan. Pasien juga mengeluh keram pada kedua
3
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Gizi : Cukup
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 37,0C
Bentuk/ukuran : normocephal
o Thoraks :
Status Neurologik
1. GCS : E4 M6 V5
4. Nervus kranialis :
4
N.II (Optikus) : OD OS
Ketajaman penglihatan : N N
N.III, IV, VI : OD OS
Ptosis: : - -
Exoftalmus : - -
Pupil
RCL/RCTL : + +
Refleks akomodasi : + +
Parese kearah : - -
Nistagmus : - -
N.V (Trigeminus):
Sensibilitas
N.VI :+
N.V2 :+
N. V3 :+
Motorik
5
Refleks kornea : Dalam batas normal
N. VII (Facialis):
N.VIII (Auskultasi):
Pendengaran : Normal
N. IX/X (Glossopharingeus/vagus):
Suara : Normal
Takikardi/bradikardi : Tidak
N. XI (Accecorius):
N. XII (Hypoglosus):
5. Fungsi motorik :
N N 5 5
Pergerakan Kekuatan
N 4 5
N N
Tonus BPR N N
N N
TPR N N
6
APR N N HT - -
KPR B - -
- -
Refleks Patologi
- -
8. Gangguan koordinasi :
9. Gangguan Keseimbangan
Tes Patrick + -
Tes Contrapatrik - -
7
III. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK DAN PEMERIKSAAN LAIN-LAIN
2. MRI
- Spondilosis Lumbosacralis
L5-S1 serta protrutio disc ke posterior yang menekan thecal sac sentralis
- Bulging disc pada level L3-L4 yang menekan thecal sac dan recessus lateralis
bilateral.
- Protrutio disc pada level L4-L5 yang menekan thecal sac, recessu lateralis, nerve
- Degenerative modic chage (Type 2) dan degenerative disc disease (Pfirman grade
III-IV)
8
9
IV. RESUME
dialami sejak 1 tahun dan memberat 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
memberat saat pasien duduk atau berdiri lama, nyeri berkurang saat berbaring dan
setelah minum obat (NPRS 8). Nyeri yang dirasakan ngilu dan menjalar ke kaki
Normal, Motorik kekuatan 4 pada tungkai kanan, APR menurun bilateral, sensorik
otonom normal. Hasil pemeriksaan MRI Bulging disc pada level L3-L4 yang
menekan thecal sac dan recessus lateralis bilateral. Protrutio disc pada level L4-L5
yang menekan thecal sac, recessu lateralis, nerve root bilateral terutama pars
dextra.
V. DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi
VII. PENATALAKSANAAN
Infus RL 20 tetes/menit
10
Amlodipine 5 mg 0-0-1
VIII. FOLLOW UP
Tanggal Hasil Follow Up Terapi
02 S : Nyeri punggung bawah menjalar ke IVFD RL 20 tpm
September kaki kanan (NPRS: 5) 1. Ketorolac 30 mg/12 jam/iv (bila
2017 O: - TD: 140/90 mmHg nyeri NPRS >7)
- HR: 80x/menit 2. Gabapentin 75 mg, Amitriptilin
- RR: 20 x/mnit 1/3 tab 1-0-1
o
- S : 37 C 3. Mecobalamin 1 ampul/24 jam/iv
GCS: E4M6V5 4. Amlodipin 5 mg 0-0-1
RM : KK - / KS -/-
NPRS : 5
Rencana foto lumbosakral
FODS : papil edema -/-
Pupil bulat isokor 2.5mm/2.5mm
RCL +/+
RCTL +/+
Nn. Craniales: normal
Motorik
Pergerakan Kekuatan
N N <
5 5
N 4 5
Tonus +
Refleks Fisiologis
=
N N N N
N N
Refleks Patologis
- -
- --
Sensorik :
Hipestesi dermatom L4
Otonom :
BAB: Normal
11
BAK: Lancar
Pemeriksaan Fisis
Patrick (+/-)
Kontra Patrick (-/-)
Laseque (+/-)
A: Ischialgia dekstra ec HNP
Hipertensi
03 S : Nyeri punggung bawah menjalar ke IVFD RL 20 tpm
September kaki kanan (NPRS: 5) 1. Ketorolac 30 mg/12 jam/iv
2017 O: - TD: 150/100 mmHg (bilanyeri NPRS >7)
- HR: 80x/menit 2. Gabapentin 75 mg, Amitriptilin
- RR: 20 x/mnit 1/3 tab 1-0-1
- S : 37 oC 3. Mecobalamin 1 ampul/24 jam/iv
GCS: E4M6V5 4. Amlodipin 5 mg 0-0-1
RM : KK - / KS -/-
NPRS : 5
FODS : papil edema -/-
Pupil bulat isokor 2.5mm/2.5mm
RCL +/+
RCTL +/+
Nn. Craniales: normal
Motorik
Pergerakan Kekuatan
N N <
5 5
N 4 5
+
=
Tonus Refleks Fisiologis
N N N N
N N
Refleks Patologis
- -
- -
12
Sensorik :
Hipestesi dermatom L4
Otonom :
BAB: Normal
BAK: Lancar
Pemeriksaan Fisis
Patrick (+/-)
Kontra Patrick (-/-)
Laseque (+/-)
A: Ischialgia dekstra ec HNP
Hipertensi
04 S : Nyeri punggung bawah menjalar ke IVFD RL 20 tpm
September betis. Kram-kram pada tungkai 1. Meloxicam 7,5 mg/12 jam/oral
2017 kanan (+) 2. Gabapentin 75 mg, Amitriptilin
O: - TD: 130/ 80 mmHg 1/3 tab/8jam/oral
- HR: 76x/menit 3. Mecobalamin 1 ampul/24 jam/iv
- RR: 18 x/mnit 4. Amlodipin 5 mg 0-0-1
- S : 36,5oC
Tunggu hasil MRI lumbosakral
GCS: E4M6V5
RM : KK - / KS -/-
NPRS : 3-4
FODS : papil edema -/-
Pupil bulat isokor 2.5mm/2.5mm
RCL +/+
RCTL +/+
Nn. Craniales: normal
Motorik
Pergerakan Kekuatan
N N <
5 5
N 4 5
+
=
13
Tonus Refleks Fisiologis
N N N N
N N
Refleks Patologis
- -
- --
Sensorik :
Hipestesi dari akral sampai L4
dekstra
Otonom :
BAB: Normal
BAK: Baik
PemeriksaanFisis
Patrick (+/-)
Kontra Patrick (+/-)
Laseque (+/-)
A: Ischialgia dekstra ec suspek HNP.
Hipertensi
05 S : Nyeri punggung bawah menjalar ke IVFD RL 20 tpm
September betis. Kram-kram pada tungkai 1. Meloxicam 7,5 mg/12 jam/oral
2017 kanan (+) 2. Gabapentin 75 mg, Amitriptilin
O: - TD: 130/ 80 mmHg 1/3 tab/8jam/oral
- HR: 76x/menit 3. Mecobalamin 1 ampul/24 jam/iv
- RR: 18 x/menit 4. Amlodipin 5 mg 0-0-1
- S : 36,5oC
GCS: E4M6V5 Tunggu hasil MRI lumbosakral
NPRS : 3-4
Nn. Craniales: normal
Motorik
Pergerakan Kekuatan
N N <
5 5
z 4 5
N
z +
=
14
Tonus Refleks Fisiologis
N N N N
N N
Refleks Patologis
- -
- --
Sensorik :
Hipestesi dari akral sampai L4
dekstra
Otonom :
BAB: Normal
BAK: Baik
Pemeriksaan Fisis
Patrick (+/-)
Laseque (+/-)
A: Ischialgia dekstra ec suspek HNP
Hipertensi
06 S : Nyeri pinggang sebelah kanan IVFD RL 20 tpm
September menjalar ke betis. Nyeri berkurang 1. Meloxicam 7,5 mg/12 jam/oral
2017 saat baring. 2. Gabapentin 75 mg, Amitriptilin
O: - TD: 130/90 mmHg 1/3 tab/8jam/oral
- HR: 88x/menit 3. Mecobalamin 1 ampul/24 jam/iv
- RR: 20 x/mnit 4. Amlodipin 5 mg 0-0-1
- S : 36,5oC
Hasil MRI
GCS: E4M6V5
- Mild posterolisthesis CV L4-L5
NPRS : 3-4
- Spondylosis lumbosakralis
FODS : papil edema -/-
- Gambaran spondylidiscitis
Pupil bulat isokor 2.5mm/2.5mm
- Bulging disc level L4-L5
RCL +/+
- Protrusi disc level L4-L5
RCTL +/+
- Atropathy dan efusi facet 3 mm
Nn. Craniales: normal
- Degenerative modic chage (type)
15
Motorik Degenerative disc disease
Pergerakan Kekuatan (pyriformis)
N N 5 5
N N N N
N N N
Refleks Patologis
- -
- --
Sensorik :
Hipestesi dari akral sampai L4
dextra
Otonom :
BAB: Normal
BAK: Baik
A: Ischialgia dekstra ec HNP
Spondylodiscitis
Spondylolisthesis
Hipertensi
07 S Tidur baik, nyeri berkurang, BAB 1. Meloxicam 7,5 mg/12 jam/oral
September dan makan baik. 2. Gabapentin 100 mg, Amitriptilin
2017 O - TD: 110/70 mmHg 1/3 tab/8jam/oral
- HR: 82x/menit reguler 3. Mecobalamin 1x1
- RR: 20 x/mnit 4. Diazepam 2 mg 0-0-I
- S : 36,2 oC 5. Amlodipin 5 mg 0-0-1
GCS: E4M6V5 Boleh rawat jalan
NPRS : 2-3
Nn. Craniales: normal
16
Motorik
Pergerakan Kekuatan
N N <
5 5
N <5 5
Tonus Refleks Fisiologis
N N N N
N N N
Refleks Patologis
- -
- --
Sensorik :
Hipestesi dari akral sampai L4
dextra
Otonom :
BAB: Normal
BAK: Normal
A Ischialgia dekstra ec HNP
Spondylodiscitis
Spondylolisthesis
Hipertensi terkontrol
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
yang berdekatan, sendi antara arkus vertebra, sendi kostovertebralis dan sendi
vertebra yang berdekatan. Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan
lebar, berjalan memanjang pada bagian depan korpus vertebra dan diskus
ekstensi, sedangkan dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus vertebra
lebih kuat dari pada posterior, sehingga prolaps diskus lebih sering kearah posterior.
Pada bagian posterior terdapat struktur saraf yang sangat sensitif terhadap penekanan
18
Gambar 1. Pembagian Regio dari Columna Vertebralis
Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok; nukleus pulposus ditengah dan
anulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan dari tulang yang di atas dan
dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus
vertebra yang berdekatan. Selain itu. juga memainkan peranan penting dalam
vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal sedangkan yang paling
19
tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan bertambahnya usia, kandungan air
3.2. DEFINISI
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan melalui
lubang yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang terbuat dari
serat elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus intervertebralis.2,3
ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposus menonjol (bulging) dan menekan
menimbulkan gangguan.6
20
HNP mempunyai banyak sinonim antara lain : Hernia Diskus Intervertebralis,
3.3. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi HNP berkisar antara 1 2 % dari populasi. Usia yang paling sering
adalah usia 30 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-
L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian Dammers dan Koehler pada 1431 pasien
dengan herniasi diskus lumbalis, memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4 secara
HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang penting.
dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Inside HNP di Amerika Serikat
adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri
terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens
tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung
bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita dan menyebabkan gangguan
tidur pada 20% penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu
21
HNP merupakan penyebab 2% dari total nyeri punggung bawah yang baru. Lebih
dari 95% HNP terjadi di daerah lumbal. Terutama radiks L5 dan S1. Didaerah servikal,
3.4. PATOMEKANISME
1. Proses Degenaratif
sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna vertebralis dan juga
bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai menjadi 70% pada orang usia lanjut).
Selain itu serabut-serabut menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu
terjadinya perubahan ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan
radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna
vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke yang kurang mobil
2. Proses Traumatik
yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain degenerasi, gerakan repetitive,
seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi, dan mengangkat beban dapat memberi
tekanan abnormal pada nukleus. Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai
annulus, nucleus pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula
menyebabkan herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh.4,7
yaitu:3,4,7
22
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan
annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus
fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada di bawah
posterior
23
Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di dalam
medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal ini dapat
menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi ini
dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri yang
berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan suplai
darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari penekanan pada nervus.4,9
2. Beban berat
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nukleus p u l p o s u s ( g e l ) a k a n k e l u a r , a k a n t i m b u l r a s a n y e r i o l e h
direspond e n g a n p e n g e l u a r a n b e r b a g a i m e d i a t o r i n f l a m a s i y a n g a k a n
m e n i m b u l k a n p e r s e p s i nyeri.
adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul
dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator
inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.
24
yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. N y e r i
mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
Berikut ini adalah faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP:5
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama
b. Trauma
jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan
dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan
columna vertebralis.
25
3.6. GAMBARAN KLINIS
Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang terkena.
Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika nucleus
pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah iskialgia (nyeri
radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut menjalar
sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan gejala
kesemutan atau rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau cauda
ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri yang
timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan otot
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah,
yang pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan
gejaladan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya
Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada
tubuh. masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic
menjalar dari tulang punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke
bokong dan dibelakang lutut. Di sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang
Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa
menyebar sepanjang panjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5%
pada orang Ischialgia, yaitu suatu kondisi dimana saraf Ischiadikus yang
mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit. Penyebab terjepitnya saraf ini ada
beberapa faktor, yaitu antara lain kontraksi atau radang otot-otot daerah bokong,
26
adanya perkapuran tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus (HNP),
sampai ke tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri dirasakan seperti
ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan
dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat,
otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan
achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi d a n f u n g s i s e k s u a l . K e a d a a n i n i m e r u p a k a n
27
kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk
3.7.1. Anamnesis
Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi nyeri;
kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri;
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf.
sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat diketahui
c. Pemeeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri maupun secara
pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini memperkirakan derajat nyeri, function
laesa, atau untuk memeriksa ada/ tidaknya penyebaran rasa nyeri. 3,4,9
28
2. Straight Leg Raise (Laseque) Test:
Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam posisi
supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai
terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki
dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar. 3,4,9
3. Lasegue Menyilang
Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis timbul pula rasa
nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa radiks yang
Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi dorsofleksi pada kaki,
hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L5-S1.3,4
5. Knee-Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut, hal ini
1. X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus
pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi
diskus maupun jebakan akar saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan
pada diskus dengan gambaran penyempitan celah atau perubahan alignment dari
vertebra.9
29
2. Myelogram
spinalis. Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray dapat nampak
3. MRI
Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna
Gambar 6. MRI dari columna vertebralis normal (kiri) dan mengalami herniasi (kanan)
4. Elektromyografi
nervus.
30
3.9. PENATALAKSANAAN13,14
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah akut,
misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri hilang
b. Iontophoresis
efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri. Modalitas ini terutama
d. Ultrasound
menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan lunak
31
2. Latihan dan modifikasi gaya hidup
tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk mengurangi NPB
Endurance exercisi latihan aerobit yang memberi stres minimal pada punggung seperti
jalan, naik sepeda atau berenang dimulai pada minggu kedua setelah awaitan NPB.13
dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan
pasien. Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga
Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat
c. Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih aman.
32
d. kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP yang
e. Analgetik ajuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada
Gabapentin.
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi lokal dan
punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain,
b. Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada
minggu.
c. Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan
tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari
pasien.
d. Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
33
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:14
a. Distectomy
b. Percutaneous distectomy
aspirasi.
c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara
3.10. PENCEGAHAN
Hernia nukleus pulposus dapat dicegah terutama dalam aktivitas fisik dan pola
dan berenang
b. Hindari mengangkat barang yang berat, edukasi cara mengangkat yang benar.
34
BAB IV
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak
diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami
tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang
melalui tulang belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus
pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas pinalis
atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri
yang hebat.
ruptur annulus fibrosus sehingga nucleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan
kearah kanalis spinalis. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5;
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus
Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal 749-751.
2. Kumala, poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. Edisi Bahasa Indonesia.
7. Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-148
8. Tanto, Chris & dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 Revisi. Jakarta: FK UI. 2016.
10. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelim a.
12. S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik. Badan Penerbit FK UI. Jakarta Badan Penerbit
13. Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. [online]. [cited
36
14. Gregory DS, Seto CK, Wortley GC, Shugart CM. Acute Lumbar Disk Pain :
37