PENDAHULUAN
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala
atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala.
Nyeri kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum
dialami oleh masyarakat. Telah dilakukan penelitian sebelumnya bahwa dalam 1
tahun, 90% dari populasi dunia mengalami paling sedikit 1 kali nyeri kepala.
Menurut WHO dalam banyak kasus nyeri kepala dirasakan berulang kali oleh
penderitanya sepanjang hidupnya. 1,2,3
Salah satu nyeri kepala yang mempunyai prevalensi tertinggi adalah tension
type headache (NT; nyeri kepala tipe tegang). Prevalensi NT pada survei populasi
umum berkisar 30-80% dan menurun dengan bertambahnya usia baik pada laki-
laki maupun wanita.6 Pada studi epidemiologik NT di Santiago pada tahun 1993,
didapatkan nyeri kepala tegang episodik (NTE) 24,3% dan nyeri kepala tegang
kronik (NTK) 2,6%.7
Mekanisme dasar NT belum dipahami secara pasti sampai saat ini, tetapi
sejumlah faktor diketahui dapat memperberat atau mencetuskan NT. Dalam
kriteria International Headache Society (IHS) mengelompokkan faktor kausatif
yang berperan dalam terjadinya NT, yaitu stres psikososial, ansietas, depresi, dan
stres otot.1
28
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 19 Maret 2019 pukul 11.00 WIB di
Ruang Flamboyan.
28
Pasien menyangkal adanya demam dan silau bila melihat cahaya.
Pasien mengeluh mual dan muntah berupa cairan tanpa ampas, sekitar
5 sendok makan. Nafsu makan pasien juga berkurang karena sakit
kepala. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati. Selain itu pasien
tidak bisa tidur karena sakit kepala. Nyeri pada telinga, penurunan
pendengaran disangkal. Riwayat stress disangkal. Pasien sudah
mencoba mengobati sendiri dengan obat warung, tetapi pasien
mengaku tidak kunjung membaik. Akhirnya pasien memutuskan
untuk berobat kerumah sakit.
Status Present
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- GCS : E4M6V5
- Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,6º C
RR : 20 x/menit
Status Generalis
- Kepala
Rambut : hitam, ikal, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga: simetris, liang lapang, sekret (-/-)
28
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : bibir sianosis (-), lidah atrofi (-), deviasi (-)
- Leher
Pembesaran KGB : tidak ada
Pembesaran tiroid : tidak ada
JVP : tidak meningkat
- Thorak
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris
Palpasi : fremitus taktil simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : timpani
- Ekstrimitas
Superior : edema (-/-)
Inferior : edema (-/-)
28
Status Neurologis
Saraf cranialis
● N. olfaktorius (N. I)
Dextra Sinistra
Daya penciuman hidung Normosomia Normosomia
Dextra Sinistra
Tajam penglihatan 1/60 1/60
Lapang pandang Normal Normal
Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Mata
Medial Baik Baik
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Ukuran pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tak + +
langsung
Akomodasi + +
Dextra Sinistra
Gerakan mata medial
Baik Baik
bawah
● N. trigeminus (N. V)
28
Menggigit Normal
Sensibilitas +
Oftalmikus
+
Maksilaris
Mandibularis +
Refleks kornea +
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral Baik Baik
Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata Normal Normal
Senyum Normal Normal
28
Atropi : tidak ada
Fasikulasi : tidak ada
Deviasi : tidak ada
Motorik
Kekuatan Otot 5555 5555
5555 5555
Sensorik
Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah
Refleks Fisiologi
Dextra Sinistra
28
Bisep + +
Trisep + +
Patella + +
Achilles + +
Reflex Patologis
Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -
2.4. DIAGNOSIS
28
2.5. PENATALAKSANAAN
a) Non-medikamentosa
- ABC (Airway, Breathing, Circulation)
- Tirah baring
- Monitor tanda-tanda vital
- Posisi kepala 300
b) Medikamentosa
- Oksigen 2l/menit
- IVFD Asering XX tpm
- Drip ketorolac 1amp
- Inj. Ondansetron 8mg/8jam
- Mecobalamin tablet 2x500µg
- Clobazam tablet 2x5mg
2.6. PROGNOSIS
28
2.7. FOLLOW UP
21 Maret 2019
S/ -
O/ Kesadaran: compos mentis
TD: 130/80 mmHg RR: 18x/menit
N: 84x/menit T: 36,5 C
A/ Cephalgia berat
P/ BLPL
Mecobalamin 2x500µg
Paracetamol 3x500mg
Ranitidin 2x150mg
28
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri atau rasa tidak enak di kepala,
setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah
dan leher. Struktur di kepala yang peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia,
otot-otot, arteri ekstra dan intraserebral, meningen, dasar fossa anterior, fossa
posterior, tentorium serebeli, sinus venosus, nervus V, VII, IX, X, radix posterior
C2, C3, bola mata, rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa gigi. Sedangkan
otak tidak sensitif terhadap nyeri.
Cephalgia akan menjadi masalah, baik bagi penderitanya maupun dokter
yang mengobatinya, apabila terjadi secara menahun atau kronik berulang. Dalam
hal ini sering sefalgia merupakan gejala tunggal atau gejala yang paling
menyolok.1
3.2. EPIDEMIOLOGI
28
3.3. MANIFESTASI KLINIK
a) Lokasi Nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak dirasakan
didalam rongga tengkorak melainkan akan diproyeksikan ke
permukaan dan dirasakan di daerah distribusi saraf yang bersangkutan.
Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan kranium, di fosa
kranium tengah dan depan, serta di supratentorium serebeli dirasakan
di daerah frontal, parietal di dalam atau belakang bola mata dan
temporal bawah. Nyeri ini disalurkan melalui cabang pertama nervus
Trigeminus.2,3
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli di
fosa posterior (misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan ke
belakang telinga, di atas persendian serviko-oksipital atau dibagian
atas kuduk. Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1, C2 dan C3
berperan untuk perasaan di bagian infratentorial. Bangunan peka nyeri
ini terlibat melalui berbagai cara yaitu oleh peradangan, traksi,
kontraksi otot dan dilatasi pembuluh darah.2,3
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga &
hidung cenderung di frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang
bertambah hebat menunjukkan kemungkinan massa intrakranial yang
membesar (hematoma subdural, anerysma, tumor otak).2,3
b) Durasi Nyeri
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan
(pressure headache) disebabkan oleh ketegangan emosional dapat
berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu. Pada penderita
migraine dirasakan nyeri kepala paroksismal, singkat & melumpuhkan,
berlansung kurang dari 30 menit.2,3
c) Frekuensi Nyeri
Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah diketahui.
Pada wanita yang menderita migrane akan mendapat serangan
berulang ketika sedang menstruasi. Sedangkan nyeri kepala yang
berhubungan dengan gangguan hidung akan berulang apabila sering
terjadi infeksi traktus respiratorius atas yang sering ditemukan.2,3
3.4. PATOGENESIS
28
Menurut H.G. Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan nyeri
kepala yang berasal dari sumber intracranial, yaitu: 3,4
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid
meningen meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri
tersebut dapat dibangkitkan oleh karena tindakan fisik seperti batuk,
mengejan yang meningkatkan tekanan intrakranial dan dapat memperburuk
nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan atau massa intrakranial. 3,4
3.5. KLASIFIKASI
28
3.5.1. NYERI KEPALA PRIMER
A. MIGRAINE
a) Definisi
c) Klasifikasi
28
muntah, kejadian ini terjadi berurutan dan manifestasi nyeri kepala
biasanya tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20 menit. 6,7
- Migraine tanpa aura
Migraine tanpa aura disebut juga sebagai migraine umum.
Sakit kepalanya hampir sama dengan migraine dengan aura.
Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala dan bersifat pulsatil
dengan disertai mual, fotofobia dan fonofobia. Nyeri kepala
berlangsung selama 4-72 jam.6,7
d) Patofisiologi
- Teori vascular
Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan
dalam terjadinya migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat
dengan adanya nyeri kepala disertai denyut yang sama dengan
jantung. Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama
terletak di perifer otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat.
Teori ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh darah
ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan teraba denyut
jantung.7,8.
- Teori Neurovaskular dan Neurokimia
Teori vaskular berkembang menjadi teori neurovaskular
yang dianut oleh para neurologist di dunia. Pada saat serangan
migraine terjadi, nervus trigeminus mengeluarkan CGRP
(Calcitonin Gene-related Peptide) dalam jumlah besar. Hal inilah
yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah multipel,
sehingga menimbulkan nyeri kepala.7,8.
- Teori cortical spreading depression (CSD)
Patofisiologi migraine dengan aura dikenal dengan teori
cortical spreading depression (CSD). Aura terjadi karena terdapat
eksitasi neuron di substansia nigra yang menyebar dengan
kecepatan 2-6 mm/menit. Penyebaran ini diikuti dengan
gelombang supresi neuron dengan pola yang sama sehingga
membentuk irama vasodilatasi yang diikuti dengan vasokonstriksi.
Prinsip neurokimia CSD ialah pelepasan Kalium atau asam amino
eksitatorik seperti glutamat dari jaringan neural sehingga terjadi
28
depolarisasi dan pelepasan neurotransmiter lagi.CSD pada episode
aura akan menstimulasi nervus trigeminalis nukleus kaudatus,
memulai terjadinya migraine. Pada migraine tanpa aura, kejadian
kecil di neuron juga mungkin merangsang nukleus kaudalis
kemudian menginisiasi migren.7,8.
e) Diagnosis
- Migraine tanpa aura
Kriteria diagnostik:
1) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria
2-4.
2) Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak
diobati atau tidak berhasil diobati).
3) Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik
berikut:
• Lokasi unilateral
• Kualitas berdenyut
• Intensitas nyeri sedang atau berat
• Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik
tangga).
4) Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
• Mual dan/atau muntah
• Fotofobia dan fonofobia
5) Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
28
• Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral
17
• Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5
menit dan /atau jenis aura yang lainnya > 5 menit.
• Masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60
menit.
4) Nyeri kepala memenuhi kriteria 2-4.
5) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
f) Penatalaksanaan
- Medikamentosa
• Terapi Abortif
1. Sumatriptan
• Indikasi: serangan migren akut dengan atau tanpa aura
• Dosis & Cara Pemberian: dapat diberikan secara
subkutan dengan dosis 4-6 mg. Dapat diulang sekali
setelah 2 jam kemudian jika dibutuhkan. Dosis
maksimum 12 mg per 24 jam.3,4
2. Zolmitriptan
• Indikasi: Untuk mengatasi serangan migraine akut
dengan atau tanpa aura pada dewasa. Tidak ditujukan
untuk terapi profilaksis migren atau untuk tatalaksana
migren hemiplegi atau basilar.3,4
• Dosis & Cara Pemberian: Pada uji klinis, dosis tunggal
1; 2,5 dan 5 mg efektif mengatasi serangan akut. Pada
perbandingan dosis 2,5 dan 5 mg, hanya terjadi sedikit
penambahan manfaat dari dosis lebih besar, namun efek
samping meningkat. Oleh karena itu, pasien sebaiknya
mulai dengan doss 2,5 atau lebih rendah. Jika sakit terasa
lagi, dosis bisa diulang setelah 2 jam, dan tidak lebih dari
10 mg dalam periode 24 jam.3,4
3. Eletriptan
• Indikasi: Penanganan migraine akut dengan atau tanpa
aura.
28
• Dosis & Cara Pemberian: 20–40 mg po saat onset
berlangsung, dapat diulang 2 jam kemudian sebanyak 1
kali. Dosis maksimum tidak melebihi 80 mg/24 jam.3,4
• Terapi Profilaktif
Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk mengurangi
frekuensi berat dan lamanya serangan, meningkatkan respon
pasien terhadap pengobatan, serta pengurangan disabilitas.
Obat-obatan yang sering diberikan:3,4
1. Beta-blocker:
- Propanolol yang dimulai dengan dosis 10-20 mg 2-3x1
dan dapat ditingkatkan secara gradual menjadi 240
mg/hari.
- Atenolol 40-160 mg/hari
- Timolol 20-40 mg/hari
- Metoprolol 100-200 mg/hari
2. Calcium Channel Blocker:
- Verapamil 320-480 mg/hari
- Nifedipin 90-360 mg/hari
3. Antidepresan, misalnya amitriptilin 25-125 mg,
antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif untuk mencegah
timbulnya migraine.
4. Antikonvulsan:
- Asam valproat 250 mg 3-4x1
- Topiramat
5. Methysergid, derivatif ergot 2-6 mg/hari untuk beberapa
minggu sampai bulan efektif untuk mencegah serangan
migraine
- Non Medikamentosa
• Terapi abortif
• Terapi profilaktif
28
Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan
migraine yang dialami. Pasien diharapkan dapat menghindari
faktor-faktor pencetus timbulnya serangan migraine.
Disamping itu, pasien dianjurkan untuk berolahraga secara
teratur untuk memperlancar aliran darah.3,4
a) Definisi
c) Klasifikasi
28
d) Diagnosis
e) Penatalaksanaan
C. CLUSTER HEADACHE
a) Definisi
28
• Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
• Pelepasan histamin.
• Letupan paroxysmal parasimpatis.
• Abnormalitas hipotalamus.
• Penurunan kadar oksigen.
• Pengaruh genetik
Diduga faktor pencetus cluster headache antara lain:
• Glyceryl trinitrate.
• Alkohol.
• Terpapar hidrokarbon.
• Panas.
• Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
• Stres.
c) Diagnosis
28
- Oksigen: inhalasi oksigen, kadar 100% sebanyak 10-12
liter/menit selama 15 menit sangat efektif, dan merupakan
pengobatan yang aman untuk cluster headache akut.
- Triptan: Sumatriptan 6 mg subkutan, sumatriptan 20 mg
intranasal, dan zolmitriptan 5 mg intranasal efektif pada
pengobatan akut cluster headache. Tiga dosis zolmitriptan
dalam dua puluh empat jam bisa diterima. Tidak terdapat
bukti yang mendukung penggunaan triptan oral pada cluster
headache.
- Dihidroergotamin 1 mg intramuskular efektif dalam
menghilangkan serangan akut cluster headache. Cara
intranasal terlihat kurang efektif, walaupun beberapa pasien
bermanfaat menggunakan cara tersebut.
- Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan
untuk mengobati serangan akut cluster headache. Pasien tidur
telentang dengan kepala dimiringkan ke belakang ke arah
lantai 30° dan beralih ke sisi sakit kepala. Tetes nasal dapat
digunakan dan dosisnya 1 ml lidokain 4% yang dapat diulang
setekah 15 menit.
• Preventif
- Verapamil, dosis 80 mg tiga kali sehari, dosis harian akan
ditingkatkan secara bertahap dari 80 mg setiap 10-14 hari.
Dosis ditingkatkan sampai serangan cluster menghilang, efek
samping atau dosis maksimum sebesar 960 mg perhari.
- Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kgbb sampai 60
mg selama empat hari yang diturunkan bertahap selama tiga
minggu.
- Lithium karbonat, dosis lithium sebesar 600 mg sampai 900
per-hari dalam dosis terbagi.
- Topiramat, dosis 100-200 mg perhari.
- Melatonin, dosis biasa yang digunakan adalah 9 mg perhari.
- Obat-obat pencegahan lainnya termasuk gabapentin (sampai
3600 perhari) dan methysergide (3 sampai 12 mg perhari).
- Injeksi pada saraf oksipital: Injeksi metilprednisolon (80 mg)
dengan lidokain ke dalam area sekitar nervus oksipital
terbesar ipsilateral sampai ke lokasi serangan.
28
- Pendekatan Bedah: Pendekatan bedah modern pada cluster
headache didominasi oleh stimulasi otak dalam pada area
hipotalamus posterior grey matter dan stimulasi nervus
oksipital.
5. Glaukoma
7. Cedera kepala
28
11. Stroke
28
BAB IV
PEMBAHASAN
28
DAFTAR PUSTAKA
28