Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

Cephalgia

Anggita Fauzia Harnung


2013730009

1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau
merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala . Nyeri
kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum dialami oleh
masyarakat. Telah dilakukan penelitian sebelumnya bahwa dalam 1 tahun, 90% dari
populasi dunia mengalami paling sedikit 1 kali nyeri kepala. Menurut WHO dalam
banyak kasus nyeri kepala dirasakan berulang kali oleh penderitanya sepanjang
hidupnya. 1,2,3

Nyeri kepala diklasifikasikan oleh International Headache Society, menjadi


nyeri kepala primer dan sekunder. Yang termasuk ke dalam nyeri kepala primer
antara lain adalah: nyeri kepala tipe tegang (TTH - Tension Type Headache), migrain,
nyeri kepala cluster dan nyeri kepala primer lain, contohnya hemicrania continua.
Nyeri kepala primer merupakan 90% dari semua keluhan nyeri kepala. Nyeri kepala
juga dapat terjadi sekunder, yang berarti disebabkan kondisi kesehatan lain. 1,2,3

Migrain tanpa aura merupakan nyeri kepala vaskuler, unilateral, rekuren,


dengan gejala khas yaitu nyeri kepala yang berdenyut. Migrain termasuk ke dalam
derajat nyeri kepala sedang-berat, dapat berlangsung 4-72 jam jika pasien tidak
melakukan pengobatan. Laporan WHO menunjukkan bahwa 3000 serangan migrain
terjadi setiap hari untuk setiap juta dari populasi di dunia (WHO, 2001). Serangan
migrain pertama kebanyakan dialami pasien pada 3 dekade pertama kehidupan dan
angka kejadian tertinggi didapatkan pada usia produktif, yaitu pada rentang usia
rentang usia 25 - 55 tahun. Biasanya penderita migrain juga memiliki riwayat
penyakit tersebut pada keluarganya. 1,2,3

Angka kejadian migrain lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan


laki-laki, kurang lebih tiga kali dibandingkan dengan laki-laki. Pada perempuan lebih
tinggi diduga karena adanya faktor hormonal (hormonally-driven) yaitu hormon
esterogen. Di Negara Barat angka kejadian migrain berkisar antara 8-14 % (WHO,

2
2001), sedangkan di Asia lebih rendah yaitu 4-8%. Penelitian di Eropa dan Amerika
menunjukkan bahwa 15-18% perempuan, 6-8% laki-laki, 4% anak-anak mengalami
migrain setiap tahun, sedangkan di Asia 10% pada perempuan dan 3% pada laki-laki
(Cleveland Clinic). Data di Indonesia yaitu dari penelitian Zuraini dkk. menunjukkan
angka kejadian migrain di Medan sebesar 18,26 % pada perempuan dan 14,87 % pada
laki-laki sedangkan di Jakarta sebesar 52,5 % pada perempuan dan 35,8 % pada laki-
laki. 1,2,3

Migrain diklasifikasikan menjadi migrain tanpa aura dan migrain dengan


aura. Pada semua usia, migrain tanpa aura lebih banyak terjadi dibandingkan dengan
migrain dengan aura, dengan rasio kurang lebih antara 1,5 - 2:1. Dari beberapa
penelitian juga didapatkan data bahwa sebagian besar migrain yang dialami
perempuan usia reproduksi merupakan migrain tanpa aura. 2,3

Migrain pada saat ini menduduki urutan ke 20 dari semua penyakit yang
menyebabkan disabilitas di dunia (Migrain Research Foundation). Penelitian
sebelumnya juga melaporkan hal yang sama, bahwa penderita migrain mengalami
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari saat serangan timbul. Berdasarkan
hal-hal yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa nyeri kepala migrain
merupakan jenis nyeri kepala yang cukup sering terjadi di masyarakat, dengan gejala
klinis yang bervariasi dan menimbulkan disabilitas, namun begitu belum banyak
penelitian yang dilakukan mengenai nyeri kepala migrain itu sendiri, terutama di
Indonesia. 2,3,5

BAB II

3
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
‡ Nama : Ny. R
‡ Jenis kelamin : Perempuan
‡ Umur : 51 th
‡ Alamat : Rawamangun
‡ Agama : Islam
‡ Status : Menikah
‡ Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

ANAMNESIS
‡ Keluhan utama
Sakit kepala hilang timbul sejak 1 minggu yang lalu.
‡ Keluhan tambahan
Leher dan pundak kaku
‡ Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang hilang timbul
sejak 1minggu yang lalu. Sakit kepala dirasakan oleh pasien
seperti diikat pada kepala. Frekuensinya 3-4 kali sehari .
Berdenyut (-), ditusuk-tusuk (+), rasa penuh di kepala (-). Sakit
kepala dirasakan hilang timbul terutama saat pasien kecapekan.
Sakit kepala dirasakan tidak bertambah berat. Pasien sering
merasa kaku pada leher dan pundak sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien menyangkal adanya demam, dan silau bila melihat
cahaya. Tetapi ada mual muntah karena batuk yang di
rasakannya, pasien mengaku muntahnya hanya berupa cairan
tanpa ampas , sekitar 5 sendok makan. Nyeri pada telinga,
penurunan pendengaran , di sangkal, dan pasien mengaku nyeri
pada ulu hati. Pasien mengaku nyeri tidak mengganggu tidur
pasien dan tidak bertambah sakit pada malam hari. Riwayat

4
stress disangkal. Pasien sudah mencoba mengobati sendiri
dengan obat warung, tetapi pasien mengaku tidak kunjung
membaik. Akhirnya pasien memutuskan untuk berobat kerumah
sakit

Status Generalis
x Kepala : Normochepal, hematoma dibagian belakang kepala (-)
x Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)..
x Hidung : Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-)
x Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), lidah tremor
(-),
faring hiperemis (-), tonsil T1-T1, perdarahan (-)
x Telinga : Normotia, sekret (-)
x Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat

x Thorax
Jantung : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
x Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+), splenomegali (-), hepatomegaly (-)
Auskultasi : BU (+) normal
x Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)

STATUS NEUROLOGIK

5
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos metntis
GCS : E4 M5 V6 = 15
‡ Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk : -
Laseque sign : tidak terbatas
Kernig sign : tidak terbatas
Brudzinki I/II : -/-
Patrick : -/-
Kontrapatrick : -/-

Saraf Kranial
x N.I (Olfaktorius)

Dextra Sinistra

Daya pembau Normosomia Normosomia

x N.II (Optikus )
Kanan Kiri

Visus 1/60 1/60


Lapang Pandang Normal Normal
Funduskopi
Papil edema
Arteri:Vena Belum dapat melakukan

x N.III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Ptosis - -
Gerakan Mata
Medial Baik Baik

6
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm
Refleks
Cahaya + +
Langsung
Akomodasi Baik Baik

x N.IV (Trokhlearis)
Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Baik Baik
Medial Bawah

x N.V (Trigeminus)
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
x Oftalmikus +
x Maksilaris +
x Mandibularis +
Refleks kornea +

x N.VI (ABDUSENS)
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +

x N.VII (FASIALIS)

7
Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Kerutan dahi + +
Menutup mata Normal Normal
Menyeringai Tertinggal Normal

x N.VIII (Vestibulochoclearis)
Dextra Sinistra
Tes bisik + +
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach

x N. IX (Glosofaringeus) Dan N. X (Vagus)


Arkus faring Gerakan simetris
Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Sulit dinilai
Uvula Letak di tengah
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan

x N. XI (Aksesorius)
Dextra Sinistra
Memalingkan kepala Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal

x N.XII (Hipoglosus)

Sikap lidah Deviasi ke kanan

Fasikulasi -

8
Tremor lidah -

Atrofi otot lidah -

Motorik
Kekuatan Otot 5555 5555

5555 5555

Tonus otot : Normal


Atrofi : Tidak ada

Sensorik
Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah

Refleks Fisiologi
Dextra Sinistra
Bisep + +
Trisep + +
Brachioradialis + +
Patella + +

9
Achilles + +

Reflex Patologis
Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -

RESUME
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang hilang timbul sejak
1minggu yang lalu. Sakit kepala dirasakan oleh pasien seperti diikat pada kepala.
Frekuensinya 3-4 kali sehari . Berdenyut (-), ditusuk-tusuk (+), rasa penuh di kepala
(-). Sakit kepala dirasakan hilang timbul terutama saat pasien kecapekan. Sakit
kepala dirasakan tidak bertambah berat. Pasien sering merasa kaku pada leher dan
pundak sejak 1 minggu yang lalu. Pasien menyangkal adanya demam, dan silau bila
melihat cahaya. Tetapi ada mual muntah karena batuk yang di rasakannya, pasien
mengaku muntahnya hanya berupa cairan tanpa ampas , sekitar 5 sendok makan.
Nyeri pada telinga, penurunan pendengaran , di sangkal, dan pasien mengaku nyeri
pada ulu hati. Pasien mengaku nyeri tidak mengganggu tidur pasien dan tidak
bertambah sakit pada malam hari. Riwayat stress disangkal. Pasien sudah mencoba
mengobati sendiri dengan obat warung, tetapi pasien mengaku tidak kunjung
membaik. Akhirnya pasien memutuskan untuk berobat kerumah sakit. Pada
pemeriksaan fisik di temukan Tekanan darah :160/80 mmHg, Nadi : 84 kali / menit,
Suhu : 36.6 oC Pernapasan : 18 kali / menit,

LABORATORIUM

10
DIAGNOSIS

‡ Diagnosis klinis : Cephalgia, vomitus, ht grade II

‡ Diagnosis etiologis : Tension Type Headache

‡ Diagnosis topis :Muskulus pericarnii, trapezius,


sternokleidomastoideus

‡ Diagnosis patologis : vaskuler

TERAPI

‡ Infus Asering 8/jam

‡ Ketorolac

‡ Ranitidin

‡ Ondan sentron

PROGNOSIS

‡ Quo ad vitam : dubia at bonam

‡ Quo ad funcionam : dubia at bonam

‡ Quo ad sanacionam : dubia at bonam

BAB III

11
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Dapat dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan
pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah
belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri
kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal. Pendapat
lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah orbital
dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.1,3
Etiologi
Penyebab nyeri kepala bersifat multifaktorial, seperti kelainan
emosional, cedera kepala, migraine, demam, kelainan vaskuler
intrakranial, otot, massa intrakranial, penyakit mata, telinga / hidung. 1,3
Manifestasi Klinik
a) Lokasi Nyeri
Nyeri yang berasal dari bangunan intrakranial tidak
dirasakan didalam rongga tengkorak melainkan akan diproyeksikan
ke permukaan dan dirasakan di daerah distribusi saraf yang
bersangkutan. Nyeri yang berasal dari dua pertiga bagian depan
kranium, di fosa kranium tengah dan depan, serta di
supratentorium serebeli dirasakan di daerah frontal, parietal di
dalam atau belakang bola mata dan temporal bawah. Nyeri ini
disalurkan melalui cabang pertama nervus Trigeminus.2,3
Nyeri yang berasal dari bangunan di infratentorium serebeli
di fosa posterior (misalnya di serebelum) biasanya diproyeksikan
ke belakang telinga, di atas persendian serviko-oksipital atau
dibagian atas kuduk. Nervi kraniales IX dan X dan saraf spinal C1,
C2 dan C3 berperan untuk perasaan di bagian infratentorial.
Bangunan peka nyeri ini terlibat melalui berbagai cara yaitu oleh
peradangan, traksi, kontraksi otot dan dilatasi pembuluh darah.2,3
Nyeri yang berhubungan dengan penyakit mata, telinga &
hidung cenderung di frontal pada permulaannya. Nyeri kepala yang

12
bertambah hebat menunjukkan kemungkinan massa intrakranial
yang membesar (hematoma subdural, anerysma, tumor otak).2,3
b) Durasi Nyeri
Lamanya nyeri kepala bervariasi, pada nyeri kepala tekanan
(pressure headache) disebabkan oleh ketegangan emosional dapat
berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu. Pada penderita
migraine dirasakan nyeri kepala paroksismal, singkat &
melumpuhkan, berlansung kurang dari 30 menit.2,3
c) Frekuensi Nyeri
Berulangnya nyeri kepala suatu fenomena yang telah
diketahui. Pada wanita yang menderita migrane akan mendapat
serangan berulang ketika sedang menstruasi. Sedangkan nyeri
kepala yang berhubungan dengan gangguan hidung akan berulang
apabila sering terjadi infeksi traktus respiratorius atas yang sering
ditemukan.2,3
Patogenesis
Menurut H.G.Wolf terdapat 6 mekanisme dasar yang menimbulkan
nyeri kepala yang berasal dari sumber intracranial, yaitu : 3,4
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari
permukaan otak dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau
tarikan pada cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial (A.
Frontalis, A. Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap
nyeri meliputi kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, m.
temporalis, m.oksipitalis)
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan
cervikalis bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa
nyeri.

13
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah : parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid
meningen meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa
nyeri tersebut dapat dibangkitkan oleh karena tindakan fisik seperti
batuk, mengejan yang meningkatkan tekanan intrakranial dan dapat
memperburuk nyeri kepala berhubungan dengan perdarahan atau massa
intrakranial. 3,4

Klasifikasi

Tabel 1. Klasifikasi Nyeri Kepala Berdasarkan Etiologi

Berikut ini klasifikasi nyeri kepala berdasarkan penyebabnya :4,5


1) Nyeri kepala primer
Berikut ini beberapa jenis nyeri kepala primer :

a. Migren
b. Tension Type Headache
c. Cluster headache
d. Other primary headaches
2) Nyeri kepala sekunder
Berikut ini beberapa jenis nyeri kepala sekunder :
a. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan /
atau leher.

14
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler
cranial atauservikal
c. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
intracranial.
d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau
withdrawalnya.
e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
f. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis.
g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan
kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut,
atau struktur facial atau kranial lainnya.
h. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.
3) Neuralgia kranial, sentral atau nyeri facial primer dan nyeri
kepala lainnya
Terbagi menjadi :
a. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri facial.
b. Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri
facial primer.

Nyeri Kepala Primer


A. Migraine

15
Gambar 1. Distribusi Nyeri pada Migraine

Definisi
Migraine adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi
serangan selama 4 - 72 jam. Karekteristik nyeri kepala unilateral,
berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan
aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan mual dan/atau fotofobia
dan fonofobia.5,6,7
Etiologi
Penyebab pasti migraine tidak diketahui, namun 70 80 %
penderita migraine memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat
migraine juga. Risiko terkena migraine meningkat 4 kali lipat pada
anggota keluarga para penderita migraine dengan aura. Namun,
dalam migraine tanpa aura tidak ada keterkaitan genetik yang
mendasarinya, walaupun secara umum menunjukkan hubungan
antara riwayat migraine dari pihak ibu. Migraine juga meningkat
frekuensinya pada orang-orang dengan kelainan mitokondria seperti
MELAS (mitochondrial myopathy, encephalopathy, lactic acidosis,
and strokelikeepisodes). Pada pasien dengan kelainan genetik

16
CADASIL (cerebral autosomal dominant arteriopathy with
subcortical infarcts and leukoencephalopathy) cenderung timbul
migrane dengan aura.5,6,7
Klasifikasi
Secara umum migraine dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Migraine dengan aura
Migraine dengan aura disebut juga sebagai migraine klasik.
Diawali dengan adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama
visual, diikuti oleh nyeri kepala unilateral, mual, dan kadang
muntah, kejadian ini terjadi berurutan dan manifestasi nyeri
kepala biasanya tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20
menit. 6,7
b) Migraine tanpa aura
Migraine tanpa aura disebut juga sebagai migraine umum.
Sakit kepalanya hampir sama dengan migraine dengan aura.
Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala dan bersifat
pulsatil dengan disertai mual, fotofobia dan fonofobia. Nyeri
kepala berlangsung selama 4-72 jam.6,7
Patofisiologi
a) Teori vaskular
Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan
dalam terjadinya migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat
dengan adanya nyeri kepala disertai denyut yang sama dengan
jantung. Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama
terletak di perifer otak akibat aktivasi saraf nosiseptif setempat.
Teori ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh darah
ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan teraba
denyut jantung.7,8.9
b) Teori Neurovaskular dan Neurokimia
Teori vaskular berkembang menjadi teori neurovaskular
yang dianut oleh para neurologist di dunia. Pada saat serangan

17
migraine terjadi, nervus trigeminus mengeluarkan CGRP
(Calcitonin Gene-related Peptide) dalam jumlah besar. Hal
inilah yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah
multipel, sehingga menimbulkan nyeri kepala.7,8.9
c) Teori cortical spreading depression (CSD)
Patofisiologi migraine dengan aura dikenal dengan teori
cortical spreading depression (CSD). Aura terjadi karena
terdapat eksitasi neuron di substansia nigra yang menyebar
dengan kecepatan 2-6 mm/menit. Penyebaran ini diikuti dengan
gelombang supresi neuron dengan pola yang sama sehingga
membentuk irama vasodilatasi yang diikuti dengan
vasokonstriksi. Prinsip neurokimia CSD ialah pelepasan
Kalium atau asam amino eksitatorik seperti glutamat dari
jaringan neural sehingga terjadi depolarisasi dan pelepasan
neurotransmiter lagi.CSD pada episode aura akan menstimulasi
nervus trigeminalis nukleus kaudatus, memulai terjadinya
migraine. Pada migraine tanpa aura, kejadian kecil di neuron
juga mungkin merangsang nukleus kaudalis kemudian
menginisiasi migren.7,8.9
Diagnosis
a. Migraine tanpa aura
1) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang
memenuhi kriteria 2-4.
2) Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam
(tidak diobati atau tidak berhasil diobati).
3) Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara
karakteristik berikut :
i. Lokasi unilateral
ii. Kualitas berdenyut
iii. Intensitas nyeri sedang atau berat

18
iv. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik
atau penderita menghindari aktivitas fisik rutin
(seperti berjalan atau naik tangga).
4) Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
i. Mual dan/atau muntah
ii. Fotofobia dan fonofobia
5) Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
b. Migraine dengan aura
Kriteria diagnostik :
1) Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang
memenuhi criteria 2-4.
2) Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari
dibawah ini tetapi tidak dijumpai kelemahan
motorik:3,4
i. Gangguan visual yang reversibel seperti :
positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-
bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya
penglihatan).
ii. Gangguan sensoris yang reversible termasuk
positif (pins and needles), dan/atau negatif
(hilang rasa/baal).
iii. Gangguan bicara disfasia yang reversibel
3) Paling sedikit dua dari dibawah ini:3,4
i. Gejala visual homonim dan/atau gejala
sensoris unilateral 17
ii. Paling tidak timbul satu macam aura secara
gradual > 5 menit dan /atau jenis aura yang
lainnya > 5 menit.
iii. Masing-masing gejala berlangsung > 5 menit
dan < 60 menit.
4) Nyeri kepala memenuhi kriteria 2-4

19
5) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Tatalaksana
a) Medikamentosa
i. Terapi Abortif
x Sumatriptan
- Indikasi: serangan migren akut dengan atau
tanpa aura
- Dosis & Cara Pemberian: dapat diberikan
secara subkutan dengan dosis 4-6 mg. Dapat
diulang sekali setelah 2 jam kemudian jika
dibutuhkan. Dosis maksimum 12 mg per 24
jam.3,4
x Zolmitriptan
- Indikasi: Untuk mengatasi serangan
migraine akut dengan atau tanpa aura pada
dewasa. Tidak ditujukan untuk terapi
profilaksis migren atau untuk tatalaksana
migren hemiplegi atau basilar.3,4
- Dosis & Cara Pemberian : Pada uji klinis,
dosis tunggal 1; 2,5 dan 5 mg efektif
mengatasi serangan akut. Pada perbandingan
dosis 2,5 dan 5 mg, hanya terjadi sedikit
penambahan manfaat dari dosis lebih besar,
namun efek samping meningkat. Oleh
karena itu, pasien sebaiknya mulai dengan
doss 2,5 atau lebih rendah. Jika sakit terasa
lagi, dosis bisa diulang setelah 2 jam, dan
tidak lebih dari 10 mg dalam periode 24
jam.3,4

20
x Eletriptan
- Indikasi: Penanganan migraine akut dengan
atau tanpa aura.
- Dosis & Cara Pemberian: 20 40 mg po saat
onset berlangsung, dapat diulang 2 jam
kemudian sebanyak 1 kali. Dosis maksimum
tidak melebihi 80 mg/24 jam.3,4
ii. Terapi Profilaktif
Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk mengurangi
frekuensi berat dan lamanya serangan, meningkatkan
respon pasien terhadap pengobatan, serta pengurangan
disabilitas.Obat-obatan yang sering diberikan :3,4
x Beta-blocker:
- Propanolol yang dimulai dengan dosis 10-20
mg 2-3x1 dan dapat ditingkatkan secara
gradual menjadi 240 mg/hari.
- Atenolol 40-160 mg/hari
- Timolol 20-40 mg/hari
- Metoprolol 100-200 mg/hari
x Calcium Channel Blocker:
- Verapamil 320-480 mg/hari
- Nifedipin 90-360 mg/hari
x Antidepresan, misalnya amitriptilin 25-125 mg,
antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif untuk
mencegah timbulnya migraine.
x Antikonvulsan:
- Asam valproat 250 mg 3-4x1
- Topiramat
x Methysergid, derivatif ergot 2-6 mg/hari untuk
beberapa minggu sampai bulan efektif untuk
mencegah serangan migraine.

21
b) Non Medikamentosa
i. Terapi abortif
Para penderita migraine pada umumnya mencari
tempat yang tenang dan gelap pada saat serangan migraine
terjadi karena fotofobia dan fonofobia yang dialaminya.
Serangan juga akan sangat berkurang jika pada saat
serangan penderita istirahat atau tidur.3,4
ii. Terapi profilaktif
Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan
migraine yang dialami. Pasien diharapkan dapat
menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya serangan
migraine. Disamping itu, pasien dianjurkan untuk
berolahraga secara teratur untuk memperlancar aliran
darah.3,4

22
B. Tension Type Headache (TTH)
Definisi
Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus
menerus otot- otot kepala dan tengkuk ( M.splenius kapitis,
M.temporalis, M.maseter, M.sternokleidomastoid, M.trapezius,
M.servikalis posterior, dan M.levator skapula).7,8.9
Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type Headache (TTH) adalah
stress, depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu
lama, kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya
aliran darah, dan ketidakseimbangan neurotransmitter seperti
dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin. 7,8.9
Klasifikasi
Klasifikasi TTH adalah Tension Type Headache episodik dan dan
Tension Type Headache kronik. Tension Type Headache episodik,
apabila frekuensi serangan tidak mencapai 15 hari setiap bulan.
Tension Type Headache episodik (ETTH) dapat berlangsung selama
30 menit 7 hari. Tension Type Headache kronik (CTTH) apabila
frekuensi serangan lebih dari 15 hari setiap bulan dan berlangsung
lebih dari 6 bulan. 7,8.9
Diagnosa
Tension Type Headache harus memenuhi syarat yaitu sekurang
kurangnya dua dari berikut ini : (1) adanya sensasi tertekan/terjepit,
(2) intensitas ringan sedang, (3) lokasi bilateral, (4) tidak
diperburuk aktivitas. Selain itu, tidak dijumpai mual muntah, tidak
ada salah satu dari fotofobia dan fonofobia. 7,8.9

23
Terapi
Relaksasi selalu dapat menyembuhkan TTH. Pasien harus
dibimbing untuk mengetahui arti dari relaksasi yang mana dapat
termasuk bed rest, massage, dan atau latihan biofeedback.
Pengobatan farmakologi adalah simpel analgesia dan atau mucles
relaxants. Ibuprofen dan naproxen sodium merupakan obat yang
efektif untuk kebanyakan orang. Jika pengobatan simpel analgesia
(asetaminofen, aspirin, ibuprofen, dll.) gagal maka dapat ditambah
butalbital dan kafein ( dalam bentuk kombinasi seperti Fiorinal)
yang akan menambah efektifitas pengobatan. 7,8.9
C. Cluster Headache

Gambar 2. Lokasi Nyeri pada Cluster Headache

Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala
vaskular yang juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton,
sfenopalatina neuralgia, nyeri kepala histamine, sindrom Bing,
erythrosophalgia, neuralgia migrenosa, atau migren merah (red
migraine) karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi
wajah yang mengalami nyeri.7,9

24
Etiologi
Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut :
x Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi
pembuluh darah sekitar.
x Pembengkakan dinding arteri carotis interna.
x Pelepasan histamin.
x Letupan paroxysmal parasimpatis.
x Abnormalitas hipotalamus.
x Penurunan kadar oksigen.
x Pengaruh genetik
Diduga faktor pencetus cluster headache antara lain :
x Glyceryl trinitrate.
x Alkohol.
x Terpapar hidrokarbon.
x Panas.
x Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
x Stres.
Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh
International Headache Society (IHS) adalah sebagai berikut:3,4
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di
bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan
atau nyeri temporal selama 15 180 menit bila tidak di
tatalaksana.
c. Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
1. Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
2. Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3. Edema kelopak mata ipsilateral

25
4. Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Kesadaran gelisah atau agitasi
d. Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari
e. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis terhadap cluster headache dapat dibagi ke
dalam pengobatan terhadap serangan akut, dan pengobatan
preventif, yang bertujuan untuk menekan serangan. Pengobatan akut
dan preventif dimulai secara bersamaan saat periode awal cluster.
Pilihan pengobatan pembedahan yang terbaru dan neurostimulasi
telah menggantikan pendekatan pengobatan yang bersifat
merugikan.3,4
a. Pengobatan Serangan Akut
x Oksigen: inhalasi oksigen, kadar 100% sebanyak 10-12
liter/menit selama 15 menit sangat efektif, dan merupakan
pengobatan yang aman untuk cluster headache akut.
x Triptan: Sumatriptan 6 mg subkutan, sumatriptan 20 mg
intranasal, dan zolmitriptan 5 mg intranasal efektif pada
pengobatan akut cluster headache. Tiga dosis
zolmitriptan dalam dua puluh empat jam bisa diterima.
Tidak terdapat bukti yang mendukung penggunaan triptan
oral pada cluster headache.
x Dihidroergotamin 1 mg intramuskular efektif dalam
menghilangkan serangan akut cluster headache. Cara
intranasal terlihat kurang efektif, walaupun beberapa
pasien bermanfaat menggunakan cara tersebut.
x Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan
untuk mengobati serangan akut cluster headache. Pasien
tidur telentang dengan kepala dimiringkan ke belakang ke
arah lantai 30° dan beralih ke sisi sakit kepala. Tetes

26
nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 ml lidokain 4%
yang dapat diulang setekah 15 menit.
b. Preventif
x Verapamil, dosis 80 mg tiga kali sehari, dosis harian akan
ditingkatkan secara bertahap dari 80 mg setiap 10-14 hari.
Dosis ditingkatkan sampai serangan cluster menghilang,
efek samping atau dosis maksimum sebesar 960 mg
perhari.
x Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kgbb
sampai 60 mg selama empat hari yang diturunkan
bertahap selama tiga minggu.
x Lithium karbonat, dosis lithium sebesar 600 mg sampai
900 per-hari dalam dosis terbagi.
x Topiramat, dosis 100-200 mg perhari.
x Melatonin, dosis biasa yang digunakan adalah 9 mg
perhari.
x Obat-obat pencegahan lainnya termasuk gabapentin
(sampai 3600 perhari) dan methysergide (3 sampai 12 mg
perhari).
x Injeksi pada saraf oksipital: Injeksi metilprednisolon (80
mg) dengan lidokain ke dalam area sekitar nervus
oksipital terbesar ipsilateral sampai ke lokasi serangan.
x Pendekatan Bedah: Pendekatan bedah modern pada
cluster headache didominasi oleh stimulasi otak dalam
pada area hipotalamus posterior grey matter dan stimulasi
nervus oksipital.
Nyeri Kepala Sekunder
Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang
disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala
akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan
disebabkan kelainan vaskular intrakranial, sakit kepala akibat adanya

27
zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala akibat
gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat
kelainan kranium, leher, telinga, hidung, gigi, mulut atau struktur lain di
kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri. Sakit kepala
sekunder merupakan sakit kepala yang disebabkan adanya suatu
penyakit tertentu (underlying disease). Pada sakit kepala kelompok ini,
rasa nyeri di kepala merupakan tanda dari berbagai penyakit.Adapun
penyakit yang dapat menimbulkan sakit kepala adalah :3,4,7
1. Infeksi sistemik seperti flu, demam dengue/demam berdarah
denggue, sinusitis, radang tenggorokan dan lain-lain
2. Aneurisma otak
3. Tumor otak
4. Keracunan karbon dioksida
5. Glaukoma
6. Kelainan refraksi mata (mata minus/plus)
7. Cedera kepala
8. Ensefalitis (radang otak)
9. Meningitis (radang selaput otak)
10. Perdarahan otak
11. Stroke
12. Efek samping obat
13. Dan lain-lain
Sebagian besar sakit kepala bersifat ringan atau disebabkan penyakit
yang ringan. Namun kita tetap harus waspada karena sakit kepala juga
dapat merupakan gejala dari penyakit yang serius seperti radang
otak/selaput otak, perdarahan otak, stroke, tumor otak, glaukoma, dan
lain-lain.Adapun karakteristik sakit kepala yang menjadi tanda penyakit
serius adalah sebagai berikut :3,4,7
1. Sangat sakit
yang dirasakan sangat sakit, jauh lebih sakit dibandingkan sakit
kepala sebelumnya

28
2. Sakit kepala berat yang dirasakan pertama kalinya
3. Sakit kepala yang bertambah berat dalam beberapa hari atau
beberapa minggu
4. Ada gangguan saraf seperti kelumpuhan, kebutaan, dan lain-lain
5. Sakit kepala disertai demam (yang penyebab demam tidak
diketahui dengan jelas)
6. Muntah yang terjadi mendahului sakit kepala
7. Sakit kepala yang dicetuskan oleh bending, mengangkat beban, dan
batuk
8. Sakit kepala timbul segera setelah bangun tidur
9. Usia lebih dari 55 tahun
10. Sakit kepala pada anak

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Price Sylvia. Patofisiologi. Edisi 6. Volume 1. EGC: Jakarta. 2006. hal :


231-236 & 485-90.
2. Misbach J. Hamid AB, Mayza A. Standar Pelayanan Medis dan Standar
Prosedur Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia .
3. Pertemuan Nasional III Nyeri, Nyeri Kepala & Vertigo PERDOSSI, Solo,
4. ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache
Disorders). Diunduh dari : http://ihs-
classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
5. Iskandar, Japardi. 2002. Gambaran CT Scan Pada Tumor Otak Benigna :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1991/1/bedah-
iskandar%20japardi11.pdf
6. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 jilid 2. Media
Aeusclapius. Jakarta.
7. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;
2004. hal 303-20 & 374-75.
8. Rasad, Sjahriar. 2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.
Halaman 359.
9. Syamsjuhidayat, R, dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta. EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai